Anda di halaman 1dari 1

Anggota :

●> Muhamad Novreza Gunawan


●> Radinka Rafa Silih Mulya

Hari, tanggal : Selasa, 21 Februari 2023


waktu : 08.30 - 10.00
Tempat : Ruang XI IPA 4
Masalah yang dibahas : Konflik Myanmar
Susunan acara :
1. Pembukaan oleh moderator/Ketua
2. Pembahasan masalah
3. Tanya jawab
4. Tanggapan negara lain
5. Solusi
6. Penutup

Moderator/Ketua : Ajarin Dianikusuma


Jumlah negara : 15

Pertempuran mematikan antara militer dan kelompok-kelompok sipil bersenjata yang


terorganisir di Myanmar semakin meningkat, menurut data terbaru. Banyak anak muda
melawan militer dan mempertaruhkan nyawa mereka sejak junta merebut kekuasaan satu
tahun yang lalu.
Sejak kudeta terjadi, Myanmar dilanda kekerasan hingga peperangan antara kubu militer
dan pemberontak sipil di berbagai daerah. Kekacauan ini pun terjadi di tengah pandemi
Covid-19 yang juga meluas di negara itu.
Kini, setahun setelah kudeta berlangsung, negara Asia Tenggara itu masih berjuang keluar
dari lingkaran kekerasan, di mana hampir 1.500 warga sipil dikabarkan tewas akibat
bentrokan antara militer dan masyarakat penentang rezim junta.
Peperangan antara kelompok milisi penentang kudeta dan pasukan junta militer di
daerah-daerah juga tampak belum surut. Selain milisi, junta militer juga dihadapkan oleh
pasukan pemerintah sipil bayangan, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), yang juga
bermunculan di seluruh negeri untuk melawan kudeta.
Setidaknya hampir 3.000 tentara junta diklaim tewas dalam pertempuran dengan PDF
antara Juni dan November. Sementara itu, junta militer mengaku sebanyak 168 tentara dan
polisi tewas antara Februari dan akhir Oktober 2021.
Dunia internasional hingga ASEAN semakin menekan junta militer Myanmar untuk segera
memulihkan situasi dan demokrasi di negara itu.
Namun, sejumlah ahli menganggap junta militer tidak akan menyerah dengan tekanan yang
ada.
Solusi dari kami(Hong Kong), karena sebagian besar investasi itu dari negara tetangga
seperti Hong Kong. Maka dari itu, negara yang memiliki ikatan ekonomi yang kuat dengan
Myanmar harus mau memberikan sanksi yang tegas. Apabila China terlalu sulit untuk
dibujuk, Hong Kong bisa menjadi pemberi sanksi yang telak bagi junta. Meski sanksi hampir
mustahil untuk menekan pihak militer untuk mundur, paling tidak aksi tegas tersebut bisa
membuat mereka berpikir ulang apabila akan menangkap atau membunuh demonstran.

Anda mungkin juga menyukai