Dari pengertian serta faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, mari bersama kita
telusuri bagaimana pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia pada tahun pertama
pemerintahan Presiden Jako Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK)kini telah memasuki usia setahun.
Sejak dilantik sebagai Presiden ke-7 dan Wakil Presiden ke-12 Republik Indonesia pada
20 Oktober 2014, duet Jokowi-JK terus menciptakan berbagai terobosan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Jajaran menteri yang tergabung dalam Kabinet Kerja pun terus didorong
melakukan langkah-langkah untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, bermartabat,
dan berprestasi. Sebagai kementerian non teknis yang bertugas membantu Presiden
dalam menyelaraskan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan
pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang
perekonomian, Kemenko Perekonomian menghadapi tantangan yang tidak ringan sejak
Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dilantik pada 20 Oktober 2014.
Tantangan itu terutama datang sebagai dampak dari lesunya perekonomian global.
Ini bisa dilihat dari perkembangan ekonomi global hingga semester I 2015 yang masih
memperlihatkan kecenderungan pertumbuhan yang bias ke bawah dari perkiraan semula
dan pasar keuangan global yang masih diliputi ketidakpastian. Kecenderungan bias ke
bawah tersebut terutama disebabkan oleh perkiraan ekonomi AS yang tidak setinggi
perkiraan semula dan ekonomi Tiongkok yang masih melambat. Di pasar keuangan
global, ketidakpastian kenaikan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) di AS, gejolak di Uni
Eropa, serta anjloknya harga saham di Tiongkok menunjukkan risiko di pasar keuangan
global masih tinggi.
Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi, terutama dipengaruhi faktor eksternal. Pada Juli
2015, rupiah melemah ke level Rp 13.311 per dolar AS dari sebelumnya di kisaran Rp
12.025 pada hari pertama pemerintahan Jokowi-JK. Angka ini bahkan terus merosot
hingga hampir mencapai Rp 14.800 pada bulan September 2015. Beruntung, kondisi
ekonomi global dan kerja keras pemerintahan Jokowi-Jk berhasil memperkokoh nilai
rupiah kembali ke kisaran Rp 13.500 pada pertengahan bulan Oktober 2015.
Sejalan dengan pergerakan rupiah, perkembangan harga saham juga mengalami tekanan.
Pada awal November 2014 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat sebesar Rp
5.085,51 merosot menjadi Rp 4.120,5 di akhir September 2015 akibat derasnya arus
modal asing yang keluar dari Bursa Efek Indonesia. Tapi rangkaian Paket Kebijakan
Ekonomi pemerintah yang diterbitkan sejak 9 September 2015 telah membawa persepsi
positif kepada investor pasar modal, sehingga IHSG naik kembali menjadi Rp 4.591,91
pada 19 Oktober 2015.
Sebagai akibat kebijakan penyesuaian harga BBM pada bulan November 2014, inflasi
melonjak menjadi 8,36 % (yoy) pada akhir tahun 2014. Melalui kebijakan pengendalian
harga pangan dan harga barang yang diatur oleh pemerintah, tingkat inflasi secara
bertahap menurun. Pada bulan September 2015 inflasi menjadi 6,83% (yoy) atau 2,24%
(ytd). Dengan pengendalian inflasi yang ketat hingga di tingkat Pemerintah Daerah,
maka inflasi diperkirakan di kisaran 4%pada akhir tahun 2015. Penurunan inflasi
sebagian disebabkan melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan pertumbuhan
ekonomi khususnya di wilayah pertambangan dan perkebunan.
Perekonomian diperkirakan mulai meningkat pada triwulan III dan berlanjut pada
triwulan IV 2015. Peningkatan tersebut didukung oleh akselerasi belanja pemerintah
dengan realisasi proyek-proyek infrastruktur yang semakin meningkat. Hal ini sejalan
dengan berbagai upaya khusus yang dilakukan pemerintah untuk mendorong percepatan
realisasi belanja modal, termasuk dengan menyiapkan perangkat aturan yang diperlukan.
Sementara itu, konsumsi juga diperkirakan membaik, seiring dengan ekspektasi
pendapatan yang meningkat dan penyelenggaraan Pilkada serentak pada triwulan IV
2015.
D. Pertumbuhan Ekonomi Selama Satu Tahun Pemerintahan Jokowi-JK
Ibarat mesin mobil, sudah waktunya kita melakukan overhaul: mengganti dan
membuang spare parts lama yang aus, rusak, atau yang performanaya tak bagus lagi. Dan
menggantinya dengan komponen baru yang segar dan sesuai kebutuhan serta pelumas
yang berkualitas agar mesin bisa bergerak lebih cepat dan lincah, bahkan ketika berada
pada medan yang sulit.
Maka kalau kita perhatikan, Paket Kebijakan Ekonomi yang dikeluarkan sejak 9
September 2015, berupaya untuk menyentuh berbagai aspek. Tujuannya untuk menangkal
perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh kondisi ekonomi global dan domestik dengan
cara memperbaiki struktur ekonomi yang lebih kondusif bagi berkembangnya industri,
kepastian berusaha di bidang perburuhan, kemudahan investasi, memangkas berbagai
perizinan serta memperluas akses masyarakat untuk mendapatkan kredit perbankan.
Berbagai upaya deregulasi yang tertuang dalam Paket Kebijakan Ekonomi ini membuat
kepercayaan pasar mulai membaik. Ini terlihat dari pergerakan nilai tukar yang semakin
stabil, meminimalisasi pemutusan hubungan kerja (PHK) dan iklim ekonomi (kegiatan
berusaha) yang lebih kondusif.
Pemerintah juga berupaya agar penyerapan anggaran bisa ditingkatkan. Kalau pada
semester I tahun 2015, penyerapan anggaran baru mencapai Rp 436,1 triliun atau 33,1
persen dari pagu Rp 1.319,5 triliun, maka pada bulan September 2015, penyerapan
anggaran sudah di atas 60 persen. Menurut Menteri keuangan, hingga akhir tahun
pemerintah optimistik penyerapan anggaran bisa mencapai 94-95 persen.
Semua perizinan, dokumen, data, dan informasi lain yang diperlukan dalam pelayanan
dan pengawasan kegiatan ekspor impor dan distribusi kini sudah harus dilakukan melalui
Indonesia Nasional Single Window (INSW). Melalui INSW, tidak akan ada lagi proses
birokrasi yang dilakukan secara manual dan tatap muka yang selama ini menjadi
hambatan kelancaran arus barang, bahkan membuat distorsi yang membebani daya saing
industri dan melemahkan daya beli konsumen.
Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, INSW adalah wujud nyata pelayanan
birokrasi modern yang dalam waktu singkat dapat melaksanakan kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi yang diumumkan Presiden pada tanggal 9 September 2015. Portal ini
mengintegrasikan semua pelayanan perizinan ekspor/impor secara elektronik pada 15
Kementerian/Lembaga yang meliputi 18 Unit Perizinan.
“INSW merupakan salah satu bentuk fasilitasi perdagangan yang saat ini memegang
peran kunci, tidak saja dalam mendukung kelancaran perdagangan intra ASEAN
dan cross border trade Indonesia dengan negara lain, tetapi juga sebagai bentuk reformasi
birokrasi dalam pelayanan publik untuk kegiatan ekspor/impor, kepabeanan, dan
kepelabuhanan,” ujar Darmin.
Dengan pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik, INSW
diharapkan dapat meningkatkan kepastian usaha dan efisiensi dalam kegiatan ekspor,
kebutuhan industri dan investasi, serta mengoptimalkan penerimaan negara dari kegiatan
perdagangan internasional.
Di bidang energi, pemerintah telah menurunkan harga solar sebesar Rp 200 pada Oktober
2015 ini. Selain itu, pemerintah juga mendorong nelayan untuk beralih dari penggunaan
bahan bakar solar menjadi bahan bakar gas. Pemerintah juga memberi diskon tarif listrik
bagi industri antara jam 23.00-08.00 WIB.
Di bidang perbankan, pemerintah memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat,
terutama golongan kelas menengah-bawah untuk mendapatkan akses ke sistem perbankan
melalui fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah, yakni 12 persen. Tak
cuma itu, melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk mendukung
UKM yang berorientasi ekspor atau yang terlibat dalam produksi untuk produk ekspor,
pemerintah juga memberikan fasilitas pinjaman atau kredit modal kerja dengan tingkat
bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga komersial. Fasilitas ini terutama diberikan
kepada perusahaan padat karya dan rawan PHK.
Yang disebut industri pionir meliputi industri logam hulu, pengilangan minyak bumi,
kimia dasar organik, industri permesinan, industri pengolahan berbasis pertanian,
kehutanan dan perikanan, industri telekomunikasi, informasi dan komunikasi, transportasi
kelautan, industri pengolahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dan infrastruktur.
Insentif fiskal lainnya yang ditawarkan pemerintah adalah pengurangan penghasilan netto
sebesar 5 persen setahun selama enam tahun sebagai dasar pengenaan PPh badan (tax
allowance). Fasilitas ini berbeda dengan tax holiday karena tidak mengurangi tarif PPh
badan sebesar 25 persen, tetapi mengurangi penghasilan kena pajak maksimal 30 persen
selama enam tahun. Tax allowance juga memperhitungkan penyusutan dan amortisasi
yang dipercepat, pemberian tambahan jangka waktu kompensasi kerugian, serta
mengurangi 10 persen tarif PPh atas dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak di luar
negeri.
Pada sektor perburuhan, kebijakan untuk menerapkan formula pada penghitungan Upah
Minimum juga disambut baik karena memberikan kepastian, baik kepada pengusaha
maupun buruh, tentang kenaikan upah yang bakal diterima buruh setiap tahun dengan
besaran yang terukur.
Swasembada pangan:
KESIMPULAN
Dari pengertian serta faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, mari bersama kita
telusuri bagaimana pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia pada tahun pertama
pemerintahan Presiden Jako Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK)kini telah memasuki usia setahun.
Sejak dilantik sebagai Presiden ke-7 dan Wakil Presiden ke-12 Republik Indonesia pada
20 Oktober 2014, duet Jokowi-JK terus menciptakan berbagai terobosan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Data diatas merupakan sebuah capaian dan kerja keras yang telah dilakukan oleh Jokowi
dan JK selama setahun, melihat kinerja yang begitu besar yang telah diberikan oleh
Jokowi dan JK kami masih berpikir bahwa pemerintahan ini masih belum bisa diukur
meskipun capaian yang telah dilakukan sudah banyak yang berhasil tapi, setahun adalah
waktu yang terlampau singkat untuk bisa mengukur bahwa pertumbuhan perekonomian
masa Jokowi –JK berhasil, masih butuh beberapa waktu untuk mengatakan pemerintahan
berhasil.
Tapi, jika mesti melakukan pengukuran, katakanlah menilai apakah setahun terakhir
Jokowi-JK bekerja dengan baik, tentu Jokowi – JK telah bekerja dengan sangat baik. Tapi
indikator apa yang kita sepakati untuk digunakan? Bagaimana cara mengukurnya dan
dengan apa kita mengukurnya?