Anda di halaman 1dari 3

MENCONTEK DAN MEMBERI CONTEKAN

Karya: Arief Januar Saputra


Di suatu sekolah, ada seorang siswa kelas XI yang sangat pintar. Dia selalu
mendapatkan rangking pertama di kelasnya. Namanya Kevin. Karena kepintarannya itu,
membuat dia banyak sekali memenangkan perlombaan, baik intra maupun antar sekolah. Dia
sering membantu teman kelasnya yang kesulitan ketika mengerjakan tugas. Meskipun dia
pintar, dia tetap rendah hati dan tidak sombong.
Pelajaran yang tidak disukai oleh kebanyakan siswa di sekolah tersebut adalah mata
pelajaran Kimia. Menurut mereka, Kimia adalah pelajaran yang sangat sulit dan tidak
menyenangkan. Tetapi, Kevin sangat menyukai pelajaran tersebut. Dia sangat bersemangat
ketika pelajaran Kimia tiba.
Pada suatu waktu, ada ulangan dadakan pelajaran Kimia. Teman-teman Kevin sangat
terkejut. Mereka belum membaca sedikitpun mengenai materi yang akan diulangankan.

Ulangan pun dimulai. Andi yang merupakan teman sekelas Kevin, meminta Kevin untuk
memberikan jawaban dari ulangan tersebut.

“Kamu udah nomor 1 Vin?” Ujar Andi.

“Udah Di.” Ucap Kevin yang mengucapkanya dengan sangat pelan.

“Aku minta jawaban nomor 1 dong?, kamu kan baik.” Kata Andi.

“Gak boleh, inikan lagi ulangan Di.” Ujar Kevin.

“Kamu pedit Vin, giliran yang lain bertanya, kamu suka jawab kok.” Ujar Andi.

“Iya itu kan tugas biasa, bukan ulangan seperti sekarang.” Ucap Kevin.

“Apa bedanya dengan ulangan?, Sama-sama dinilai oleh guru kan? Kalau kamu tidak mau
ngasih contekkan aku akan bermusuhan denganmu.” Ucap Andi.

Kevin orangnya tidak suka bermusuhan, dia sangat akrab dengan teman yang lain.
Ketika itu dia sangat bimbang. Dia berucap dalam hatinya “Apakah aku harus memberikan
jawaban itu untuk mempertahankan pertemanan atau gimana?.” Dia terus mengucapkan
itu, hingga dia selesai mengerjakan ulangannya. Hingga pada akhirnya dia memutuskan
untuk memberikan jawaban nomor 1 kepada Andi.

“Andi ini jawaban nomor 1 aku hanya bisa memberikan nomor 1 saja.” Ucap Kevin.

“Oke gak apa-apa, makasih ya Kevin.” Ujar Andi.


Andi pun kemudian menyalin jawaban yang diberikan Kevin.

Ulangan pun selesai. Guru mata pelajaran Kimia pun memeriksa jawaban dari masing-
masing siswa di kelas tersebut. Dia terkejut, ketika jawaban nomor 1 antara Andi dan Kevin
sama. Kemudian guru tersebut memanggil Andi dan Kevin untuk menemui dirinya. Andi dan
Kevin pun langsung menemui guru tersebut.

“Ada apa Bu?” Ujar Andi.

“Iya ada apa ya bu kami dipanggil?”

“Coba jelaskan, mengapa jawaban nomor 1 kalian kok sama! Kalian saling contek ya?” Ujar
guru.

“Enggak bu, saya enggak nyontek kok.”

“Lantas mengapa jawaban kalian sama, padahal kan dalam pertanyaan tersebut saya
meminta pemahaman masing-masing dari hasil percobaan yang kalian lakukan?”

Andi dan Kevin pun terdiam. Mereka tidak bisa berkata apa-apa. Pada akhirnya Kevin pun
menjelaskan apa yang terjadi.

Kata Kevin “Jadi gini bu, Andi meminta jawaban kepada saya, kalau saya tidak memberikan
jawaban, saya dan Andi akan bermusuhan, saya gak mau itu terjadi, dan pada akhirnya saya
memberikan jawaban tersebut.”

“Oh jadi gitu.” Ucap guru.

“Iya bu seperti itu, saya memang salah, saya minta maaf ya Bu, sudah mengancam Kevin
kalau tidak mau memberikan jawaban itu.” Ujar Andi.

“Kevin ketika ada yang mengancam, kamu bisa bicara sama Ibu, jangan malah kamu
langsung menuruti keinginan orang tersebut, memang niat kamu baik untuk
mempertahankan pertemanan, tetapi situasi dan waktunya tidak pas, dan kamu juga Andi
kalau tidak bisa udah kosongkan saja, bukannya malah mengancam.” Ujar guru.

“Iya bu, kami berdua minta maaf, kami janji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.”

Ujar Andi dan Kevin.

“Supaya kalian jera, kalian siap untuk menerima hukuman dari ibu, hukumannya mudah kok,
kalian hanya harus membersihkan kelas kalian sampai bersih.” Ucap guru.

“Oke siap Bu, kami siap menerima hukuman itu.” Ujar Andi dan Kevin.
Akhirnya mereka berdua pun menjalankan hukuman tersebut dengan sepenuh hati,
mereka pun saling berjanji agar tidak memberikan contekan dan tidak mencontek ketika
ulangan. Mereka berdua akhinya menjadi teman sejati.

Anda mungkin juga menyukai