Dosen Pengampu:
Disusun oleh :
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun
masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Rumus dan Diagram
Bunga”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi
Tumbuhan . Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada ibuk Rodiantifitri Ningsih
M. Pd selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi
buku.
Tiada gading yang takretak, itu kata pepatah tiada satu pun manusia yang luput dari kesalahan,
oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya besarnya. Atas kekurangan dan
kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.
Penulis
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Selain itu, diagram bunga digunakan untuk menunjukkan simetri bunga, jumlah
bagian-bagiannya, hubungan antara bagian satu dengan lainnya, dan tingkatan hiasan
bunga. Namun, posisi ovarium tidak dapat diketahui dengan mudah, oleh karena itu
digambarkan menggunakan jumlah carpel (Shipunov, 2010; Prenner, et all. 2010).
Selain diagram bunga, struktur bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang
terdiri atas huruf-huruf, lambang-lambang, dan angka-angka, yang semuanya apabila
dikombinasikan dengan benar maka dapat menggambarkan struktur suatu bunga
(Tjitrosoepomo, 2018). Atau dengan kata lain, rumus bunga adalah singkatan dari ciri-
ciri utama bunga yang dibuat secara ringkas (Burrows, 2010
B. Rumusan Masalah
1. Rumus Bunga
2. Diagram Bunga
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui Rumus Bunga
1
2. Untuk mengetahui Diagram Bunga
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rumus Bunga
Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-
lambang, huruf-huruf dan angka-angka. Yang semua itu dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang
bertalian dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama
bagian bunga, sedang angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bagian bunga. Rumus
Bunga Mendeskripsikan morfologi suatu bunga dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus
bunga. Rumus bunga merupakan interpretasi secara ringkas yang dapat menjelaskan
dari morfologi bunga. Rumus bunga memuat informasi berupa simetri bunga, tipe bunga
(lengkap atau tidak lengkap), jumlah dari setiap bagian bunga baik dari organ vegetatif
(epikaliks, kelopak, mahkota) maupun organ generatif (benangsari, putik), lingkaran bunga,
tipe perlekatan dari epikaliks, kelopak, maupun mahkota serta posisi dari bakal buah
(ginesium) (Bell, 1991; Bendre & Kumar, 2009). Kendala dalam penggunaan rumus bunga
yaitu sulitnya memertelakan posisi dari bagian bunga serta organ asesori seperti kelenjar
nektar, mahkota tambahan, serta organ tambahan lainnya (Ronse De Craene, 2010). Namun,
rumus bunga mampu menjelaskan tahapan perkembangan dari organ bunga dari suatu jenis
tumbuhan disertai dengan status evolusi dan kedudukan taksonominya, membuat perbandingan
ciri morfologi, serta menunjang dalam pembuatan pertelaan dan kunci identifikasi (Prenner &
Klitgaard, 2008; Prenner dkk., 2010; Ronse De Craene dkk., 2014). Bahkan, penerapan rumus
bunga dapat digunakan sebagai penciri identifikasi pada tingkat suku beserta pembandingnya
(Burrows, 2010). Penulisan rumus bunga dituliskan dalam bentuk lambang yang menandakan
informasi bagian bunga dan angka yang menunjukkan jumlah dari setiap organ bunga yang
diamati. Lambang yang digunakan dalam rumus bunga terdapat pada Tabel 10.1.
3
4
5
mahkota paling luar dihitung terlebih dahulu kemudian dilanjutkan mahkota lingkaran
terdalam; 5. Menghitung jumlah benangsari. Jika benangsari berjumlah lebih dari 10,
makadituliskan dengan lambang ∞. Pada suku tertentu seperti Fabaceae, benangsari tersusun
dalam dua tukal (diadelfus) sehingga dalam penulisan rumus bunga dituliskan A(9)+1 yang
berarti 9 benangsari berlekatan dan 1 benangsari bebas; 6. Menghitung jumlah putik. Jumlah
putik yang dihitung dalam rumus bunga adalah bagian kepala putik. Jumah kepala putik akan
sama dengan jumlah ruang pada bakal buah. Selain itu, perlu dilihat juga kedudukan bakal
buahnya (menumpang, setengah tenggelam, atau tenggelam) dengan cara mengiris bunga
secara membujur. Gambar 10.1
6
Cara membaca rumus bunga Kembang sepatu sesuai dengan simbol yang terdapat pada
Tabel 10.1. Dari kiri ke kanan, bagian pertama merupakan kelamin bunga yang merupakan
bunga banci, kemudian diikuti simetri bunga aktinomorf. Selanjutnya, lambang Ep merupakan
epikaliks yang menunjukkan bahwa Kembang sepatu memiliki kelopak tambahan berjumlah
7-8 bergantung variasinya. Bagian ketiga menunjukkan Kaliks (kelopak) berjumlah 5 dengan
tanda kurung yang menunjukkan kelopak Kembang sepatu berlekatan. Setelah kelopak,
selanjutnya adalah Corolla (mahkota bunga) yang berjumlah 5 dan bebas. Setelah bagian
vegetatif, dilanjutkan bagian generatif yaitu mendeskripsikan benangsari kemudian putik.
Androsium (benangsari) merupakan setukal (monoadelfus) yang jumlahnya tidak terhingga.
Selanjutnya diikuti dengan Ginesium (putik)
B. Diagram Bunga
Diagram bunga terbagi menjadi tiga teori tergantung apa yang ditekankan dalam
pembuatannya, meliputi (Ronse Decraene, 2010):
1. Diagram bunga empirik menggambarkan penekanan bagian-bagian bunga yang tidak terlihat
seperti keberadaan organ aksesori pada bunga pada benang sari atau
perkembangan bunga Tropaeolum yang mengalami perubahan orientasi bunga selama proses
perkembangannya (Ronse De Craene & Smets, 2001) (Gambar 10.4),
Gambar 10.4
Dalam bab ini, akan dibahas mengenai pembuatan diagram bunga tipe teoritik sebagai
bekal dasar dalam pembuatan diagram bunga untuk mahasiswa Strata 1. Pada Gambar 10.3,
pembuatan diagram bunga dilengkapi dengan simbol yang menunjukkan bagian bunga terluar
hingga bagian dalam yang digambarkan secara melingkar (Bendre & Kumar, 2009). Simbol
tersebut memiliki arti yang merujuk pada bagian bunga dan digambarkan dengan jumlah yang
sesuai dengan jumlah bagian dari setiap bunga yang diamati. Tahapan dalam menggambar
diagram bunga meliputi:
1. Meninjau pertelaan bunga. Perlu diperhatikan pertelaan bagian bunga yang diamati.
penggambaran diagram bunga akan lebih mudah dan ringkas apabila terdapat rumus bunga
dalam pertelaan yang disajikan;
2. Menyiapkan jangka. Agar diagram bunga yang dihasilkan rapi, perlu membuat
beberapa lingkaran konsentris dengan menggunakan jangka sebagai tempat duduk dari bagian-
3. Mengambar benangsari. Dua lingkaran konsentris bagian dalam yang dekat dengan
titik pusat ditempati oleh benangsari dan putik. Benangsari digambar secara melingkar sesuai
dengan bentuk kepala sarinya. Kemudian diperhatikan juga apakah benangsari ini melekat
9
dengan mahkota atau bebas. Jika berlekatan dengan mahkota, maka diberikan garis yang
menghubungkan antara benangsari dan mahkota. Benangsari digambar mengikuti jumlah pada
bunga yang diamati. Apabila jumlah benangsari lebih dari 10, maka cukup digambar sampai
memenuhi lingkaran konsentris tersebut;
4.Menggambar bakal buah. Bagian ini digambar pada lingkaran paling dalam. Bakal
buah yang digambar meliputi tipe plasentasi bakal biji beserta jumlah ruang bakal buah dengan
cara menyayat bakal buah secara melintang (Gambar 10.6).
sekat rongga bakal buah D E Gambar 10.6 Tipe Plasentasi Pada Bakal Buah. A Dan B Parietal;
C. Bebas Di Tengah; D. Aksilar; E. Rembang (Apical); F. Pangkal (Basal). (Sumber: Judd
dkk., 2008)
Setelah penggambaran diagram bunga, sisa garis konsentris yang telah dibuat sebelumnya
dapat dihapus. Tahap penggambaran diagram bunga pada poin 1-7 dijelaskan secara skematik
pada Gambar 10.7.
10
Gambar 10.7 Cara Menggambar Diagram Bunga yang Dimulai dari Bagian Kiri ke Kanan.
Penggambaran Diagram Bunga Dimulai dengan Membuat Beberapa Lingkaran Konsentris
Sesuai dengan Bagian Bunga yang Diamati (Sumber: Tjitrosoepomo, 2018) Sebagai contoh,
Caesalpinia spinosa memiliki rumus bunga K5 C5 A5+5 G1. Visualisasi diagram bunga
Caesalpinia spinosa tampak pada Gambar 10.8 (Sánchez-Ocharan dkk., 2016).
Gambar 10.8 Diagram Bunga Caesalpinia Spinosa. Variasi Warna Menunjukkan Letak Posisi
Bagian Bunga Dari Luar Ke Dalam. Hitam-Sumbu Perbungaan, Kuning-Mahkota Merah-
Lunas; Merah Muda-Benangsari; Biru Laut Bakal Buah; Abu-Abu-Posisi Bakal Biji (Sumber:
Sánchez-Ocharan dkk., 2016) Hijau Tua Braktea; Hijau Muda= Kelopak; Luar Dan
Dalam;Pisang
Gambar 10.10
11
Morfologi Bunga Tasbih (A) Dan Ilustrasi Diagram Bunganya (B). Keterangan: C dan
S=Kelopak; P-Mahkota; S dan Ps-Benangsari yang Melebar; A L=Labelum; C=Karpel
(Gambar A) dan St=Benangsari; Pa=Embelan Mahkota; (Sumber: Miao dkk, 2014; Yu dkk.,
2020)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunga memiliki susunan anatomis yang mirip dengan bagian tumbuhan lain seperti batang dan
daun, karena bunga merupakan metamorphosis menjadi bentuk yang berbeda.
Bunga memiliki variasi yang membedakan penampakannya baik secara morfologi maupun
anatomi antara satu dengan yang lainnya. Dalam menggambarkan bagian-bagian bunga dan
susunannya dibuat gambar skematik yang menggambarkan bagian bunga, susunan, letaknya
terhadap sesama bagian serta letaknya dengan bagian lain, jumlah masing-masing bagian
bunga dan letaknya terhadap bidang median yang menggambarkan letak bunga pada
tumbuhan.Selain dengan diagram bunga, bagian bunga juga bisa dijelaskan dengan
menggunakan rumus bunga yakni pendeskripsian susunan bunga baik baik sifat maupun
bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan lambang, huruf, dan angka yang menggambarkan
sifat bunga beserta bagian-bagiannya.
B. Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Burrows, G. (2010 'Teaching flower structure & floral formulae - A mix of the real & virtual
worldsAmerican Biology Teacher, 72(5), pp. 10.1525/abt.2010.72.5.4.
Endress, P.K. (2008 'My favourite flowering imageJournal of Experimental Botany, 64(18),
pp. 5791-5793. doi: 10.1093/jxb/ern038.
Funk, V.Aet al. (2005 Everywhere but Antarctica: Using a supertree to understand the diversity
and distribution of the Compositae, Kongelige Danske Videnskabernes SelskabBiologiske
Skrifter, 55, pp. 343-373.
Godin, V. and Ialamova, Z. (2020 'Sexual types of flowers morphology in Heracleum sibiricum
(Apiaceae) BIO Web of Conferences, 24, pp. 10.1051/bioconf/20202400025.
Ijiri, Tet al. (2005 'Floral diagrams and inflorescences: Interactive flower modeling using
botanical structural constraintsAssociation for Computing Machinery, Inc. pp. 720-726. doi:
10.1145/1281500.1281538.
Judd, W.Set al. (2008 'Plant Systematics: A Phylogenetic Approach. Third Edition.
Maas-Van De Kamer, H. and Maas, P.J.M. (2008 'The Cannaceae of the WorldBlumea, 53(2),
pp. 247-318. doi: 10.3767/000651908X607945.
McCormack, J.H. (2010 'Cucurbit Seed Production: An organic seed production manual for
seed growers in the Mid- Atlantic and Southern U.S.
Miao, M.Zet al. (2014 'Floral vasculature and ontogeny in Canna indicaNordic Journal of
Botany, 32(4), pp. 485-492. doi: 10.1111/j.1756-1051.2013.00311.x.. 156
https://www.studyandscore.com/studymaterial- detail/cucurbitaceae-general-characters-
distribution- important-plants-economic-importance-floral-diagram.
Tjitrosoepomo, G. (2018 'Morfologi Tumbuhan. Yu, Qet al. (2020 'Expression and Function
Studies of CYC/TB1- Like Genes in the Asymmetric Flower Canna (Cannaceae, Zingiberales)
Frontiers in Plant Science, 11. pp. 1-12. doi: 10.3389/fpls.2020.580576.
13