Tatalaksana Adhf
Tatalaksana Adhf
PENDAHULUAN
Gagal jantung akut yang paling sering ditemukan adalah gagal jantung
dekompensasi akut yakni 50%-70% presentasi, berkaitan dengan riwayat gagal
jantung sebelumnya dan disfungsi cardiac sebelumnya akibat disfungsi left
ventricle ejection fraction (LVEF) dan disfungsi ventrikel kanan. Gagal jantung
dekompensasi akut dapat terjadi secara bertahap dengan penyebab utamanya
adalah retensi cairan yang progresif sehingga menyebabkan kongesti sistemik dan
gagal jantung dekompensasi akut harus segera mendapatkan tatalaksana (Esc,
2021).
1
Pada laporan kasus ini membahas tatalaksana gagal jantung dekompensasi
akut serta edukasi untuk mencegah hipervolume. Penulisan laporan kasus ini juga
dibuat sebagai syarat untuk mengikuti ujian lepas bangsal Program Pendidikan
Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Dalam di Universitas Gadjah Mada, Rumah
Sakit Umum Pendidikan Dr. Sardjito, Yogyakarta.
BAB II
RINGKASAN KASUS
Identitas Pasien
Inisial : TL
Usia : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bantul
Pekerjaan : PNS (pensiun)
Jaminan : BPJS kelas I
kesehatan
Deskripsi Kasus
2
pasien tidur menggunakan 3 bantal, terbangun saat malam hari. 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit, keluhan sesak nafas disertai bengkak di kedua kaki dan perut
yang dirasakan semakin membesar. 7 hari sebelum masuk rumah sakit sesak nafas
semakin memberat dan disertai keluhan batuk berdahak putih. Pasien menyangkal
keluhan nyeri dada, demam, mual dan muntah. Pasien mengaku rutin
mengkonsumsi air minum sebanyak 1200-1600 ml per hari dan masih dapat
buang air kecil, riwayat makan pokok 3 kali sehari berupa nasi dan lauk pauk dan
makanan selingan diantara jam makan. Namun 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
buang air kecil tidak lancar meskipun obat rutin diminum, keluhan nyeri saat
berkemih disangkal.
Pemeriksaan fisik kondisi umum lemah dan sesak, kesadaran compos
mentis, kesan gizi obesitas dengan berat badan 72 kg, tinggi badan 150 cm, body
mass index 32 kg/m2. Tanda vital tekanan darah terukur 149/81 mmHg, nadi 84
kali per menit, regular, isi dan tegangan cukup, laju pernafasan 28 kali per menit,
saturasi oksigen udara ruangan terukur 88% (diberikan nasal kanula 3 liter per
menit, saturasi naik mencapai 98%), suhu aksila 36.4 0 C. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan kepala dalam batas normal, leher JVP 5+5 cmH2O, limfonodi dalam
batas normal. Pemeriksaan dada, inspeksi ditemukan bentuk dada simetris, tidak
ada ketinggalan gerak, tidak didapatkan retraksi, serta tidak ada jejas. Palpasi,
fremitus taktil kanan sama dengan kiri, perkusi sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi didapatkan suara dasar paru vesikuler, ditemukan rales (ronkhi basah)
pada basal kedua lapang paru. Pemeriksaan cor S1S2 normal, S3 negatif, murmur
gallop negatif, kardiomegali positif. Abdomen ditemukan supel, terdengar
peristaltik dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien sulit dinilai,
ginjal sulit dinilai, perkusi suara terdengar redup, shifting dullnes positif. Reflek
hepatojugular positif, Ekstremitas teraba hangat, tidak tampak sianosis, capillary
refill time kurang dari dua detik, didapatkan edema non pitting pada kedua
tungkai.
3
Hasil darah rutin tanggal 1 April 2022 hemoglobin 10.1 mg/dl, hematokrit
31.3%, Mean Corpuscular Volume (MCV) 87.2 fl, Mean Corpuscular
Hemoglobin (MCH) 28.1 pg, angka leukosit 7.500/µL, neutrofil 82,8%, limfosit
19.5%, monosit 0.52%, eosinofil 0,7%, basofil 0,01%, angka trombosit
250.000//µL. Pemeriksaan fungsi hati SGOT 20.6, SGPT 11.9, albumin 3.2 g/dL
Pemeriksaan gula darah sewaktu 91. Pemeriksaan fungsi ginjal BUN 24, kreatinin
serum 1.52, dan laju filtrasi glomerulus (LFG) 42 mL/min. Pemeriksaan elektrolit
natrium 134.4 mmol/L, Kalium 4.02 mmol/L, klorida 101.9 mmol/L, HBsAg Non
reaktif. PPT 10.8 detik, APTT 38.2 detik dan INR 0.99. Hasil NT pro BNP >
35.000.
Hasil elektrokardiografi (EKG) gambaran normo sinus ritme. Laju denyut
jantung 75 kali per menit, regular, left axis deviation dan old myocard infark
anteroseptal.
4
Gambar 2 . Rontgen thorax PA 1 April 2022
5
pasien henti jantung, di lakukan resusitasi jantung paru 1 siklus dan return of
spontaneous circulation dipindahkan ke ruang IMCC, oleh karena itu pasien
diassement dengan acute docompensated heart failure forester IV ec overhidrasi.
6
kali/menit, suhu 36.1 C, dan saturasi oksigen 98% dengan NRM 10 lpm. Balance
cairan minus 1260. Terapi injeksi furosemide digantikan ke drip furosemide dosis
10 mg/jam dan melanjutkan terapi yang lain.
7
Gambar 3. Elektrokardiografi tanggal 12 April 2023
8
dan klorida 92 mmol/L. Kesan terdapat perbaikan dibandingkan elektrolit
sebelumnya, dan fungsi ginjal hasil yang sama dengan sebelumnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Aspek diagnosa
9
Definisi gagal jantung: kumpulan gejala klinis pasien dengan tampilan seperti :
Gejala khas gagal jantung : Sesak nafas saat istirahat atau aktifitas, kelelahan, edema tungkai
Dan
Tanda khas gagal jantung : Takikardia, takipnu, ronki paru, efusi pleura, peningkatan
tekanan vena jugularis, edema perifer, hepatomegali.
Dan
Tanda objektif gangguan struktur atau fungsional jantung saat istirahat, kardiomegali,
suara jantung ke tiga, murmur jantung, abnormalitas dalam gambaran ekokardiografi,
kenaikan konsentrasi peptida natriuretik
Gagal jantung akut merujuk pada waktu yang terjadi dalam onset yang
cepat (rapid onset) dan atau dengan perburukan tanda dan gejala. Gagal jantung
akut merupakan kondisi medis mengancam nyawa yang memerlukan perawatan
segera. Dua jenis gagal jantung akut yaitu gagal jantung akut yang baru terjadi
pertama kali (de novo) dan gagal jantung dekompensasi akut pada gagal jantung
kronis yang sebelumnya stabil, dapat disebabkan oleh disfungsi jantung primer
atau oleh faktor ekstrinsik yang sering terjadi pada gagal jantung kronis (Esc
2021).
10
Gambar 4: Profil klinis pasien gagal jantung akut berdasarkan ada/tidaknya
kongesti dan/atau hipoperfusi.
Memiliki risiko menderita gagal jantung namun Tidak terdapat batasan dalam
tanpa gejala, gangguan struktural, atau biomarker melakukan aktifitas fisik. Aktifitas
kerusakan jantung. Contoh: pasien hipertensi, fisik sehari-hari tidak menimbulkan
atherosklerosis, diabetes, sindroma metabolik, kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
obesitas, paparanagen kardiotoksik, atau riwayat
keluarga kardiomyopati).
11
Stadium B (pre-HF) Kelas II
Tidak terdapat tanda atau gejala gagal jantung, dan Terdapat batasan aktifitas ringan.
terdapat salah satu bukti berikut: Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
Gangguan struktural jantung (penurunan fungsi namun aktifitas fisik sehari-hari
sistolik ventrikel kiri/kanan, hipertrofi ventrikel, menimbulkan kelelahan, palpitasi
pembesaran bilik, abnormalitas gerakan dinding atau sesak nafas
jantung, penyakit katup jantung)
Peningkatan tekanan pengisian yang diketahui
melalui pengukuran hemodinamik invasif atau
pencitraan non-invasif)
Pasien dengan faktor risiko dan peningkatan
kadar B-type natriuretic peptide (BNP) dan
troponin persisten
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan Terdapat batasan aktifitas bermakna.
penyakit struktural jantung yang mendasari Tidak terdapat keluhan saat istrahat,
tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi
atau sesak
Penyakit jantung struktural lanjut yang mengganggu Tidak dapat melakukan aktivitas fisik
aktivitas sehari-hari dan dengan rawat inap berulang tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
meskipun sudah dilakukan terapi medis maksimal istirahat. Keluhan meningkat saat
(refrakter). beraktivitas.
12
Gambar 5: Algoritma diagnostik gagal jantung
Sumber: (ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2021)
Etiologi/faktor pencetus:
40-50% episode ADHF adalah tidak spesifik, lebih sering terjadi dengan
satu atau lebih faktor seperti infeksi, hipertensi yang tidak terkontrol, gangguan
irama atau tidak patuh terhadap pengobatan atau diet. (ESC 2016). Faktor pencetus
penting untuk di ketahui guna mengidentifikasi, mendapatkan obat atau intervensi
13
yang efektif untuk mencegah kekambuhan. Adapun pencetus kekambuhan yang
paling umum dari ADHF tampak pada tabel dibawah ini:
Bradikardi
Emboli pulmo
Kelainan metabolik atau hormonal (contoh disfungsi tiroid, ketosis asidosis, disfungsi
adrenal,hamil dan abnormalitas yang berhubungan peripartum )
Mekanik akut karena: komplikasi miokard akut (ruputur dinding jantung, ventrikel septal defek,
akut mitral regusgitasi), tauma dada atau intervensi jantung, natif akut adalah protetik valve
inkompeten sekunder menjadi endocarditis, diseksi aorta atau thrombosis.
14
ekstremitas edema non pitting pada kedua tungkai. Adapun tanda dan gejala
ADHF seperti tertera pada tabel 4.
Tipikal Tanda
Sumber: ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure 2021)
15
kali per menit, regular, left axis deviation dan old myocard infark anteroseptal.
Pemeriksaan rotgen thorax ditemukan kardiomegali.
X-ray dada Admisi, saat rawat inap Kongesti, infeksi paru Konfrimasi Mungkin
dipertimbangkan
Serum Admisi, saat rawat inap, Disfungsi renal Tidak ada Direkomendasikan
Kreatinin sebelum pulang untuk menilai
prognosis
Serum Admisi, saat rawat inap, Kelainan elektrolit Tidak ada Direkomendasikan
elektrolit sebelum pulang untuk menilai
(sodium, prognosis dan terapi
potassium,
klorida)
16
sipertiroid
Laktat Admisi, saat rawat inap Asidosis laktat Digunakan untuk Direkomendasikan
status perfusi suspek hipoperfusi
perifer
Pulse oksimetri Admisi, saat rawat inap Gagal nafas Digunakan untuk Direkomendasikan
dan Analisa akses fungsi suspek gagal nafas
gas darah respirasi
Aspek tatalaksana
17
Pasien didiagnosis dengan gagal jantung akut dekompensata forrestes IV
ec overhydrasi dengan landasan terapi utama adalah diuretik. Pasien sudah
diberikan secara adekuat sesuai algoritma menejemen edema/kongesti paru akut,
faktor komplain seperti tingkat asupan dan restriksi cairan, pasien yang tidak
patuh membuat jatuh pada tahap ini.
18
Gambar 7. Menejemen pasien dengan edem pulmo
19
yang lebih buruk. Penggunaan dosis diuretik dimulai dengan dosis yang rendah
untuk menilai respon dan peningkatan dosis bila tidak mencukupi.
20
Penggunaan obat-obatan (Perki, 2023):
21
mendapatkan ARB, maka Sacubitril/ valsartan dapat langsung diberikan
sebagai pengganti ARB.
Hydralazine dan isosorbide dinitrate (H-ISDN). Pasien gagal jantung dengan
fraksi ejeksi ventrikel kiri < 40%, kombinasi H ISDN digunakan sebagai
alternatif jika pasien intoleran terhadap ACE-I/ARB/ ARNI.
22
vasodilatornya jika dibandingkan furosemide pada edem paru akut disebabkan
oleh peningkajtan afterload dan resditribusi cairan ke paru paru tanpa adanya atau
dengan akumulasi cairan minimal. Dapat diberikan jika sistolik blood pressure
>110 mmHg. Nitrat umumnya diberikan bolus 1-2 mg pada hipertensi pada
hipertensi severe dengan edem paru akutdiikuti oleh infus terus menerus, namun
dapat juga diberikat berulang (Esc, 2021).
23
Vasopressor dengan tujuan untuk meningkatkan perfusi ke organ vital.
Dengan mengorbankan afterload LV, oleh karena itu kombinasi norepinefrin dan
inotropik dapat dipertimbangkan, terutama pada pasien dengan jantung akut dan
syok cadiogenik. Beberpe penelitian mendukung pengguanan nor epinefrin
sebagai pilihan pertama nya dibanidngkan dengan dopamine atau epinefrin.
Dopamine diabndingkan norepinefrin sebagai terapi vasopressor ini oertama pada
pasien syok dan dikaitkan dengan lebih banyak. Peristiwa aritmia dan dengan
kematian yang lebih besar pada pasien dengan syok cardiogenic tetapi tidak pada
mereka dengan syok hipovolemik atau septic. Epinefrin dikaitkan dengan detak
jantung yang lebih tinggi dan asidosis laktat (Esc, 2021).
24
digoxin dan sat ini sedang dievaluasi dalam uji coba terkontrol placebo secara
acak (Esc, 2021).
Restriksi cairan dibutuhkan pada pasien gagal jantung yakni disarankan <1000
tidak restriksi cairan (Herrmann JJ, 2022). Adapun minuman yang dapat
mengurangi rasa haus dan dengan mengurangi jumlah volume yang diminum
antara air putih suhu ruang dengan air es suhu 6°C, membuktikan bahwa dengan
minum air es akan mengurangi haus lebih cepat, hanya membutuhkan sedikit
minum jika dibandingkan dengan minum air suhu ruang. Dan dibandingkan pula
antara air suhu ruang dengan minuman berkarbonasi dengan hasil bahwa
minuman berkarbonasi lebih cepat mengurangi rasa haus (Peyrot, 2016). Menurut
penelitian Kenefick 2016, restriksi cairan dilakukan oleh pasien dengan gagal
dan dilingkungan yang sejuk (Kenefick, 2016). Pada tabel dibawah ini membahas
25
Tabel 8. Menejemen non farmakologi pasien gagal jantung
Aktifitas dan Olahraga teratur dan aktif secara fisik, Anjurkan Latihan untuk mengenal
olahraga mampu menyesuaikan aktifitas fisik keterbatasab fisik dan fungsional
dengan status gejala dan keadaan
Tidur dan pola Mengenali pentingnya tidur dan istirahat, Tinjau riwayat tidur, anjurkan
nafas dapat mengenali masalah tidur dan dandiskusikan pentingnya tidur yang
optimaliasi tidur baik dan saran tentang Kesehatan tidur
Diet sehat Mampu mencegah malunutri dan Diskusikan asupan makanan saat ini,
mengetahui cara makan yang sheat, peran garam, mikronutrient
menghindari garam yang berlebihan
(>5gr/hari) dan menjaga berat badan sehat
Alcohol Dapat menjauhkan diri dari alcohol yang Sesuaikan saran alcohol dengan
berlebihan etiologic gagal jantung, misalnya
pantangan alcohol
Rokok dan obat- Mengetahui akibat merokok dan Pertimbangkan rujukan untuk teori
obat terlarang penggunaan narkoba perilaku kognitif dan dukungan
psikologisjika pasien ingin berhenti
merokok
Aktifitas seksual Dapat melanjutkan dan menyesuaikan Informasikan jika aktfitas seksual
aktifitas seksual dengan kpasitas fisik untuk pasien dengan aggal jantung
stabil
Monitoring Pantau dan kenali perubahan tanda dan Berikan informasi individual unutk
gejala mandiri gejala, dan mampu bereaksi secara mendukung menejemen diri, missal
memadai terhadap perubahan tanda dan kenaikan BB >2 kg dalam 3 hari
gejala
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
Heidenreich PA, Bozkurt B, Aguilar D, Allen LA, Byun JJ, Colvin MM, et
al. 2022 AHA/ACC/HFSA Guideline for the Management of Heart Failure:
Executive Summary: A Report of the American College of Cardiology/American
Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guidelines. J Am Coll
Cardiol. 2022 May 3;79(17):1757-1780. doi: 10.1016/j.jacc.2021.12.011. Epub
2022 Apr 1. PMID: 35379504.
28
Reyes EB, Ha JW, Firdaus I, Ghazi AM, Phrommintikul A, Sim D,
Vu QN, et al. Heart failure across Asia: Same healthcare burden but
differences in organization of care. Int J Cardiol. 2016 Nov 15;223:163-167.
doi: 10.1016/j.ijcard.2016.07.256. Epub 2016 Aug 1. PMID: 27541646.
29