Anda di halaman 1dari 42

Percobaan 4

Kekuatan Medan Ligan

Dosen Pengampu: Resi Pratiwi, M.Pd


Our Team

Eni Lestari I’fa Lutfiyah


2108076034 2108076036

Ipah Hudaifah SafrisaLIhza AL-G


2108076048 2108076044
OUTLINE

01 Tujuan 02 MSDS

03 Dasar Teori 04 Cara Kerja

05 ALat dan Bahan


Tujuan
Mempelajari Perbedaan
Kekuatan molekul ligan
antara ligan ammonia dan air
DASAR TEORI
Dasar Teori
Ligan merupakan spesimen yang mampu menyumbangkan pasangan elektron pada atom logam pusat atau
ion dan merupakan dasar tindakan ion sebagai asam lewis. Ligan yang hanya memiliki satu pasang elektron yang dapat
menyumbangkan disebut ligan unidentate (Petrucci dan Harwood, 1989).
Sebuah spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan atau adsorbansi suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal secara
manual atau merekam atau sebagai berkas tunggal atau berkas rangkap. Dalam praktek, instrumen berkas tunggal biasanya
dijalankan secara manual, dan instrumen berkas spektra umumnya mencirikan perekaman automatik terhadap spektrum
dengan instrumen berkas tunggal (Day dan Underwood, 2002). Keuntungan dari metode analisis spektometri adalah
peralatanya yang mudah didapat dan biasanya cukup mudah dioperasikan. Prinsip metode analisis spektometri adalah
larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel
dihubungkan dengan konsentrasi analit (zat/unsur yang akan dianalisis) dalam larutan sampel.
Studi eksperimen mengenai spektra sejumlah besar kompleks yang mengandung berbagai ion logam dan
ligan telah dipelajari dan dapat dijelaskan bahwa ligan-ligan dapat ditata dalam deret menurut kapasitasnya untuk
menyebabkan pemisahan atau pembelahan orbital d dari ion pusat. Deret tersebut bagi ligan-ligan yang umum adalah:

I- < Br- < Cl- < OH- < RCO2- < F < H2O < NCS- < NH3 < en < NO2- < phen < CN-

(Cotton dan Wilkinson, 1998)


Dasar Teori
Dalam teori medan kristal ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan. Interaksi muatan-muatan titik ini
dengan elektron dalam orbital d ion logam akan menaikkan energi semua orbital d tetapi mereka tidak memiliki energi
yang sama. Elektron-elektron dalam orbital dz2 dan dx2-y2 akan mengalami interaksi yang lebih besar dengan muatan ligan
yang mendekatinya daripada elektron-elektron dalam orbital dxy, dyz, dan dxz. Pertimbangan simetri juga menghasilkan
kesimpulan yang sama terhadap orbital-orbital d lainnya. Pola pemisahan tersebut berlaku untuk semua ion kompleks
yang terkoordinasi secara oktahedral. Δo (didefinisikan sebagai 10 Dq) menunjukkan perbedaan energi antara tiga orbital
setingkat dxy, dyz dan dxz dengan dua orbital setingkat d z2 dan d x2 -y
2.
Dasar Teori
Pengukuran harga 10Dq suatu kompleks adalah cukup rumit, terutama bila orbital d terisi
lebih dari satu electron. Pengukuran yang paling mudah adalah bila orbital d hanya terisi sebuah elektron
seperti yang terdapat pada ion kompleks [Ti(H2O6]3+, dengan konfigurasi elektron pada keadaan dasar
atom pusat Ti3+=[Ar]3d14s0. Pada ion [Ti(H2O6]3+ harga 10Dq dapat diperoleh dengan mensubtitusikan
harga absorpsi maksimum ke dalam persamaan:

Besarnya 10Dq dipengaruhi oleh jenis ion logam, bilangan oksidasi dan ligan yang terlibat.
Transisi elektrinik dari tingkat energi pertama ke tingkat energi yang lain jatuh pada daerah sinar tampak atau
spektrum elektromagnetik. Wrna yang tampak adalah komplemen warna yang diserap, sebagai contoh
kompleks [Ti(H2O6]3+ berwarna violet berarti warna yang diserap adalah komplemen warna violet yaitu hijau
kekuningan.
ALAT DAN
BAHAN
Alat dan Bahan Bahan

1) 100 ml larutan CuSO4 dalam air


ALat
2) 100 ml larutan ammonium asetat 2 M
1) Gelas ukur 50 ml
3) Larutan ammonium hidroksida 1 M, 2
2) Tiga gelas beker 200 ml M, dan 3 M

3) Pipet volume 0,2 ml; 1 ml; 5 ml; 4) Padatan ammonium asetat


10 ml
5) Ammonia pekat
4) Spektofotometer visible

5) Gelas ukur 50 ml dan 25 ml


MSDS
Pengenalan Bahaya:
Tembaga(II) sulfat (CuSO4) Berbahaya jika tertelan. Dapat
menyebabkan gangguan pencernaan
dan iritasi saluran pernafasan dengan
Massa molar 159.62 g/mol (anhidrat) luka bakar. Menyebabkan iritasi mata
249.70 g/mol dan kulit dan luka bakar.
(pentahidrat)

Tampilan biru (pentahidrat)abu-abu


putih (anhidrat)
Densitas 3.603 g/cm3

Titik lebur 110° C (423 K)

Kelarutan 316 g/L (0 °C)


MSDS
Amonium asetat (C2H7NO2) Pengenalan Bahaya:
Menghirup debu menyebabkan iritasi
pada mulut dan hidung. Menelan
Massa molar 77,08 g·mol−1
senyawa ini mengiritasi perut dan mulut.
Bila terkena mata dan kulit bisa
Tampilan Kristal padat putih, White menyebabkan ruam.
solid crystals, higroskopis

Densitas 1,17 g/cm3 (20 °C)

Titik lebur 113 °C (235 °F; 386 K)

Kelarutan 102 g/100 mL (0 °C)


dalam air 533 g/100 mL (80 °C)

Bau Agak berbau asetat


MSDS
Amonium hidroksida NH4OH Pengenalan Bahaya:
Menghirup NH3 dalam konsentrasi
rendah dapat mengiritasi jalur napas
Massa molar 35.04 g/mol sehingga menyebabkan batuk batuk.
Namun dalam konsentrasi tinggi, gas
Tampilan Cairan tak berwarna NH3 berisiko menyebabkan luka bakar
dan bau sangat tajam langsung pada saluran hidupng,
tenggorokan, dan saluran pernapasan.
Densitas 0.91 g/cm3 (25 % w/w) dan
0.88 g/cm3 (35 % w/w)

Titik lebur −575 °C (−1.003 °F; −302 K)

Titik didih 377 °C (711 °F; 650 K) (25%


w/w)

Kelarutan Bercampur dalam air


MSDS
Pengenalan Bahaya:
Ammonia Pekat NH3 Paparan amonia dengan konsentrasi
Massa molar 17,03g/mol tinggi di udara dapat menyebabkan
sensasi terbakar pada hidung,
tenggorokan, dan saluran pernapasan.
Tampilan Cairan tak berwarna dan Hal ini dapat menyebabkan gangguan
bau pedih pernapasan hingga kerusakan saluran
Densitas 0,903 g/cm3 pada 20°C napas. Amonia pada konsentrasi yang
lebih rendah dapat menyebabkan batuk
Titik lebur −57,5 °C dan iritasi hidung serta tenggorokan.

Titik didih 37,7 °C

Kelarutan Bercampur dalam air pada


20°C
CARA KERJA
Cara Kerja

Larutan [Cu(H2O)n(NH3)6-n]+2

Ditambahkan padatan ammonium asetat padat sampai tidak terlarut ke dalam 5 ml larutan Cu2+

Ditambahkan secara perlahan disertai dengan pengadukan 5 ml ammonium hidroksida 1 M.

Di pindahkan 1 ml larutan tersebut ke dalam gelas beker yang berisi 9 ml larutan ammonium
asetat 2 M untuk menghasilkan larutan [Cu(H2O)5(NH3)3]+2

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
Cara Kerja

Larutan [Cu(H2O)n(NH3)6-n]+2

Ditambahkan padatan ammonium asetat padat sampai tidak terlarut ke dalam 5 ml larutan Cu2+.

Ditambahkan secara perlahan disertai dengan pengadukan 5 ml ammonium hidroksida 2M.

Di pindahkan 1 ml larutan tersebut ke dalam gelas beker yang berisi 19 ml larutan ammonium
asetat 2 M untuk menghasilkan larutan [Cu(H2O)4(NH3)2]+2

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
Cara Kerja

Larutan [Cu(H2O)n(NH3)6-n]+2

Ditambahkan padatan ammonium asetat padat sampai tidak terlarut ke dalam 5 ml larutan Cu2+.

Ditambahkan secara perlahan disertai dengan pengadukan 5 ml ammonium hidroksida 3 M.

Di pindahkan 1 ml larutan tersebut ke dalam gelas beker yang berisi 24 ml larutan ammonium
asetat 2 M untuk menghasilkan larutan [Cu(H2O)3(NH3)3]+2

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
Cara Kerja

1 ml ammonium

Dimasukkan kedalam lemari asam

Dimasukkan kedalam 1 ml larutan Cu2+ ,kemudian diencerkan sampai volume 50 ml untuk


membuat [Cu(H2O)(NH3)5]+2

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
Cara Kerja

0,2 ml ammonium

Dimasukkan kedalam lemari asam

Dimasukkan kedalam 10 ml larutan Cu2+ untuk membuat [Cu(H2O)(NH3)5]+2

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
Cara Kerja

0.5 ml larutan Cu2+

Dilarutkan kedalam 25 ml air

Diukur panjang gelombang maksimum pada rentang 550 - 850 nm dengan jeda gelombang
20 nm

Hasil
OUTLINE

01 Hasil Pengamatan 02 Analisis Data

03 Pembahasan 04 Kesimpulan

05 Tugas
No Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Preparasi sampel Sampel A : larutan berwarna biru pekat
Sampel B : larutan berwarna biru lebih pekat
Sampel C : larutan berwarna deep sky blue
Sampel D : larutan berwarna biru pekat
Sampel E : larutan berwarna biru langit
Sampel F : larutan berwarna biru bening
2. Pengaturan Panjang gelombang pada blanko Interval 2nm dengan panjang gelombang 550 – 850 nm

3. Mengukur panjang gelombang uji sampel A Panjang absorbansi maksimum 2,422 pada λ 625 nm

4. Mengukur Panjang gelombang uji sampel B Panjang absorbansi maksimum 1,276 pada λ 625 nm

5. Mengukur Panjang gelombang uji sampel C Panjang absorbandi maksimum 0,504 pada λ 625 nm

6. Mengukur Panjang gelombang uji sampel D Panjang absorbansi maksimum 0,527 pada λ 625nm

7. Mengukur Panjang gelombang uji sampel E Panjang absorbansi maksimum 4,857 pada λ 775 nm

8. Mengukur Panjang gelombang uji sampel F Panjang absorbansi maksimum 0,129 pada λ 775 nm
Menghitung Nilai Dq :

1. Sampel A ( λ = 625 nm = 625 x 10-7 cm ) 3. Sampel C ( λ = 625 nm = 625 x 10-7 cm )


𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍
𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍


𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝟔𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝟔𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

10 Dq = 45,74 nm ≈ 𝟒𝟓, 𝟕 kkal/mol 10 Dq = 45,74 nm ≈ 𝟒𝟓, 𝟕 kkal/mol

2. Sampel B ( λ = 625 nm = 625 x 10-7 cm ) 4. Sampel D ( λ = 625 nm = 625 x 10-7 cm )


𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍
𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍


𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝟔𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝟔𝟐𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

10 Dq = 45,74 nm ≈ 𝟒𝟓, 𝟕 kkal/mol 10 Dq = 45,74 nm ≈ 𝟒𝟓, 𝟕 kkal/mol


5. Sampel E ( λ = 775 nm = 775 x 10-7 cm ) 5. Sampel F ( λ = 775 nm = 775 x 10-7 cm )
𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝑰 𝒎𝒐𝒍
𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝝀 𝒎𝒂𝒙𝒔 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍 𝟏 𝟏 𝒌𝒌𝒂𝒍 𝒎𝒐𝒍


𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x 𝟏𝟎 𝑫𝒒 = x
𝟕𝟕𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1 𝟕𝟕𝟓 𝒙 𝟏𝟎−7 cm 𝟑𝟒𝟗,𝟕𝟓 cm−1

10 Dq = 36,892 nm ≈ 𝟑𝟔, 𝟗 kkal/mol 10 Dq = 36,892 nm ≈ 𝟑𝟔, 𝟗 kkal/mol


Pembahasan

Prinsip kerja dari percobaan kekeuatan medan ligan adalah penentuan


kekuatan medan ligan antara ligan ammonia dan ligan air dari harga 10Dq melalui
Panjang gelombang maksimal dengan spektrofotometer. Harga 10Dq
menunjukkan perbedaan tingkat energi antara dua kelompok orbital. Jika nilai
10Dq semakin besar, maka Panjang gelombangnya makin kecil dan medan ligan
semakin kuat begitu juga sebaliknya.
Pada percobaan ini digunakan 6 sampel dan 1 larutan blanko. Larutan
blanko yang digunakan berupa aquades yang diletakkan dalam kuvet. Fungsi dari
blanko ini digunakan sebagai pembanding yang diletakkan pada UV-Vis pada
setiap pengukuran absorbansi agar yang terukur nanti hanya absorbansi atau
penyerapan zat yang diinginkan.
Pembahasan
Sampel A, larutan berwarna biru pekat dan saat diukur dengan UV-Vis
Spektrofotometer dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang 550-850 nm diperoleh
absorbansi maksimum 2,422 pada λ 625 nm dan nilai 10Dq nya 45,7 kkal/mol. Pada sampel
A, NH4OH 1M berperan sebagai ligan dan Cu2+ sebagai logam pusatt. Persamaan reaksi yang
terjadi sebagai berikut.
[Cu (H2O)6]2+ (aq) + NH3 (aq) → [Cu (H2O)5 NH3]2+ (aq)

Sampel B, larutan berwarna biru dan saat diukur dengan UV-Vis Spektrofotometer
dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang 550-850 nm diperoleh absorbansi
maksimum 1.276 pada λ 625 nm dan nilai 10Dq nya 45,7 kkal/mol. Persamaan reaksi yang
terjadi sebagai berikut. Pada larutan sampel B, NH4OH 2M berperan sebagai ligan dan Cu2+
sebagai logam pusat. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
[Cu (H2O)5 (NH3)]2+ (aq) + NH3 (aq) → [Cu (H2O)4 (NH3)2]2+ (aq)
Pembahasan
Sampel C, larutan berwarna deep blue sky dan saat diukur dengan UV-Vis
Spektrofotometer dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang 550-850 nm diperoleh
absorbansi maksimum 0,584 pada λ 625 nm dan nilai 10Dq nya 45,7 kkal/mol. Persamaan
reaksi yang terjadi sebagai berikut. Pada sampel C, NH4OH 3M berperan sebagai ligan dan
Cu2+ sebagai logam pusat. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
[Cu (H2O)4 (NH3)2]2+ (aq) + NH3 (aq) → [Cu (H2O)3 (NH3)3]2+ (aq)

Sampel D, larutan berwarna biru pekat yand dihasilkan dari penambahan 1 ml ammonia
dengan 1 ml larutan Cu2+ dan dilakukan pengenceran hingga 50 ml dengan aquades. Saat
diukur dengan UV-Vis Spektrofotometer dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang
550-850 nm diperoleh absorbansi maksimum 0,527 pada λ 625 nm dan nilai 10Dq nya 45,7
kkal/mol. Pada sampel D, ammonia dan air berperan sebagai ligan dan Cu2+ sebagai logam
pusat. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
[Cu (H2O)3 (NH3)3]2+ (aq) + NH3 (aq) → [Cu (H2O)2 (NH3)4]2+ (aq)
Pembahasan
Sampel E, larutan berwarna biru langit dan saat diukur dengan UV-Vis
Spektrofotometer dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang 550-850 nm
diperoleh absorbansi maksimum 4,857 pada λ 775 nm dan nilai 10Dq nya 36,9 kkal/mol.
Pada sampel E, ammonia berperan sebagai ligan dan larutan Cu2+ sebagai logam pusat.
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
[Cu (H2O)4]2+ (aq) + NH3 (aq) → [Cu (H2O)3 (NH3)3]2+ (aq)

Sampel F, larutan berwarna biru bening dan saat diukur dengan UV-Vis
Spektrofotometer dengan interval 2 nm dengan Panjang gelombang 550-850 nm
diperoleh absorbansi maksimum 0,129 pada λ 775 nm dan nilai 10Dq nya 36,9 kkal/mol.
Pada sampel F, H2O berperan sebagai ligan lemah dan larutan Cu2+ sebagai logam pusat.
Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
Cu2+ + H2O → [Cu(H2O)]2+
Pembahasan

Berdasarkan hasil dari sampel A, B, C, dan D yang digunakan ammonia


sebagai ligan dengan sampel E menggunakan ligan H2O yang telah diukur dapat
diperoleh bahwa ligan amonia lebih kuat daripada ligan air karena harga 10Dq
pada ammonia lebih tinggi daripada 10Dq pada air. Ligan H2O lebih lemah
dibandingkan ligan amonia karena ligan H2O dan NH3 merupakan ligan netral dan
pasangan electron yang tidak diberikan, disumbangkan untuk berikatan dengan
Cu2+ berasal dari atom O dan N. Keelektronegatifan atom O lebih tinggi daripada
keelektronegatifan atom N, akibatnya kekuatan medan ligan yang ditimbulkan oleh
ligan H2O lebih kecil daripada ligan NH3 .
Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan percobaan pratikum kekuatan medan


ligan yang telah dilakukan maka dapat dirumuskan kesimpulan bahwa:

1. Ligan NH3 lebih kuat dibandingkan ligan H20


2. Semakin banyak jumlah NH3 yang dapat terikat oleh atom pusat Cu maka
nilai λ akan bergeser menuju λ yang lebih pendek
3. Dalam Pecobaan didapatkan nilai 10DQ yaitu
Larutan sampel A : 45,7 kkal/mol
Larutan sampel B : 45,7 kkal/mol
Larutan sampel C : 45,7 kkal/mol
Larutan sampel D : 36,9 kkal/mol
Larutan sampel E : 36,9 kkal/mol
4. Panjang gelombang tertinggi didapatkan dalam percobaan adalah larutan
sampel E
Tugas

1. Apakah yang dimaksud dengan ligan lemah dan ligan kuat?berikan


contoh-contohnya?
Jawab
Ligan kuat adalah ligan yang dapat menghasilkan
pemisahan bidang Kristal yang lebih tinggi.Contoh : Ligan CN-,Ligan
NH3,Ligan NO2,dan Ligan CD.Ligan Lemah adalah ligan yang dapat
menghasilkan pemisahan bidang Kristal yang lebih rendah .Contoh
Ligan I-,Ligan Br-,Ligan F-,Ligan SCN-,ligan C2O42-.
2. Bagaimana pengaruh air dan ammonia terhadap
∆o pada kompleks cu
Jawab

Kekuatan medan ligan yang dihasilkan NH3 lebih


kuat dibandingkan Ligan H20.Hal ini desebabkan oleh ligan
H20 yang bersifat ligan lemah lemah karena NH3 merupakan
ligan yang lebih kuat dibandingkan H2O maka semakin
banyat ak jumlah NH3 yang dapat terikat oleh atom pusat
CU maka panjang gelombang akan semakin bergeser
menuju panjang gelombang yang lebih pendek ∆o
umumnya bertambah menurut urutan deret H20 < NH3
3.Tuliskan Reaksi yang terjadi pada percobaan yang
telah dilakukan
Jawab

1. 𝐶𝑢 𝐻20 6
2+ + NH3(aq)→[Cu(H20)3(NH3)]2+(aq)

2. 𝐶𝑢 𝐻20 6
2+ + NH3(aq)→[Cu(H20)3(NH3)]2+(aq)

3. 𝐶𝑢 𝐻20 6
2+ + NH3(aq)→[Cu(H20)3(NH3)]2+(aq)

4. 𝐶𝑢 𝐻20 6
2+ + NH3(aq)→[Cu(H20)3(NH3)]2+(aq)

5. 𝐶𝑢 𝐻20 6
2+ + NH3(aq)→[Cu(H20)3(NH3)]2+(aq

Anda mungkin juga menyukai