Anda di halaman 1dari 2

Kronologi Kasus

Tuan I Ketut Muliana yang beralamat di Desa Kutuh, Kuta Selatan, menjual tanahnya yang
terletak di Desa Kutuh kepada Nyonya Grace Tagore yang beralamat di Kota Surabaya.
Pada saat transaksi dengan I Ketut Muliana dan membuat Akta Ikatan Jual-Beli, Nyonya Grace
Tagore mengajak Notaris/PPAT Emil Zulkarnaen yang berkantor di Surabaya, mengadakan
transaksi dengan meminjam tempat di kantor Notaris/PPAT Ida Bagus Sidi Mantra,SH.,M.Kn.
yang berkantor di Denpasar.
Oleh karena pembayaran belum lunas, Sertipikat hak Milik Tanah I Ketut Muliana dititipkan di
kantor Notaris/PPAT Ida Bagus Sidi Mantra,SH.,M.Kn. Sampai dengan ada tanda bukti
pelunasan harga yang telah disepakati;
Setelah beberapa tahun berjalan, ternyata Nyonya Grance Tagore tidak mampu memenuhi
kewajibanhya sesuai yang tertuang di dalam akta Ikatan Jual Beli yang dibuat dikantor
Notaris/PPAT Ida Bagus Sidi Mantra,SH.,M.Kn.;
Akta PPJB terlampir

Analisis Kasus
Perjanjian Pengikatan Jual beli merupakan perjanjian yang timbul dari penerapan hukum
yang berkembang pada tatanan kehidupan sosial bermasyarakat yang sering dilihat dalam
praktek Notaris. Perjanjian Pengikatan jual Beli merupakan pemberlakuan ketentuan hukum
yang diatur secara konkret dari asas kebebasan berkontrak yang menekankan para pihak secara
leluasa dapat menentukan niatnya sehingga dengan adanya niat tersebut lahirlah undang undang
yang diberlakukan bagi para pihak yang terikat dalam isi perjanjian tersebut.
Perjanjian Pengikatan Jual Beli menekankan pada aspek kesepakatan awal mengenai
objek jual beli, harga jual beli, periode waktu untuk melakukan suatu pembayaran, serta apabila
sudah timbulnya suatu kesepakatan, maka terdapat pula klausul kuasa jual dalam Perjanjian
Pengikatan Jual Beli itu sendiri maupun dibuatnya Akta Kuasa Jual dihadapan Notaris yang
bersangkutan sebagai bukti nyata dari pelaksanaan Perjanjian Pengikatan Jual Beli. Perjanjian
Pengikatan Jual Beli ini merupakan perjanjian para pihak, dengan akta Notaris.
Berdasarkan Kasus Tersebut si pembeli membawa Notaris dan PPAT dari Surabaya ke
Bali, dan Notaris yang bersangkutan ini sudah menyalahi aturan dalam Undang-Undang Jabatan
Notaris, yang lebih mengacu pada Pasal 18 Undang-Undang Jabatan Notaris serta Pasal 17 ayat
1 bagian A berbunyi Notaris menjalankan jabatan diluar wilayah jabatannya.
- Notaris bekerja di luar wilayah
- Notaris tidak mempunyai kewenangan untuk membuat akta jual beli tanah karena itu
adalah kewenangan PPAT
- Harga tanah Rp.4.100.000.000,00-
- Harga tanah disepakati Rp.4.100.000.000.00-, pembayaran disepakati sebagai berikut :
1. Rp 650 juta dibayar pada tanggal 30-08-2016
2. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-09-2016
3. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-10-2016
4. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-11-2016
5. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-12-2016
6. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-01-2017
7. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-02-2017
8. Rp 500 juta dibayar pada tanggal 30-03-2017
Perjanjian akan dilaksanakan jual beli di depan PPAT apabila ketentuan pasal 1 telah
terpenuhi, namun demikian PPH dan BPHTB masing-masing membayar dan biaya
notaris dibayar oleh pihak kedua serta di dalam pasal 3 pihak pertama dipaksa untuk
melepaskan hak atas tanah.
- Walaupun kehendak para pihak tetapi jika di dalamnya menyalahi hukum, Notaris
berwenang untuk memberikan penyuluhan hukum ( pasal 15 ayat 2 huruf e undang-
undang jabatan Notaris )
-

Anda mungkin juga menyukai