Anda di halaman 1dari 1

1.

Dan ketahuilah sesungguhnya orang-orang yang mengambil barang haram dan syubhat maka sedikit
sekali diantara mereka yang mampu menetapi amal shalih, dan kalaupun lahiriyah mereka mampu
beramal shalih maka tetap saja mereka tidak terlepas dari afat (cacat) pada bathiniyahnya yang dapat
merusakkan amal tersebut seperti ujub, riya' dan lain sebagainya.

2. Maka orang-orang yang memakan harta haram niscaya amal mereka tidak diterima, karena
sesungguhnya Allah itu suci dan tidak menerima kecuali amal yang suci. Dan penjelasan dari yang
dmeikian ini adalah bahwasanya amal ibadah itu tidak akan terjadi melainkan dengan gerakan anggota
badan. Dan gerakan naggota badan tidak akan terjadi melainkan dengan perantaraan makan. Maka
apabila yang dimakanan buruk, maka tenaga yang dihasilkan dari makanan tersebut buruklah pula.
Hadits sabda Rasulullah SAW, "Barang siapa membeli pakaian seharga 10 dirham, dan padanya terdapat
I dirham dari barang haram maka Allah tidak akan menerima shalatnya". Jika demikian hukum dari
sebuah pakaian yang harganya 10 dirham yang tercampur barang haram, maka bagaimana pula
hukumnya apabila keseluruhan dari hal yang haram. Dan jika yang demikian ini hanya dalam masalah
pakaian, yang pada dasarnya hanya masalah diluar badan, maka bagaimana pula yang terjadi dengan
makanan, yang dapat menyelinap di sela-sela otot dan seluruh anggota di badan dan mengalir d dlm
tubuh.

3. Sesungguh nya haram itu ada 2, Pertama sesuatu itu haram karena keadaan wujudnya memang
demikian seperti bangkai, darah dan khamer dan lain sebagainya. Dan yang demikian ini tidak dapat
berubah menjadi halal apapun bentuknya kecuali dikarenakan darurat atau terpaksa untuk
mempertahankan hidup karena tidak mendapatkan yang lain. 2. Kedua sesuatu itu aslinya halal seperti
gandum, air yang suci, akan tetapi menjadi milik orang lain, maka barang tersebut haram bagimu hingga
melalui proses yang diatur oleh syari'at agama seperti jual beli, atau pemberian atau diwariskan dan lain
sebagainya.

4. Adapun syubhat maka padanya ada beberapa tingkatan, diantaranya adalah apa yang diayakini
keharamnya dan diragukan kehalalannya. Maka inilah syubhat dan hukumnya sebagaimana hukum
haram. Dan diantaranya lagi adalah apa yang diyakini kehalalannya akan tetapi diragukan
keharamannya. Maka syubhat yang demikian ini meninggalkannya adalah termasuk wara". Dan
diantarnya lagi adalah apa yang diantara keduanya seperti orang yang menimbang adakah ini haram,
atau adakah yang demikian ini halal.

5. Maka telah bersabda Rasulullah SAW. "Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak
meragukanmu".

Anda mungkin juga menyukai