Anda di halaman 1dari 20

CASE SCIENTIFIC SESSION

BAGIAN ORAL MEDICINE


PASIEN DIABETES DENGAN DYSGEUSIA
Diajukan guna memenuhi tugas kepaniteraan Klinik
Pada Bagian Oral Medicine

OLEH

SALSA NABILA EVANDI


2210070210091

Pembimbing : Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Nama: Salsa Nabila Evandi

NPM: 2210070210091

Telah didiskusikan Case Scientific Session “Pasien Diabetes dengan

Dysguesia” guna melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik di Bagian Oral

Medicine.

Padang, 21 Agustus 2023

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

Dr. drg. Dhona Afriza, M.Biomed


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’ alamiin…

Puji Syukur saya ucapkan atas Kehadirat Allah SWT yang mana telah

melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pasien Diabetes dengan Dysgeusia” tepat pada

waktunya. Shalawat serta salam juga selalu tercurahkan kepada Nabi besar

Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam

yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan

pada saat sekarang ini. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen

pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari di dalam

penyususnan makalah ini masih banyak sekali kekurangan, untuk itu kritik dan

saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan sangat saya harapkan demi

kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

kita semua khususnya bagi mahasiswa Kedokteran Gigi Baiturrahmah. Atas

perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Padang, 21 Agustus 2023

Salsa Nabila Evandi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes adalah salah satu penyakit yang berhubungan dengan gaya

hidup, dan setelah menjadi parah, menyebabkan berbagai komplikasi. Dysgeusia

didefinisikan sebagai rasa yang tidak enak atau sensasi rasa yang berubah. Pada

pemeriksaan mulut pasien diabetes parah dengan dysgeusia dapat

meningkatkan candidiasis dan median glositis rhomboid (Kazuyuki et al.,

2019).

Median glositis rhomboid dapat diidentifikasi sebagai penyakit rongga

mulut yang umumnya didominasi oleh candida albicans. Penyakit ini terkait

dengan penyakit yang muncul dari infeksi Candida. Selain candida albicans,

ada faktor predisposisi lain yang berperan dalam median glositis rhomboid.

Beberapa faktor predisposisi telah disebutkan sebelumnya, seperti kebiasaan

merokok, pemakai gigi tiruan, dan penyakit sistemik seperti human

immunodeficiency virus, diabetes melitus dan kondisi imun yang mungkin.

Faktor lain adalah pengobatan farmakologis pada beberapa penyakit,

contohnya penggunaan kortikosteroid, steroid dan inhaler untuk kondisi

autoimun (Nanda et al., 2020)

Dysgeusia telah ditemukan terkait dengan beberapa kondisi medis

sistemik. Penyakit sistemik umumnya menunjukkan disfungsi pengecapan, seperti

diabetes dan hipertensi telah dilaporkan terkait dengan perubahan fungsi

kemosensori. Indera perasa dapat diperiksa dengan mudah hanya dengan meminta

pasien mengecap (menyesap dan meludah) larutan encer gula, garam, asam, dan
pahit. Penggunaan kit yang tersedia secara komersial dan lebih canggih biasanya

tidak dijamin, karena teknik ini, seperti elektrogustometri, mungkin berada di luar

jangkauan pengaturan praktik gigi rutin (Davis et al., 2022)

Dysgeusia pada pasien sangat tidak menyenangkan. Gangguan rasa

umumnya dianggap menyebabkan rendahnya kualitas hidup (Takaaki et al.,

2020). Dygeusia memengaruhi nafsu makan dan asupan nutrisi, juga secara tidak

langsung berdampak pada imunitas, mengingat hubungan yang diketahui dengan

baik antara malnutrisi dan penurunan berat badan, gangguan penyembuhan,

respons imun bawaan dan adaptif yang tidak efektif (Michael et al., 2018).

1.1 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan dysgeusia?


2. Apa yang menyebabkan terjadinya dysgeusia?
3. Bagaimana cara penanganan dysgeusia pada pasien diabetes melitus?
1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dysgeusia


2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya dysgeusia
3. Untuk mengetahui cara penanganan dysgeusia pada pasien diabetes

melitus
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pasien Diabetes dengan dysgeusia

Dysgeusia adalah gangguan gustatory kualitatif yang ditandai dengan distorsi

persepsi rasa. Dysgeusia total didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk

menafsirkan semua rasa dasar yang, dalam banyak kasus, dikaitkan dengan

kekurangan mineral. Kondisi ini dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan

bahkan malnutrisi (Bruna et al., 2019).

Ada tiga varietas berbeda dari dysgeusia: hypogeusia didefinisikan sebagai

pengurangan salah satu dari empat, atau keempat modalitas rasa, seperti manis,

asin, asam, dan pahit. Ageusia didefinisikan sebagai kurangnya rasa, dan

akhirnya, allotriogeusia didefinisikan sebagai persepsi rasa yang tidak teratur.

Banyak pasien dengan DM menderita manifestasi oral termasuk penyakit

periodontal pada 34%, kandidiasis oral pada 24%, kehilangan gigi pada 24%,

ulkus mukosa mulut pada 22%, gangguan pengecapan pada 20%, xerostomia dan

hipofungsi kelenjar ludah pada 14%, karies gigi pada 24%, dan sensasi mulut

terbakar pada 10% kasus. Perlunya pengobatan diabetes yang juga dapat

memperbaiki dysgeusia dan komplikasi lainnya. Dalam kedokteran gigi, dapat

dilakukan dengan perawatan mulut untuk mengurangi infeksi bakteri,

pemeriksaan bakteri, dan mencatat kondisi lidah secara rutin. Tidak hanya dapat

memperbaiki penyakitnya tetapi juga gaya hidupnya untuk hidup sehat. Penilaian
kondisi rongga mulut, termasuk perubahan pengecapan, berguna untuk

pengobatan pasien diabetes (Kazuyuki et al., 2019).

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus dan pengaruh signifikan penyakit ini

terhadap perawatan gigi, dokter gigi harus mengenali lesi yang merupakan

manifestasi dari diabetes melitus, terutama pada pasien yang tidak terdiagnosis.

Median rhomboid glossitis (MRG) adalah jenis candidiasis oral kronis. MRG

secara klinis muncul sebagai lesi atrofi eritematosa pada garis tengah posterior

lidah. Lesi dibentuk oleh papila filiform atrofi yang berbentuk oval dan terkadang

berlobus. Pada awalnya, MRG dianggap sebagai kelainan pertumbuhan.

Selanjutnya, karena pemeriksaan histopatologi, lesi menunjukkan adanya hifa,

MRG dianggap sebagai jenis lesi kandidiasis oral (Erna et al., 2023),

Masalah yang terjadi pada lansia yang mengalami oral candidiasis jika tidak

ditanggulangi secara serius akan menjadi salah satu penyebab gangguan fungsi

stomatognatik sehingga pasien sulit makan, menelan, berbicara dan gangguan

pengecapan yang secara menyeluruh akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan

sakit di mulut (Wibowo et al., 2019).

Pada manusia, 5 jenis rasa dasar telah diidentifikasi,yaitu asam, asin, manis,

pahit, dan umami. Setiap sensasi rasa seharusnya membuat orang tertarik pada

makanan tertentu (Davis et al., 2022). Pada tingkat fundamentalnya, indra perasa

telah berevolusi untuk memungkinkan seseorang menilai makanan yang dicerna

sebagai makanan bergizi atau bahan berbahaya. Ini juga memungkinkan seseorang

memperoleh kepuasan dan kesenangan dari pengalaman makan, dengan demikian,

rasa memainkan peran penting dalam kedua status gizi (Michael et al., 2018).
2.2 Gambaran Klinis

Mukosa mulutnya kering dan merah. Lidahnya berwarna merah dan halus

di tengah, dan terdapat lesi putih di kedua sisinya dan terdeteksi Candida albicans

dari lesi putih, berbatas jelas, dan dapat dihapus, saat dihapus meninggalkan bekas

kemerahan, eritema dan edema pada gingiva dan kepekaan yang lebih rendah

terhadap rasa asin. Kami mendiagnosisnya sebagai kandidiasis, glositis rhomboid

median, sebagai penyebab utama disgeusianya. Gambaran dygeusia dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.2 Temuan intraoral pada Gambar 2.3 Perbaikan lidah pasca
pemeriksaan gigi perawatan, penurunan candida
Sumber: (Matsunaga et al., 2019) albicans dan dygeusia membaik
Sumber: (Matsunaga et al., 2019)

2.3 Penyebab Dygeusia Pasien Diabetes Melitus

Dysgeusia telah ditemukan terkait dengan beberapa kondisi medis sistemik,

namun mekanisme yang berkontribusi terhadapnya beragam. Penyakit sistemik

yang umumnya menunjukkan disfungsi pengecapan. Dalam kasus klinis ini,

penyebab gangguan terkait rasa karena pasien menderita diabetes. Perubahan


fungsi pengecapan juga ditemukan pada wanita hamil dan pascamenopause serta

infeksi rongga mulut telah dikaitkan dengan peningkatan deteksi dan identifikasi

rangsangan pengecap individu melalui kuncup pengecap, sehingga menyebabkan

dysgeusia (Davis dkk, 2022).

Sebagian besar pasien dengan manifestasi oral DM secara signifikan

mengembangkan neuropati, retinopati, dan dislipidemia. Banyak pasien DM

mengalami manifestasi oral, seperti periodontitis dan gangguan pengecapan dan

berisiko mengembangkan komplikasi lain. Penyebab gangguan pengecapan ini

bisa jadi sebagai berikut: perubahan struktural permukaan lidah seperti papila

lingual karena anemia, penurunan sekresi saliva karena penuaan atau sindrom

Sjögren, kandidiasis, terapi radiasi, defisiensi seng atau tembaga, asupan obat-

obatan (antihipertensi, obat penenang, antibiotik, anti-alergi), periodontitis, dan

sebagainya. Dalam kasus klinis ini, faktor-faktor kompleks yang dapat

menyebabkan disgeusia. Pasien menderita diabetes parah, dan dapat menyebabkan

anemia defisiensi besi, defisiensi seng, dan kandidiasis. Selain itu, diabetes juga

menginduksi sindrom hiperosmolar hiperglikemik yang disebabkan oleh

dehidrasi, setelah defisiensi besi dan seng. Kondisi terganggu yang diinduksi

diabetes juga menyebabkan kandidiasis setelah glositis rhomboid median. Dari

hasil tersebut, pasien menderita dysgeusia (Kazuyuki et al., 2019).

Median rhomboid glossitis merupakan suatu bercak licin, gundul, lesi

berwarna merah tanpa papilla filiformis, berbatas jelas, dengan tepi irregular.

Lokasi paling sering di garis tengah dorsum lidah atau pada sisi lidah (Nanan et

al., 2016). Korelasi antara median rhomboid glossitis dan infeksi Jamur tidak
dapat dipisahkan khususnya candida albicans. Banyak penelitian yang

memfokuskan bahwa spesies candida albicans merupakan penyebab utama MRG.

Disbiosis candida albicans adalah kondisi pertama dalam perkembangan MRG,

hampir 88% MRG didominasi oleh candida albicans menggunakan studi kultur.

Tempat umum candida albicans di rongga mulut adalah lidah atau glossa,

penelitian melaporkan bahwa hampir 50% populasi candida dapat berubah

menjadi disbiosis jika ada faktor predisposisi, beberapa faktor predisposisi yang

berhubungan dengan MRG seperti pemakaian gigi palsu, diabetes mellitus, serta

infeksi candida, pengobatan farmakologis pada beberapa penyakit, contohnya

penggunaan kortikosteroid, steroid dan inhaler untuk kondisi autoimun. MRG

adalah salah satu infeksi kandida oral yang paling banyak diamati pada pasien

diabetes mellitus yang bergantung pada insulin. MRG dapat diidentifikasi sebagai

penyakit rongga mulut yang umumnya didominasi oleh candida albicans. Penyakit

ini terkait dengan penyakit yang muncul dari infeksi Candida (Nanda et al., 2020).

Infeksi candida dapat terjadi pada penderita Diabetes Mellitus (DM) karena

kadar gula yang tinggi pada cairan rongga mulut dan penurunan imunitas

penderita. Penurunan sistem imun yang dimaksud yaitu terjadi gangguan

opsonisasi dan penurunan aktivitas kemotaksis neutrofil dan monosit. Pada

penderita diabetes tidak terkontrol terjadi penurunan flow saliva, pH dan

peningkatan glukosa pada saliva dimana keadaan tersebut memfasilitasi

pertumbuhan candida (Aris et al., 2018). Diabetes melitus merupakan faktor

predisposisi atau faktor kecenderungan terjadinya kandidiasi oral karena sekresi

saliva yang mengandung gula ekstra akan mendukung pertumbuhan jamur


candida albicans. Kelainan saliva telah menjadi komplikasi dalam mulut pada

penderita diabetes melitus yang menyebabkan berbagai komplikasi pada area

tersebut. Ada beberapa hal yang disebabkan oleh terganggunya kelenjar saliva

salah satunya adalah keadaan pH rendah yang menyebabkan jamur candida

albicans tumbuh dan berkembang biak (Johnson, 2016). Dengan kata lain

semakin banyak kandungan kadar glukosa pada saliva semakin cepat jamur

menginfeksi (Mohammadi, 2015).

2.4 Diagnosis Banding Dygeusia

Diagnosis banding dysgeusia adalah hypogeusia dan ageusia (Takaaki et al.,

2020)

Perbandingan Dysgeusia Hypogeusia Ageusia

Definisi Dysgeusia Hypogeusia Ageusia


mengacu pada didefinisikan merupakan
sensasi rasa yang sebagai kondisi patologis
terus-menerus, pengurangan dengan ditandai
tidak semua 4 hilangnya fungsi
menyenangkan, modalitas rasa pengecapan lidah
abnormal, atau yaitu manis, asin, total sehingga
berubah, kadang- asam dan pahit. penderita tidak
kadang bisa merasakan
apapun saat
makan
Gambaran Klinis - Plak putih yang - Eritema Faring -Hilangnya
dapat dibersihkan -Penurunan berat pengecapan lidah
badan
-Mukosa pasien -Mati rasa lidah -Sesak napas dan
kering dan bagian dan iritasi takipnea
yang menderita tenggorokan
kandidiasis -Sensitivitas gigi -Gangguan
pseudomembran dan gusi yang kesehatan mulut
terlihat eritema meningkat

- Pasien mengalami
gejala rasa tidak
enak seperti rasa
metalik

- Edema pada
gingiva

Etiologi Penyakit sistemik, Trauma fisik/ -Kerusakan saraf


kurangnya menjaga kimia,diabetes, perasa (saraf
kebersihan rongga penuaan, lingual dan
mulut yang defisiensi zinc glosofaringeal) di
mengakibatkan & zat besi, bagian anterior
candida albicans konsumsi obat- dan posterior,
meningkat, efek obatan dan defisiensi diet,
dari penggunaan terpapar bahan kondisi sistemik
obat kimia seperti
(Insektisida) hipotiroidisme,
dan diabetes
melitus, anemia
pernisiosa,
sindrom Sjogren,
dan penyakit
Crohn.
-Defisiensi zinc
dan
mengkonsumsi
obat obatan
Penatalaksanaan -KIE kepada pasien -KIE mejaga - Edukasi pasien
untuk menjaga kebersihan mulut untuk menjaga
kebersihan rongga -Berhenti kebersihan rongga
mulut agar merokok mulur dan
meningkatkan oral -Minum air yang perawatan mulut
hygnie yang baik cukup, diet sehat rutin
- Menangani - Hindari paparan -Diet sehat
gangguan yang bahan kimia -Penentuan faktor
memicu hilangnya berbahaya etiologi
rasa seperti -Mengobati diperlukan untuk
pengobatan hypogeusia mengobati
diabetes, injeksi dilakukan ageusia. Beberapa
insulin, konseling berdasarkan pada gangguan rasa
diet, dan latihan penyebabnya tidak memerlukan
terapeutik dan seperti karena perawatan apa
perawatan rongga kasus flu, pun karena dapat
mulut mengobati infeksi sembuh secara
virus spontan. 
-Kontrol ke
dokter gigi
minimal 6 bulan
sekali

2.5 Penatalaksanaan Dysgeusia Pasien Diabetes Melitus

Penatalaksanaan  bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Menangani


gangguan lain yang dapat memicu hilangnya rasa, seperti diabetes dapat membantu
perbaikan, seperti rehidrasi dan injeksi insulin, memberikan edukasi mengenai
latihan terapeutik untuk melakukan setidaknya 2000 langkah dalam sehari, ahli gizi
mengajari pasien mengenai konseling diet untuk menjaga pola makan seimbang,
seperti makanan laut yang mengandung zinc, dan menghindari makan berlebihan,
dalam kedokteran gigi, dokter gigi dan ahli kesehatan gigi melakukan perawatan
mulut, khususnya pembersihan lidah, dan pemeriksaan bakteri secara rutin
(Kazuyuki et al., 2021).
Laporan Kasus

Seorang wanita Jepang berusia 64 tahun dipindahkan ke rumah sakit karena

kehilangan kesadaran. Selama anamnesis, dia merujuk gangguan rasa setiap kali

dia makan yang dimulai 10 hari sebelum rawat inap. Dia memiliki riwayat

tekanan darah tinggi dan pusing tapi dia tidak minum obat apapun untuk itu. Dia

tinggal bersama putranya dan tidak mengunjungi rumah sakit mana pun selama 10

tahun. Makanan favoritnya adalah buah-buahan, acar sayuran, dan kopi. Dia

memiliki pola makan yang tidak teratur. Hasil tes darah menunjukkan gula darah

puasa tinggi (1348 mg/dL), HbA1c (15,8%), nitrogen urea (100,5 mg/dL),

kreatinin (3,94 mg/dL), dan kadar besi serum rendah (21,0 μg/dL). Kami

mendiagnosisnya sebagai diabetes tipe 2 dengan sindrom hiperglikemik

hiperosmolar dan disgeusia. Dia menerima perawatan dengan rehidrasi dan injeksi

insulin. Karena anorexia dan dysgeusia, dia dirujuk ke departemen kedokteran

gigi di rumah sakit 4 hari setelah rawat inap.

Sumber: (Matsunaga et al., 2019) Sumber: (Matsunaga et al., 2019)


a. Pemeriksaan

Pemeriksaan umum pada pasien didapatkan suhu pasien 31,4°C, tekanan darahnya 94/60

mm Hg, dan denyut nadinya 73 kali/menit. Tingginya 151 cm, berat 76,8 kg, dan BMI saat itu

33,7 kg/m2. Pemeriksaan intraoral Pasien menunjukkan hanya ada empat gigi yang tersisa di

mandibula kanan bawah, dan dia menggunakan gigi palsu atas dan bawah yang pas. Mukosa

mulutnya kering dan merah. Lidahnya merah dan halus di tengah, dan ada lesi putih di kedua

sisi.

b. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis

Pemeriksaan penunjang dilakukan yaitu pemeriksaan darah dan bakteri. Hasil tes darah

tambahan menunjukkan zinc serum rendah (52,0 μg/dL; batas bawah: 57‐65 μg/dL) dan

mendeteksi candida albicans dari lesi putih. Mendeteksi Candida albicans dari lesi putih

dengan pemeriksaan bakteri

c. Perawatan

Pasien melakukan perawatan seperti konseling diet, latihan terapeutik dan perawatan

rongga mulut pasca 5 hari perawatan, 27 hari pasca perawatan pasien sudah bisa keluar dari

rumah sakit. Setelah 90 hari pasca perawatan pasien mengikuti pola makan yang teratur,

menghindari mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang besar, serta pasien mengambil

5000-7000 langkah dalam sehari. Pasien sukses dengan asupan makanan seimbang dan rutin

berolahraga, sehingga berat badan turun 14 kg. Perawatan dengan cara rehidrasi, injeksi

insulin, diet untuk menjaga pola makan seimbang, seperti makanan laut yang mengandung
zinc, dan menghindari makan berlebihan dan latihan terapeutik minimal 2000 langkah

sehari. .Dokter gigi dan ahli kesehatan gigi melakukan perawatan rongga mulut, khususnya

pembersihan lidah, pemeriksaan bakteri secara rutin, memberi penjelasan tentang dygeusia

dan mengedukasi pasien mengenai perawatan kesehatan rongga mulut.

d. Kontrol Pasca Perawatan

Sebelum Perawatan Pasca Perawatan 5 Pasca Perawatan 13 Pasca Perawatan Pasca Perawatan

hari Hari 27 Hari 90 Hari

-Suhu pasien 31,4°C -Dengan rehidrasi -Candida Albicans Pasien keluar -Berat badannya
dan injeksi insulin, turun di bawah dari rumah sakit 62,7 kg (ÿ14,1
-Tekanan darah gula darah dan batas terukur karena kondisi kg), BMI
94/60 mm Hg fungsi ginjalnya kesehatannya menurun 27,7
membaik - Median glositis telah pulih. kg/m2 (ÿ6,2
-Denyut nadi 73 rhomboid dan kg/m2 )
kali/menit -Pasien melakukan dysgeusia
perawatan seperti membaik. -Hasil
-Berat 76,8 kg dan konseling diet, pemeriksaan
BMI saat itu 33,7 latihan terapeutik darah juga
kg/m2 dan perawatan menunjukkan
rongga mulut perbaikan terkait
-Hasil tes darah gula darah puasa
menunjukkan gula (121 mg/dL),
darah puasa tinggi HbA1c (5,8%)
(1348mg/dL)
-Urea nitrogen
-HbA1c (15,8%) (16,5 mg/dL),
kreatinin (0,77
-Urea nitrogen mg/dL), besi
(100,5 mg/dL) serum (54,0
ÿg/dL), dan seng
-Kreatinin (3,94 serum (80,0
mg/dL) ÿg/dL)

-kadar besi serum - Pasien terbiasa


rendah (21,0 ÿg/dL). memiliki pola
makan teratur,
makan makanan
laut, dan
menghindari
makan buah
dalam jumlah
besar.

- Pasien
mengambil 5000-
7000 langkah
dalam sehari.

-Pasien sukses
dengan asupan
makanan
seimbang dan
rutin berolahraga,
sehingga berat
badan turun 14 kg
-Dysgeusia
sembuh serta
diabetesnya tanpa
pemberian obat
tambahan.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Pengobatan diabetes juga memperbaiki dysgeusia, dan kondisi lidah

(kandidiasis dan perubahan struktur permukaan lidah) dan bahwa kondisi tersebut

mungkin merupakan indeks perbaikan. Gejala dapat membaik dengan pengobatan

diabetes, injeksi insulin, konseling diet, dan latihan terapi. Asupan makanan

seimbang dan rutin berolahraga menjadikan perawatan sukses, dalam kedokteran

gigi dapat dilakukan perawatan rongga mulut untuk mengurangi infeksi bakteri,

pembersihan lidah dengan mencatat kondisi lidah secara rutin, memberi

penjelasan tentang dygeusia dan mengedukasi pasien mengenai perawatan

kesehatan rongga mulut, dapat dikonfirmasi bahwa dysgeusia pasien sembuh serta

diabetesnya tanpa pemberian obat tambahan. Penilaian kondisi rongga mulut,

termasuk perubahan pengecapan, menjaga kebersihan rongga mulut dan rutin

control ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali berguna untuk pengobatan pasien

diabetes. Semua tim multidisiplin tidak hanya dapat memperbaiki penyakitnya

tetapi juga gaya hidupnya untuk hidup sehat. Dysgeusia ditingkatkan dengan

pengobatan diabetes dan berbagi informasi pemeriksaan lisan dalam tim

multidisiplin berguna untuk pengobatan yang memadai (Kazuyuki et al., 2021).


DAFTAR PUSTAKA

Aris, A., Kurniawan, T., & Wardana. (2018) ' Candidiasis Acute Erythematous of
Diabetes Mellitus Patients', Stomatognatic J.K.G Unej, Vol. 15 No. 1
2018: 21-25

Bruna, F., Monica, G., Marignes, T., Ivan, B., Denise, N., & Janete, D. (2019)
'Persistent dysgeusia post-halitosis treatment: How does it impact the
patients’ quality of life?', Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 1;24
(3):e319-25.

Davis, C., Deppti, C., Srishti, P., Reshmy, C., Karpagavilli, S., & Priyanka, K.
(2021) 'Dysguesia', Journal of the American Dental Association.

Erna, S., Iin, E., & Rindang, S. (2023) 'Median rhomboid glossitis as a sign of
undiagnosed diabetes mellitus', Dental Journal, Volume 10. Number 1.

Kazuyuki, M., Yasuko, Y., Makoto, T., Keisuke, Y., Ikuko, M., Ken, I., Saki, N.,
Eriko, M., Kanako, N., Tatsuo, K., & Shogo, T. (2019)
‘Multidisciplinary clinical approach by sharing oral examination
information to treat a diabetes patient with dysgeusia’, Clin Case Rep,
7:877–880.

Michael, S., Gunjan, L., Jonathan, U., Elaina, V., Marissa, L., Joel, B., Andrei, B.,
& Sergio, A. (2018) 'Unlocking the Complex Flavors of Dysgeusia after
Hematopoietic Cell Transplantation', Biol Blood Marrow Transplant,
Vol 24 issue 3: 425–432.

Mykhailo, S, Nataliia, O & Illia, S. (2023) 'Dygeusia in Ukrainian Woman with


COVID', Yumed Text Journal, 6(1): 246.

Nanan, N., Wahyu, H., & Indah, S. (2020) ' Manifestasi dan Tata Laksana Lesi
Mulut Terkait Diabetes Mellitus', Jurnal UNPAD.

Nanda, R., Aisyah, R., Soesilaningtyas., Rizki, N., Mega, K., & Herliana, M.
(2020) ' The Correlation between Median Rhomboid Glossitis and
Fungal Infection', Biomed j Sci & Tech, Volume 32(4).

Takaaki, N., Kenichi, T., Asako, S., Genya, W., Ryuhei, H., Emiko, K., Tetsuya,
C., Ryo, S., & Yasushi, S. (2020) ' Peculiar Unpleasant Dysgeusia as
the Sole Initial Symptom of Guillain-Barré Syndrome' , Intern Med 59:
835-837.

Wibowo,. Nanik, D., & Monika, L. (2019) ' Hubungan Kecemasan dengan Oral
Camdidiasis pada Lansia di Panti Pangesti Lawang', Jurnal
Keperawatan Malang, Volume 4 No 2, 96-102.

Anda mungkin juga menyukai