Anda di halaman 1dari 21

TELAAH JURNAL

EFFECT OF 3 DAYS ORAL AZITHROMYCIN ON YOUNG CHILDREN


WITH ACUTE DIARRGHEA IN LOW-RESOURCE SETTINGS
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUD DRS H. AMRI TAMBUNAN LUBUK PAKAM

Pembimbing :

dr. Dwi Herawati Ritonga, M.Ked (Ped), Sp.A

Disusun Oleh :

Aditya Achmad Fawwaz 2108320026


Fitri Aprianta 2108320063
Rafa Nabila Haifa 2108320039
Rizky Yusfasari 2108320034
Paramitha Widya Ningsih 2108320066

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD DRS H. AMRI TAMBUNAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamuálaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan telaah
jurnal ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian SMF
Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Drs H. Amri Tambunan dengan judul “Effect Of 3
Days Oral Azithromycin On Young Children With Acute Diarrghea In Low-Resource
Settings”. Telaah jurnal ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-
teori yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan
Anak di Rumah Sakit DRS H. Amri Tambunan Lubuk Pakam dan
mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dr. Dwi Herawati Ritonga, M.Ked (Ped), Sp. A yang telah
membimbing penulis dalam telaah jurnal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa telaah jurnal ini masih memiliki
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari
semua pihak yang membaca telaah jurnal ini. Harapan penulis semoga telaah jurnal
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Lubuk Pakam, 31 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Pendahuluan..........................................................................................................1
1.2 Metode...................................................................................................................1
1.3 Hasil......................................................................................................................1
1.4 Kesimpulan...........................................................................................................2
BAB II DESKRIPSI JURNAL.................................................................................3
2.1 Deskripsi Umum................................................................................................3
2.2 Deskripsi Konten...................................................................................................3
2.2.1. Pendahuluan...........................................................................................3
2.2.2. Bahan dan Metode...................................................................................4
2.2.3. Analisis Statistik......................................................................................7
2.2.4. Hasil........................................................................................................8
BAB III TELAAH JURNAL....................................................................................11
3.1 Identifikasi PICO...............................................................................................11
3.2 Fokus Penelitian.................................................................................................12
3.3 Gaya dan Sistematika Penulisan........................................................................12
3.4 Judul...................................................................................................................12
3.5 Penulis................................................................................................................12
3.6 Abstrak................................................................................................................12
3.7 Tujuan.................................................................................................................12
3.8 Literature/Tinjauan Pustaka................................................................................12
3.9 Pembahasan.........................................................................................................13
BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Metode Pencarian

Pencarian literatur dalam telaah jurnal ini dilakukan melalui pubmed. Kata kunci
yang digunakan dalam penelusuran pada database adalah “diare”

1.2. Pendahuluan

World Health Organization (WHO) tidak merekomendasikan penggunaan antibiotik


rutin untuk anak-anak dengan diare cair akut. Namun, studi terbaru menunjukkan
bahwa proporsi yang signifikan dari episode tersebut memiliki penyebab bakteri dan
berhubungan dengan kematian dan gangguan pertumbuhan, terutama di antara anak-
anak yang berisiko tinggi kematian terkait diare. Memperluas penggunaan antibiotik
di antara anak-anak yang mengalami dehidrasi atau kurang gizi dapat mengurangi
angka kematian terkait diare dan meningkatkan pertumbuhan.

1.3. Bahan dan Metode

Uji coba Antibiotik untuk Anak dengan Diare (ABCD) adalah uji klinis multinegara,
acak, tersamar ganda, di antara 8266 anak berisiko tinggi berusia 2 hingga 23 bulan
yang mengalami diare akut tidak berdarah. Peserta direkrut antara 1 Juli 2017, dan 10
Juli 2019, dari 36 departemen rumah sakit rawat jalan atau pusat kesehatan
masyarakat di campuran perkotaan dan pedesaan di Bangladesh, India, Kenya,
Malawi, Mali, Pakistan, dan Tanzania. Setiap peserta ditindaklanjuti selama 180 hari.
Analisis primer mencakup semua peserta secara acak dengan niat untuk mengobati.

1.4. Hasil

Sebanyak 8266 anak (4463 anak laki-laki [54,0%]; rata-rata usia [SD], 11,6 [5,3]
bulan) diacak. Sebanyak 20 dari 4133 anak pada kelompok azitromisin (0,5%) dan 28

1
dari 4135 anak pada kelompok plasebo (0,7%) meninggal (risiko relatif, 0,72; 95%
CI, 0,40-1,27). Mean (SD) perubahan panjang untuk usia z skor 90 hari setelah
pendaftaran adalah -0,16 (0,59) pada kelompok azitromisin dan- 0,19 (0,60) pada
kelompok plasebo (perbedaan risiko, 0,03; 95% CI, 0,01-0,06). Kematian secara
keseluruhan jauh lebih rendah dari pada yang diantisipasi, dan uji coba dihentikan
karena sia-sia pada analisis sementara yang ditentukan sebelumnya.

1.5. Kesimpulan

Studi ini tidak mendeteksi manfaat bertahan hidup untuk anak-anak dari penambahan
azitromisin ke manajemen kasus diare akut standar WHO di rangkaian sumber daya
rendah. Ada sedikit penurunan pertumbuhan linier yang terputus-putus pada
azitromisin kelompok, meskipun besarnya efek ini tidak mungkin signifikan secara
klinis. Dalam pengaturan sumber daya rendah, perluasan penggunaan antibiotik tidak
dijamin. Kepatuhan terhadap protokol manajemen kasus WHO saat ini untuk diare
cair tetap sesuai dan harus didorong.

2
BAB II
DESKRIPSI JURNAL

2.1. Deskripsi Jurnal

Judul : Effect of 3 Days of Oral Azithromycin on Young


Children with Acute Diarrhea in Low-Resource
Settings. A Randomized Clinical Trial
Penulis : Bahl Rajiv, Costa AD, et al
Publikasi : JAMA Netw Open
Penelaah : Adiya Achmad Fawwaz (2108320026)
Fitri Aprianta (2108320063)
Rafa Nabila Haifa (2108320039)
Rizky Yusfasari (2108320034)
Paramitha Widya Ningsih (2108320066)
Tanggal Telaah : 20 Desember 2022
2.2. Deskripsi Konten
2.2.1. Pendahuluan
Sekitar setengah juta anak meninggal setiap tahun akibat diare akut,
kebanyakan di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Pedoman World Heatlh
Organization (WHO) saat ini untuk penatalaksanaan kasus diare akut (rehidrasi,
suplemen seng, pemberian makan lanjutan, dan tindak lanjut) telah berkontribusi
pada penurunan yang signifikan dalam kematian terkait diare. Pedoman ini tidak
termasuk penggunaan antibiotik kecuali dalam kasus diare berdarah atau dugaan
kolera.
Penelitian telah menunjukkan bahwa 1 atau lebih patogen dapat diidentifikasi
pada lebih dari dua pertiga anak dengan diare akut di lingkungan berpenghasilan
rendah dan menengah. Setelah rotavirus, bakteri patogen seperti Shigella, Escherichia
coli penghasil enterotoksin yang tahan panas (ST-ETEC), Campylobacter, dan E coli

3
enteropatogenik khas adalah penyebab utama diare. Patogen bakteri ini terkait dengan
kematian berikutnya dan pertumbuhan linear terputus-putus. Dengan penerapan
program vaksin rotavirus, kontribusi relatif dari penyebab bakteri kemungkinan akan
meningkat tetapi akan tetap tidak terdiagnosis dengan tidak adanya diagnostik di
tempat perawatan. Oleh karena itu pedoman pengobatan saat ini mungkin kehilangan
kesempatan untuk mengobati diare bakteri secara tepat pada kelompok anak-anak
terpilih dengan diare dehidrasi atau kekurangan gizi yang berisiko tinggi kematian
terkait diare.
Azitromisin, makrolida dengan spektrum aktivitas antibakteri yang luas,
efektif terhadap patogen diare yang umum, termasuk spesies E.coli enterotoksigenik,
Shigella, dan Campylobacter. Selain itu, ada manfaat kelangsungan hidup yang
belum terkarakterisasi, seperti yang ditunjukkan oleh peningkatan kelangsungan
hidup di antara anak-anak muda yang mendapat manfaat dari pemberian obat secara
massal dua kali setahun dalam rangkaian kematian tinggi di Afrika. Pada saat yang
sama, ada kekhawatiran mengenai potensi penggunaan luas azitromisin sebagai
profilaksis terhadap munculnya resistensi antimikroba pada anak-anak dan komunitas
mereka.
Kami melakukan uji klinis multinegara, randomized, plasebo kontrol (yaitu,
Antibiotik untuk Anak Dengan Diare (ABCD) trial) untuk menentukan apakah
penambahan azitromisin untuk manajemen kasus standar diare akut nonbloody, feses
cair antara anak-anak 2 sampai 23 bulan usia yang mengalami dehidrasi atau
kekurangan gizi dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan pertumbuhan
linier.
2.2.2. Bahan dan Metode
Desain Studi
Uji coba ABCD adalah uji klinis multinegara, multisenter, double-blinded,
randomized, parallel-group, placebo-controlled yang diterapkan di Bangladesh,
India, Kenya, Malawi, Mali, Pakistan, dan Tanzania. Protokol uji coba telah
diterbitkan. Persetujuan etik diperoleh dari WHO Ethic Review Comittee serta dari

4
negara-negara peserta. Informed consent tertulis diperoleh dari primary caregiver.
Studi ini mengikuti panduan pelaporan Consolidated Standards of Reporting Trials
(CONSORT).
Studi Settings
Peserta direkrut antara 1 Juli 2017, dan 10 Juli 2019, dari 36 departemen
rumah sakit rawat jalan atau pusat kesehatan masyarakat baik dalam perkotaan dan
pedesaan di 7 negara. Staf menjalani pelatihan standar dalam proses studi utama dan
dalam pedoman Pengelolaan Terpadu Penyakit Anak untuk pengelolaan penyakit
diare akut.
7 negara dipilih berdasarkan jumlah anak yang mengalami diare dan/atau
tingkat malnutrisi yang tinggi dan memiliki tingkat kematian terkait diare yang relatif
tinggi dalam Global Enteric Multicenter Study (GEMS), serta memiliki tim
berpengalaman dalam melakukan percobaan intervensi besar.

Peserta
Screening dan Recruitment
Skrining dan Perekrutan semua anak usia 2 sampai 23 bulan yang mengalami
diare di klinik diskrining untuk kriteria inklusi. Anak-anak dengan diare cair akut (≥3
tinja encer dalam 24 jam sebelumnya), dehidrasi ringan atau berat, dan/atau wasting
sedang (didefinisikan sebagai skor z berat-untuk-panjang badan >-3 dan ≤-2 atau
lingkar lengan tengah atas ≥115 mm dan <125 mm) dan/atau memenuhi syarat severe
stunting.
Anak-anak dieksklusikan jika mereka menderita disentri, suspek kolera,
malnutrisi akut parah, tanda-tanda infeksi lain yang memerlukan pengobatan
antibiotik, menerima antibiotik dalam 14 hari terakhir, sudah terdaftar dalam uji coba
lain, atau tinggal di luar wilayah penelitian. Kriteria inklusi dan eksklusi rinci
disediakan dalam protokol uji coba.

5
Randomization and Masking
Peserta diacak (1:1) baik azitromisin oral, 10 mg/kg/hari, sekali sehari selama
3 hari atau plasebo. Pengobatan aktif dan plasebo diberikan dalam sediaan bubuk
berbasis gula kering dalam botol kaca gelap. Isi setiap botol identik kecuali tidak
adanya azitromisin di plasebo.
Pengacakan site-stratified individual dengan blok permutasi dengan berbagai
ukuran (4, 6, atau 8) digunakan. Urutan pengacakan yang dihasilkan komputer
disiapkan secara terpusat di WHO. Alokasi disembunyikan melalui penggunaan botol
treatment berlabel sebelumnya. Semua lokasi menerima botol pengobatan yang
identik, diberi label dengan nomor peserta, berisi bubuk kering yang setara dengan
200 mg/5 mL azitromisin (1,2 g) atau plasebo. Wali peserta, care providers, dan
penyelidik tidak mengetahui tugas kelompok secara acak.
Peserta menerima pengobatan studi yang dialokasikan segera setelah
pengacakan. Semua dosis diberikan oleh staf penelitian di klinik (hari 1) dan
kemudian diberikan atau diamati langsung di rumah (hari 2 dan 3). Untuk anak
dengan dehidrasi ringan atau berat, pengacakan dilakukan hanya setelah anak stabil
dan dehidrasi telah diperbaiki. Semua peserta menerima perawatan standar untuk
penyakit diare, termasuk zinc, rehidrasi, dan konseling gizi mengikuti pedoman
WHO.
Prosedur Studi
Personel percobaan mengumpulkan data saat pendaftaran dan saat follow-up
yang dijadwalkan pada hari ke 2, 3, 45, 90, dan 180 setelah pendaftaran. Status vital
peserta dipastikan melalui laporan di klinik, di rumah, dan melalui follow-up melalui
telepon. Rekam medis peserta yang dilaporkan meninggal dipisahkan (jika tersedia),
dan wawancara otopsi verbal standar dilakukan untuk menilai tanggal, penyebab, dan
konteks kematian. Rawat inap dinilai oleh caregiver pada setiap kunjungan studi.
Panjang, berat badan, dan lingkar lengan atas diukur pada saat pendaftaran dan pada
hari ke 90 menggunakan prosedur standar. Standar Pertumbuhan Anak WHO
digunakan untuk menghitung skor z standar jenis kelamin dan usia. Sampel feses dan

6
nasofaring dikumpulkan pada hari 1 (tinja dari peserta saja), hari ke 90, dan hari ke
180 dari peserta dan kontak anak serumah (saudara kandung) masing-masing untuk
isolasi E coli dan Streptococcus pneumoniae. Sensitivitas terhadap azithromycin diuji
menggunakan E-test untuk E coli dan Microscan Autoscan4 (Beckman Coulter)
untuk S pneumoniae. Sensitivitas terhadap antibiotik lain diuji menggunakan
Microscan Autoscan4. Cutoff konsentrasi penghambatan minimum klinis yang sesuai
dengan nonsuseptibilitas dari Institut Standar Klinis dan Laboratorium 2016
digunakan untuk menentukan isolat resisten E coli dan S pneumoniae.
2.2.3. Analisa Statistik
Berdasarkan data sebelumnya dari GEMS, peneliti mengantisipasi 2,7%
kematian pada hari ke 180 pada kelompok kontrol. Pada alokasi 1:1, 5750 anak per-
kelompok akan memberikan kemampuan 90% pada konfidensi 95% untuk
mendeteksi penurunan mortalitas sebesar 35% atau lebih pada kelompok azitromisin,
kemungkinan 10% hilang dalam follow-up sebelum penyelesaian dan dalam 1 analisis
Ukuran ini memberikan kemampuan 80% dan konfidensi 95% untuk mendeteksi
perbedaan absolut 0,04 atau lebih dalam perubahan rata-rata skor z panjang badan per
usia antara kelompok studi pada hari ke 90, dengan asumsi SD 0,7. Semua nilai P
berasal dari uji 2 sisi dan hasilnya dianggap signifikan secara statistik pada P < 0,05.
Rencana analitik didefinisikan secara apriori dan telah dipublikasikan.
Analisis primer mencakup semua peserta randomized dengan niat untuk mengobati.
Untuk mendapatkan risiko kematian relatif hingga hari ke 180, regresi log-binomial
dilakukan. Individu yang disensor yang menarik persetujuan atau hilang dalam
follow-up dianggap masih hidup. Untuk hasil koprimer, peneliti menggunakan model
regresi linier yang disesuaikan dengan negara dan skor z panjang badan per usia awal
untuk membandingkan peserta yang bertahan hingga hari ke-90 dalam 2 kelompok.
Peneliti juga melakukan analisis subkelompok prespecified untuk hasil primer
berdasarkan lokasi, usia, jenis kelamin, antropometri, dan status sosial ekonomi.
Hasil tidak disesuaikan untuk beberapa perbandingan. Untuk perbandingan resistensi

7
antimikroba antar kelompok, margin noninferioritas 10% (perbedaan absolut)
ditentukan dan diuji dengan uji χ2 yang dikoreksi kontinuitas.
Data yang diperoleh dipantau, secara rahasia, oleh dewan pemantauan
keamanan data (DSMB) dengan analisis sementara yang dilakukan pada Juni 2019,
ketika 40% dan 50% dari 11.500 anak yang diusulkan telah ditindaklanjuti untuk
hasil mortalitas primer dan pertumbuhan. hasil masing-masing. DSMB
merekomendasikan agar uji coba dihentikan karena kesia-siaan pada hasil mortalitas
karena data yang tersedia menunjukkan bahwa kekuatan prediksi untuk menolak
hipotesis nol tentang tidak ada perbedaan kematian pada hari ke 180 adalah 7% jika
uji coba melanjutkan rekrutmen untuk menargetkan pendaftaran. Untuk perubahan
skor z panjang badan per usia, meskipun kekuatan prediksi yang masuk akal (68%)
untuk menolak hipotesis nol tentang tidak ada perbedaan dalam perubahan skor z
panjang menurut usia, DSMB menganggap efek ukuran tidak cukup signifikansi
terhadap relevansi kesehatan masyarakat. Rekrutmen dihentikan di semua lokasi
setelah itu, meskipun semua peserta yang direkrut hingga saat itu ditindaklanjuti
selama 180 hari sejak perekrutan. Semua komite etika dan otoritas regulator telah
diberitahu.
2.2.4. Hasil
Dari 66.379 anak yang diskrining untuk kelayakan, didapatkan 8268 anak
diacak sebanyak (4463 anak laki-laki [54,0%]; usia rata-rata [SD], 11,6 bulan; 4133
pada kelompok azitromisin dan 4135 pada kelompok plasebo) dimulai dari 1 Juli
2017, hingga 10 Juli 2019. Sebanyak 2726 anak (33,0%) mengalami wasting sedang,
dan 1249 (15,1%) mengalami stunting berat. Alasan paling umum yang tidak
memenuhi syarat adalah tidak adanya dehidrasi atau kekurangan gizi atau penerimaan
antibiotik dalam 14 hari sebelum skrining.
Tidak ada perbedaan antara kelompok dalam karakteristik demografi dan
antropometri pada awal. Peneliti memiliki data lengkap pada 3934 dari 4135 anak
(95,1%) pada kelompok plasebo dan 3920 dari 4133 anak (94,8%) pada kelompok
azitromisin.

8
Secara keseluruhan, 52 dari 4133 anak (1,3%) pada kelompok azitromisin dan
48 dari 4135 anak (1,2%) pada kelompok plasebo tidak menerima semua 3 dosis
pengobatan. Ada 20 kematian (0,5%) pada kelompok azitromisin dan 28 kematian
(0,7%) pada kelompok plasebo (risiko relatif, 0,72; 95% CI, 0,40-1,27; P= .25). Mean
(SD) perubahan panjang untuk usia zskor dari hari 1 sampai hari 90 adalah −0,16
(0,59) pada kelompok azitromisin dan −0,19 (0,60) pada kelompok plasebo
(perbedaan risiko, 0,03; 95% CI, 0,01-0,06;P= .007). Hasilnya serupa dalam analisis
per-protokol. Tidak ada bukti modifikasi efek pengobatan sehubungan dengan usia
peserta, jenis kelamin, sosial ekonomi, atau alasan pendaftaran yang dicatat baik
untuk hasil primer. Untuk hasil gabungan kematian atau rawat inap, terdapat 45
kejadian pada hari ke-10 pada kelompok azitromisin dan 68 kejadian pada hari ke-10
pada kelompok plasebo (1,1% vs 1,6%; risiko relatif, 0,66; 95% CI, 0,46-0,96).
Pada hari ke 90, terdapat 178 kejadian pada kelompok azitromisin dan 226
kejadian pada kelompok plasebo (4,3% vs 5,5%; risiko relatif, 0,79; 95% CI, 0,65-
0,95). Ada 170 rawat inap pada hari ke-90 pada kelompok azitromisin dan sebanyak
211 rawat inap pada kelompok plasebo (4,1% vs 5,1%; risiko relatif, 0,81; 95% CI,
0,66-0,98). Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perubahan
indeks antropometri lainnya antara 2 kelompok. Resistensi terhadap azitromisin
dalam tinja E. coli dan di nasofaring S.pneumoniae dari peserta dalam kelompok
azitromisin tidak lebih besar dari pada kelompok plasebo pada kedua hari 90 (207
dari 848 [24,4%] vs 213 dari 875 [24,3%] untuk E. coli dan 238 dari 838 [28,4%] vs
227 dari 869 [26,1%] untuk S.pneumoniae) dan hari ke 180 (186 dari 805 [23,1%] vs
177 dari 846 [20,9%] untuk E.coli dan 211 dari 783 [26,9%] vs 217 dari 826 [26,3%]
untuk S.pneumoniae), menggunakan analisis noninferioritas.
Demikian pula resistensi terhadap azitromisin dalam tinja E.coli dan di
nasofaring S. pneumoniae dari kontak rumah tangga peserta dalam kelompok
perlakuan tidak lebih besar dari pada kelompok plasebo pada kedua hari 90 (52 dari
372 [14,0%] vs 48 dari 385 [12,5%] untuk E.coli dan 87 dari 372 [23,4%] vs 81 dari
385 [21,0%] untuk S.pneumoniae) dan hari ke 180 (47 dari 333 [14,1%] vs 50/358

9
[14,0%] untuk E.coli dan 63 dari 333 [18,9%] vs 75 dari 359 [20,9%] untuk
S.pneumoniae). Tidak ada perbedaan antara 2 kelompok sehubungan dengan
resistensi yang ditunjukkan oleh E.coli atau S.pneumoniae diisolasi ke kelas
antibiotik lain pada setiap titik waktu yang diuji hingga hari ke 180.

1
BAB III
TELAAH JURNAL
3.1. Identifikasi PICO
3.1.1. Pasien / Problem

Semua anak usia 2 sampai 23 bulan yang mengalami diare di klinik diskrining
untuk dimasukkan. Anak- anak dengan diare cair akut (≥ 3 feses encer dalam 24
jam sebelumnya), dehidrasi ringan atau berat, dan/ atau wasting sedang
(didefinisikan sebagai berat untuk panjang z skor >−3 dan ≤ −2 atau lingkar
lengan atas ≥ 115 mm dan <125 mm).
Anak-anak dikeluarkan jika mereka menderita disentri, suspected kolera,
malnutrisi akut yang parah, tanda- tanda infeksi lain yang membutuhkan
pengobatan antibiotik, menerima antibiotik dalam 14 hari terakhir, sudah
terdaftar dalam percobaan lain, atau tinggal di luar wilayah penelitian.
3.1.2. Intervention
Anak-anak yang terdaftar secara acak, menerima baik azitromisin oral, 10
mg/kg, atau plasebo sekali sehari selama 3 hari sebagai tambahan protokol
manajemen kasus sesuai anjuran WHO untuk pengelolaan diare akut.
3.1.3. Comparison
Peserta diacak (1:1) baik azitromisin oral, 10 mg/kg/hari, sekali sehari selama
3 hari atau plasebo. Pengobatan aktif dan plasebo diberikan sebagai bubuk
berbasis gula kering dalam botol kaca gelap. Isi setiap botol identik kecuali tidak
adanya azitromisin di plasebo.
3.1.4. Outcome
Sebanyak 8266 anak (4463 anak laki-laki [54,0%] dengan rata-rata usia [SD]
11,6 [5,3] bulan) diacak. Sebanyak 20 dari 4133 anak pada kelompok azitromisin
(0,5%) dan 28 dari 4135 anak pada kelompok plasebo (0,7%) meninggal (risiko
relatif, 0,72; 95% CI, 0,40-1,27). Rata-rata (SD) perubahan panjang untuk usia z
skor 90 hari setelah pendaftaran adalah -0,16 (0,59) pada kelompok azitromisin
dan -0,19 (0,60) pada kelompok plasebo (perbedaan risiko, 0,03; 95% CI, 0,01-

1
0,06). Kematian secara keseluruhan jauh lebih rendah dari pada yang
diantisipasi, dan uji coba dihentikan karena berbeda pada analisis sementara yang
ditentukan sebelumnya.
3.2. Telaah Jurnal
3.2.1. Gaya dan sistematika penulisan
Artikel ini memiliki sistematika penulisan yang baik, diantaranya terdapat
abstrak, pendahuluan, metodologi, hasil dan diskusi. Untuk gaya penulisan
menggunakan metode American Medical Association (AMA).
3.2.2. Penulis
The Antibiotics for Children With Diarrhea (ABCD) Study Group Rajiv Bahl,
MD, PhD dan Ayesha De Costa, MD, PhD
3.2.3. Judul
“Effect of 3 Days of Oral Azithromycin on Young Children With Acute
Diarrhea in Low-Resource Settings A Randomized Clinical Trial”
3.2.4. Abstrak
Abstrak pada jurnal ini dapat dikatakan baik karena menganmbarkan
keseluruhan isi jurnal
3.2.5. Tujuan
Untuk menentukan apakah penambahan azitromisin pada tatalaksana kasus
standar diare tidak berdarah akut, pada anak usia 2 sampai 23 bulan yang
mengalami dehidrasi atau kekurangan gizi dapat mengurangi mortalitas dan dan
meningkatkan pertumbuhan linear.
3.2.6. Hipotesis
Penambahan azitromisin pada tatalaksana diare akut pada anak usia 2 hingga
23 bulan, yang mengalami dehidrasi atau kekurangan gizi dapat mengurangi
angka kematian dan meningkatkan pertumbuhan linier
3.2.7. Literatur
Terdapat sebayak 36 literatur yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini,
terdiri dari artikel ilmiah dan laporan kasus.

1
3.3. Pembahasan
Pada uji multicenter randomized clinical trial, terbukti tidak ada perbedaan
angka kematian dalam waktu 180 hari pertama, atara anak yang menerima
azitromisin dan yang menerima plasebo, selain pengobatan standar WHO untuk
diare akut. Perbedaan kecil yang signifikan secara statistik antara kelompok
diamati untuk hasil koprimer dari perubahan pertumbuhan linier (perubahan
panjang-untuk-usiaz skor) antara pendaftaran dan hari ke-90. Perbedaan kecil ini
sesuai dengan perbedaan panjang 1 mm selama 3 bulan untuk anak berusia 1 tahun,
perubahan yang tidak mungkin signifikan secara klinis atau kesehatan masyarakat.
Studi menunjukkan angka mortalitas 180 hari pada kelompok kontrol (0,7%) secara
substansial lebih rendah dalam penelitian ini, dari pada asumsi mortalitas yang
digunakan dalam estimasi ukuran sampel (2,7%), yang didasarkan pada GEMS.
Ada kemungkinan bahwa perbedaan antara populasi percobaan GEMS dan
ABCD berkaitan dengan (1) kriteria kelayakan terkait dengan tingkat keparahan
penyakit diare, (2) tingkat malnutrisi, dan (3) kekakuan protokol manajemen
(GEMS adalah studi observasional dalam pengaturan perawatan rutin, sedangkan
ABCD adalah percobaan di mana protokol ketat mengikuti pedoman WHO untuk
pengelolaan diare dipatuhi), serta tren global penurunan kematian penyakit diare,
berkontribusi pada perbedaan antara kematian yang diproyeksikan dan diamati.
Meskipun angka kematian yang diamati sedikit lebih rendah pada kelompok
azitromisin (0,5%) dibandingkan dengan kelompok plasebo (0,7%), jumlah anak
yang diperlukan untuk mendeteksi perbedaan ini dengan kekuatan statistik yang
memadai akan menjadi 3 kali lebih tinggi dari yang direncanakan semula. Hal ini
menyebabkan DSMB menghentikan perekrutan uji coba lebih awal karena sia-sia.
Meskipun efek azitromisin pada kolera dan salmonella enteritis telah dipelajari,
efek azitromisin pada kematian di antara anak-anak dengan diare akut belum
dilaporkan, pemberian azitromisin secara massal telah terbukti mengurangi angka
kematian secara keseluruhan, tetapi hanya pada pengaturan kematian tinggi dan di
antara anak-anak di bawah 6 bulan.

1
Meskipun peningkatan kelangsungan hidup dalam uji coba pemberian obat
massal masih belum diketahui, subanalisis post hoc yang memeriksa apakah
pencegahan diare dan disentri dapat berperan tidak meyakinkan. Analisis sekunder
uji coba pemberian massal profilaksis malaria musiman ditambah azitromisin atau
plasebo tidak menunjukkan bukti efek perlindungan azitromisin pada rawat inap
dan kematian, dan perlindungan dari penyakit menular berumur pendek (2-4
minggu).
Uji coba di Niger sedang dilakukan untuk menguji efek penargetan berbasis
usia dari azitromisin dua tahunan pada kematian dan resistensi antimikroba pada
anak-anak. Meskipun peningkatan berat badan sementara telah dilaporkan di antara
anak-anak di bawah 5 tahun yang menerima azitromisin dibandingkan dengan
plasebo. Penelitian sebelumnya belum menemukan manfaat substansial azitromisin
untuk pertumbuhan linier. Uji coba percontohan di Burkina Faso yang menguji
kemanjuran azitromisin untuk meningkatkan hasil gizi pada anak-anak dengan
malnutrisi akut berat tanpa komplikasi baru saja menyelesaikan perekrutan.
Sehubungan dengan hasil sekunder, perbedaan dalam hasil komposit rawat
inap atau kematian patut dipertimbangkan. Ada risiko rawat inap atau kematian
21% lebih rendah dalam periode tindak lanjut 90 hari pada kelompok azitromisin.
Hasil serupa diamati untuk hasil ini dalam 10 hari pertama masa tindak lanjut. Pada
kedua titik waktu tersebut, perbedaan ini sebagian besar didorong oleh rawat inap,
yang didefinisikan sebagai menginap semalam di rumah sakit terlepas dari tingkat
keparahan penyakitnya. Karena rawat inap tergantung pada pencarian perawatan
dan tingkat keparahan penyakit, pengacakan dan double blinding membuat kecil
kemungkinan pencarian perawatan mungkin berbeda pada kelompok percobaan.
Namun demikian, praktik penerimaan cenderung bervariasi secara substansial
berdasarkan konteks; 80% rawat inap berada di lokasi Asia yang termasuk dalam
penelitian kami. Dengan demikian, kesehatan masyarakat dan relevansi klinis dari
temuan ini perlu ditafsirkan dengan hati-hati mengingat alasan rawat inap atau
keparahan penyakit yang mendorong rawat inap tidak didokumentasikan secara

1
rutin, dan tidak ada penyesuaian yang dilakukan untuk beberapa perbandingan pada
hasil sekunder.
Temuan ini perlu dikonfirmasi dalam penelitian masa depan dalam konteks
wilayah dan penyakit anak yang berbeda. Tidak ada perbedaan dalam indeks
antropometri lainnya antar kelompok. Tidak ada perbedaan proporsi resistensi
azitromisin padaE. colidanS pneumoniaeantara anak-anak yang menerima
azitromisin dan anak-anak yang menerima plasebo, maupun di antara kontak rumah
tangga mereka. Temuan ini kontras dengan penelitian tentang pemberian
azitromisin secara massal untuk mengendalikan trakoma35atau untuk
meningkatkan kelangsungan hidup anak,36keduanya menunjukkan bahwa
pemberian obat massal dikaitkan dengan pengangkutan resistensi makrolidaE. coli.
Namun, kedua penelitian ini melibatkan siklus berulang pemberian azitromisin
secara massal.

 Kekuatan dan Keterbatasan


Penelitian ini adalah studi klinis double-blind, acak, terkontrol plasebo, yang
dilakukan dengan menggunakan prosedur pengiriman intervensi standar dan
pengukuran hasil, sehingga meminimalkan bias seleksi dan pengukuran. Ukuran
sampelnya besar, dan penelitian dilakukan di 3 negara di Asia Selatan dan 4 negara
di Afrika sub-Sahara, membuat temuan ini relevan dengan rangkaian dengan beban
terbesar kematian akibat diare pada anak kemungkinan rendah (5%).
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Percobaan ini tidak dapat
menunjukkan atau mengecualikan kemungkinan perbedaan kecil dalam mortalitas
terkait dengan azitromisin karena rendahnya risiko kematian pada kelompok
kontrol. Penelitian ini membutuhkan studi yang setidaknya 3 kali lebih besar untuk
memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan kematian yang diamati.
Meskipun peserta uji coba mewakili anak-anak yang datang dengan diare ke
fasilitas kesehatan tingkat pertama di negara berpenghasilan rendah dan menengah,

1
kami tidak memasukkan mereka yang menderita diare parah atau kekurangan gizi
parah. Hasil uji coba ini memiliki implikasi programatik. Kematian dalam uji coba
ini rendah, meskipun anak-anak yang mengalami diare yang terdaftar dalam uji
coba rentan mengingat usia mereka, status dehidrasi, dan/atau adanya malnutrisi
yang mendasarinya.
Penelitian ini berhipotesis bahwa persyaratan uji coba untuk kepatuhan yang
ketat terhadap pedoman WHO untuk pengelolaan diare secara substansial
berkontribusi terhadap rendahnya angka kematian yang diamati.

1
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terbukti tidak ada perbedaan angka
kematian dalam waktu 180 hari pertama, atara anak yang menerima azitromisin dan
yang menerima plasebo, selain pengobatan standar WHO untuk diare akut.
Perbedaannya sangat kecil sesuai dengan perbedaan panjang 1 mm selama 3 bulan
untuk anak berusia 1 tahun, perubahan yang tidak mungkin signifikan secara klinis
atau kesehatan masyarakat. Meskipun angka kematian yang diamati sedikit lebih
rendah pada kelompok azitromisin (0,5%) dibandingkan dengan kelompok plasebo
(0,7%), jumlah anak yang diperlukan untuk mendeteksi perbedaan ini dengan
kekuatan statistik yang memadai akan menjadi 3 kali lebih tinggi dari yang
direncanakan semula. Efek azitromisin pada kematian di antara anak-anak dengan
diare akut belum dilaporkan, pemberian azitromisin secara massal telah terbukti
mengurangi angka kematian secara keseluruhan, tetapi hanya pada pengaturan
kematian tinggi dan di antara anak-anak di bawah 6 bulan.
Penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan. Percobaan ini tidak dapat
menunjukkan atau mengecualikan kemungkinan perbedaan kecil dalam mortalitas
terkait dengan azitromisin karena rendahnya risiko kematian pada kelompok
kontrol. Penelitian ini membutuhkan studi yang setidaknya 3 kali lebih besar untuk
memiliki kekuatan 80% untuk mendeteksi perbedaan kematian yang diamati.
Kematian dalam uji coba ini rendah, meskipun anak-anak yang mengalami diare
yang terdaftar dalam uji coba rentan mengingat usia mereka, status dehidrasi,
dan/atau adanya malnutrisi yang mendasarinya.

1
DAFTAR PUSTAKA

Bahl Rajiv, Costa AD, et al., 2021. Effect of 3 Days of Oral Azithromycin on
Young Children with Acute Diarrhea in Low-Resource Settings. A
Randomized Clinical Trial. JAMA Network Open;4(12).

Anda mungkin juga menyukai