waktu : 08.30 - 10.00 Tempat : Ruang XI IPA 4 Masalah yang dibahas : Konflik Myanmar Susunan acara : 1. Pembukaan oleh moderator/Ketua 2. Pembahasan masalah 3. Tanya jawab 4. Tanggapan negara lain 5. Solusi 6. Penutup
Moderator/Ketua : Ajarin Dianikusuma
Jumlah negara : 15
Pertempuran mematikan antara militer dan kelompok-kelompok sipil bersenjata yang
terorganisir di Myanmar semakin meningkat, menurut data terbaru. Banyak anak muda melawan militer dan mempertaruhkan nyawa mereka sejak junta merebut kekuasaan satu tahun yang lalu. Sejak kudeta terjadi, Myanmar dilanda kekerasan hingga peperangan antara kubu militer dan pemberontak sipil di berbagai daerah. Kekacauan ini pun terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang juga meluas di negara itu. Kini, setahun setelah kudeta berlangsung, negara Asia Tenggara itu masih berjuang keluar dari lingkaran kekerasan, di mana hampir 1.500 warga sipil dikabarkan tewas akibat bentrokan antara militer dan masyarakat penentang rezim junta. Peperangan antara kelompok milisi penentang kudeta dan pasukan junta militer di daerah-daerah juga tampak belum surut. Selain milisi, junta militer juga dihadapkan oleh pasukan pemerintah sipil bayangan, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), yang juga bermunculan di seluruh negeri untuk melawan kudeta. Setidaknya hampir 3.000 tentara junta diklaim tewas dalam pertempuran dengan PDF antara Juni dan November. Sementara itu, junta militer mengaku sebanyak 168 tentara dan polisi tewas antara Februari dan akhir Oktober 2021. Dunia internasional hingga ASEAN semakin menekan junta militer Myanmar untuk segera memulihkan situasi dan demokrasi di negara itu. Namun, sejumlah ahli menganggap junta militer tidak akan menyerah dengan tekanan yang ada. Solusi dari kami(Hong Kong), karena sebagian besar investasi itu dari negara tetangga seperti Hong Kong. Maka dari itu, negara yang memiliki ikatan ekonomi yang kuat dengan Myanmar harus mau memberikan sanksi yang tegas. Apabila China terlalu sulit untuk dibujuk, Hong Kong bisa menjadi pemberi sanksi yang telak bagi junta. Meski sanksi hampir mustahil untuk menekan pihak militer untuk mundur, paling tidak aksi tegas tersebut bisa membuat mereka berpikir ulang apabila akan menangkap atau membunuh demonstran.