Berpijak dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi, bahwa shalat tidak ada prioritas untuk
ditinggalkan oleh seorang mukallaf (orang yang mendapat kewajiban menjalankan syari’at
Islam) dalam suasana dan keadaan bagaimanapun. Artinya selama akal masih normal.
Memahami terhadap hikmah shalat akan menjadi pendorong lahirnya kecintaan terhadap shalat,
serta merasa berat dan gelisah bila shalat tidak dikerjakan secara baik, sekalipun dalam keadaan
terpaksa.
Adapun hikmah shalat akan diuraikan dari 2 aspek, sebagai berikut:
A. Shalat dan Pembinaan Pribadi
1. Shalat sebagai wujud tawadhu’:
a. Menyadari sebagai makhluk yang hina berasal dari tanah.
b. Menyukuri sebagai makhluk yang diberi kelebihan oleh Allah Swt dengan akal dan
ilmu.