Anda di halaman 1dari 99

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEWIDYAISWARAAN JENJANG MENENGAH

MATA DIKLAT
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH NON BUKU

Oleh:
Drs. R. N. Afsdy Saksono, M.Sc.

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA


REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA 2016
Modul – Penulisan KTI Non Buku ii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Salah satu aspek yang penting dalam sistem kediklatan adalah tenaga pengajar,
yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak
dalam penyelenggaraan Diklatpim. Widyaiswaralah yang langsung berinteraksi
dengan peserta Diklat dalam kelas dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan
pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga
menjadi inspirasi bagi peserta Diklat. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara
menentukan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengasilkan outcome
Diklat.

Dengan peran strategis tersebut, Widyaiswara dituntut untuk semakin profesional


karena hanya dengan kualifikasi yang mumpuni, Widyaiswara dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik dalam mengelola kelas-kelas dalam Diklat Aparatur Sipil
Negara (ASN). Oleh karena itu untuk menjamin profesionalisme Widyaiswara,
Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah merevisi pengaturan tentang Diklat
Berjenjang Widyaiswara yang diantaranya merubah kurikulum Diklat dan uji
kompetensi Widyaiswara agar dapat memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan.

Untuk mendukung penyelenggaraan Diklat Berjenjang Widyaiswara, diperlukan


adanya modul yang menjadi standar materi dalam Diklat dan mempermudah
peserta dalam memahami maksud pembelajaran materi yang diajarkan. Dengan
demikian, modul ini lebih merupakan pedoman bagi pengajar yang diharapkan
iii Modul – Penulisan KTI Non Buku

selalu dikembangkan/disempurnakan materinya untuk menjamin kualitas


penyelenggaraan Diklatpim.

Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun isinya telah dikembangkan dengan


seoptimal mungkin, namun tak dapat dipungkiri masih terdapat kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan
masukan dari para stakeholders demi peningkatan materi modul dan kualitas Diklat
Berjenjang Widyaiswara. Selanjutnya, kepada para penulis, kami sampaikan
banyak terima kasih dan penghargaan atas kontribusi dan kerjasamanya.

Akhirnya, semoga Tuhan selalu meridhoi usaha kita semua. Amin.


Modul – Penulisan KTI Non Buku iv
Modul – Penulisan KTI Non Buku v

Daftar Isi

Cover i
Halaman Judul ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Gambar vii
Deskripsi Singkat dan Sasaran Capaian Belajar viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Materi KTI dalam Diklat Kewidyaiswaran. 1
1.2. Widyaiswara dan KTI. 2
1.3. Hakekat KTI. 5
1.4. Penelitian dan KTI. 9
1.5. Struktur Modul Penulisan KTI Non Buku 10

BAB 2 Jenis-jenis KTI Non Buku 13


2.1. KTI untuk terbitan ilmiah berkala. 14
2.2. KTI untuk seminar. 17
2.3. Prosiding (proceeding) 18
vi Modul – Penulisan KTI Non Buku

BAB 3 Pembuatan KTI untuk Publikasi di jurnal dan presentasi di 19


forum ilmiah
3.1. Format dan prinsip-prinsip dasar pembuatan KTI untuk 20
publikasi di jurnal
3.2. Format dan prinsip-prinsip dasar pembuatan KTI untuk 32
presentasi dalam forum ilmiah

BAB 4 Publikasi KTI Non Buku (How To Get Published) 3


5
4.1. Pemilihan jurnal: Kredibilitas Jurnal 36
4.2. Pembuatan manuscript: dari judul hingga Daftar 39
Pustaka (references)
4.3. Proses/mekanisme penyerahan dan review manuscript 69

BAB 5 Teknik Penulisan KTI dan Panduan Bagi Penulis 73


5.1. Teknik/gaya penulisan KTI: kutipan dan referensi 74
5.2. ketentuan teknis penulisan manuscript yang diterapkan 83
oleh penerbit jurnal (Panduan Bagi Penulis).

Daftar Pustaka
Modul – Penulisan KTI Non Buku vii

Daftar Gambar

1. Struktur Materi Modul 11


2. Rata-rata prorposi kalimat pasif. 28
3. Research Paper yang sangat diragukan 36
4. Boolean Searching 53
5. Basic search pada ProQuest 54
6. Advanced search pada ProQuest 55
7. Akses online untuk penyerahan manuscript. 69
8. Akses signing in dan account registering 70
9. Alur review terhadap manuscript di Elsevier. 72
10. Tampilan Menu References dalam MSWord 79
11. Tampilan Pilihan Gaya dalam Citation 80
12. Tampilan submenu Insert Citation 81
Tampilan Menu Add New Source (form isian sumber
13. 81
citation)
14. Menu Zotero dalam MSWord 82
15. Submenu dari Zotero dalam MSWord 82
 viii Modul – Penulisan KTI Non Buku

Deskripsi Singkat dan


Sasaran Capaian Belajar

Deskripsi Singkat

Modul ini menguraikan pembuatan KTI non buku baik


untuk publikasi di jurnal maupun presentasi di forum
ilmiah. Modul diawali dengan penjelasan tentang hakekat
KTI non buku, dan ikuti dengan pembahasan tentang jenis-
jenis, format dan prinsip-prinsip pembuatan KTI non buku.
Modul juga menguraikan penjelasan teknis membuat KTI
non buku, mempublikasikannya dan penggunakan gaya
penulisan mencakup kutipan dan referensi.
Modul – Penulisan KTI Non Buku ix 

Sasaran capaian belajar

Setelah mengikuti matadiklat Penulisan KTI Non Buku,


peseta diharapkan mampu:
 Membedakan research article/research paper dan review
article
 Menjelaskan format dan prinsip-prinsip dalam pembuat-
an KTI non buku
 Menggunakan/memanfaatkan internet untuk penelusur-
an literatur dalam pebuatan KTI non buku
 Membuat KTI non buku
 Menjelaskan mekanisme penyerahan (submission)
hingga review terhadap manuscript untuk publikasi di
jurnal
 Menerapkan aturan/ketentuan teknis penulisan men-
cakup kutipan dan referensi.
Pendahuluan1

Bab 1

Pendahuluan

Deskripsi Singkat Daftar Isi

Bab ini menyajikan konsep 1.1. Materi KTI dalam Diklat


dasar tentang KTI dan Kewidyaiswaran.
kaitannya dengan 1.2. Widyaiswara dan KTI.
kedudukan dan peran 1.3. Hakekat KTI.
widyaiswara dan dengan 1.4. Penelitian dan KTI.
penelitian. 1.5. Struktur Modul
Penulisan KTI Non Buku.
Setelah mengikuti materi
Bab 1, diharapkan peserta
diklat mampu:
 Menjelaskan kaitan
penulisan KTI dan
peran/tugas Widyaiswara;
 Menjelaskan hakekat KTI,
terutama KTI non Buku;
 Menjelaskan kaitan KTI
dengan penelitian.
2 Modul – Penulisan KTI Non Buku

1.1. Materi KTI dalam Diklat Kewidyaiswara

Dalam desain diklat kewidyaiswaraan, KTI


merupakan materi penting setidaknya diindikasikan oleh ada
matadiklat tentang KTI baik pada Diklat Calon Widyaiswara
maupun pada Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang mulai
Jenjang Lanjutan (Muda), Menengah (Madya) hingga Jenjang
Utama.
Lingkup dan penekanan materi KTI pada keempat
diklat tersebut disajikan pada gambar di bawah ini.

Diklat Kewidyaiswaraan Jenjang Utama


Matadiklat: Penulisan KTI Buku

Diklat Kewidyaiswaraan Jenjang Menengah (Madya)


Matadiklat: Penulisan KTI Non Buku

Diklat Kewidyaiswaraan Jenjang Lanjutan (Muda)


Matadiklat: Penulisan KTI

Diklat Calon Widyaiswara


Matadiklat: Pengantar KTI

Gambar 1
Matadiklat KTI pada Tiap Diklat Kewidyaiswaraan
Sumber: Kept. Kepala LAN No. XX/dan seterusnya

Uraian dan gambar di atas memperlihatkan bahwa


melalui diklat kewidyaiswaraan tersebut, para Widyaiswara
dibekali tentang KTI mulai dari pengetahuan umum hingga
pengetahuan khusus dan juga keterampilan penulisan KTI
mencakup dalam bentuk non buku (paper) dan buku.
Pendahuluan3

1.2. Widyaiswara dan KTI

Widyaiswara mempunyai tugas melaksanakan


pendidikan, pengajaran dan pelatihan atau dikenal dengan
akronim dikjartih. Selain itu, widyaiswara juga harus
melaksanakan pengembangan profesi sehingga dalam
pelaksanaan dikjartih didukung dengan penguasaan
substansi yang baik, baik dari perspektif kedalaman, keluasan
dan kekinian (update). Penguasaan yang baik tersebut tentu
dapat dicapai dengan atau didasarkan pada bidang
spesialisasi Widyaiswara. Bidang Spesialisasi Widyaiswara
menurut Pasal 1 Butir 8 Peraturan Menteri PAN dan RB
No. 22/2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaswara dan
Angka Kreditnya adalah “keahlian yang dimiliki oleh
Widyaiswara yang didasarkan pada rumpun keilmuan
tertentu sesuai latar belakang pendidikan dan/atau
pengalaman kerjanya”.
Dalam Pasal 8 Peraturan Menteri PAN dan RB
No. 22/2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaswara dan
Angka Kreditnya ditegaskan bahwa pembuatan KTI
merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan oleh
Widyaiswara dalam kerangka pengembangan profesi
Widyaiswara (Tabel 1). Lebih lanjut dinyatakan bahwa KTI
yang dibuat tidak saja harus dalam lingkup spesialisasi
keahlian Widyaiswara, tetapi KTI tersebut juga harus dalam
lingkup kediklatan. Jadi, konsep bidang spesialisasi
Widyaiswara juga tidak lepas dari penugasan kepada
Widyaiswara, yaitu berkaitan dengan bidang kajian, materi
dikjartih dimana Widyaiswara bertugas (penempatan
Widyaiswara).
4 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Tabel 1. Sub Unsur Pengembangan Profesi

No. Sub Unsur


Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah dalam bidang
1.
spesialisasi kehaliannya dan lingkup kediklatan.
Penemuan inovasi yang dipatenkan dan telah mask
2. dalam daftar paten sesuai bidang spesiapisasi
keahliannya.
Penyusunan buku pedoman/ketentuan pelaksanaan/
3.
ketentuan teknis di bidang kediklatan.
4. Pelaksanaan Orasi Ilmiah sesuai spesiapisasinya.

Sumber: Pasal 8 Peraturan Menteri PAN dan RB No. 22/2014


tentang Jabatan Fungsional Widyaswara dan Angka
Kreditnya

Pengembangan profesi merupakan sesuatu yang


sangat penting dalam pembinaan Widyaiswara. Hal tersebut
nampak dari adanya ketentuan bahwa pengembangan profesi
dimana di dalamnya mencakup pembuatan KTI menjadi
komponen penting dalam kenaikan pangkat. Tabel 2
menyajikan ketentuan mengenai jumlah angka kredit yang
minimal harus dipenuhi oleh Widyaiswara yang untuk dapat
diangkat dalam pangkat/golongan tertentu sebagaimana
diatur dalam Pasal 11 Peraturan Menteri PAN dan RB
No. 22/2014 tentang Jabatan Fungsional Widyaswara dan
Angka Kreditnya.
Pendahuluan5

Tabel 2. Jumlah Angka Kredit Yang Minimal Harus Dipenuhi


oleh Widyaiswara Yang Untuk Kenaikan Pangkat/golongan.

Angka
No. Pangkat & Gol. Asal Pangkat & Gol. Tujuan Kredit
Minimal
1. Penata Muda Tk. 1, III/b Penata, III/c 6
2. Penata, III/c Penata Tk. 1, III/d 8
3. Penata Tk. 1, III/d Pembina, IV/a 10
4. Pembina, IV/a Pembina Tk. 1, IV/b 12
5. Pembina Tk. 1, IV/b Pembina Utama Muda, IV/c 14
6. Pembina Utama Muda, IV/c Pembina Utama Madya, IV/d 16
7. Pembina Utama Madya, IV/d Pembina Utama, IV/e 18

Sumber: Pasal 11 Peraturan Menteri PAN dan RB No. 22/2014


tentang Jabatan Fungsional Widyaswara dan Angka
Kreditnya

Bila memderhatikan Sub Unsur Pengembangan


Profesi (Tabel 1) dan mencermati bantuk dna karakteristik
tiap sub unsur tersebut, dapat dikatakan bahwa kemungkinan
memperoleh angka kredit melalui pembuatan Karya
Tulis/Karya Ilmiah dalam bidang spesialisasi keahiannya dan
lingkup kediklatan relative lebih besar, dengan tidak
mengesampingkan sub unsur lainnya.

1.3. Hakekat KTI

Istilah Karya Tulis Ilmiah dibentuk dari dua konsep:


karya tulis dan ilmiah. Beberapa istilah yang seringkali
disamaartikan dengan karya tulis misalnya artikel (article),
karangan (essay, paper). Semuanya itu pada dasarnya
merupakan hasil cipta manusia berupa/yang tuangkan dalam
6 Modul – Penulisan KTI Non Buku

bentuk tulisan/naskah tertulis (written, typewritten). Tentu


saja, hasil cipta tersebut harus mengikuti/memenuhi aturan
tertentu untuk dapat dikategorikan sebagai Karya Tulis,
terlebih Karya Tulis Ilmiah.
Sebagai hasil cipta, dalam perspektif hukum, karya tulis
dalam hal ini hak cipta (copyright) dilindungi secara hukum.
Hak cipta merupakan hak hukum bersifat eksklusif dan
berlaku seumur hidup bahkan masih ditambah 50 tahun
sesudahnya serta dimiliki secara seimbang (equal) oleh
penulis karya tulis lebih dari satu sebagaimana dinyatakan
leh Day (1998:195)
Copyright is the exclusive legal right to reproduce, publish,
and sell the matter and form of a literary or artistic work.
Copyright protects original forms of expression but not the
ideas being expressed. The data you are presenting are not
protected by copyright; however, the collection of the data and
the way you have presented them are protected. You own the
copyright of a paper you wrote, for the length of your life plus
50 years, as long as it was not done for an employer or
commissioned as work for hire. If you have collaborated on the
work, each person is a co-owner of the copyright, with equal
rights.

Di Indonesia, hak cipta dilindungi oleh undang-


undang, yaitu Undang-undang No. 28/2014 tentang Hak
Cipta. Dalam Pasal 1 dan Pasal 40 berturut-turut ditegaskan
tentang hak cipta dan ciptaan yang dilindungi:
Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul
secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah
suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan (Pasal 1)

Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam


bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, terdiri atas:
Pendahuluan7

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang


diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan
pendidikan dan ilmu pengetahuan;
…. (Pasal 40)

Hak cipta, menurut Day (1998:195), juga mempunyai


karakteritik dapat dibagi (divisible) dan dialihkan
(transferred). Pengalihan hak cipta misalnya dari mahasiswa
penulis skripsi, tesis, disertasi kepada perguruan tinggi yang
bersangkutan sesuai ketentuan di perguruan tinggi tersebut.
Selain itu, pengalihan hak cipta dari penulis (artikel, paper,
buku) kepada penerbit.
Copyright is divisible. The owner of the copyright may grant
one person a nonexclusive fight to reproduce the work and
another the right to prepare derivative works based on the
copyrighted work. Copyright can also be transferred.
Transfers of the copyright must be made in writing by the
owner. An employer may transfer copyright to the individual
who developed the original work. As stated earlier, if you wish
to copy, reprint, or republish all or portions of a copyrighted
work that you do not own, you must get permission from the
copyright owner. If you, as an author, have transferred the
complete copyright of your work to a publisher, you must
obtain permission for use of your own material from the
publisher.

Konsep kedua, ilmiah (scientific), menjadi kriteria/


ukuran pembeda dari karya tulis non ilmiah. Pertanyaanya
adalah apa yang dimaksud dengan ilmiah?Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2009), ilmiah diartikan “secara ilmu
pengetahuan; sesuai dengan syarat atau hukum ilmu
pengetahuan”. Sedangkan dalam Concise Oxford Dictionary
(11th Ed.), scientific diartikan “Relating to or based on science”
8 Modul – Penulisan KTI Non Buku

dan “systematic, methodical”. Berdasarkan dua pengertian


tersebut dapat diketahui bahwa pada hakekatnya untuk
dikatakan sebagai sesuatu yang ilmiah maka hal tersebut
harus berkaitan berkaitan dan mengikuti kententuan proses
(methodology) yang ada dalam suatu ilmu.
Jadi, KTI pada hakekatnya merupakan karya tulis yang
dalam pembuatannya didasarkan pada/melalui kegiatan yang
mengikuti ketentuan ilmiah. Adapun, KTI Widyaiswara
menurut Peraturan Kepala LAN No. 26/2015 tentang
Pedoman Peniaian Angka Kredit Jabatan Fungsional
Widyaiswara adalah karya tulis ilmiah yang secara substantif
terkait dengan tugas dalam lingkup kediklatan dan
pengembangan spesialisasi Widyaiswara. Selain asli, perlu
dan konsisten, KTI Widyaiswara juha harus memenuhi
kaidah ilmiah. Kaidah-kaidah KTI Widyaiswara dirumuskan
dalam akronim APIK (asli, perlu, ilmiah, konsistensi).
Bagaimana ciri dan kriteria kegiatan (metode) termasuk
dalam kategori ilmiah? Lebih jauh, apakah ciri dan kriteria
ilmiah tersebut bersifat tunggal dan universal? Kriteria ilmiah
tidak lepas dari asumsi filosofis (philosophical assumption) atau
paradigm (paradigm) yang secara garis besar terdiri meliputi
positivistism (termasuk postpositivism) dan non positivism
(misalnya constructivism). Karakteristis pokok kedua
paradigma tersebut disajikakan pada Tabel 3.
Pendahuluan9

Tabel 3. Karakteristis pokok Paradigma


Positivisme/postpositivisme dan Konstruktivisme

Positivisme/postposivisme Konstruktivisme

 Memahami (understanding)
 Deterministik
 Makna diperoleh dari
 Reduksionisme
multiple participant
 Observasi dan pengukuran
 Konstruksi sosial dan
empiris
historis
 Verifikasi teori
 Pengembangan teori

Sumber: Creswell (2009:6), diolah.

Paradigma yang diikuti oleh seorang atau


suatu komunitas akan menentukan bagaimana mereka
mereka melakukan kegiatan ilmiah dalam pembuatan KTI
atau bagaimana mereka menilaian keilmiahan suatu karya
tulis.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa KTI
Widyaiswara adalah KTI yang secara substantif terkait
dengan tugas dalam lingkup kediklatan dan pengembangan
spesialisasi Widyaiswara. Dalam Peraturan Kepala LAN
No. 26/2015 tentang Pedoman Penilaian Angka Kredit Jabatan
Fungsional Widyaiswara ditegaskan bahwa KTI mencakup
buku ilmiah dan nonbuku (artikel yang diterbikan di jurnal
ilmiah, majalah ilmiah dan proceeding, dan berupa makalah
yang disajikan dalam pertemuan ilmiah.
10 Modul – Penulisan KTI Non Buku

1.4. Penelitian dan KTI

KTI baik berupa buku maupun nonbuku dibuat melalui


proses/kegiatan ilmiah yang mendasarkan pada paradigm
yang diikuti oleh penulis KTI. Suatu paradigma mengarah-
kan bagaimana proses (metodologi) yang dilalui oleh penulis
KTI untuk sampai jawaban atas pertanyaan/keingintahuan
(intellectual stimulus). Penelitian merupakan proses ilmiah
untuk sampai pada jawaban tersebut. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa terdapat kaitan yang erat antara KTI dan
penelitian. Melalui penelitian yang mendasarkan pada
paradigma tertentu dapat diperoleh (diverifikasi,
dikembangkan) pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) yang
merupakan bahan utama untuk KTI.

1.5. Struktur Modul Penulisan KTI Non Buku

Sebagaimana ditegaskan pada butir 1.1. bahwa modul


ini ditujukan untuk kepentingan Diklat Kewidyaiswaraan
Berjenjang Tingkat Menengan (Madya). Oleh sebab itu, isi
modul ini difokuskan pada KTI Non Buku. Lebih jauh,
meskipun pembahasan dalam modul ini mencakup seluruh
KTI Non Buku, penekanan isi dari modul ini adalah KTI
berupa artikel (paper) untuk kepentingan penerbitan dalam
jurnal.
Struktur isi modul ini secara grafis disajikan pada
Gambar 1.
Pendahuluan11

Gambar 1
Struktur Materi Modul
12 Modul – Penulisan KTI Non Buku
Jenis-jenis KTI Non Buku13

Bab 2

Jenis-jenis KTI Non Buku

Deskripsi Singkat Daftar Isi

Bab ini menyajikan jenis-jenis dan  KTI untuk terbitan


format KTI Non Buku. Selain itu ilmiah berkala.
juga disajikan pengertian dari  KTI untuk seminar.
beberapa konsep terkait KTI Non  Prosiding (preceding).
Buku beserta persamaan dan
perbadaan

Setelah mengikuti materi


Bab 2, diharapkan peserta diklat
mampu:
 Menjelaskan dan membedakan
konsep research article, review
article, dan research paper.
 Menjelaskan KTI untuk jurnal
 Menjelaskan KTI untuk seminar.
 Menjelaskan konsep prosiding.
14 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Pada Bab 1 telah diuraikan bahwa pemubatan KTI


merupakan salah satu sub unsur (kegiatan) dalam
Pengembangan Profesi yang penting bagi pengembangan
penguasaan dan updating substansi serta relatif tinggi
peluang dalam perolehan angka kredit bagi Widyaiswara.
Selain itu, juga telah disebutkan bahwa terdapat beberapa
istilah yang tidak jarang dianggap mempunyai pengertian
yang sama dengan karya tulis misalnya artikel (article),
karangan (essay, paper).
Berikut ini diuraikan tiga jenis/kategori KTI:
KTI untuk terbitan ilmiah berkala, KTI untuk seminar, dan
prosiding. Tiga kategori tersebut dibuat tidak lepas dari
ketentuan tentang penilaian angka kredit Widyaiswara, yaitu
Peraturan Kepala LAN No. 26/2015 tentang Pedoman
Peniaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Widyaiswara.
Berdasarkan kebijakan tersebut juga dapat diketahuai bahwa
hanya KTI yang dipublikasikan yang dapat dihargai dengan
angka kredit, termasuk publikasi dalam arti diseminasi atau
disajikan dalam forum seminar.

2.1. KTI untuk terbitan ilmiah berkala.

Terbitan ilmiah berkala (periodical, serial) merupakan


terbitan baik bentuk fisik (hardcopy) maupun online yang
memuat karya tulis ilmiah dan terbit secara periodik,
misalnya tiap bulan, tiap tiga bulan, tiap empat bulan.
Periodical diterbitkan oleh suatu asosiasi keilmuan,
lembaga/institusi pendidikan/pelatihan atau penelitian/kajian.
Karya tulis ilmiah yang diterbitkan telah melalui penilaian
oleh suatu tim secara obyektif menggunakan kaidah-kaidah
yang ditentukan.
Jenis-jenis KTI Non Buku15

Periodical terbagi menjadi dua: journal dan review.


Jurnal adalah periodical yang mempublikasikan hasil-hasil
penelitian. Disebut juga peer reviewed journal bila karya tulis
(manuscript) yang diserahkan ke pengelola jurnal dilakukan
“penilaian” (review) oleh beberapa orang (peer) dari bidang
keilmuan yang sama dengan isi manuscript. Tentang peer
review, University of Texas (2006) menyatakan:

Peer Review is a process that journals use to ensure the


articles they publish represent the best scholarship currently
available. When an article is submitted to a peer reviewed
journal, the editors send it out to other scholars in the same
field (the author's peers) to get their opinion on the quality of
the scholarship, its relevance to the field, its appropriateness
for the journal, etc.

Beberapa contoh jurnal sebagai berikut:


 Academy of Management Journal
 Strategic Management Journal
 Geosciences Journal
 Educational Evaluation and Policy Analysis
 Applied Mechanics and Materials
 Telkomnika
 Jurnal Bina Praja
 Jurnal Good Governance

Bentuk periodical kedua adalah review. Berbeda


dengan journal, review tidak memuat temuan penelitian yang
dihasilkan, melainkan memuat hasil pemikiran/gagasan
tentang topic tertentu berdasarkan hasil telaah berbagai
literatur termasuk hasil penelitian orang lain. Beberapa
contoh review adalah:
 Academy of Management Review
 Harvard Business Review
16 Modul – Penulisan KTI Non Buku

 Public Administration Review


 Microbiology and Molecular Biology Reviews
 Annual Review of Biochemistry

Mengacu pada dua kategori terbitan ilmiah berkala


tersebut di atas maka dapat dikenali dua kategori karya tulis
ilmiah, yaitu artikel penelitian (research article) atau juga
disebut paper penelitian (research paper) yang diterbitkan
dalam journal dan artikel review (review article) yang
diterbitkan dalam review.
Adapun istilah research paper, terdapat dua makna,
pertama mempunyai makna yang sama dengan research
article. Sedangkan makna kedua, research paper lebih
merupakan karya tulis (paper) yang sering
dijumpai/dikenal dalam proses belajar atau perkuliahan,
yaitu paper yang menyajikan suatu tesis (thesis) –
proposisi atau opini dari penulis – yang bertujuan untuk
menyakinkan pembaca bahwa argument penulis adalah
valid, sebagaimana dinyatakan oleh (Rozakis, 2007:3-4):
A research paper presents and argues a thesis, the writer’s
proposition or opinion. It is an analytical or persuasive essay
that evaluates a position. As such, a research paper tries to
convince readers that the writer’s argument is valid or at least
deserves serious consideration. Therefore, a research paper
requires the writer to be creative in using facts, details,
examples, and opinions to support a point. The writer has to
be original and inventive in deciding what facts will best
support the thesis and which ones are superfluous.

Lebih lanjut sebuah research paper bukan sekedar


kumpulan dari fakta-fakta tentang topik, sebuah ringkasan
dari informasi terkait topik dari berbagai sumber,
laporan/penyajian tentang apa yang telah disampaikan oleh
Jenis-jenis KTI Non Buku17

orang/penulis lain, dan juga bukan bersifat pemberian


penjelasan dan penggambaran tentang topik sebagaimana
ditegaskan oleh Rozakis (2007:4):
A research paper is not:
• just a collection of facts on a topic
• a summary of information from one or more sources
• merely reporting what others have said
• expository or descriptive.

University of Texas (2016) menjelaskan review article


sebagai:
[A]n attempt by one or more writers to sum up the current
state of the research on a particular topic. Ideally, the writer
searches for everything relevant to the topic, and then sorts it
all out into a coherent view of the “state of the art” as it now
stands.

Review Articles will teach you about:


 the main people working in a field
 recent major advances and discoveries
 significant gaps in the research
 current debates
 ideas of where research might go next

2.2. KTI untuk seminar.

Dalam konteks umum (bukan akademik), pada


dasarnya seminar merupakan forum ilmiah untuk membahas
suatu isu, topik, masalah tertentu untuk kepentingan
memahani lebih mendalam, menganalisis dan memberikan
pemecahan. Sebagai forum ilmiah maka pembahasan dan
analisis oleh para penyaji/pembicara dalam seminar
didasarkan dan dilakukan secara ilmiah.
18 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Materi yang disampaikan dalam seminar oleh penyaji


dapat berbasis penelitian maupun gagasan/hasil pemikiran.
Bila materi materi seminar berbasis hasil penelitian maka
penulisan/penyajian harus dabedakan dengan paper/artikel
untuk kepentingan publiasi di jurnal, melainkan harus
dikemas dan disesuaikan dengan kebutuhan seminar dan
audience/peserta seminar. Hal/prinsip itu juga berlaku bagi
materi seminar yang dibuat berupa gagasan sebagai hasil
pemikiran, tidak harus ditulis menggunakan format review
article sebagaimana untuk kepentingan pubikasi di jurnal.

2.3. Prosiding (proceeding).

Prosiding pada dasarnya adalah bentuk terbitan,


bukan bentuk KTI. Prosiding merupakan terbitan berisi
kumpulan materi/paper yang dipresentasikan dalam suatu
konferensi ilmiah. Untuk kepentingan penerbitan prosiding,
penyelenggara membentuk tim editor yang bertugas
mengkomplikasi, mengedit, dan menulis uraian tentang isu
utama yang menjadi materi/tema pokok dalam konferensi
dan uraian singkat dari tiap paper yang disajikan dalam
konferensi. Apa yang dbuat/ditulis oeh tim editor tersebut
disajikan di bagian awal dari prosiding, bisa dengan judul
Pendahuluan atau judul diseseuaikan dengan materi/tema
pokok konferensi.
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar19

Bab 3

Pembuatan KTI untuk


Publikasi di jurnal dan
presentasi di forum
ilmiah.

Deskripsi Singkat Daftar Isi


Bab ini menyajikan format dan  Prinsip-prinsip dasar
prinisp-prinsip dasar pembuatan pembuatan KTI non
KTI untuk publikasi di jurnal dan buku.
untk presentasi di forum ilmiah.  Format KTI non buku
(untuk publikasi di
Setelah mengikuti materi Bab 3, jurnal dan presentasi
diharapkan peserta diklat mampu: dalam forum ilmiah).
 Menjelaskan Format dan prinsip-
prinsip dasar pembuatan KTI
untuk publikasi di jurnal;
 Menjelaskan Format dan prinsip-
prinsip dasar pembuatan KTI
untuk presentasi di forum ilmiah.
20 Modul – Penulisan KTI Non Buku

3.1. Prinsip-prinsip dasar pembuatan KTI non buku

Dalam kehidupan sosial, masyarakat terikat oleh


norma/kaidah yang berlaku baik universal maupun “lokal” di
mana mereka tinggal. Norma/kaidah lokal tidak hanya
mencakup perspektif gografis/spasial tetapi juga profesi.
Demikian halnya dalam penulisan KTI, terdapat
norma/kaidah/prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh penulis.
Pada dasarnya, prinsip-prinsip dasar dalam penulisan KTI
non buku sama dengan prinsip-prinsip yang berlaku pada
penulisan karya tulis pada umumnya.
Prinsip-prinsip dasar penulisan KTI non buku meliputi
originality, menghindari academic fraud, dan penggunaan
bahasa yang tepat. Penjelasan ketiganya disajikan pada bagian
berikut ini.

3.1.1. Originality.

Terdapat sesuatu yang melatarbelakangi/mendorong


ditulisnya KTI. Lebih lanjut, penulisan (dan publikasi) KTI
(terlepas dari paradigma dan metode yang digunakan,
mengandung dari maksud (purpose) untuk memberikan/
kontribusi dalam pemahaman dan pengembangan
pengetahuan pada topik/substansi yang ditulis. Apa
kontribusi itulah yang perlu diuraikan dengan singkat dan
padat sehingga pembaca dapat menangkapnya dengan baik.
Kontribusi suatu KTI juga mengandung makna adanya
kebaruan (originality, novelty) dari KTI dibanding KTI yang
sudah ada, termasuk dari KTI karya kita sendiri yang pernah
kita buat. Oleh sebab itu, dalam pembuatan KTI terdapat
tahapan penelusuran dan pengkajian terhadap studi yang
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar21

pernah dilakukan sebelumnya atau karya tulis yang telah ada


(literature review) pada topik KTI kita, sehingga kita dapat
dengan baik mengidentifkasi apa yang masih belum dikaji atau
belum mendalam dikaji atau masih tersisa untuk dilakukan
studi/dikaji (state of the art). Dengan tahapan itulah, penulis KTI
dapat menegaskan kontribusi dan signifikansi dari karya kita.
Novelty merupakan salah satu kriteria penting bagi
pengelola jurnal dan para reviewer dalam menilai kelayakan
manuscript untuk diterbitkan dalam jurnal. Originalitas juga
merupakan salah satu kriteria yang digunakan oleh Tim
Penilia Angka Kredit baik internal (instansi) maupun nasional
sebagaimana ketentuan dalam Perka LAN terkait KTI dan
penghitungan angka kredit.

3.1.2. Menghindari academic fraud.

Dalam pebuatan KTI penulis harus memegang


teguh/menjunjung tinggi etika akademik sehingga dapat
terhindar dari perilaku-perilaku curang dari perspektif
akademik (academic fraud). Menurut The Honor Committee,
University of Virginia (2012), academic fraud mencakup
plagiarism, multiple submission, false citation, false data, internet
resources. Lebih lanjut disebutkan:
Plagiarism is representing someone else’s ideas or work as your
own original ideas or work. Plagiarism encompasses many
things and is by far the most common manifestation of
academic fraud. For example, copying a passage straight from
a book, a website, or any other source into a paper without
using quotation marks and explicitly citing the source is
plagiarism. Additionally, paraphrasing without citing your
original source is considered plagiarism.
22 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Senada dengan pengertian di atas, Rozakis, 2007, p. 117)


menyatakan “Plagiarism is the technical name for using someone
else’s words without giving adequate credit”. Adapun yang
termasuk dalam kategori plagiarime menurut Rozakis, 2007 (p.
117):
1. Using someone else’s ideas without acknowledging the
source.
2. Paraphrasing someone else’s argument as your own.
3. Presenting someone else’s line of thinking in the
development of an idea as if it were your own.
4. Presenting an entire paper or a major part of it developed
exactly as someone else’s line of thinking.
5. Arranging your ideas exactly as someone else did—even
though you acknowledge the source(s) in parentheses.

Menurut Ellison (2010, p. 123), pada dasarnya


plagiarisme adalah “representing other people’s work and ideas as
your own”. Dalam pandangan Ellison (2010, p. 123), bisa saja
plagiarisme terjadi dengan ketidaksengajaan ketika kita tidak
menguasai bagaimana menyajikan (mengutip) karya orang
lain dengan benar dalam karya kita, sebagimana dinyatakan
“Plagiarism is not always deliberate. It can happen inadvertently
when students do not understand how to properly present others’
work within their own papers”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat
diketahui esensi plagiarime, yaitu menyajikan ide karya orang
lain tanpa menunjukkan/menyebutkan sumbernya, baik
dengan sengaja untuk diakui sebagai ide karya sendiri
maupun dengan tidak sengaja misalnya akibat
kekurangtelitian atau bahkan ketidaktahuan bagaimana
menyajikan ide karya orang lain dalam karya (KTI) kita.
Sekali lagi, plagiarime tidak saja menyajikan tulisan
atau kalimat karya orang lain dalam karya kita tanpa
menyebutkan sumbernya, tetapi juga ide karya orang lain yang
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar23

kita ambil/gunakan dalam karya kita dengan menggunakan


bahasa/kalimat kita sendiri (paraphrase) tetapi tanpa
menyebutkan sumber dari mana ide tersebut diambil.
Praktek/kejadian plagiarisme bentuk apapun dan
karena apapun merupakan pelanggaran norma/kaidah
akademik dan dapat berakibat serius bagi yang
melakukan/mengalaminya.
Perkembangan terkait upaya menegakkan norma/
kaidah akademik baik perguruan tinggi maupun oleh penerbit
buku dan jurnal (di Indonesia dan di luar negeri) adalah
digunakannya software untuk mendeteksi adanya plagiarisme.
Biasanya, diperguruan tinggi deteksi plagiarisme dilakukan
setelah tugas akhir telah diserahkan (submission) dan sebelum
dilaksanakan ujian tugas akhir. Untuk jurnal, deteksi
dilakukan diawal proses yaitu saat manuscript diterima oleh
pengelola jurnal, sebelum diteruskan ke para reviewer.
Bentuk kecurangan yaitu lain adalah adanya
kebohongan dalam kutipan atau kutipan palsu (false citation).
Artinya, penulis menyajikan suatu kutipan dengan dengan
sumbernya tetapi sebenarnya kutipan tersebut tidak ada pada
kenyataannya. Orang melakukan kutipan palsu bisa dengan
maksud untuk memperlihatkan “kadar ilmiah” tetapi tidak
mempunyai bahan yang memadai atau bahkan karena malas
(masalah moralitas). Ada juga karena mereka menilai adanya
peluang untuk tidak terdeteksi oleh pengelola jurnal atau
pihak lain terkait dengan karya mereka. Meskipun itu
dilakukan dan lolos, tentu akan tetap mengandung resiko dan
yang paling mendasar adalah bahwa penulis tersebut
mengetahui dan menyadari kebohongan tersebut. Hati nurani
tentu tidak dapat menerima kebohongan tersebut.
Dalam research article atau bentuk karya lain diperlukan
data, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Menyajikan
24 Modul – Penulisan KTI Non Buku

data yang tidak benar dengan sengaja, termasuk data statistik


dalam tabel atau bentuk lain, data responden, data hasil
wawancara atau juga hasil perhitungan matematik dan dari
rumus statitik adalah kebohongan data (false data) dan
merupakan tindakan curang dan oleh karena itu melanggar
norma/kaidah akademik. Tindakan tersebut tidak selayaknya
dilakukan dengan alasan apapun. Penulis KTI harus menjahui
perilaku tersebut.
Perkembangan teknologi informasi dan internet sangat
pesat, selain memberikan dampak positif/ menguntungkan
bagi kita juga membawa potensi dampak negatif dalam
pembuatan KTI. Dalam internet tersedia data dan informasi
berlimpah, termasuk berupa tugas akhir secara utuh (fulltext)
yang mencakup skripsi, tesis, disertasi yang di-download. Selain
itu juga tersedia artikel ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal
atau review, dan data/informasi yang dipublikasi oleh insitusi
baik pemerintah, perusahaan maupun perguruan tinggi.
Kecurangan akademik terkait dengan pemanfaatan
internet setidaknya ada dua hal: pertama, menggunakan data
yang ada di internet tanpa menyebutkan sumber dan/atau
mendapatkan ijin dari pemilik data. Untuk menghindari
kecurangan mengenai data tersebut hanya dengan
mencantumkan sumber dari mana data tersebut diambil.
Kedua, isilah copy-paste sudah sangat dikenal dan
dilakukan mulai dari anak-anak SD hingga orang-orang
dewasa, termasuk Widyaiswaa. Dalam pembuatan KTI,
perilaku yang harus dihindari adalah “sekedar copy-paste” dari
internet atau sumber digital lainnya tanpa menyebutkan
sumbernya. Wujud perilaku tersebut misalnya mengambil
suatu kalimat atau paragraph kalimat lengkap dengan sumber
dan daftar pustakanya, sehingga Nampak orang yang
melakukannya seakan-akan benar-benar membaca referensi
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar25

tersebut dan mengutip sserta menyajikannya dalam karya dia.


Padahal, orang tersebut keanyataannya hanya mengambil dari
karya orang lain, “sekedar copy-paste”.
Terdapat beberapa cara/solusi untuk terhindar dari,
misalnya dengan langkah menemukan dan membaca referensi
yang oleh digunakan oleh penulis lain yang ditemukan di
internet tersebut dan kemudian membuat kutipan merujuk
pada referensi tersebut. Solusi ini memposisikan karya orang
lain menjadi inspirasi dan batu loncatan menuju referensi yang
sesuai dengan substansi karya kita.
Selain itu, menghidari perilaku “sekedar copy-paste”
dalam juga dengan menggunakan pola secondary reference atau
disebut juga secondary source. Misalnya akan dikutip tentang
domain of learning menurut Bloom yang dimuat dalam
http://www.nwlink.com/~donclark/hrd/ bloom.html yang
ditulis oleh Donald Clark yang juga dicantumkan daftar
referensi di arti artikel, tidak selayaknya kita sekedar copy-paste
teks yang menyebutkan tiga doman tersebut dengan menulis
sumber “(Bloom, et al., 2056)” beserta daftar pustaka “Bloom,
B.S. (Ed.). Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H.,
Krathwohl, D.R. (1956). Taxonomy of Educational
Objectives, Handbook I: The Cognitive Domain. New York:
David McKay Co Inc.).
26 Modul – Penulisan KTI Non Buku

The Three Domains of Learning

The committee identified three domains of


educational activities or learning (Bloom, et al.
1956):
o Cognitive: mental skills (knowledge)
o Affective: growth in feelings or emotional areas
(attitude or self)
o Psychomotor: manual or physical skills (skills)

….

References

Bloom, B.S. (Ed.). Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill,


W.H., Krathwohl, D.R. (1956). Taxonomy of
Educational Objectives, Handbook I: The Cognitive
Domain. New York: David McKay Co Inc.
Clark, R., Chopeta, L. (2004). Graphics for Learning :
Proven Guidelines for Planning, Designing, and
Evaluating Visuals in Training Materials . San
Francisco: Jossey-Bass/Pfeiffer.

Karena kita tidak membaca dan mengambil


langsung dari buku Bloom, maka seharusnya dalam
naskah kita ditulis: Tiga domain pembelajaran menurut
Bloom (sebagaimana dikutip dalam Clark, 2015) ….
Meskipun “kadar akademik” secondary reference lebih
rendah dibanding primary reference, tetapi hal itu
merupakan langkah yang benar dan tidak melanggar
norma/kaidah akademik. Namun demikian dalam KTI
terutama untk kepentingan publikasi di jurnal, secondary
reference perlu dibatasi dan diupayakan untuk
menggunakan primary reference.
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar27

Kecurangan akademik lain yang harus dihindari adalah


menggunakan satu karya sendiri untuk keperluan publikasi
bersamaan atau berulang (multiple submission). Lebih jauh,
APA (2010) mengkaitkannya dengan plagiarime yang dsebut
dengan self-plagiarism, engan menyatakan:
Whereas plagiarism refers to the practice of claiming credit for
the words, ideas, and concepts of others, self-plagiarism refers
to the practice of presenting one's own previously published
work as though it were new (p. 170).

Klasifikasi tersebut didasarkan pada pandangan APA


(2010) bahwa suatu karya tulis baru seharusnya memberikan
kontrubusi baru (original) bagi pengetahuan, sebagaimana
dinyatakan:
The core of the new document must constitute an original
contribution to knowledge, and only the amount of previously
published material necessary to understand that contribution
should be included, … (p. 1 6 ).

3.1.3. Menggunakan Bahasa yang Tepat.

Penggunaan bahasa dan kalimat dalam pembuatan KTI


memiki karakeristik tersediri dan mempunyai beberapa
perbedaan dibanding dengan penulisan karya tulis lainnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatian dan diikuti dalam
pembuatan KTI meliputi, pertama, penggunaan kalimat
tunggal daripada kalimat ganda/majemuk.
Kedua, penggunaan kalimat pasif versus kalimat aktif.
Studi Alvin (2014) yang diterbitkan di Journal of Science
Communication, 13 (01) dengan judul The passive voice in
scientific writing. The current norm in science journals,
memperlihatkan proporsi penggunaan kalmat pasif sekitar
30% dan sekita 29% nya digunakan di bagian metodologi
(p. 1).
28 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Gambar 2.
Rata-rata prorposi kalimat pasif.
Garis merah menunjukkan rata-rata dalam koleksi (corpus).
Sumber: Alvin (2014, p. 8).

Dalam kesimpulannya, Alvin (2014) meyakini bahwa


dalam penulisan scientific article terdapat perubaan kea rah
pengunaan kalimat aktif, sebagaimana dinyatakan:
Many books and guides on scientific writing currently advice
authors to use the active voice whenever possible. The main
argument is that the active voice helps to make the writing clear
and concise. This represents a change from the situation in the
major part of the 20th century, when the passive voice was
characteristic of scientific writing in general (p. 13).

Meskipun nampak trend perubahaan sebagiaman hasil


riset di atas, penggunaan kalimat aktif atau pasif, terutama
apda KTI yang terkait dengan pihak lain misalnya untuk
kepentinan publikasi di jurnal, tidak lepas dari ketentuan yang
diberlakukan oleh mereka.
Ketiga, penggunakan kata ganti orang dalam kalimat.
Dalam hal kalimat pasif, kata ganti orang tidak diperlukan.
Dalam kalimat aktif, sebagian orang sudah terbiasa
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar29

menggunakan kata ganti orang bentuk ketiga misalnya


Penulis atau Peneliti dalam KTI mereka. Penggunakan kata
ganti orang bentuk ketiag tersebut perlu dihindari dan dapat
dipilih kata hanti orang pertama misalnya saya atau kami.
APA (2010) menyajikan contoh-contoh penggunaan kata
ganti orang yang benar, salah satunya adalah:

Use a personal pronoun rather than the third person


when describing steps taken in your experiment.

Correct:
We reviewed the literature…

Incorrect:
The authors reviewed the literature… (p. 68)

Selain ketiga prinsip yang telah diuraikan di atas, dalam


konteks penulisan KTI oleh widyaiswara ditambah dengan
dua prinsip khususnya menyangkut substansi KTI, yaitu
dalam lingkup kediklatan dan sesuai dengan bidang
spesialisasi Widyaiswara.

3.1.4. Substansi dalam lingkup kediklatan.

Dalam Peraturan Kepala LAN No. 26/2015 Pedoman


Penilaian AK Jabatan Fungsinal Widyaiswara, khususnya
pada bagian Pembuatan Karya Tulis/Karya Ilmiah, disebutkan
dua hal: (1) KTI dalam bidang spsialisasi keahlainnya dan (2)
KTI dalam lingkup kediklatan. Lebih lanjut, yang dimaksud
dengan KTI Kewidyaiswaraan menurut Perka LAN No.
26/2015 adalah “karya tulis ilmiah yang secara substantif
30 Modul – Penulisan KTI Non Buku

terkait dengan tugas dalam lingkup kediklatan dan


pengembangan spesialisasi Widyaiswara” (p. 19).
Pernyataan secara substantif, KTI kewidyaiswaraan
mencakup dua makna, pertama, substansi KTI dapat
berikaitan dengan manajemen/pengelolaah diklat, yaitu
meliputi perencanaan diklat, pelaksanaan/penyelenggaraan
diklat, dan evaluasi diklat. Topik dalam kategori itu misalnya
keterlibatan widyaiswara dalam perencanaan pelatihan …,
efektivitas metode studi kasus dalam pembelajaran .. pada
diklat …, dampak diklat …. terhadap …, analisis ROTI pada
diklat yang diselenggarakan oleh …
Kedua, mengingat suatu diklat dilaksanakan untuk
penyampaian suatu materi tertentu tergantung pada nama dan
tujuan diklat, maka konsep “dalam lingkup kediklatan” juga
mencakup makna substansi atau materi atau isi diklat. Oleh
sebab itu, dari perspektif substansi/matri diklat, maka KTI
kewidyaiswaraan dalam lingkup kediklatan dapat berupa KTI
dengan fokus atau topik sebagaimana substansi/materi suatu
diklat dan disesuaikan dengan atau bergantung pada instansi
penyelenggaran diklat.
KTI substansi diklat dapat dengan fokus/topik
misalnya:
 Pico-Hydro-Plant untuk pembangkit listrik di pedesaan
terpencil …,
 evaluasi klinis terhadap anemia pada domba …,
 efektivitas metode tanam padi Jajar Legowo …,
 perpindahan Perfluorooctanoic Acid (PFOA) dan
Perfluorooctane Sulfonate (PFOS) dari makanan
terkontaminasi ke dalam susu dan daging domba …,
 bioremediasi terhadap lahan pertanian the yang
terkontaminasi minyak mentah…,
 gender dalam gerakan anti korupsi…,
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar31

 pengembangan environment-friendly oil-based mud…,


pembelajaran berbasis masalah …,
 pengajaran dengan pendekatan multi-paradigmatic…., dan
lain-lain.

3.1.5. Substansi sesuai dengan bidang spesialisasi


Widyaiswara.

Prinsip selanjutnya adalah bahwa KTI yang ditulis harus


sesuai dengan bidang spesialisasi Widyaiswara.
Sebagaiamana dinyatakan dalam Pasal 1 Peraturan Menteri
PAN & RB No. 22/2014 tentang Jabatan Fungsional
Widyaiswara dan Angka Kreditnya, yang dimaksud dengan
Bidang Spesialisasi Widyaiswara adalah keahlian yang
dimiliki oleh Widyaiswra yang didasarkan pada rumpun
keilmuan tertentu sesuai latar belakang pendidikan dan/atau
pengalaman kerjanya. Prinsip ini menegaskan bahwa kualitas
substantif KTI dapat dicapai dengan penguasaan substanstif
oleh punulis dalam hal ini Widyaiswara yang tidak hanya
diperoleh dari pendidikan yang pernah ditempuh tetapi juga
pengalamana kerja atau penugasan kepadanya. Lebih jauh,
penugasan substantif Widyaiswara tentu juga Wisdyaiswara.
Pertanyaaanya, bagaimana bila Widyaiswara men-
dapatkan penugasan yang berbeda dengan bidang
keahliannya? Misalnya, seorang dokter gigi tidak lagi bertugas
di Puskesmas yang kemudian menjadi Widyaiswara di
Badiklat suatu provinsi dengan penugasan menganjar bidang
tertentu pada Diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan,
dan/atau diklat teknis yang tidak terkait dengan bidang
kedokteran gigi. Pada situasi demikian maka untuk konteks
penulisan KTI, bidang spesialisasi Widyaiswara tidak lagi
32 Modul – Penulisan KTI Non Buku

kedokteran gigi tetapi mengikuti bidang sesuai dengan


penugasannya sebagai Wisyaiswara.

3.2. Format KTI non buku (untuk publikasi di jurnal dan


presentasi dalam forum ilmiah).

KTI untuk pubikasi di jurnal, meskipun penerbit jurnal


menerapkan aturan masing-masing dalam penulisan
manuscript, sacara umum manuscript memuat tiga bagian:
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Untuk research article
(KTI berbasis hasil penelitian), bagian awal meliputi:
 Judul
 Penulis, beserta afiliasi yaitu instusi dimana penulis
bekerja atau berafiliasi dan beberapa jurnal juga
mencantumkan alamat email
 Abstrak
 Kata Kunci (keywords).

Abstrak untuk jurnal yang diterbitkan di Indonesia


ditulis dalam dua Bahasa: Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris. Hal tersebut didasarkan pada ketentuan yang
dikeluarkan oleh institusi yang menerbitkan akreditasi jurnal
di Indonesia.
Pada bagian isi research article disajikan:
 Pendahuluan
 Tinjauan literatur (literatur review)
 Metode
 Hasil (results)
 Pembahasan (discussion)
 Simpulan.
Pembuatan KTI: Format dan Prinsip Dasar33

Pada beberapa jurnal ditentukan bahwa hasil Literature


Review disajikan menyatu dengan pandahuluan. Begitu pula
Pembahasan, beberapa jurnal mBerkaitan dengan hal ini, Day
(1998) menyebutkan umunya organisasi/format KTI meliputi
“Introduction, Methods, Results, and Discussion yang
disngkat dengan ackonim “IMRAD”.
Sedangkan bagian akhir manuscript memuat Daftar
Pustaka (Reference) yaitu sumber yang benar-benar digunakan
(dikutip) dalam manuscript. Pada bagian akhir, Penulis juga
dapat menambahkan Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment)
untuk mengungkapkan penghargaan/terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu atau berjasa dalam penulisan
manuscript atau juga dalam penelitian yang mendasar
penulisan manuscript. Ucapan terima kasih misalnya ditujukan
kepada seseorang atau beberapa orang yang telah diminta atau
memberi masukan/komentar substantif atau kepada institusi
tertentu yang telah memberikan biaya penelitian (research
grant).
Untuk KTI berupa review article (hasil pemikiran),
manuscript juga terbagi menjadi tiga bagian: bagian
awal,bagian isi dan bagian akhir. Apa yang dimuat dalam
Bagian awal review article sama dengan dalam research article.
Sedangkan untuk Bagian Isi, apa yang disajikan beserta
pembagiannya (heading) disesuaikan dengan kebutuhan dan
ditentukan sepenuhnya oleh penulis. Pada Bagian Akhir review
article disajikan daftar pustaka (reference).
Selain untk kepentingan publikasi dlam jurnal, KTI
juga dapat bentuk makalah (paper) untuk kepentingan
presentasi dalam forum ilmiah. Beberapa macam forum ilmiah
dintaranya konferensi ilmiah (scientific conferention) yang
biasanya diselenggarakan oleh asosiasi atau komunitas bidang
ilmu tertentu baik dengan peserta khusus bagi mahasiswa
34 Modul – Penulisan KTI Non Buku

maupun umum, diskusi ilmiah (scientific discussion forum),


seminar.
Pada umumya scientific conference merupakan forum
untuk menyajikan/menyampaikan hasil penelitian bidang
tertentu yang diikuti dan dihadiri oleh orang-orang dari
asosiasi atau komunitas bidang tersebut. Oleh karena itu
format dan isi KTI (manuscript) untuk konferensi ilmiah sama
dengan research arcticle untuk publikasi di jurnal. Adapun
untuk forum diskusi ilmiah, bentuk/kategori KTI dapat berupa
research arcticle maupun review article dengan format da nisi
disesuaikan dengan kategori KTI. Tidak jarang penyelenggara
diskusi ilmiah menetapkan format dan isi KTI yang akan
dipresentasikan dalam forum diskusi ilmiah. Sedangkan KTI
untuk forum seminar, tidak ada format baku sehingga dapat
disesuaikan dengan tujuan seminar dan tentu tujuan dan isi
KTI tersebut. Meskipun demikian, penulisan KTI unttuk
presentasi dalam formum ilmiah juga harus mengikuti prinsip-
prinsp data penulisan KTI sebagaiman telah diuraikan di awal
bab ini.
Publikasi KTI (How to Get Published)35

Bab 4

Publikasi KTI Non Buku


(How To Get Published)

Deskripsi Singkat Daftar Isi


Bab ini menyajikan panduan untuk  Pemilihan jurnal:
publikasi/penerbitan KTI di jurnal, Kredibilitas Jurnal
mulai dari pemilihan jurnal  Pembuatan
penulisan manuscript hingga manuscript: dari judul
penyerahan (submit) manuscript). hingga Daftar Pustaka
(references)
Setelah mengikuti materi  Proses/mekanisme
Bab 4, diharapkan peserta diklat penyerahan dan
mampu: review manuscript.
 Menjelaskan kriteria pemilihan
jurnal untuk publikasi.
 Membuat/menulis manuscript.
 Menjelaskan proses/mekanisme
penyerahan dan review
manuscript.
36 Modul – Penulisan KTI Non Buku

4.1. Pemilihan jurnal: Kredibilitas Jurnal.

Perhatikan publikasi di bawah ini (Gambar 3), apakah


ada yang aneh dalam karya publikasi tersebut? Bagaimana
penilaian Anda terhadap (kredibilitas) jurnal tersebut?

Gambar 3
Research Paper yang sangat diragukan.

Pada Bab 1 telah diuraikan bahwa publikasi karya tulis


ilmiah merupakan hal penting, selain untuk kepentingan
diseminasi dan bentuk “akuntabilitas”, juga untuk
kepentingan mendapatkan angka kredit. Publikasi karya tulis
Publikasi KTI (How to Get Published)37

ilmiah diawali dengan menetapkan di mana karya tulis


ilmiah akan dipublikasikan/diterbitkan.

Pada tahun 2012 dunia akademik dihebohkan dengan


publikasi berjudul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using
Multiple-Temporal Satellite Imagery" yang dimuat di African
Journal of Agricultural Research, Vol 7, No 28, pp 4038-4044, 24
Juli 2012 dengan tertulis tiga penulis Nono Lee, Agnes
Monica, Inul Daratista. Semua mengetahui dua nama
terakhir tersebut, semuanya penyanyi, tidak mungkin terlibat
dalam penulisan paper bidang pertanian tersebut.
Berdasarkan hasil penelusuran Kepala Pusat
Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI , ternyata materi
paper diambil dari tulisan Arika Brdhikitta dan Thomas J.
Overcamp: "Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with
Different Ecosystem from Moderate-Resolution Satellite Imagery"
yang dipadukan dengan tulisan Abdul Karim Makarim
(Central Research Institute for Food Crops, Jalan Merdeka
147, Bogor, Indonesia) yang berjudul "Bridging the Rice Yield
Gap in Indonesia" (Tempo, 29 Agustus 2012).

Informasi di atas menggambarkan bahwa dalam hal


penerbitan jurnal terdapat upaya-upaya tidak terpuji, baik
dari sisi penerbit maupun penulis. Lebih lanjut dikenal istilah
jurnal predator (predatory juournal) yang pada intinya adalah
jurnal yang menerapkan biaya untuk keperluan terbitnya
sebuah manuscript, tanpa adanya kejelasan tentang proses
review oleh peer reviewer. Munculnya jurnal predator tidak
lepas dengan berkembangnya jurnal online (Open Access
Journal-OAJ) dan upaya-upaya oleh orang-orang yang
memerelukan publikasi tetapi dengan jalan pintas.
Untuk mengetahui jurnal predator atau setidaknya
yang masuk dalam kategori meragukan, khususnya konteks
internasional, dapat digunakan referensi atau daftar yang
38 Modul – Penulisan KTI Non Buku

buat oleh Jeaffrey Beal, meskipun daftar tersebut juga


sebagian pihak tidak sepenuhnya berkeberatan. Ditjen Dikti
juga mengeluarkan daftar jurnal jurnal internasional yang
masuk black list dan atau perlu diklarifikasi sehingga
tidak/belum dapat dinilai sebagai angka kredit untuk
kenaikan jabatan fungsional dosen, termasuk jurnal nasional.
Untuk jabatan fungsional widyaiswara, tentu jurnal predator
juga harus diwaspadai dan dihindari, dan yang terpenting
adalah menghindari perilaku menggunaan jalan pintas dalam
penerbitan jurnal karena dapat berakibat hilangnya
kridibilitas widyaiswara tersebut.
Secara internasional, selain pertimbangan terkait jurnal
predator, dua hal lain yang perlu dijadikan pertimbangan
dalam memilih jurnal untk publikasi KTI, yaitu terkait indeks
dan Journal Impact Factor (JIF). Dua lembaga pengindeks yang
biasanya menjadi ukuran kredibilitas jurnal adalah Scopus
dari penerbit Elsevier dan Thomson dari Thomson Reuters.
Dalam penerbitan pada jurnal internasional dikenal istilah
jurnal internasional bereputasi. Reputasi tersebut pada
umunya diukur dari apakah suatu jurnal terindeks Scopus
atau Thomson.
Journal impact factor (juga sering disebut sebagai
keterkutipan) merupakan ukuran yang menggambarkan
jumlah rata-rata kutipan (citation) terhadap satu artikel
dalam suatu jurnal pada periode tertentu, yaitu dua tahun.
Semakin tinggi nilai impact factor mencerminan semakin tinggi
suatu artikel memberikan dampak bagi perkembangan ilmu
pengetahuan melalui pemanfaatan artikel tersebut dengan
cara pengutipan. Tidak jarang, indeks dan journal impact
factor digunakan oleh penyelenggara suatu konferensi
akademik untuk menarik minat calon peserta dan bahkan
Publikasi KTI (How to Get Published)39

juga menjadi dasar menentkan biaya yang dikenakan kepada


peserta. Konferensi semacam ini menjanjikan artikel yang
lolos/diterima dalam konferensi tersebut otomatis akan terbit
di jurnal tertentu. Tentu, salah satu implikasinya adalah
adanya seleksi manuscript yang ketat untuk diterma di
konferensi tersebut.
Untuk konteks dalam negeri (Indonesia), kualitas
journal dan/atau kredibilitas penerbit jurnal didasarkan pada
apakah suatu jurnal telah terakreditasi oleh Kementerian
Ristek dan Dikti (LIPI dan Ditjen Dikti). Pilihan pertama untk
penerbitan KTI tentu sebaiknya pada jurnal nasional
terakreditasi. Tetapi harus disadari bahwa untuk publikasi
pada jurnal trakreditasi sangat kompetitif.
Pilihan berikutnya adalah publikasi KTI pada jurnal
nasional belum terkreditasi tetapi harus dengan
mempertimbangkan kualitas jurnal dan kredibilitas penerbit
jurnal. Penerbitkan KTI pada jurnal yang masuk dlam
kategori “meragukan” atau bahkan predator akan merugikan
penulis KTI. Selain tidak akan diterima untuk keperluan
angka kredit, juga dapat berdampak pada penilaian terhadap
kredibilitas dan integritas penulis tersebut.

4.2. Pembuatan manuscript: dari judul hingga Daftar


Pustaka (references)

4.2.1 Topik

Langkah pertama dalam penulisan KTI adalah


pemilihan topik. Topik merupakan jawaban atas pertanyaan:
KTI Anda tentang apa? Pada awalnya, penulis dapat
menentukan topik besar/umum (broad topic), tetapi harus
40 Modul – Penulisan KTI Non Buku

dilanjutkan dengan menetapkan topik lebih spesifik/fokus


atau dikenal dengan istilah narrowing/focusing topic.
Dalam narrowing/focusing topic Creswell (2014, hal 103)
menggunakan istilah “working title” untuk memperjelas
bahwa topik perlu spesifik dan nantinya topik spesifik
tersebut akan menjadi dasar/bahan dalam merumuskan judul
KTI. Tentang working title, Creswell (2014) menyatakan:

Describe the topic in a few words or in short phrase. The topic


becomes the central idea to learn about or to explore. … The
working or draft title becomes a major road sign in research –
a tangible idea that the researcher can keep refocusing on and
changing as the project goes on. It becomes an orienting
device (hal 103).

Pada KTI berupa research paper/research article untuk


pubikasi di jurnal, yaitu KTI berbasis hasil penelitian, tidak
ada masalah dalam penentuan topik karena topik KTI berupa
research paper/research article mengikuti atau sama dengan
topik penelitian yang menjadi dasar penulisan research
paper/research article. Jadi, isu tentang topik relevan pada saat
merencanakan penelitian. Topik tersebut tetap harus dalam
lingkup kedikalatan dan sesuai dengan bidang spesialisasi
Widyaiswara sebagaimana telah diuraikan pada Bab 3.
Pemilihan topik KTI menjadi tahap sangat penting
dalam penulisan KTI untuk kepentingan publikasi di jurnal
bila KTI berupa gagasan atau hasil pemikiran (review article).
Dalam pemilihan topik tetap harus memperhatikan prinsip
originalitas. Jadi, setelah memilih broad topik, penulis harus
memfokuskan pada topik spesifik dan tetap melakukan
penelusuran literatur tentang topik untuk mengidentifikasi
dan menegaskan signifikansi topik spesifik tersebut.
Publikasi KTI (How to Get Published)41

Narrowing/focusing topic dapat dilakukan dengan


mengajukan pertanyaan terhadap broad topic, yaitu
menanyakan “apanya ?” dua-tiga kali. Berikut ini contoh
narrowing topik.
Broad topic : Korupsi
Apanya : Perilaku koruptif
Apanya : Perspektif gender
Apanya : dalam pelayanan publik

Broad topic : Erupsi


Apanya : Lahar
Apanya : Lahar akibat hujan (rainfall-induced lahars)
Apanya : Pergabungan (coalescence) dan struktur

Baik KTI berbasis penelitian maupun gagasan/hasil


pemikiran, topik tetap harus dalam lingkup kedikalatan dan
sesuai dengan bidang spesialisasi Widyaiswara sebagaimana
telah diuraikan pada Bab 3.

4.2.1 Judul

Terdapat ungkapan “apalah arti sebuah nama”. Bila


dibawa ke konteks KTI, khususnya untuk kepentingan
publikasi di jurnal, bisa menjadi “apalah arti sebuah judul”.
Dalam artikel jurnal, judul merupakan sesuatu yang sangat
penting. Day (1998, hal 15) menggambarkan pentingnya
dengan mengingatkan bahwa judul akan dibaca oleh
ribuan orang. Mungkin sebagian dari mereka akan
membaca keseluruhan isi artikel, tetapi banyak orang
akan membaca judul, apakah membacanya di artikel
dalam jurnal atau di salah satu pubikasi sekunder
42 Modul – Penulisan KTI Non Buku

misanya abstrak atau indeks. Itulah sebabnya, semua


kata yang digunakan dalam judul harus merupakan
hasil pemilihan dengan penuh kesungguhan.
Rumusan judul, termasuk artikel/KTI (manuscript),
setidaknya mengandung dua maksud: menginformasikan
topik utama KTI dan membuat orang/pembaca tertarik
(attracted) terhadap KTI. Untuk itu, judul perlu memenuhi
prinsip, informatif (substansi utama/topik dari KTI),
singkat/padat, dan appealing (menarik). Pada research article,
yaitu berbasis penelitian, khususnya penelitian kuantitatif,
perlu memuat variabel-variabel yang digunakan.
Berkaitan dengan panjang judul, Day (1998, hal 15)
menegaskan bahwa judul yang baik sebagai judul yang
memuat sesedikit mungkin kata tetapi tetap mampu
menggambarkan isi artikel. Dengan berkembangnya sistem
indexing dan abstracting berbasis internet, rumusan judul
yang buruk dapat berdampak tidak dapat ditemukan oleh
pembaca sebagimana dinyatakan oleh Day (1998):
Remember that the indexing and abstracting services depend
heavily on the accuracy of the title, as do the many individual
computerized literature-retrieval systems in use today. An
improperly titled paper may be virtually lost and never reach
its intended audience (hal 15).

Dalam Publication Manual of APA edisi keenam, APA


(2010) menjelaskan:
A title should summarize the main idea of the manuscript
simply and, if possible, with style. It should be a concise
statement of the main topic and should identify the variables
or theoretical issues under investigation and the relationship
between them. … Although its principal function is to inform
readers about the study, a title is also used as a statement of
Publikasi KTI (How to Get Published)43

article content for abstracting and reference purposes in


databases. (hal 23)

APA memberi contoh judul yang baik "Effect of


Transformed Letters on Reading Speed“. Jason A. Grissom,
Demetra Kalogrides dan Susanna Loeb memberi judul article
mereka yang dimuat dalam jurnal Educational Evaluation
and Policy Analysis, Maret 2015, Vol. 37, No. 1, hal. 3 –28
“Using Student Test Scores to Measure Principal Performance”.
Contoh lain adalah “Efektivitas Metode Studi Kasus dalam
Pembelajaran Anti Korupsi” dan “Fault-controlled Alpine
Topography in Norway” yang tulis oleh P. T. Osmundsen et
al. dan dimuat dalam Journal of the Geological Society,
London, Vol. 167, 2010, hal. 83–98.
Judul yang baik adalah judul dengan sesingkat
mungkin. Pertanyaannya, berapa kata sebaiknya dalam judul
artikel jurnal? Jumlah kata bersifat relatif, selain harus tetap
memperhatikan kemampuan judul menggambarkan isi,
ketentuan jumlah kata bervariasi antar penerbit jurnal. Tetapi
secara umum, jumlah kata dalam judul sekitar 10-15. Sebagai
contoh, APA (2010, hal 23) dan Creswell (2013, hal 103)
merekomendasikan agar judul tidak lebih dari 12 kata.
Department of Biological Sciences, Columbia
University (2017) menyarankan dalam pembuatan judul
jurnal artikel sebaiknya spesifik menggambar isi tetapi tidak
terlalu teknis yang hanya orang-orang spesialis yang
memahami. Judul disesuaikan dengan audience yang pilih.
Judul menggambarkan substansi, misalnya “Effect of Smoking
on Academic Performance”, tetapi judul juga dapat berupa
rumusan hasil/temuan, yang menurut Department of
Biological Sciences, Columbia University (2017) judul seperti
itu lebih efektif, misalnya “Students Who Smoke Get Lower
Grades.”
44 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Pertanyaan berikutnya, apakah harus judul dengan


satu kalimat (single title) atau atau boleh dengan dua kalimat
(double title) atau dikenal juga dengan istilah “anak judul”?
Sebisa mungkin judul diupayakan dengan satu kalimat. Bila
dipilih menggunakan double title, harus dirumuskan dengan
tepat. Creswell (2013, hal 103) memberi contoh rumusan
double title “An Ethnography: Understanding a Child’s
Perception of War”. Hindari penulisan double title, misalnya,
“Perilaku Hidup Sehat Remaja: Studi Kasus Siswa SMA
Negeri di Jakarta”. Anak judul pada judul tersebut
merupakan pemborosan kata dan dapat dihilangkan,
sehingga judul menjadi “Perilaku Hidup Sehat Siswa SMA
Negeri”.

4.2.2 Abstrak

Pada hakekatnya. Abstrak adalah ringkasan padat dari


keseluruhan isi paper/artikel. Dengan ungkapanlain, abstrak
adalah “a mini version of the paper” (Day, 1998 hal 29) atau “the
entire paper in brief” (Plaxco, 2010, hal 2266). Dua kata
kuncinya adalah: (1) padat, mini version, brief, dan
(2) mengambarkan keselurusan isi.
Abstrak merupakan bagian penting dalam paper/artikel
jurnal karena abstrak merupakan obyek yang biasa dibaca
setelah orang membaca judul. Setelah membaca abstrak,
orang akan memutuskan apakah akan membaca naskah
lengkap paper/article jurnal karena tertarik atau penasaran isi
detailnya, atau berhenti sampai pada abstrak. Pentingnya
menuliskan abstrak yang baik juga karena di dalamnya
memuat kata-kata kunci (keywords) yang juga menjadi dasar
dalam pencarian dalam database.
Publikasi KTI (How to Get Published)45

Sebagai ringkasan pada, abstrak harus memuat seluru


isi paper/artikel jurnal, mulai dari pendahuluan hingga
kesimpulan. Pada umumnya, berlaku ketentuan bahwa
abstrak ditulis hanya dalam satu paragraf dan tidak lebih dari
250 kata.
Plaxco (2010) menegaskan bahwa Abstrak sangat
berkaitan erat dengan bagian Pembahasan dalam
paper/artikel jurnal (diuraikan pada Bab ini mulai halaman
xx). Kalimat pertama dalam abstrak dapat diambil apa
adanya dari kalimat pertama pada bagian Pembahasan.
Begitu juga kalimat terakhir dari abstrak, sebegaimana
disarankan oleh Plaxco (2010, Hl 2266):

These sentences will closely parallel the first paragraph of the


discussion. Indeed, they can often be pulled from that
paragraph almost verbatim; this sort of parallel structure
often makes a paper easier to read. … Abstracts need closure
(i.e., concluding sentences) too. Often an effective means of
achieving this is if the last sentence in your abstract is a
restatement of the last or second to last paragraph in your
discussion.

Kata kunci dalam abstrak memuat tiga hingga lima kata


atau frase penting yang digunakan dalam paper/artikel jurnal
dan merupakan pilihan penulis tentang kata atau frase apa
yang digunakan sebagai dasar pencarian bila orang akan
menemukan paper/artikel tersebut. Sebaiknya kata kunci
ditulis dalam Bahasa Inggris agar kemamputemuan
(searchability) menjadi lebih luas, yaitu secara internasional.
Penulisan paper/artikel untuk jurnal dalam negeri,
pengelola/penerbit jurnal mensyaratkan harus memuat
abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Ketentuan tersebut dibuat tidak lain karena mengikuti
46 Modul – Penulisan KTI Non Buku

kententuan Kementerian Ristek Dikti yaitu sebagai salah satu


kriteria dalam penilaian untuk kepentingan akreditasi jurnal.
Untuk memberikan gambarnya bentuk da nisi abstrak,
berikut ini disajikan beberapa contoh abstrak.

Using Student Test Scores to Measure Principal Performance


Jason A. Grissom and Susanna Loeb

Expansion of the use of student test score data to measure teacher


performance has fueled recent policy interest in using those data to measure
the effects of school administrators as well. However, little research has
considered the capacity of student performance data to uncover principal
effects. Filling this gap, this article identifies multiple conceptual approaches
for capturing the contributions of principals to student test score growth,
develops empirical models to reflect these approaches, examines the
properties of these models, and compares the results of the models
empirically using data from a large urban school district. The article then
assesses the degree to which the estimates from each model are consistent
with measures of principal performance that come from sources other than
student test scores, such as school district evaluations. The results show that
choice of model is substantively important for assessment. While some
models identify principal effects as large as 0.18 standard deviations in math
and 0.12 in reading, others find effects as low as 0.0.05 (math) or 0.03
(reading) for the same principals. We also find that the most conceptually
unappealing models, which over-attribute school effects to principals, align
more closely with nontest measures than do approaches that more
convincingly separate the effect of the principal from the effects of other
school inputs.

Keywords: administration, research methodology, sociology, policy analysis,


teacher preparation

Sumber: http://epa.sagepub.com/content/37/1/3.full.pdf+html
Publikasi KTI (How to Get Published)47

Do perceptions of corruption influence personal income taxpayer


reporting behaviour? Evidence from Indonesia

Arifin Rosid , Chris Evans and Binh Tran-Nam

Abstract
This paper addresses an identified gap in knowledge about whether, and
how, perceptions of corruption may influence personal income taxpayer
compliance behaviour. It examines how perceptions of five forms of
corruption may impact upon intentional tax underreporting behaviour by
adopting a sequential mixed-methods approach. Initially, a qualitative
phase was carried out by conducting semi-structured in-depth interviews
with nine participants (three taxpayers, three tax agents and three tax
officers). The second-and core-phase of the research involved extensive
data collection using a mixed-modes field survey conducted through 12 tax
offices across four Indonesian regions. A total of 397 respondents were
surveyed, comprising 196 self-employed and 201 employed taxpayers.
Three principal findings have emerged from the data. First, as expected, the
data from both the qualitative and quantitative phases suggest that high
levels of perceived corruption were evident in Indonesia. Second, the
quantitative findings clearly demonstrate that perceptions of corruption
undermine taxpayers’ intention to report actual income. Third, the findings
ultimately suggest that high levels of perceived general corruption (that is,
abuse of entrusted power by public officials for private gain), grand
corruption (that is, corruption involving high-level public officials) and
grand tax-corruption (that is, corruption involving high-level tax officials)
were influential on intentional tax underreporting behaviour. The present
empirical results support the notions that perceptions of corruption are
important determinants and have a negative impact upon tax compliance
behaviour. The results also imply that combating corruption, especially
grand corruption, would have a beneficial effect on voluntary tax
compliance in Indonesia.

Keywords: corruption, tax compliance, mixed-methods, personal income


taxpayers

Sumber: eJournal of Tax Research (2016) vol 14, no. 2, pp. 387-425
48 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Gender and Corruption: Lessons from Laboratory Corruption


Experiments

Bjo¨rn Franka, Johann Graf Lambsdorff and Fre´de´ric Boehmc

Abstract. Reliable microdata on corrupt behavior are hard to obtain


in the field, and available field data are hard to interpret. Laboratory
corruption experiments have therefore recently gained in popularity,
and those that shed light on gender effects are surveyed in this
article. The tentative main result is this: if women are involved in a
potentially corrupt transaction, it is more likely to fail. The reason is
not that women are intrinsically more honest, but that they are more
opportunistic when they have the chance to break an implicitly
corrupt contract and less engaged in retaliating nonperformance. The
survey closes with tentative implications for development policy.

Keywords: corruption; experiments; gender; reciprocity; trust

Sumber: European Journal of Development Research (2011) 23, 59–71.


doi:10.1057/ejdr.2010.47; published online 30 September 2010
Publikasi KTI (How to Get Published)49

Experimental Investigation of Micro-Hydro Waterwheel Models


to Determine Optimal Efficiency

Lie Jasa, Ardyono Priyadi, and Mauridhi Hery Purnomo

Abstract. The waterwheel is the main component in the energy


conversion process of micro-hydro power. The amount of energy
converted by the waterwheel depends on its model, blade shape, location
install, and nozzle position. An objective in this study is to identify the
waterwheel characteristics that yield optimal efficiency. Methodology this
research is design, prototype, testing and collecting data from all three
models prototype water wheel. Measurement data is taken from the
change in position angle-axis and angle-nozzle. The result of this study
shows that the triangular model yielded the highest efficiency among
propeller and curved. But the location where is micro hydro installed
strongly determines the model design of waterwheel to work optimally.

Keywords: waterwheel, turbine, micro hydro, renewable energy.

Sumber: Applied Mechanics and Materials Vol. 776 (2015) pp 413-418.


doi:10.4028/www.scientific.net/AMM.776.413

4.2.3 Pendahuluan

Sebagaimana telah dinyatakan pada Bab 2 bahwa


bagian Pendahuluan (introduction) memuat dua hal pokok:
(1) rumusan masalah dan maksud (purpose), dan (2) hasil
tinjauan literatur. Misi utama penulisan bagian Pendahuluan
adalah untuk meyakinkan bahwa topik Anda penting dan
mendorong orang untuk membaca. Terkait dengan hal ini,
Plaxco (2010, hal 2263) menyatakan:
50 Modul – Penulisan KTI Non Buku

The introduction has precisely one purpose: to convince your


readers that they should read your paper. To do so, it must
first convince your readers that you have identified an
important, open scientific question that they should care
about. Following this, it should prime your readers to expect
an answer to that question, encouraging them to read on.

Berbeda dengan dokumen proposal atau laporan


penelitian dimana tinjauan literatur disajikan pada bagian
atau bahkan bab tersendiri, dalam paper/artikel jurnal, hasil
tinjauan literatur disajikan pada bagian Pendahuluan, tanpa
heading atau penyebutan subbagian tinjauan literatur. Selain
itu, tinjuan literatur tidak seluas/sebanyak sebagaimana
dalam dokumen proposal atau laporan penelitian, melainkan
harus ringkas dan padat. Bahkan Department of Biological
Science Columbia University (2016) menyatakan tentang
bagian Pendahuluan, “The introduction summarizes the relevant
literature so that the reader will understand why you were
interested in the question you asked. One to four paragraphs should
be enough”.
Originalitas sebagai salah satu prinsip dalam penulisan
KTI sebagaimana telah dibahas pada Bab 3 ditegaskan pada
bagian Pendahuluan, yaitu dengan memperlihatkan
kesenjangan atau kelangkaan yang akan ditutup dengan
hasil/temuan studi atau penelitian yang disajikan dalam
paper/artikel tersebut. Dalam membahas tinjauan literatur,
Creswell (2014) menggunakan istilah deficiencies in past
literature dan menjelaskan:
Deficiencies in past literature may exist because topics not
have been explore with a particular group, sample, or
population; the literature may need to be replicated or
repeated to see if the same findings hold, given new samples of
people or new sites for study; or the voices of under-
Publikasi KTI (How to Get Published)51

represented groups have not been heard in published


literature (hal 271).

Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud literatur


dalam penulisan paper/artikel jurnal adalah hasil studi atau
penelitian yang telah dipublikasikan/diterbitkan sebelumnya.
Lebih lanjut, Creswell (2014) menyebutkan bahwa untuk
memperlihatkan signifikansi studi atau topik dari
paper/artikel, yaitu deficiencies in past literature sebagai hasil
dari tinjauan literatur, dapat menggunaan frase “apa yang
tersisa untuk digali” (what remain to be explored), “sedikit
penelitian empirik” (little empirical research) dan “sangat
sedikit studi/penelitian” (very few studies).
Creswell (2014, hal 271) memberikan contoh dua
rumusan deficiencies in past literature, sebagai berikut:

For this reason, the meaning of war and peace has been
explored extensively by social scientists (Cooper, 1965; Alvik,
1968; Rosell, 1968; Svancarova & Svancarova, 1967-68;
Haavedsrud, 1970). What remains to be explored,
however, is how veterans of past wars react to viid scenes of a
war. (Ziller, 1990, hal 85-86).

Despite an increased interst in micropolitics, it is surprising


that so little empirical research has actually been
conducted on the topic, especially from the perspectives of
subordinates. Political research in educational setting is
especially scarce. Very few studies have focus on how
teachers use power to interact strategically with school
principals and what this means descriptively and
conceptually (Ball, 1987; Hoyle, 1986; Pratt, 1984). (Blase,
1989, hal 381).

Dalam bagian Introduction paper berjudul Analyzing


groundwater change on a volcanic island caused by the impact of the
M9 Sumatera earthquake yang diterbitkan/ dipbliaksikan dalam
52 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Geosciences Journal Vol. 17, No. 2, hal. 183-195, Juni 2013,


penulis berjumlah 6 orang (Jae-Yeol Cheong, Se-Yeong Hamm,
Sang-Hyun Kim, Soo-Hyoung Lee, Nam-Chil Woo, Gyoo-Bum
Kim), disajikan:

INTRODUCTION

To date, numerous studies have been conducted on anomalous changes in
groundwater levels in monitoring wells in association with the preseismic,
coseismic, and postseismic phases of earthquakes (Grecksch et al., 1999;
Tokunaga, 1999; King et al., 2000; Montgomery and Manga, 2003; Wang et al.,
2004; Caporali et al., 2005; Cutillo and Ge, 2006; Ohno et al., 2006; Itaba and
Koizumi, 2007; Ramana et al., 2007; Singh, 2008).

However, preseismic changes in the groundwater level have rarely been
reported and have provided inconclusive evidence of an underlying
mechanism related to fault deformation or earthquakes (Roeloffs and Quilty,
1997; Koizumi et al., 2004; King et al., 2000).
...
This study characterizes the effect of the SAIE on groundwater levels, electrical
conductivity, and temperature in 28 monitoring wells on Jeju Island, South
Korea.

Untuk dapat mengatakan adanya deficiencies in past


research tentu perlu dilakukan penelusuran terhadap literatur
tentang topik yang dipilih. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, yang dimaksud literatur dalam penulisan
paper/artikel jurnal adalah hasil studi/penelitian yang telah
dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Untuk menpermudah, efisiensi dan efektvitas
penelusuran literatur dalam menggunakan Boolean searching
(AND / OR / NOT) sebagaimana pada Gambar x. Pencarian
berupa frase secara utuh dapat dilakukan dengan
menambahkan tanda kutip (“…”). Penggunaan tanda kutip
Publikasi KTI (How to Get Published)53

pada search engine akan memunculkan naskah/dokumen yang


memuat frase yang sama sepenuhnya dengan frase tertsebut.

Contoh:
Evaluasi Diklat AND Return
on Training Investment
Pencarian terhadap (ROTI)
naskah/dokumen yang Hasil:
memuat konsep/teks A dan Naskah/dokumen dengan
B bersamaan pada suatu teks Evaluasi Diklat dan
naskah/dokumen Return on Training
Investment, baik dalam satu
kalimat maupun dalam
kalimat yang berbeda.
Contoh:
Evaluasi Diklat OR Return
on Training Investmen
(ROTI)
Pencarian terhadap Hasil:
naskah/dokumen yang Naskah/dokumen dengan
memuat konsep/teks A atau teks Evaluasi Diklat, Return
B bersamaan pada suatu on Training Investment, atau
naskah/dokumen Evaluasi Diklat menyatu
dengan Return on Training
Investment baik dalam satu
kalimat maupun dalam
kalimat yang berbeda.
Contoh:
Evaluasi Diklat NOT Return
Pencarian terhadap
on Training Investmen
naskah/dokumen yang
(ROTI)
memuat konsep/teks A
Hasil:
tetapi tidak memuat
Naskah/dokumen dengan
konsep/teks B pada suatu
teks Evaluasi Diklat saja
naskah/dokumen
tanpa teks Return on
Training Investment.

Gambar 4.
Boolean Searching.
54 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Selain dilakukan melalui search engine gratis (Google,


Yahoo, Bing, dll.), Boolean searching juga berlaku pada
layanan penelusuran literatur melalui internet berbayar
misalnya ProQuest, EBSCO, SAGE, Emerald, Springer,
JSTOR, Kluwer, Wiley, dll.
Pada penelusuran literatur menggunakan layanan dari
ProQuest, terdapat dua pilihan: (1) pencarian dasar/sederhana
(basic search), yaitu dengan menulisan kata atau frase.
Gambar 5), dan (2) penecarian lanjutan (advanced search)
yaitu dengan penggunaan Boolean searching.

Gambar 5.
Basic search pada ProQuest
Publikasi KTI (How to Get Published)55

Gambar 6.
Advanced search pada ProQuest

Pada bagian Pendahuluan disajikan kutipan-kutipan


hasil penelusuran literatur dan tinjauan literatur. Dalam
penulisan kutipan dan daftar pustaka (references) harus
mengikuti salah satu format/gaya baku secara konsisten,
misalnya APA style, Chicago Style, Harvard Style, MLA Style.
Teknik pengutipan dan penyajiannya serta daftar pustaka
diuraikan pada Bab 5 modul ini.

4.2.4 Metode

Pada jurnal intrnasional biasanya digunakan istilah


Materials and Methods atau Methods. Sedangkan jurnal di
Indonesia menggunakan Metode atau Metodologi.
Penggunaan isilah untuk bagian ini tetap harus mengikuti
ketentuan yang berlakukan oleh redaksi atau penerbit jurnal.
56 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Berbeda dengan proposal penelitian, laporan penelitian


atau tugas akhir (skripsi, tesis, disertasi) dimana bagian
metode disajikan dalam bab tersendiri dan diuraikan secara
detail, pada paper/artikel jurnal bagian metode disajikan
secara singkat dan pada, biasanya tidak lebih dari tiga
paragraph. Apa yang disajikan dalam bagian Metode
disesuaikan dengan kebutuhan untuk menyajikan bagaimana
penulis menjawab pertanyaan yang dijawab melalui
studi/penelitian sebagaimana telah disajian pada bagian
Pendahuluan. Bagian Metode juga sangat penting untuk
meyakinkan pembaca termasuk reviewer bahwa apa yang
telah dilakukan telah memenuhi metodologi ilmiah yang
dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Hal ini
menjadi sangat relevan bila paper/artikel didasarkan pada
hasil penelitian emipiris (empirical research).
Bila paper/artikel berbasis hasil penelitian,
Department of Biological Science Columbia University (2016)
menyarankan dan memberi contoh pada bagian Matode juga
menyajikan dimensi etika (ethical considerations). Sebagai
contoh, bila penelitian melibatkan manusia, perlu
dijelaskan bagaimana mereka telah memberikan
persetujuan untuk terlibat dalam peneitian. Bila
menggunakan binatang, bagaimana upaya-upaya yang
dilakukan peneliti untuk meminimalkan rasa sakit.
Contoh rumusan metode di bawah ini digunakan oleh
Arifin Rosid , Chris Evans and Binh Tran-Nam dalam artikel
berjudul Do perceptions of corruption influence personal
income taxpayer reporting behaviour? Evidence from
Indonesia dimuat di eJournal of Tax Research (2016) vol 14,
no. 2, pp. 387-425. Di awal pada bagian Metode dinyatakan:
Publikasi KTI (How to Get Published)57

This study employs both the qualitative and quantitative paradigms in a


sequential priority model of ‘qual QUANT’ to enhance research method
capabilities and to improve the quality of the research findings.25 In the first
phase, in-depth interviews are used to clarify, modify, and develop more
robust observed independent and dependent variables in the design of the
questionnaires from theoretical perspectives. This is then followed by an
extensive survey to explain the structural patterns, through numeric
measurement, of relationships among the variables of perceptions of
corruption and the prescribed TPB constructs through quantitative analysis.
A high-risk human research ethics approval, covering the research design for
both the qualitative and the quantitative investigations, was granted prior to
the research being conducted.

Selanjutnya mengenai prosedur survai diuraikan:

Procedures
The survey questionnaire employed 72 questions in total. The respondents
were asked to indicate their beliefs, values, attitudes, intentions and
behaviour with regard to ten constructs using a 7-point rating scale of
interval measurement by using 56 reflective indicators. The employed
constructs and the number of its indicators are as follows: (i) perceptions of
general corruption (PGC) = 5; (ii) perceptions of grand corruption (GCO) = 5;
(iii) perceptions of petty corruption (PCO) = 5; (iv) perceptions of grand tax-
corruption (GTC) = 5; (v) perceptions of petty tax-corruption (PTC) = 5; (vi)
attitude towards tax underreporting (ATB) = 9; (vii) subjective norm towards
tax underreporting (SNO) = 8; (viii) perceived behavioural control over tax
underreporting (PBC) = 8; (ix) intention to correctly report actual income
(ITC) = 4; and (x) level of reported income (TCB) = 2 indicators.

Due to the sensitivity of the research topic, the survey was performed by
research intermediaries (trained research assistants recruited from local
universities). The use of research intermediaries was considered crucial to
assure the potential respondents that the study was an academic project as
well as to indicate that the study had no link with the Indonesian tax
authority. By doing so, it was considered that the extent of social desirability
bias in responding to the questionnaire could be be minimised.
58 Modul – Penulisan KTI Non Buku

4.2.5 Hasil/temuan (result)

Bagian ini digunakan murni untuk menyajian


hasil/temuan, tidak termasuk pembahasan, karena
pembahasan terhadap hasil/temuan akan disajikan tersendiri
pada bagian Pembahasan (discussion). Sebagai suatu
paper/artikel, tidak semua hasil apalagi semua data perlu
disajian pada bagian Hasil, tetapi harus dipilih temuan
pokok dan mendasar yang dinilai perlu dipublikasikan.
Pada paper/artikel berbasis penelitian, misalnya
empirical research, penyajian hasil dalam bentuk tabel, gambar
dan/atau grafik dapat menjadi kebutuhan. Dalam
penggunaan table harus dilengkapi dengan nonor dan judul
tabel. Department of Biological Science Columbia University
(2016) mengingatkan agar dihindari penggunaan tabel
dan/atau grafik sekedar agar paper/artikel nampak keren.
Bila suatu bagian dari hasil dapan dirangkum dalam satu
kalimat maka tabel dan/atau grafik menjadi tidak perlu.
Berikut ini contoh penyajian temuan pada bagian
Hasil dalam artikel yang ditulis oleh Yoshiyuki Ebihara, Seiji
Uematsu dan Sakon Nomiya berjudul Control of Verticillium
Dahliae at aSstrawberry Nursery by Paddy-upland Rotation yang
dimuat di Journal of General Plant Pathology : JGPP; Tokyo
76.1 (Feb 2010): 7-20.
Publikasi KTI (How to Get Published)59

Figure 1
Relationship between inoculum density of Verticillium dahliae and disease incidence or
reisolation rate on eggplant and strawberry. Each value represents the mean
with standard error from six replicates
60 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Jae-Yeol Cheong, Se-Yeong Hamm, Sang-Hyun Kim,


Soo-Hyoung Lee, Nam-Chil Woo dan Gyoo-Bum Kim
menyajikan temuan terkait Noise to the SAIE Effect
sebagaimana dalam artikel mereka berjudul Analyzing
groundwater change on a volcanic island caused by the
impact of the M9 Sumatra earthquake yang dimuat di
Geosciences Journal, Vol. 17, No. 2, p. 183 − 195, June 2013
dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Publikasi KTI (How to Get Published)61

4.2.6 Pembahasan (discussion)

Pada jurnal internasional (penerbit luar negeri) biasanya


bagian Pembahasan disajikan tersendiri dengan judul
Discussion. Sedangkan pada jurnal nasional (dalam negeri),
terdapat variasi, sebagian penerbit membuat ketentuan
bahwa bagian Pembahasan digabung menjadi satu dengan
hasil/temuan, dengan judul Hasil dan Pembahasan. Selain itu,
ada juga penerbit jurnal yang mengharusnya penulis
menyajikan secara terpisah antara Hasil/temuan dan
Pembahasan.
Salah satu pertimbangan suatu artikel/manuscript
diterima atau ditolak oleh penerbit jurnal adalah tidak saja
ada atau tidak bagia Pembahasan, tetapi sejauhmana
“kualitas” bagian Pembahasan. Artinya, tidak saja harus ada
bagian Pembahasan, tetapi juga harus berikualitas. Topik dan
hasil/temuan beserta penyajiannya yang baik dan menarik
bukan jaminan diterimanya manuscript oleh pengelola jurnal.
Tidak sedikit penulis, terutama para pemula, mengakui
bahwa Pembahasan merupakan bagian tersulit dalam
menulis manuscript. Oleh karena itu, pertama yang perlu
dalam penulisan bagaian pembahasan adalah apa sebenarnya
maksud (purpose) dan isi/komponen bagian Pembahasan.
Sebagaimana namanya, bagai Pambahasan berisi hasil
pembahasan penulis terhadap temuan yang telah disajikan
pada bagian Hasil/Temuan. Penulisan bagain Pembahasan
menurut Day, R. A. (1998) adalah “to show the relationships
among observed facts” (hal. 46). Dalam penyajian bagian
Pembahasan, Department of Biological Science
Columbia University (2016) menyarankan untuk
menegaskan kembali hasil/temuan utama dan
mengingat agar tidak sekedar mengulang teks (copy-
62 Modul – Penulisan KTI Non Buku

paste) apa yang telah disajikan pada bagian


Hasil/temuan. Lebih lanjut, berikut ini beberapa
pertanyaan yang dapat membantu penulisan bagian
Pembahasan:
 How do these results relate to the original question?
 Do the data support your hypothesis?
 Are your results consistent with what other investigators
have reported?
 If your results were unexpected, try to explain why. Is
there another way to interpret your results?
 What further research would be necessary to answer the
questions raised by your results? How do y our results fit
into the big picture?

Penyajiannya Pembahasan menurut Rita (2014)


menyarankandapat ke ditulis dalam enam paragraph yang
memuat ringkasan padat tetang topik/fokus masalah dan
pembahasan kritis terhadap temuan, termasuk juga
keterbatasan dan juga implikasi bagi studi/penelitian
selanjutnya. Lebih detail dinyatakan:

In summary, a strong Discussion includes a concise summary


of the problem you are investigating and a critical discussion
of major and minor findings in the context of published
literature. The limitations should also be acknowledged, and
future directions should be discussed. A strong ending is
important; discuss the significance, overall conclusion, and
major impact of your study.

Keenam paragraph tersebut secara rinci diungkap oleh


Rita (2014) sebagai berikut:
Publikasi KTI (How to Get Published)63

Paragraph 1: This paragraph provides a “big picture”


perspective for readers to remind them of the importance of
your study.
Paragraph 2: This paragraph provides a critical analysis of
your major finding(s).
Paragraph 3: Discuss additional findings and how these fit
Paragraph 5: Discuss future directions.
Paragraph 6: Discuss your overall conclusion and the major
impact of your study.

Sebagai penutup bagian Pembahasan, pada paragraph


enam perlu menegaskan apa kontribusi utama hari
hasil/temuan studi kepada bidang/substansi yang diteliti.
Artinya, paragraph enam dikaitkan dengan paragram satu,
sebagaimana dinyatakan oleh Rita (2014):

Relate this section to the first paragraph of the Discussion. In


other words, how does your study fill “the gap” or address the
problem that you presented in the Introduction and restated
earlier in paragraph 1 of the Discussion?

Aronson (2008) mengingatkan pentingnya menyajikan


keterbatasan hasil/temuan dan implikasi bagi studi/penelitian
selanjutnya. Hasil penelusurannya mengenai hal itu dsajikan
sebagai berikut:

Nahata, M. (2008). Tips for writing and publishing an article. The Annals
of Pharmacotherapy, 42, 273-277.

“In the Discussion section, one should not present results again, but
rather interpret the results, compare the data with those in previous
studies, highlight the clinical significance of the results, and reach
defendable conclusions(s). However, reviewers will not be impressed if
the authors over-interpret that data and fail to consider the study
limitations. Finally, the authors should briefly indicate what future
studies may be undertaken to advance the knowledge in the area.” Pg
275.
64 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Neill, U. (2007) How to write a scientific masterpiece. The Journal of Clinical


Investigation, 117, 3599-3602.
“You should start the Discussion section with a summary of the research
presented and the implications for broader application. The Discussion
should not simply be a recapitulation of the Results, but rather an
interpretation of how each of the experiments supported your central
hypothesis. This is your chance to add in supporting findings from the
literature and to argue why your study is a conceptual advance over those
studies. The end of this section should also touch on the areas left to
investigate and mysteries that remain.” Pg 3600.

Smyth, J., Verweij, J, D’Incalci, M, and Balakrishnan, L. (2005) “The art of


successful publication” EGGO 13 workshop report. European Journal of Cancer,
42, 434-436.
“Discussions should underline the major results with appropriate comments
relating them to published literature, and explaining whether or not the new
data agrees or disagrees with such comparisons. Authors are encouraged to
explain why new findings are relevant and to identify potential avenues for
further research, but discussions should not read like a future grant proposal!
Discussions should be concise and should draw the reader to a conclusion
justified by the data presented.” Pg 436.

Dalam Publication Manual of the American


Psychological Association Edisi 6, APA (2010, hal. 35-36)
menguraikan bahwa dalam bagian Pembahasan perlu
ditekankan konsekuensi teoritis dan praktis dari
hasil/temuan. Keterbatasan penelitian (limitation) juga perlu
diungkap dan sajikan penjelasan dari perspektif lain dari
hasil/temuan tersebut, termasuknya bahas kemampuan/
potensi generalisasi dari temuan.
Dalam mengakhiri bagian Pembahasan, APA (2010)
mengarahkan agar diungkap kembali argument pentingnya
Publikasi KTI (How to Get Published)65

temuan dengan kembali merujuk apda signifikansi


studi/penelitian. Dinyatakan:

End the Discussion section with a reasoned and justifiable


commentary on the importance of your findings. This
concluding section may be brief or extensive provided that it
is tightly reasoned, self-contained, and not overstated. In this
section, you might briefly return to a discussion of why the
problem is important (as stated in the introduction); what
larger issues, those that transcend the particulars of the
subfield, might hinge on the findings; and what propositions
are confirmed or disconfirmed by the extrapolation of these
findings to such overarching issues (hal. 35-36).

4.2.7 Penghargaan/ucapan terima kasih (acknowledgment)

Penelitian atau penulisan paper/artikel jurnal kadang


melibatkan bantuan pihak lain, termasuk pemberian
komentar atau masukan terhadap manuscript sebelum
diserahkan dan bantuan juga berupa bantuan biaya (grants).
Pada situasi demikian sebaiknya penulis memperikan
penghargaan atau ucapan terima kasih pada pihak-pihak
tersebut. Jadi, penyajian penghargaan/ ucapan terima kasih
tidak selalu ada (optional) dalam paper/artikel jurnal.
Penghargaan ditulis pada bagian sebelum Daftar
Pusata. Berikut ini dua contoh bagian Penghargaan dalam
manuscript.

Acknowledgement
A first version of this article had been prepared for the GTZ and EADI
workshop ‘Gender and Corruption in Development Cooperation’ in
November 2008. The authors are indebted to two anonymous referees for
helpful comments.
Sumber: European Journal of Development Research (2011) 23, 59–71.
doi:10.1057/ejdr.2010.47; published online 30 September 2010
66 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Acknowledgments
We thank the members of Awa Prefectural Agriculture Extension Center
(H. Someya and S. Miyahara) and Hokkaido Prefectural Agriculture
Extension Center (E. Kawamura, I. Matsumoto and Y. Narimatsu) for help
with fieldwork and for useful advice. We also appreciate the members of
Gunma Agricultural Technology Center (T. Shiraishi and H. Sakai), Chiba
University (Dr. M. Shishido and Dr. T. Usami), Chiba Prefectural
Agriculture Research Center (M. Kanda and T. Otani), A. Shinmura
(Hokkaido Prefectural Dohnan Agricultural Experiment Station), and A.
Sumino (Hokkaido Central Agricultural Experiment Station) for useful
advice.

Sumber: Journal of General Plant Pathology : JGPP; Tokyo 76.1 (Feb 2010):
7-20

Penyajian acknowledgment dalam penulisan paper/


artikel untuk publikasi di jurnal ilmiah juga dapat diposisikan
sebagai suatu strategi agar manuscript dapat diterima
(accepted) oleh redaksi/ reviewer jurnal. Hal itu dilakukan
dengan meminta masukan manuscript dari pihak atau orang
tertentu. Masukan tersebut tidak harus dari professor atau
orang terkenal, tetapi dari orang yang pernah jadi reviewer
pada jurnal yang Anda jadikan target publikasi.

4.2.8 Daftar pustaka (references)

Penulisan Daftar Pustaka dalam paper/artikel jurnal


harus mengikuti dua prinsip: (1) semua kutipan harus
disebutkan sumber/referensinya; sebaliknya, apak yang
ditulis di daftar pustaka harus benar digunakan/ada
kutipannya, dan (2) teknis/gaya penulisan daftar pustaka
Publikasi KTI (How to Get Published)67

harus konsisten dengan teknis/gaya penulisan kutipan


(citation). Artinya, bila Chicago Style digunakan dalam
penyajian kutipan maka gaya tersebut juga digunakan dalam
penulisan daftar pustaka.
Berikut ini disajikan contoh penulisan Daftar Pustaka
menggnakan APA Style (16th Edition) dan Chicago Style (16th
Edition) sehingga dapat diketahui perbedaan keduanya.
Teknis penulisan kutipan dan daftar pustaka diuraikan pada
Bab 5.

APA Syle (6th Edition)

Ebihara, Y., Uematsu, S., & Nomiya, S. (2010). Control of verticillium


dahliae at a strawberry nursery by paddy-upland rotation. Journal of
General Plant Pathology: JGPP, 76(1), 7-20. doi: http://dx.doi.org/
10.1007/s10327-009-0205-x.

Chicago Style (16th Edition, Author-date System

Ebihara, Yoshiyuki, Seiji Uematsu, and Sakon Nomiya. 2010. "Control of


Verticillium Dahliae at a Strawberry Nursery by Paddy-Upland
Rotation." Journal of General Plant Pathology: JGPP 76 (1): 7-20.
doi: http://dx.doi.org/10.1007/s10327-009-0205-x.

Mengakhir penjelasan tentang isi tiap bagian dari


paper/artikel jurnal (dari judul hingga daftar pustaka), perlu
ditegaskan bahwa dalam penulisan paper/artikel jurnal,
terutama berbasis hasil penelitian, tidak harus berurutan
berdasarkan isi atau tidak harus berawal dari membuat
pendahuluan. Penulisan bisa dimulai dengan membuat
bagian Hasil/temuan dengan memikirkan terlebih dahulu
bagaimana hasil/temuan akan disajikan, baik berupa tabel,
grafik, maupun teks/narasi.
68 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Editor-in-chief, The AAPS Journal dan Professor


Emiritus, University of Buffalo, Ho-Leng Fung (2014)
membrikan 10 tim bagi pemula dalam penulisan manuscript,
sebagai berikut:

Ten Useful Tips


for Writing a Successful Manuscript – For Beginner

1. Pick one or two target journals. Read instruction to authors carefully and
comply with them.
2. Begin writing process by organizing your thoughts. Organizing.
3. Your writing order is different that that of the finished manucript.
Organized your table and figure fisrt. Then, write the other section after
them.
4. Use simple, straighforward language, correct tenses, and mostly passive
voice.
5. Remember, good writing comes from rewriting. Revise your draft several
times, and make correction in each draft.
6. Don’t plagiarize! Almost all journal now use hitech software to detect
plagiarism.
7. After you finish your first draft, start the process of proofreading and
revising.
8. Have others proefred your penultimate draft before submission. Consider
suggestion and criticism. Even if you don/t agree with them, make sure
you consider them.
9. 9. When uou receive comment back from reviewers, don’t fight with
them. Be responsive to criticism. Your goal is not to win an agurment;
your goal is to pubslih a paper.
10. Don’t discouraged if the paper is rejected. Start improve manuscript
objectivelly. Identify weaknesses, consider new experiment, and new
conclusion.

Source: https://www.youtube.com/watch?v=jzw5g0RgM3M
AAPS Journal: http://www.aaps.org/AAPSJournal
Publikasi KTI (How to Get Published)69

4.3. Proses/mekanisme penyerahan (submission) dan


review manuscript.

Setelah proses penulisan paper/artkel jurnal selesai,


termasuk perbaikan mengacu pada masukan dari orang yang
dinilai memenui kriteria yang ditetapkan oleh penulis (lihat
uriakan pada bagian Penghargaan/ucapan terima kasih),
tahap berikutnya adalah menyerahkan (submit) ke
redaksi/pengelola jurnal.
Pada jurnal dengan pengelolaan yang modern dan
berbasis ICT, penyerahan manuscript dilakukan secara onile
melalui internet dengan terlebih dahulu melakukan
pendaftaran akun (Gambar 7 dan Gambar 8). pada
pengelolaan jurnal konvensonal, penyerahan manuscript
dilakukan pengiriman melalui email kepada redaksi/
pengelola jurnal.

Gambar 7
Akses online untuk penyerahan manuscript.
70 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Gambar 8
Akses signing in dan account registering.

Setelah manuscript diterima oleh pengelola jurnal,


dilakukan evaluasi tahap pertama oleh pengelola jurnal
terhadap kesesuaiaan isi/substansi dengan bidang yang
menjadi lingkup jurnal dan terhadap pemenuhan ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh pengelola jurnal
sebagaimana juga diuraikan pada Panduan Bagi Penulis
(Author Guildelines). Bila tahap ini lolos maka redaksi
menetapkan peer reviewer dan mengirim manuscript ke
mereka. Reviewer dipilih berdasarkan kemampuan/
penguasan substansi yang sesuai dengan substansi
manuscript dan mereka menelaah/menilai kualitas
keilmiahan dan temuan berdasarkan kriteria yang diberikan
oleh redaksi.
Hasil review berupa rekomendasi untuk diterima,
diterima dengan perbaikan minor atau mayor, atau ditolak.
Untuk perbaikan minor dan mayor, rewiewer juga
Publikasi KTI (How to Get Published)71

memberikan catatan/rekomendasi perbaikan. Semua


dokumen dalam proses peer reviewing, termasuk hasil
review direkam/disokmentasikn oleh redaksi/pengelola
jurnal.
Proses review terhadap suatau manuscript oleh
beberapa reviewer (peer review) dilakukan dengan prinsip
professional dan obyektif. Oleh karena itu, dalam pengirima
manuscript kepada reviewer tidak disebutkan nama penulis
manuscript. Proses tersebut dengan blind review. Elsevier
membedakan blind review menjadi dua: single blind review,
dan double blind review.

Single Blind Review


The names of the reviewers are hidden from the author. This is the
traditional method of reviewing and is the most common type by far.
 Reviewer anonymity allows for impartial decisions – the reviewers
will not be influenced by the authors.
 Authors may be concerned that reviewers in their field could delay
publication, giving the reviewers a chance to publish first.
 Reviewers may use their anonymity as justification for being
unnecessarily critical or harsh when commenting on the authors’
work.

Double Blind Review


Both the reviewer and the author are anonymous.
 Author anonymity prevents any reviewer bias, for example based on
an author's country of origin or previous controversial work.
 Articles written by prestigious or renowned authors are considered
on the basis of the content of their papers, rather than their
reputation.
 Reviewers can often identify the author through their writing style,
subject matter or self-citation.

Sumber: https://www.elsevier.com/reviewer/what-is-peer-review
72 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Alur review terhadap manuscript oleh Elsevier


disajiakan pada Gambar 9.

Gambar 9
Alur review terhadap manuscript di Elsevier.
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis73

Bab 5

Teknik Penulisan KTI


dan Panduan Bagi Penulis

Deskripsi Singkat Daftar Isi

Bab ini menyajikan teknik/gaya  Teknik/gaya penulisan


penulisan dan menggambarkan KTI: kutipan dan
ketentuan teknis penulisan referensi
manuscript yang diterapkan  Ketentuan teknis
oleh penerbit jurnal. penulisan manuscript
yang diterapkan oleh
Setelah mengikuti materi penerbit jurnal (Panduan
Bab 5, diharapkan peserta diklat Bagi Penulis).
mampu:
 Menerapkan teknik/gaya
penulisan meliputi kutipan
dan referensi.
 Menjelaskan ketentuan teknis
penulisan manuscript yang
diterapkan oleh penerbit
jurnal
74 Modul – Penulisan KTI Non Buku

5.1. Teknik/gaya penulisan KTI: kutipan dan referensi.

Penulisan karya ilmiah tidak lepas dari aturan universal


mengenai teknik penulisan, dalam hal ini teknik pengutipan
(citation) beserta daftar pustaka (reference). Terkait dengan hal
tersebut, dikenal istilah style dalam penulisan yang merujuk
pada bagaimana seorang penulis menyajikan informasi
terutama yang diambil atau diolah dari satu atau beberapa
sumber. Tentang hal ini, Ellison (2010) menyatakan:

“Style” refers to the way you present information and write


what you have to say. Style guides prescribe conventions for
writing and documenting your sources.

Styles aim to bring consistency to the way in which
information is presented. They are designed to promote
intellectual integrity and protect writers against plagiarism
by specifying the ways in which information should be
reported, quoted, paraphrased, and summarized (hal. 124).

Dengan mengenal dan mengunakan gaya dengan benar


maka penulis akan terhindar dari plagiat yang merupakan
salah satu kaidah/norma penting dalam penulisan karya tulis
ilmiah.
Di antara berbagai gaya yang ada, empat gaya yang
dinela luas dan secara umum banyak digunakan adalah:
1. Modern Language Association (MLA)
2. American Psychological Association (APA)
3. Chicago Manual of Style (Chicago Style)
4. Harvard Referencing System
Gaya mana yang digunakan tergantung pada pilihan
pribadi penulis. Namun demikian, pada saat penulis harus
berhubungan dengan pihak lain dalam penulisan dan juga
penerbitan karya tulis maka penulis dihadapkan pada situasi
adanya aturan yang mengikat dalam hal gaya. Misalnya,
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis75

suatu jurnal mensyaratkan bahwa penulisan harus mengikuti


Chicago Style, maka penulis tidak ada pilihan lain kecuali
harus mengikuti ketentuan tersebut. Sebagai contoh, Jurnal
Bina Praja mengharuskan penulis menggnakan APA Style
dengan menyebutkan “Citation and Reference are written
according to APA style” (begitu juga jurnal Educational
Evaluation and Policy Analysis menetapkan bahwa
manuscript harus ditulsi mengikuti gaya APA dengan
menyatakan “The text conforms to APA style” (SAGE, 2016).
Meskipun terdapat aturan yang berlaku umum dalam
penulisan sumber kutipan, yaitu nama penulis yang dikutip
disajikan hanya nama belakang dan nama yang disajikan
dalam daftar pustaka juga mulai dar nama belakang serta
daftar pustaka disajikan dalam urutan abjad, namun setiap
gaya memiliki aturan masing-masing dalam penuisan:
 nama dalam kutipan dan daftar pustaka,
 tahun dalam kutipan dan daftar pustaka,
 nomor halaman dalam kutipan dan daftar pustaka,
 isi kutipan,
 Judul karya tulis/dokumen dalam daftar pustaka.

Adanya perbedaan-perbedaan antara gaya tersebut,


penulis tidak jarang mengalami kesulitan dalam
menggunakan gaya secara konsisten menurut ketentuan yang
ada. Misalnya akan dimasukkan kutipan dengan data sebagai
berikut:

Judul buku : Implementing The Four Levels. A Practical


Guide For Effective Evaluation Of Training
Programs
Penulis : Donald L. Kirkpatrick
James D. Kirkpatrick
Penerbit : Berrett-Koehler
76 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Kota Penerbit : California


Tahun Terbit : 2007
Teks 1/hal : The challenge for training professionals is to
get managers involved not only in the
training itself but also in the evaluation
process / 22.

Teks 2/hal : When we look at the objectives of training


programs, or talk with stakeholders, we find
that almost all aim at accomplishing some
worthy result. Often, it is improved quality,
improved customer satisfaction, increased
productivity, or fewer accidents. In other
programs, the objective is improved employee
engagement, faster turnaround times, cost
savings, larger market share, or increased
share of wallet / 109.

Untuk penulisan nama, tahun dan nomor halaman,


ada yang menggunakan gaya sebagai berikut:
 (Kirkpatrick & Kirkpatick, 2007, p. 22) ….. (APA Style)
 (Kirkpatrick and Kirkpatick 2007, 22) ….(Chicago Style),
atau
 (Kirkpatrick and Kirkpatick 22) .… (MLA Style).

Sedang untuk daftar pustaka, ada yang menuliskan-


nya:
 Kirkpatrick, D. K., & Kirkpatick, J. D. (2007). Implementing
the Four Levels - A Practical Guide for Effective
Evaluation of Training Programs. California: Barret-
Koehler. ….. (APA Style)
 Kirkpatrick, Donald K., and James D. Kirkpatick. 2007.
Implementing the Four Levels - A Practical Guide for
Effective Evaluation of Training Programs. California:
Barret-Koehler. ….. (Chicago Style), atau
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis77

 Kirkpatrick, Donald K. and James D. Kirkpatick.


Implementing the Four Levels - A Practical Guide for
Effective Evaluation of Training Programs. California:
Barret-Koehler, 2007. .… (MLA Style).

Penulisan daftar pustaka sebagaimana disajikan di atas


memperlihatkan perbedaan diantara ketiga karena tiap gaya
meemang memiliki aturan yang berbeda pula. Pertanyaannya
adalah, bagaimana kita dapat menguasai tiap gaya? Untuk itu
apakah kita harus pelajari secara detail dengan membaca
ketentuan-ketentuan yang dimuat dalan naskah tiap gaya
tersebut sehingga kita dapat menggunakannya secara
konsisten dan tidak ada “lintas gaya” dalam satu karya kita?

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut,


berikut disajian penulisan kutipan menggnakan APA Style,
yaitu untuk kutipan langsung yang pendek (sampai dengan
40 kata atau 3 baris) dan kutipan langsung panjang (lebih dari
40 kata atau 4 baris ke atas).

Kutipan Langung - pendek

Nama penulis masuk dalam kalimat:


Menurut Kirkpatrick & Kirkpatrick (2007) “The challenge for
training professionals is to get managers involved not only in the
training itself but also in the evaluation process” (hal. 22).

Kirkpatrick & Kirkpatrick (2007) menyatakan “The challenge for


training professionals is to get managers involved not only in the
training itself but also in the evaluation process” (hal. 22)
78 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Kutipan Langung – pendek (lanjutan)

Nama penulis tidak masuk dalam kalimat:


Mereka menyimpulkan, “The challenge for training professionals is to
get managers involved not only in the training itself but also in the
evaluation process” (Kirkpatrick & Kirkpatrick, 2007, hal. 22), tetapi
tidak secara spesifik tantangan terberat untuk jenis evaluasi yang
mana.

Kutipan Langung - pendek

Tentang evaluasi hasil (result), Kirkpatrick & Kirkpatrick,


(2007) menyebutkan:
When we look at the objectives of training programs, or talk with
stakeholders, we find that almost all aim at accomplishing some
worthy result. Often, it is improved quality, improved customer
satisfaction, increased productivity, or fewer accidents. In other
programs, the objective is improved employee engagement, faster
turnaround times, cost savings, larger market share, or increased
share of wallet (hal. 109).

Adapun untuk penulisan nama dalam kutipan tidak


langsung dimana ide/konsep orang lain yang dikutip dengan
menggunakan kata-kata penulis/peneliti sendiri (paraphrase)
mengikuti ketentuan dasar (ditulis hanya nama belakang) dan
tahun, tanpa menyebutkan nomor halaman.

Kembali ke pertanyaan tentang perlu/tidak memperla-


jari secara khusus dengan membaca tiap dokumen tentang
berbagai gaya untuk dapat menulisan sumber kutipan
termasuk daftar pusataka dengan benar sesuai gaya,
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis79

jawabnya tidak harus. Untungnya, aplikasi komputer untuk


pengetikan, misalnya MSWord, menyediakan fasilititas/menu
yang sangat membantu penulis memilih dan mengikuti
ketentuan dalam suatu gaya secara konsisten bahkan
otomatis. MSWord dari produsen didesain (default) untuk
gaya APA (Gambar 10). Penulis dapat dengan mudah
mengubah gaya tersebut sesuai kebutuhan penulis. Dengan
bantuan aplikasi tersebut, penulis tidak lagi dibebani dengan
menghafal aturan detail dalam setiap gaya.

Gambar 10
Tampilan Menu References dalam MSWord

Untuk mengubah gaya dalam MSWord dapat


dikalukan dengan masuk Menu References, kemudian klik
tanda segitiga () yang ada di samping kanan tulisan APA.
Terdapat berbagai pilihan gaya yang dapat dipilih dengan
mengarahkan kurson dan klik pada gaya yang diinginkan
(Gambar 11). perlu diketahui bahwa banyaknya pilihan gaya
yang ada dalam MSWord bergantung pada versi MSWord
yang digunakan, semakin baru versi akan semakin banyak
jumlah pilihan gaya. Namun demikian, apapun versi
MSWord yang digunakan, selalu terdapat pilihan gaya MLA,
APA, Chicago.
80 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Gambar 11
Tampilan Pilihan Gaya dalam Citation

Untuk menginput/merekam sumber citation dilaku-


kan dengan klik Insert Citation dan kemudian klik Add New
Source (Gambar 12). Jenis sumber citation dapat dilakukan
dengan klik Type of Source (Gambar 13).
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis81

Gambar 12
Tampilan submenu Insert Citation

Gambar 13
Tampilan Menu Add New Source (form isian sumber citation).

Selain MSWord, terdapat aplikasi reference manager


berbasis internet yang dapat diunduh secara gratis, misalnya
Zotero (www.zotero.or), Mendeley (www.mendeley.com),
82 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Colviz (www.colviz.com), Jabref (www.jabref.org).


Penggunaan aplikasi-aplikasi tersebut pada umum
mendasarkan pada jaringan internet (online, saat
pengunaannya harus terkoneksi dengan internet) karena
referensi (sources) yang digunakan melalui apliaksi-aplikasi
tersebut bersumber dari/hasil penelusuran melalui internet.
Untuk Zotero, aplikasi beserta menu menempel/
terintegrasi (add-in) ke dalam MSWord, sebagaimana
Nampak dalam Gambar 14 dan Gambar 15.

Gambar 14.
Menu Zotero dalam MSWord

Gambar 15.
Submenu dari Zotero dalam MSWord
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis83

5.2. Ketentuan teknis penulisan manuscript yang diterapkan


oleh pengelola jurnal (Panduan Bagi Penulis)

Untk kepentingan publikasi paper/artikel, penulis


harus mengikuti ketentuan yang dibuat oleh redki/pengelola
jurnal yang dimuat dalam apa yang disebut dengan author
guidelines. Berikut ini dua contoh standar penulisan
manuscript dari dua jurnal: (1) Educational Evaluation and
Policy Analysis dan (2) Jurnal Bina Praja.

Educational Evaluation and Policy Analysis

Publication Standards

Manuscript Style, Length, and Format

The style guide for all AERA journals is the Publication Manual of the
American Psychological Association (APA), 6th edition.

Please follow these guidelines:


 Keep manuscripts to a maximum of 45 pages or 10,000 words, including
all tables and figures.
 Number the pages consecutively, beginning with the page after the title
page.
 Double space your manuscript, and use 1-inch margins on all sides.
 Use a 12-point serif font, preferably Times or Times New Roman.
 Do not use footnotes. If you find that explanatory or amplifying
information must be included in note form, use endnotes typed as normal
text after the conclusion of the manuscript text. Notes should be
numbered consecutively throughout the paper. Please do not use the
endnotes feature of software programs as this makes typesetting
difficult. Endnotes are included in the manuscript word count.
 Present data in figures and tables to clarify information for readers. Refer
in the text to any figure or table so readers can find the supporting
documentation.
84 Modul – Penulisan KTI Non Buku

 Place all figures and tables at the end of the text, and type figure captions
on a separate page rather than with the original figures. This page is not
counted in the manuscript length limit.
 Insert subheads at reasonable intervals to break the monotony of lengthy
text.

Sumber: https://us.sagepub.com/en-us/nam/educational-evaluation-and-
policy-analysis/journal201852#submission-guidelines

Pengelola Jurnal Bina Praja yang diterbitkan oleh Badan Litbang


Kementrian Dalam Negeri (binaprajajournal. com) menuliskan panduan
bagi penulis dalam bahasa Inggris sebagai berikut:

Author Guidelines

Writing should be submitted according to these following restrictions:


1. Manuscript should be written in English and be submitted online via
journal website. Author must login in order to make submission. Online
registration will be charged at no cost.
2. Manuscript should be contains at least 39.000-41.000 character (no space)
including embedded figures and tables, contain no appendix, and the file
should be in Microsoft Office (.doc/.docx) or Open Office (.odt) format.
Paper should be in prepared in A4 paper (21cm x 29.7cm) using 2.5 cm for
inside and bottom margin and 2 cm for top and outside margin.
3. Title, Abstract, and Keywords should be written in English
o Title should be less than 12 words, title case, small caps, centered,
bold, font type Cambria, font size 16, and single spaced.
o Abstract contains neither pictures nor tables, justified, in 9 Cambria,
single spaced, and should not exceed 250 words.
o Keywords contain three to five words/phrases separated with coma
and should be justified, 9 Cambria and single spaced.
4. Manuscript body should be:
o The main text of the writing should be in two columns with 1 cm
column spacing, justified, 10 Cambria, first line indent 7.5 mm, and
single spaced.
o Consist of: Introduction, Method, Result and Discussion, and
Conclusion; followed by acknowledgment and References.
Teknik Penulisan dan Panduan bagi Penulis85

5. Heading should be made in four levels. Level five cannot


be accepted.
o Heading 1: title case, small caps, left aligned, bold, 14
Cambria, single spaced, Roman numbered followed by
dot.
o Heading 2: title case, left aligned, bold, 11 Cambria,
single spaced, Capital numbered followed by dot.
o Heading 3: title case, left aligned, italic, 10 Cambria, single spaced,
numbered by number followed by closed bracket.
o Heading 4 is not recommended, however, it could still be accepted
with the format of: sentence case, left indent 7.5 mm, hanging indent
7.5 mm, italic, 10 Cambria, single spaced, numbered by small cap
followed by closed bracket.
o Heading 5 cannot be accepted in the manuscript

6. Figure and table should be in black and white, and if it made in color, it
should be readable when it later printed in black and white. Figure and
table should be clearly readable and in a proportional measure to the
overall page. Caption should be numbered, in 8 Cambria and single
spaced. For layouting purpose, please provide the respective captioned
figure/table in with extension .tif/.jpg/.jpeg within a particular folder apart
from the manuscript.
7. Mathematical equation should be clearly written, numbered orderly, and
accompanied with any information needed. Header and footer including
page number must not be used. All hypertext links and section
bookmarks will be removed from papers. If you need to refer to an
Internet email address or URL in your paper, you must type out the
address or URL fully in Regular font.
8. Citation and Reference are written according to APA style.
o Citations should be ordered alphabetically.
o Wikipedia, personal blog, or nonscientific website is not allowed to be
taken into account.
o Primary references should be at least 80% from at least ten references.
o References should be taken from the late five years.

9. Detailed referencing manual can be seen in the Author Guideline that can
be downloaded in journal website.
86 Modul – Penulisan KTI Non Buku

The Board is authorized to Reject a manuscript based on peer reviewer


advice and Make a necessary changes or adjustment related with language
properties without altering the substance. Substance editing would be
consulted with the author first.

Sumber: http://binaprajajournal.com/ojs/index.php/jbp/about/submissions
#authorGuidelines
Daftar Pustaka87

Daftar Pustaka

Alvin, L. P. (2014). The passive voice in scientific writing. The


current norm in science journals. Journal of Science
Communication. 13(01).

Aronson, L. S. (2008). The Discussion and Conclusion Sections.


https://www2.kumc.edu/PDFATraining/Admin/docume
nts/Aaronson%203.12.08%20WW%20Discussion%20Sect
ion.ppt

American Psychological Association-APA (2009). Publication


Manual of the American Psychological Association, 6th
Edition, Washington: APA

Creswell, J. W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design:


Choosing Among Five Approaches (2nd Ed.). California:
Sage Publication.

Creswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative


and Mixed Methods Approaches (3th Ed.). California: Sage
Publication.
88 Modul – Penulisan KTI Non Buku

Day, R. A. (1998). How To Write & Publish a Scientific Paper (5th


Ed.). Arizona: Oryx.

Ellison, C. (2010). McGraw-Hill’s Consice Gudie to Writing


Research Papers. New York: McGraw-Hill

Kevin W. Plaxco, K. W. (2010). The Art of Writing Science.


Protein Science, 19, 2261-2266.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2012). Peraturan


Kepala LIPI Nomor: 04/E/2012 tentang Pedoman Karya
Tulis Ilmiah.

Rita N. (2014). How to Write a Strong Discussion in Scientific


Manuscripts. http://www.biosciencewriters.com/How-
to-Write-a-Strong-Discussion-in-Scientific-
Manuscripts.aspx

Santana, S. K. (2007). Menulis Ilmiah Metodolgi Penelitian


Kualitatif (Edisi Kedua). Jakarta: Obor.

Schimel, J. (2012) Writing Science: How to Write Papers That Get


Cited and Proposals That Get Funded. New York: Oxford
University Press.

The Honor Committee, University of Virginia (2012). What is


Academic Fraud. http://www.virginia.edu/honor/what-is-
academic-fraud-2/

Turabian, K. L. (2013). A Manual for Writer of Research Paper,


Theses and Dissertatons: Chicago Style for Students and
Researchers (8th Ed.). Boson: The University of Chicago
Press.

University Library University of Illinois at Urbana-Champion


(2015). Choosing a Topic. http://www.library.illinois.
edu/ugl/howdoi/topic.htm

Wallwork, A. (2011). English for Writing Research Papers. New


York: Springer.
Daftar Pustaka89

Winkler, A. C. & Metherell, J. R. (2012). Writing the Research


Paper: A Handbook. Boston: Wadsworth

Anda mungkin juga menyukai