Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “An.

H”
DENGAN DHF
DI RUANG PARKIT RSAU dr. ESNAWAN ANTARIKSA

MATA AJAR: KEPERAWATAN ANAK

KELOMPOK 6
I GUSTI AYU PUTU DEWI
NIM 012042053

PROGRAM NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2022
CONCEPT MAP DHF
DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah Penyakit epidemi akut yang Bakhtiar (2009) 4 gejala utama
KLASIFIKASI DHF disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan penyakit DBD yaitu:
Menurut Suriadi (2010) derajat Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa 1. Panas tinggi selama 2-7 hari
penyakit DHF diklasifikasikan demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada 2. Perdarahan terutama perdarahan
mmenjadi 4 mata, otot dan persendian, hingga pendarahan spontan (WHO, 2010). bawah kulit pteachie, ekhimosis
golongan, yaitu golongan: hematoma.
3. Epitaksis
4. Mual, muntah, tidak ada nafsu
1. Derajat I : demam disertai gejala kejala
makan, diare, konstipasi.
klinis, tanpa perdarahanspontan. . Uji
5. Nyeri otot, tulang, sendi,
tourniquet positif, trombositopenia dan abdomen, dan uluh hati.
hemokonsentrasi
6. Sakit kepala,
2. Derajat II : sama dengan derajat
7. Tanda-tanda rejatan (sianosis,
Iditambah pendarahan spontan
kulit lembab, dan dingin, tekanan
3. derajat III : ditandai oleh gejala
darah menurun, gelisah, nadi
kegagalan peredaran darah seperti
cepat dan lemah.
darah seperti di lemah, dan cepat
8. Tes tourniquet positif
(>120x/mnt) tekanannadi sempit PATOFISIOLOGI
9. Berak darah dan mimisan
(<120x/mnt) kulit dingin, dan
10. Trombositopenia
lembab serta gelisah Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia. Hal tersebut menimbulkan reaksi oleh pusat 11. Syok
4. Derajat IV : syok berat disertai nadi
tidak teraba dan tekanandarah tidak pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat
bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
teratur. PENATALAKSANA
KOMPLIKASI suhu. Dan menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
1. Parasetamol
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular
2. Cairan
Komplikasi yang terjadi pada anak yang ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia
3. Istirahat yang cukup
mengalami demam berdarah dengue yaitu dapat terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi
4. Makan makanan penambah
perdarahan massif dan dengue shock dari antibodi melawan virus (Murwani 2018). Pada pasien dengan
trombosit (Vit.B12, Asam
syndrome (DSS) atau sindrom syok trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
Folat, kacang-kacangan, zat
dengue (SSD). petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan
besi daging-dagingan
Syok ditandai dengan nadi yang lemah adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme
5. Vitamin C (Buah Jeruk)
dan cepat sampai tidak teraba, tekanan hemostatis secara normal. dan menimbulkan perdarahan dan syok.
6. Banyak minum
nadi menurun menjadi 20 mmHg (Murwani 2018).
Nama Mahasiswa : I Gusti Ayu Putu Dewi
Tgl / tempat Praktek : 18 Juli 2022/ Ruang Parkit
Tanggal Pengkajian : 18 Juli 2022

IDENTITAS DATA
Nama pasien : An “H” Alamat : Jl. Menteng Rawa Panjang 20
Usia : 10 Tahun
No.RM : 222183
Pekerjaan : Pelajar Agama : Islam
Nama ayah/Ibu : Ny. “S” Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan Ayah : Tn. “M” Pendidikan Ayah : S1 Ekonomi
Pekerjaan Ibu : IRT Pendidikan Ibu : SMA
Tanggal di rawat : 18 Juli 2022
Diagnosa medis : DHF GR. III
Tindakan operasi :-

KELUHAN UTAMA
Pasien datang ke IGD RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu, Panas terus menerus walaupun sudah minum parasetamol., mual (+), Muntah
(+), (Frekuensi muntah 3x sebelum MRS). Klien sudah pernah berobat ke PPK1 Rajawali dan
mendapatkan obat racikan, namun panas tubuh tidak turun-turun. Riwayat Kejang (-).
TD= 110/70 mmHg, S=39,6 C, RR=24x/mnt, SpO2=97%, Nadi =92x/mnt.
Pada saat pengkajian di ruang perawatan parkit, pasien mengatakan P: Pasien
mengeluh badannya panas, nyeri pada kepala dan terkadang sakit perut serta nafsu makan
menurun Q: Nyeri seperti cenut-cenut. R: Nyeri tidak menyebar. S: Klien mengatakan merasa
tidak merasa nyaman. Skala nyeri 6, T: Nyeri hilang timbul dengan durasi 5-10 menit.
Mimisan (-), Gusi berdarah (-), batuk (-), ptekie (+) dibeberapa kulit tangan. Pasien tampak
gelisah, tidak nyaman, lemas dan lemah. Turgor kulit menurun, akral teraba panas, mukosa
bibir kering, konjungtiva pucat, pandangan mata lesu tampak otot wajah pasien tegang dan
tampak menyeringai sambil memegang kepala karena sakit. TD= 110/80 mmHg, S=39,4 C,
RR=24x/mnt, SpO2=98%, Nadi =88x/mnt. GCS (15): E=4, V=5, M=6. BB = 32 kg TB = 140
cm.
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
Prenatal : Kehamilan cukup bulan 37 minggu, selama kehamilan tidak ada sakit
Intranatal : Kelahiran secara SC, dan saat lahir bayi langsung menangis
Postnatal : Setelah lahir, ibu langsung menyusui selama 1,5 tahun. Tumbuh
kembang anak normal sesuai usianya.

RIWAYAT PENYAKIT
Penyakit waktu kecil : Batuk, Pilek, Diare
Pernah dirawat di RS : Pernah 1 kali dengan sakit diare
Obat-obatan yg digunakan : Parasetamol
Tindakan (operasi) : Tidak ada Tindakan operasi
Alergi : Tidak ada alergi
Kecelakaan : Tidak pernah mengalami kecelakaan
Imunisasi : Imunisasi lengkap, CG 1x, DPT 3x, Hep 2 x, Polio 4x dan campak 1x

RIWAYAT KELUARGA (Disertai Genogram)

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien
An. H merupakan anak pertama pasangan bapak “M” dan ibu “S”, Klien tinggal bersama
kedua orang tuanya. Tidak ada anggota keluarga serta lingkungan yang mengalami sakit yang
sama. An.H Mempunyai 1 orang adik perempuan.

RIIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh : Ibu dan ayah
2. Hubungan dengan anggota keluarga : An. “H” paling dekat dengan ibu
3. Hubungan dengan teman sebaya : Punya teman kelompok, sering bermain dengan
teman sebaya didepan rumah dan tetangga
4. Pembawaan secara umum : Anak mudah bersosialisasi, dan terbuka
5. Lingkungan rumah (safety issues) : Lingkungan rumah dapat dilalui kendaraan
mobil, pasien sudah bisa naik sepeda roda 3.

RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI

1. Nutrisi (Makan/Minum)
Sebelum sakit
Makanan yang disukai/tidak disukai: Ayam Goreng tepung/Sayuran
Sulit makan (√) tidak ( ) ya, jika ya jelaskan…-………………………………...
Kebiasaan saat makan: Sebelum makan berdoa terlebih dahulu, dan terkadang sambal
menonton TV
Saat sakit
Status nutrisi/diet : Sesuai diet dari rumah sakit, makan lunak, Mual (+), Muntah
(+), nafsu makan (-), Makan hanya menghabiskan 4 sdk saja.
Status cairan : Pasien minum 4-5 gelas/ hari (±750ml)

2. Eliminasi (BAB/BAK)
Sebelum sakit : BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak, warna khas feses, BAK
6-7 x/hari warna kuning jernih
Saat sakit : BAB 1x dengan konsistensi lunak, warna khas feses, perdarahan
(-), BAK 4-5 x/hari warna kuning jernih
3. Pola Istirahat/Tidur
Sebelum sakit
Ritual/kebiasaan sebelum tidur: Klien tidur pukul 21.00 atau 22.00 malam sampai pkl
05.00 pagi (7-8 jam/hari). Tidur siang (1 jam/hari). Kebiasaan
tidur harus diselimuti oleh ayah atau ibu

Saat sakit : Lebih banyak tidur, Malam (8-9 jam/hari), siang (2 jam an)

4. Pola Aktivitas/Bermain
Sebelum sakit : Bermain bola bersama teman-temannya serta bermain sepeda
Saat sakit : Menonton TV, Bermain handphone

5. Personal Hygiene
Sebelum sakit : Mandi 2x/hari, sikat gigi 2x/hari, Keramas setiap hari
Saat sakit : Mandi hanya 1 kali/hari, hanya di lap, Sikat gigi 2 kali/hari,

6. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah terbaring diatas tempat tidur
TB / BB (persentile) : 140 cm/ 32 kg

Lingkar kepala :-

Mata : Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, Kornea mata jernih kanan
dan kiri, Konjungtiva pucat, Sklera an ikterik, tidak ada tanda
perdarahan, Kelopak mata tidak ada pembengkakan.Reflek cahaya
pada pupil dan bentuk isokor kanan dan kiri, berwarna hitam dan
tidak ada kelainan. Tidak memakai kaca mata (-).

Hidung : Simetris, tidak ada secret, Mukosa hidung lembab, ketajaman


penciuman normal

Mulut : Mukosa bibir kering, kemerahan, stomatitis (-), Gusi berdarah (-),
keadaan gigi bersih, tidak ada kesulitan menelan

Telinga : Bentuk telinga simetris kanan dan kiri, ketajaman pendengaran


normal, serumen (-), Pendengaran kanan kiri baik
Tengkuk : Tidak ada nyeri, bengkak (-), massa (-). Gerak aktif

Dada : Bentuk dada simetris, ekspansi simetris, perkusi sonor dilapang paru,
Ronchi -/-,

Jantung : Tidak ada keluhan nyeri dada(-), Irama jantung regular, denyut apical
sesuai nadi perifer

Paru-paru : Tidak ada keluhan sesak nafas, batuk dan secret(-), Suara nafas
Vesikuler, Ronchi -/-, Wheezing -/-, tidak ada alat bantu pernafasan.

Perut : Supel, Tenderness(-), Hematomegali (-), Cullen Sign (-), Bu 8 x/mnt,


bentuk flat, terkadang mengeluh sakit perut.

Punggung : Keluhan nyeri (-), Massa (-), Bentuk Simetris, Skloliosis (-),
Lordosis (-)

Genitalia : Bentuk alat kelamin normal, uretra normal, Sirkumsisi (+), Keluhan
berkemih (-), alat kelamin bersih
555 555
Ekstremitas : Reflek patologis (-), infus ditangan kanan, motorik
555 555

Kulit : Kulit kering, Turgor kulit menurun, ptechie (+) dibeberapa kulit
tangan.

Tanda vital : S=39,4 C, RR=24x/mnt, SpO2=98%, Nadi =88x/mnt. GCS (15):


E=4, V=5, M=6

7. PENGKAJIAN TINGKAT PERKEMBANGAN

Kemandirian dan bergaul : Klien masih dibantu ibunya dalam memenuhi


kebutuhan pribadi, Klien punya kelompok bermain, klien biasa bermain bersama
tetangga disekitar rumahnya dan melakukan aktivitas kelompok, hubungan dengan
temannya baik.

Motorik halus : Klien dapat menggambar, menulis, bermain


handphone, bermain mobil-mobilan.
Kognitif dan bahasa : Kemampuan berfikir logis, matematis sesuai dengan
usianya, klien mampu berbahasa Indonesia dengan baik,
Pola komunikasi interaktif.

Motorik kasar : Mampu melakukan kegiatan olahraga seperti berlari,


lempar tangkap bola., Mampu bermain sepeda roda 3.
Mampu Menyusun puzzle.

Kesimpulan : Tumbuh kembang dalam batas normal.

Dampak Hospitalisasi : Klien tampak murung, kurang berkomunikasi dan


lebih banyak tidur.

8. DATA PENUNJANG DIAGNOSTIK

1. Hasil laboratorium tanggal 18 Juli 2022

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 13,1 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 3600 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 43 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 96.000 mm3 4. 150.000-400.000
2. Hasil laboratorium tanggal 19 Juli 2022 pukul 06.31

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 12,8 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 2400 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 41 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 86.000 mm3 4. 150.000-400.000

3. Hasil laboratorium tanggal 20 Juli 2022 pukul 06.16

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 15,3 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 3.600 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 48 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 74.000 mm3 4. 150.000-400.000

4. Hasil laboratorium tanggal 20 Juli 2022 pukul 17.48

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 16,4gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 5200 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 55 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 49.000 mm3 4. 150.000-400.000
5. Hasil laboratorium tanggal 21 Juli 2022 pukul 06.00

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 16,4 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 6600 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 48 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 48.000 mm3 4. 150.000-400.000

6. Hasil laboratorium tanggal 21 Juli 2022 pukul 17.00

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 16,1 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 5250 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 42,6 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 62.000 mm3 4. 150.000-400.000

7. Hasil laboratorium tanggal 22 Juli 2022 pukul 06.05

Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal

Darah Rutin
1. Hemoglobin 1. 16 gr/dl 1. 13,0-17,5
2. Lekosit 2. 5.500 mm3 2. 4.000-10.000
3. Hematokrit 3. 46 % 3. 40-52
4. Trombosit 4. 78.000 mm3 4. 150.000-400.000

2. Hasil rontgen : Dbn


3. Hasil Swab Antigen : Negative
9. PENGOBATAN DPJP Sp. A
Oral :
• Sucralfat 10 cc/12 jam
• Parasetamol syr 3x 15 ml
• Apialys 2x1 sdm
• Domperidon tab extra
Injeksi (IM,IV,SC)
• Inf. Rl 2000 cc/24 jam
• Inj Ranitidine 2x 500 mg
• Parasetamol inf 600 iv

Lain –lain: Cek lab ulang sesuai instruksi

10. PROCESS INFORMATION


a. Hipertermia

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal


tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia juga adalah suhu tubuh yang
tinggi karena terputusnya thermoregulasi yang timbul saat tubuh menghasilkan atau
menyerap lebih banyak panas daripada yang hilang. Ini adalah suhu inti yang bertahan
di luar varians normal, biasanya lebih besar dari 39 ° C (102,2 ° F). Hipertermi
merupakan keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan
suhu tubuh >37,80 C (100 o F) per oral atau 38,8 C (101 o F) per rektal yang sifatnya
menetap karena faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan
peningkatan suhu tubuh (suhu rektal > 38,80 C yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas (Perry & Potter, 2010).
Hipertermia pada DHF adalah peningkatan suhu tubuh di atas normal yang dapat
menyebabkan kejang disebabkan karena masuknya virus dengue ke peredaran darah
manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti dan Aedes
albopictus. Masuknya virus dengue ke dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
aktivasi komplemen. Akibat aktivasi komplemen, maka dilepaskan anafilaktosit C3a
dan C5a yang berdaya membebaskan histamin sebagai mediator kuat dalam
peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan berperan dalam terjadinya
renjatan.
Saat anafilaktosit C3a dan C5a dilepaskan maka akan meningkatkan jumlah
histamin (Susilaningrum, 2013). Hasil akhir respon imun tersebut adalah peningkatan
IL-1, TNF-α, IFN-γ, IL-2, dan histamine (Sudoyo, 2015). Interleukin-1 disebut juga
leukosit pirogen atau pirogen endogen. Interleukin-1, saat mencapai hipotalamus,
segera mengaktifkan proses yang menimbulkan demam, pertama-tama dengan
menginduksi pembentukan salah satu prostaglandin terutama prostaglandin E2, atau
zat yang mirip dan selanjutnya bekerja di hipotalamus untuk membangkitkan reaksi
demam (Guyton A.C, dan Hall, 2014).
Kenaikan seting point ini akan menyebabkan perbedaan antara suhu seting point
dengan suhu tubuh, dimana suhu seting point lebih tinggi dari pada suhu tubuh. Untuk
menyamakan perbedaan ini, suhu tubuh akan meningkat sehingga akan terjadi
hipertermia. Hipertermia menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na+ dan H2O sehingga
permeabilitas membran meningkat. Meningkatnya permeabilitas membran
menyebabkan cairan dari intravaskuler berpindah ke ektravaskuler sehingga terjadi
kebocoran plasma. Kebocoran plasma akan mengakibatkan berkurangnya volume
plasma sehingga terjadi hipotensi dan kemungkinan akan berakibat terjadinya syok
hipovolemik (Nurarif & Kusuma, 2015).

b. Trombositopenia

Dengue Hemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis berupa demam yang terjadi secara
mendadak 2-7 hari. Dapat disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa adanya syok,
dengan hasil pemeriksaan laboratorium yang menunjukkan adanya trombositopenia
(trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai
normal. Infeksi virus dengue dapat disertai dengan terjadinya kebocoran plasma.
Perubahan patofisiologi pada infeksi virus dengue menentukan perbedaan perjalanan
penyakit antara DHF dengan dengue fever (DF). Perubahan patofisiologis tersebut
dapat berupa kelainan hemostasis dan perembesan plasma. Kedua kelainan tersebut
dapat diketahui dengan terjadinya trombositopenia dan peningkatan hematokrit. Virus
dengue masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan
Aedes albopictus dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot (myalgia) dan/
atau nyeri sendi (arthralgia) yang disertai leukopenia, ruam (maculopapular skin rush)
limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening,
pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).
Menurut (Herdman, 2012), yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau
kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan
berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang,
terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan
haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan
(syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di seluruh
tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal
lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa (splenomegali). Hemokonsentrasi
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena.

c. Nyeri

Nyeri akut merupakan: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak


menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the
study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dan intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan (Nanda
Nic Noc,2017).

Virus DENV yang dibawa nyamuk betina memiliki masa inkubasi seminggu.
Periode inilah waktu seseorang merasakan gejala-gejala yang membuat tubuh tidak
nyaman. Menurut Kemenkes, gejala yang paling umum dari DBD adalah demam tinggi
sepanjang hari. Tidak seperti demam biasa, suhu badan yang terus naik akan disertai
beberapa rasa nyeri pada sejumlah bagian tubuh, terutama kepala dan punggung.

Pada DHF, memang sakit kepala merupakan salah satu gejala yang ditimbulkan.
Bahkan secara statistik DHF memberikan keluhan nyeri kepala yang sangat intens
dibanding sakit kepala tipe lain. Patofisiologi dari kasus demam berdarah dengue ini
adalah akibat respon imun yang terjadi di tubuh. Respon imun berlebihan ini akan
menyerang berbagai bagian tubuh seperti pembuluh darah, otot/sendi. Pada saat imun
menyerang pembuluh darah maka akan menyebabkan gejala seperti trombositopenia
dan juga peningkatan hematokrit. Sedangkan pada saat si sel imun ini menyerang
bagian otot dan sendi maka akan menimbulkan gejala nyeri otot/sendi

Dalam beberapa kasus, ada sejumlah tanda-tanda yang muncul berupa nyeri ulu
hati. Selain itu, gejala umum yang bisa dirasakan seorang penderita demam berdarah
dengue (DBD) adalah:
➢ Mual dan muntah
➢ Nyeri kepala
➢ Nyeri otot, sendi, dan tulang
➢ Nyeri pada bagian belakang mata
➢ Pembengkakan kelenjar
➢ DBD munculkan bintik merah atau ruam di kulit.
Ruam dan bintik demam berdarah berwarna merah cerah dan biasanya muncul
pertama kali pada tungkai bawah dan dada. Bintik demam berdarah ini biasanya
muncul di hari ketiga kamu terinfeksi dan bertahan selama 2 hingga 3 hari setelahnya.
Fase demam terjadi selama 2-7 hari, sementara fase kritis demam berdarah berlangsung
selama 24-48 jam setelahnya. Jika fase kritis sudah dilewati, maka kamu akan masuk ke
fase sembuh dan pemulihan (Dinkes. 2020)
ANALISA DATA

No DATA etiologi MASALAH


1 DS: Ibu mengatakan klien Proses infeksi virus Hipertermia b.d
demam hari ke 5. Panas naik Dengue proses penyakit
turun, badan lemas, (D.0130)
Arbovirus
DO: (gigitan nyamuk aedes
1. TTV : aegypti)
S=39,4 C, RR=24x/mnt,
SpO2=98%, Veremia
Nadi =88x/mnt. GCS (15):
E=4, V=5, M=6 Pengaktifan sistemp
komplemen yang
2. Akral teraba panas, pasien melepas C3a, C5a,
tampak gelisah, tidak dan merangsang
nyaman dan lemah, Wajah PGE2 (Prostaglandin)
tampak memerah dan
tidak fresh, pandangan
mata lesu, Peningkatan suhu
dihipotalamus
3. Hasil Lab
• Hemoglobin 13,1 gr/dl Pengeluaran
• Lekosit 3600 mm3 prostagladin
• Hematokrit 43 %
• Trombosit 96.000 mm3
Peningkatan kerja
thermostat
4. Diagnosa Medis: DHF GR
III
5. Pteckie (+) < 10 bintik Peningkatan suhu
didaerah kulit tangan tubuh

Hipertermi
2 DS: Ekstravasasi cairan Hipovolemia
Intake kurang berhubungan dengan
Pasien mengatakan merasa
mual dan muntah (3 kali) Peningkatan
setiap makan atau minum. Permeabilitas Kapiler
Volume plasma
Ibu mengatakan anak malas berkurang
minum, sehari hanya ± 750 ml,
pusing, lemas
Penurunan Volume
DO: cairan tubuh
1. TTV :
S=39,4 C, RR=24x/mnt,
SpO2=98%,
Nadi =88x/mnt. GCS (15):
E=4, V=5, M=6

2. Mukosa bibir tampak


kering, turgor kulit tidak
elastis,
3. Konjungtiva pucat
4. Pasien tampak lemah
5. CRT<2 detik
6. Mukosa bibir kering
7. Akral teraba hangat
8. Infus RL 2000 cc/24 jam
9. Minum ± 750 ml
10. Hematokrit 43 %
3 DS: Pasien mengeluh sakit Terinfeksi Virus Nyeri akut b.d
kepala, dan sakit perut. Sakit Dengue kehilangan fungsi
kepala terasa cenut-cenut, sakit trombosit (D.0077)
kepala hilang timbul, dengan Masuk kedalam tubuh
skala 6.
DO; Inflamasi penyakit
(jaringan tubuh
1. Pasien tampak
mengalami infeksi,
menyeringai kesakitan
panas, cedera)
sambal memegang kepala
2. Otot wajah tegang Reaksi immunitas
3. Klien tampak tidak protektif terhadap
nyaman serotipe virus
4. Skala nyeri didapat 6
5. TTV Pasien Agen pencedera
fisiologis
S=39,4 C, RR=24x/mnt,
SpO2=98%, Nyeri akut
Nadi =88x/mnt. GCS (15):
E=4, V=5, M=6

4 DS : Orang tua pasien Gangguan koagulasi Risiko perdarahan


mengatakan adanya bintik (penurunan trombosit) ditandai dengan
merah dikulit kedua tangan. koagulasi
Pasien mengatakan badannya Hipertermi (trombositopenia)
lemas.

DO : Peningkatan
1. Tampak bintik-bintik reabsorpsi Na dan
kemerahan dibeberapa H²O
bagian kulit tangan
terdapat < 20 (Ptekie +).
2. Wajah klien tampak Permeabilitas
memerah membran meningkat
3. Riwayat mimisan (-)
4. Hasil Lab tgl 18 /7/2022 Agresi trombosit
a. Hemoglobin : 13,1
gr/dl
b. Lekosit : 3600 mm3 Trombositopenia
c. Hematokrit : 43 %
d. Trombosit : 96.000
mm3 Resiko Perdarahan

5. Hasil Trombosit selama


perawatan:
a. 18/7/22 = 96.000 mm3
b. 19/7/22 = 86.000 mm3
c. 20/7/22 pkl 06= 74.000
mm3
d. 20/7/22 pkl 17 = 49.000
mm3
e. 21/7/22 pkl 06=48.000
mm3
f. 21/7/22 pkl 17=62.000
g. 22/7/22 pkl 06= 78.000
PRIORITAS MASALAH

1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


2. Hipovolemia berhubungan dengan Peningkatan Permeabilitas Kapiler
3. Nyeri akut berhubungan dengan kehilangan fungsi trombosit.
4. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan
darah (trombositopeni)
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Hipertermia Tujuan jangka Panjang NIC Manajemen Hipertermi Rasional NIC Pengobatan demam
berhubungan dengan Ibu dari An. H mampu mengatasi Observasi: 1. Untuk mengetahui penyebab
proses infeksi virus terjadinya hipertermi dan hipertrermi sehingga dapat diberikan
1. Identifikasi penyebab hipertemia
dengue
Tindakan awal mengatasi intervensi yang tepat.
hipertermi sampai 1 minggu pasca 2. Untuk mengetahui apakah ada
DS: Ibu mengatakan 2. Monitor suhu sesering mungkin
klien demam hari ke 5. dirawat. peningkatan suhu dan menentukan
Panas naik turun, badan intervensi lebih lanjut.
lemas, 3. Observasi TTV 3. Mengetahui kondisi Kesehatan
Tujuan jangka pendek pasien
DO:
1. TTV : NOC Termoregulasi 4. Monitor kadar elektrolit dan 4. Mengetahui balance cairan. Input
S=39,4 C, Setelah dilakukan tindakan output dan output cairan.
RR=24x/mnt,
keperawatan selama 3 x 24 jam
SpO2=98%, 5. Penentu dan pengelola penyebab
Nadi=88x/mnt. diharapkan anak menunjukkan 5. Pantau HR pasien dan suhu pasien
sangat penting untuk dilakukan
GCS (15): Suhu tubuh dalam batas normal terutama suhu rektal.
tindakan pemulihan.
E=4, V=5, M=6
Kriteria hasil :
Terapeutik
1. Suhu tubuh dalam batas Terapeutik
2. Akral teraba panas, 6. Berikan anti piretik parasetamol
pasien tampak normal (36,5 - 37°C) setiap 6. Dapat membantu mengurangi
(k/l)
gelisah, tidak dilakukan pemeriksaan. demam pada pasien. Antipiuretik
nyaman dan lemah melebarkan pembuluh darah, bekerja
3. Wajah tampak 2. Nadi dan RR dalam rentang pada saraf untuk menurunkan suhu
memerah dan tidak normal (Nadi 80 –100x/mnt) tubuh.
fresh, pandangan
dan RR (12-20x/mnt) dalam 7. Kompres pada lipatan paha dan 7. Digunakan untuk mengurangi
mata lesu,
rentang normal setiap aksila demam dengan aksi sentral nya pada
4. Hasil Lab dilakukan pemeriksaan TTV. hipotalamus, meskipun demam
• Hemoglobin 13,1
3. Tidak ada perubahan waran mungkin dapat berguna dalam
gr/dl
• Lekosit 3600 kulit dan tidak ada pusing membatasi pertumbuhan organisme,
mm3 dalam waktu 1x24 jam dan meningkatkan autodestruksi dari
• Hematokrit 43 % 4. Tidak ada perubahan warna selsel yang terinfeksi.
• Trombosit 96.000 8. Kolaborasikan dalam pemberian
kulit, setiap dilakukan 8. Mengurangi dehidrasi pada pasien.
mm3
cairan intravena
pemeriksaan
9. Pantau hasil lab, lakukan
5. Akral hangat 9. Monitor nilai hematokrit untuk
5. Diagnosa Medis: pengecekan kadar hematokrit
6. Pasien tidak lemah mengetahu tanda perdarahan dan
DHF GR III secara berkala
6. Pteckie (+) < 10 tanda-tanda syok/
bintik-bintik dikulit
bagian tangan 10. Jelaskan pada keluarga pasien
10. Menambah pengetahuan keluarga
tentang demam
tentang demam sehingga membantu
dalam observasi kondisi pasien.
Suhu 38.90C – 41.10C menunjukkan
proses penyakit infeksius akut. Pola
demam dapat membantu dalam
diagnosis misalnya kurva demam
lanjut berakhir berakhir lebih dari 24
jam menunjukkan pneumonia
pneumokokal, demam scarlet atau
tifoid

11. Untuk memberikan rasa nyaman


11. Anjurkan orang tua untuk
pakaian yang tipis mudah menyerap
memberikan pakaian tipis dan
keringat dan tidak merangsang
mudah menyerap keringat
peningkatan suhu tubuh.

12. Untuk mencegah dehidrasi pada


12. Anjurkan orang tua untuk
pasien. Kompensasi kehilangan
meningkatkan asupan cairan pada
cairan akibat peningkatan suhu.
pasien.Anjurkan pasien banyak
minum, sedikitnya 1,5-2 lt/hari.

13. Observasi suhu tubuh pasien, 13. Suhu 38.90C – 41.10C


diaphoresis menunjukkan proses penyakit
infeksius akut demam yang Kembali
normal.
14. Sediakan lingkungan yang 14. Memberikan rasa nyaman kepada
nyaman. pasien.
15. Dengan pakaian yang longgar
15. Longgarkan atau lepaskan
diharapkan dapat memberikan rasa
pakaian. nyaman pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.
16. Berikan Kompres (suhu air 16. Membantu meningkatkan
normal) kepada pasien. pendinginan dan menurunkan suhu
inti.
17. Anjurkan pasien makan makanan
17. Diet yang tepat diperlukan untuk
berkalori tinggi sesuai anjuran
memenuhi kebutuhan metabolik
dokter.
pasien.
18. Mengekspos kulit ke udara di udara
18. Anjurkan pasien untuk tidak
mengurangi kehangatan dan
menggunakan pakaian tebal dan
meningkatkan pendinginan
selimut yang berlebihan.
evaporatif.

Edukasi :
Edukasi :
19. Dengan istirahat dapat meningkatkan
19. Anjurkan tiring baring.
stamina tubuh pasien.
20. Memberikan penkes kepada
20. Memberikan ajaran kesehatan
pasien dan keluarga pentingnya
kepada pasien dan keluarga untuk
mengetahui tanda-tanda
mengatasi kondisi penyakit dan
hipertermi.
dapat membantu mencegah
komplikasi lebih lanjut dari
hipertermia.
Kolaborasi : Kolaborasi :
21. Kolaborasi pemberian cairan 21. Mengurangi dehidrasi.
elektrolit intravena, jika perlu.
22. Obat antipiretik menurunkan suhu
22. Berikan obat antipiretik seperti tubuh dengan
paracetamol.

2 Hipovolemia Tujuan jangka Panjang 1. Monitor keadaan umum 1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan Ibu dari An. H mampu anak/Monitor TTV pasien tubuh pasien
peningkatan mempertahankan intake cairan 2. Observasi dan mencatat intake dan 2. Mengidentifikasi kekurangan makanan
permeabilitas kapiler
pada an. H yang adekuat, monitor output cairan. dan kebutuhan
input dan output selama 1minggu 3. Berikan minum yang adekuat 3. Menghindari dehidrasi yang berpotensi
DS: Pasien mengatakan
pasca dirawat sesuai dengan kebutuhan tubuh. meningkatkan suhu tubuh pasien.
merasa mual dan muntah
(3 kali) setiap makan 4. Membantu memenuhi intake cairan
atau minum. Tujuan jangka pendek 4. Kolaborasi pemberian terapi cairan tubuh serta Mengurangi dehidrasi pada
Ibu mengatakan anak NOC: Setelah dilakukan tindakan intravena. pasien.
malas minum, sehari keperawatan selama 2x24 jam 5. Untuk mengetahui status hidrasi pasien
hanya ± 750 ml, pusing, 5. Memonitor status hidrasi.
lemas diharapkan Kebutuhan cairan dan menghindari pasien mengalami
(Observasi turgor kulit, obsevasi
terpenuhi dengan kriteria hasil: dehidrasi.
membran mukosa, dan nadi
1. Anak mendapatkan cairan
adekuat) jika di perlukan.
yang cukup
2. Menunjukkan tanda-tanda 6. untuk menjalin kerja sama yang baik
6. Melakukan bina hubungan saling
hidrasi yang adekuat dan komunikasi terapeutik
DO: 3. Tanda-tanda vital dan turgor percaya pada keluarga pasien 7. Agar keluarga memberikan support
1. TTV : kullit yang normal 7. Mendukung pasien dan keluarga kepada pasien, karena support dari
S=39,4 C, 4. Membrane mukosa lembab. untuk membantu dalam keluarga memberikan pengaruh kepada
RR=24x/mnt, pemberian makan dengan baik. pasien.
SpO2=98%,
Nadi =88x/mnt.
GCS (15): E=4, 8. Jelaskan tentang pentingnya 8. Untuk menambah pengetahuan pasien.
V=5, M=6 nutrisi.

2. Mukosa bibir 9. Dapat meningkatkan masukan


tampak kering, 9. Berikan makanan dalam porsi
meskipun nafsu makan mungkin lambat
turgor kulit tidak sedikit dengan frekuensi sering
elastis, untuk Kembali

3. Konjungtiva pucat
4. Pasien tampak 10. Berikan makanan dalam keadaan 10. Untuk menambah nafsu makan pasien.
lemah hangat dan menarik.
11. Agar orang tua mampu memahami
5. CRT<2 detik 11. Jelaskan pada orang tua mengenai
dampak yang timbul apabila anak
6. Mukosa bibir kering dampak yang timbul apabila anak
kekurangan cairan.
7. Akral teraba hangat kekuranngan cairan.

8. Infus RL 2000 cc/24


12. Memungkinkan makanan yang disukai
jam 12. Anjurkan orang tua tetap
pasien akan memampukan pasien untuk
9. Minum ± 750 ml memaksimalkan ritual makan
mempunyai pilihan terhadap makanan.
10. Hematokrit 43 yang disukai anak selama di RS
13. Berikan kebersihan oral 13. Mulut yang bersih dapat meningkatkan
rasa makanan

14. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 14. Suplemen dapat memainkan peran
menentukan jumlah kalori dan penting dalam mempertahankan
nutrisi yang dibutuhkan pasien masukan kalori dan protein
3 Nyeri akut berhubungan Tujuan jangka Panjang Manajemen Nyeri (I.08238) Rasional Manajemen Nyeri
dengan kehilangan fungsi An. H mampu mengidentifikasi Observasi:
trombosit. nyeri yang dirasakan,
1. Identifikasi lokasi, karakteristik
karakteristik, intensitas nyeri dan 1. Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk
DS : Pasien mengeluh durasi, frekuensi, kualitas,
cara mengontrol nyeri pasca 1 menetapkan intervensi selanjutnya.
sakit kepala, dan sakit intensitas nyeri
perut. Sakit kepala terasa minggu dirawat di rumah sakit. 2. Mengetahui nyeri yang dirasakan.
cenut-cenut, sakit kepala 2. Identifikasi respons nyeri non verbal
hilang timbul, dengan
skala 6. 3. Identifikasi faktor yang
memperberat 3. Mengetahui penyebab nyeri sehingga
Tujuan jangka pendek dan memperingan nyeri. bisa memberikan intervensi yang tepat.
DO ;
Tujuan : setelah di lakukan
4. Identifikasi pengetahuan dan 4. Mengetahui pengetahuan pasien tentang
1. Pasien tampak
tindakan keperawatan selama
menyeringai keyakinan tentang nyeri nyeri.
kesakitan sambal 3x24 jam di harapkan rasa nyeri
memegang kepala pada anak berkurang Kriteria hasil 5. Identifikasi tentang nyeri. 5. Mengetahui klasifikasi nyeri yang

2. Otot wajah tegang dirasakan pasien.


:
6. Identifikasi pengaruh nyeri pada
3. Klien tampak tidak a. Mampu mengontrol nyeri (tahu 6. Mengetahui efek nyeri yang dirasakan
kualitas hidup
nyaman
4. Skala nyeri didapat penyebab nyeri, 7. Monitor efek samping penggunaan 7. Mengevaluasi respon analgetic.
6 analgetik
b. Mampu menggunakan tehnik
5. TTV Pasien Terapeutik
nonfarmakologi untuk Terapeutik
S=39,4C,
RR=24x/mnt, mengurangi nyeri, mencari 8. Agar pasien dapat mengontrol nyeri yang
8. Berikan teknik nonfarmakologis
SpO2=98%, bantuan) dirasakan.
untuk mengurangi rasa nyeri (terapi
Nadi=88x/mnt.
GCS (15): c. Melaporkan bahwa nyeri musik, massage dan Tarik nafas
E=4, V=5, M=6 berkurang dengan dalam)
9. Agar tercipta hubungan saling percaya
menggunakan manajemen
9. Bina hubungan saling percaya perawat dan pasien.
nyeri.
dengan klien.
d. Mampu mengenali nyeri (skala,
10. Kontrol lingkungan yang
intensitas, frekuensi dan tanda 10. Menurunkan ketegangan dan
memperberat
nyeri) membuat suasana kamar lebih nyaman
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
e. Menyatakan rasa nyaman pencahayaan
setelah nyeri berkurang kebisingan)

f. Tanda vital dalam rentang 11. Fasilitasi istirahat dan Anjurkan 11. Mengurangi rasa nyeri dan
normal klien banyak istirahat. meningkatkan kondisi tubuh.

g. Tidak mengalami gangguan 12. Libatkan keluarga dalam tehnik 12. Support keluarga diharapkan klien
tidur. non farmakologi (Tarik Nafas dpt mengontrol nyeri dengan tehnik Non
Dalam atau massage). Farmakologi.
h. Kemampuan
menuntaskan aktivitas
meningkat
dengan skala (1)
13. Berikan aktivitas hiburan focus 13. Mengurangi rasa nyeri yang
i. Gelisah perhatian seperti membaca buku dirasakan klien dan meningkatkan
menurun kesukaan. relaksasi klien.
dengan skala (1)

j. Kesulitan tidur
Edukasi Edukasi
menurun
14. Jelaskan penyebab, periode, dan 14. Memberi informasi tentang nyeri
pemicu nyeri. kepala yang dirasa dan mengurangi
cemas yang dirasakan klien.

15. Jelaskan strategi 15. Agar pasien dapat mengontrol nyeri


meredakan nyeri/ Edukasi tehnik yang dirasakan.
Nafas Dalam.

16. Kolaborasi pemberian analgetik 16. Analgetik dapat mengurangi nyeri.

17. Anjurkan memonitor 17. Melatih kemandirian pasien dalam


nyeri secara mandiri
Kolaborasi Kolaborasi

18. Kolaborasi pemberian analgetik, 18. Mengurangi nyeri yang dirasa pasien
jika perlu.

4 Resiko perdarahan Tujuan jangka Panjang Mencegahan Perdarahan Rasional Mencegahan Perdarahan
berhubungan dengan An. H mampu mengidentifikasi
Observasi:
penurunan faktor-faktor mengenali tanda-tanda perdarahan
pembekuan darah 1. Monitor tanda-tanda perdarahan. 1. Identifikasi dini risiko yang mungkin
yang timbul 1 minggu dirawat di
(trombositopeni). terjadi untuk pendarahan memberikan
rumah sakit.
dasar untuk menerapkan tindakan
DS : Orang tua pasien
Tujuan jangka pendek pencegahan yang tepat.
mengatakan adanya
bintik merah dikulit Tujuan: setelah dilakukan selama 2. Monitor TTV pasien. 2. Untuk mengetahui tanda-tanda pasien
kedua tangan. 3x24 jam di harapkan pasien tidak dalam batas normal
Pasien mengatakan 3. Monitor nilai hematokrit atau
terjadi perdarahan lebih lanjut 3. Untuk mengidentifikasi tanda-tanda
badannya lemas. hemoglobin sebelum dan sesudah
Kriteria hasil : perdarahan. Ketika perdarahan tidak
kehilangan darah
DO : 1. Trombosit dalam batas terlihat, penurunan kadar Hb dan Ht
1. Tampak bintik- normal (150.000-400.000) dapat menjadi indikator awal perdarahan
bintik kemerahan
setiap dilakukan pemeriksaan Terapeutik :
dibeberapa bagian
laboratorium. Terapeutik :
kulit tangan terdapat
4. Pertahankan bedrest selama
< 10 (Ptekie +).
2. Hematokrit dalam batas 4. Dengan Bedrest dapat meningkatkan
perdarahan.
2. Wajah klien tampak kondisi tubuh pasien.
normal (35-47)
memerah

3. Riwayat mimisan (-) 3. Kelembapan membran


4. Hasil Lab tanggal mukosa dalam waktu 1x24 5. Tinjau hasil lab 5. Tes laboratorium ini memberikan
18 /7/2022 jam. informasi penting tentang status
4. Keluarga pasien mengatakan koagulasi dan potensi pendarahan pasien.
• Hemoglobin :13,1
gr/dl mengetahui tentang akibat Nilai laboratorium spesifik yang dipantau
• Lekosit : 3600 mm3 dari penurunan trombosit. akan bergantung pada kondisi klinis
• Hematokrit : 43 % 5. Tidak ada perdarahan spesifik pasien.
• Trombosit : 96.000
6. Tidak ada distensi abdominal
mm3
7. Tidak ada hematuria dan 6. Periksa apakah ada perdarahan pada 6. Mengidentifikasi adanya perdarahan
tinja. yang terjadi sehingga dapat segera
hematemesis
5. Hasil Trombosit diberikan intervensi yang tepat.
8. Hemoglobin dalam batas
selama perawatan:
normal
• 18/7/22 = 96.000 7. Nilai kulit dan petechiae, memar,
7. Untuk menilai adanya perdarahan yang
mm3 keluar darah pada kulit ektremitas
• 19/7/22 = 86.000 atas dan bawah.
terjadi.
mm3
• 20/7/22 pkl 06=
74.000 mm3
• 20/7/22 pkl 17 =
8. Anjurkan pasien untuk menggosok 8. Metode ini memberikan kebersihan
49.000 mm3
• 21/7/22 pkl gigi dengan menggunakan bahan mulut mengurangi trauma pada membran
06=52.000 mm3 yang lembut dan pasta gigi non- mukosa mulut dan risiko pendarahan dari
• 21/7/22 pkl abrasif. Serta hindari menggunakan gusi.
17=78.000
tusuk gigi.
• 22/7/22 pkl 06=
88.000
9. Kotoran keras dan kering dapat
menyebabkan trauma pada membran
9. Anjurkan pasien untuk makan
mukosa kolon dan rektum. Meningkatkan
makanan berserat agar tidak
asupan cairan dan serat makanan
sembelit.
melunakkan massa feses untuk buang air
besar yang lebih mudah

Edukasi
Edukasi
10. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
kepada pasien dan keluarga. 10. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang perdarahan yang
mungkin terjadi.
11. Mendidik pasien dan anggota 11. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
keluarga tentang tanda-tanda keluarga serta Evaluasi awal dan
perdarahan yang perlu dilaporkan ke pengobatan perdarahan oleh penyedia
penyedia layanan kesehatan. layanan kesehatan mengurangi risiko
komplikasi dari kehilangan darah.

12. Beri tahu anggota keluarga untuk 12. Partisipasi aktif mendorong pemahaman
aktif dalam pengambilan keputusan
yang lebih mendalam tentang alasan dan
tentang perawatan pasien yang kepatuhan terhadap perawatan.
berisiko mengalami pendarahan.
Kolaborasi
Kolaborasi
13. Mengurangi resiko perdarahan.
13. Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu.

14. Kolaborasi pemberian darah jika 14. Memastikan ketersediaan darah saat
perlu dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta: Mediaction publishing
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, 1022
Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai