Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

RUMUS DAN DIAGRAM BUNGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelomok Mata Kuliah Morfologi Tumbuhan

Dosen Pengampu:

Rodiantifitri Ningsih M.Pd

Disusun oleh :

Ananda Nurul Utami (2210204002)

M. Ifdol Fratama (2210204020)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KERINCI

1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun
masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Rumus dan Diagram
Bunga”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Morfologi
Tumbuhan . Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas
dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada ibuk Rodiantifitri Ningsih
M. Pd selaku dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan referensi
buku.
Tiada gading yang takretak, itu kata pepatah tiada satu pun manusia yang luput dari kesalahan,
oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya besarnya. Atas kekurangan dan
kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Sungai Penuh, 02 Mei 2023

Penulis

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... ii

A. Latar belakang ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Manfaat penulisan ...................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Rumus bunga .............................................................................................. 5


B. Diagram bunga ........................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bunga merupakan salah satu alat perkembangbiakan (Organum


Reproductivum) generatif Angiospermae yang mengalami persarian/penyerbukan
(Pollinatio) dan pembuahan (Fertilisatio). Berdasarkan kelengkapan hiasan dan
kelamin bunga, bunga terdiri dari bunga lengkap (Flos Completus) dan bunga yang
tidak lengkap (Flos Incompletus) (Tjitrosoepomo, 2000). Bagian bunga yang dipelajari
adalah hiasan bunga, kelamin bunga, bunga majemuk, rumus bunga dan diagram
bunga. Hiasan bunga berupa mahkota bunga, kelopak bunga dan tenda bunga. Kelamin
bunga berupa putik dan benang sari. Bunga majemuk terbagi berdasarkan mekarnya
bunga. Rumus bunga dan diagram bunga berhubungan dengan simetri bunga, jumlah
hiasan, dan kelamin bunga. Perbedaan rumus bunga dan diagram bunga adalah rumus
bunga menggunakan simbol-simbol, angka-angka, huruf-huruf dan tanda-tanda baca
tertentu yang menjelaskan bunga secara keseluruhanDiagram bunga adalah gambar
proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang.
Gambaran penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari (kepala
sari), dan putik (bakal buah).

Selain itu, diagram bunga digunakan untuk menunjukkan simetri bunga, jumlah
bagian-bagiannya, hubungan antara bagian satu dengan lainnya, dan tingkatan hiasan
bunga. Namun, posisi ovarium tidak dapat diketahui dengan mudah, oleh karena itu
digambarkan menggunakan jumlah carpel (Shipunov, 2010; Prenner, et all. 2010).
Selain diagram bunga, struktur bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang
terdiri atas huruf-huruf, lambang-lambang, dan angka-angka, yang semuanya apabila
dikombinasikan dengan benar maka dapat menggambarkan struktur suatu bunga
(Tjitrosoepomo, 2018). Atau dengan kata lain, rumus bunga adalah singkatan dari ciri-
ciri utama bunga yang dibuat secara ringkas (Burrows, 2010

B. Rumusan Masalah
1. Rumus Bunga
2. Diagram Bunga
C. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui Rumus Bunga

1
2. Untuk mengetahui Diagram Bunga

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rumus Bunga

Susunan bunga dapat pula dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-
lambang, huruf-huruf dan angka-angka. Yang semua itu dapat memberikan gambaran
mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya.

Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang
bertalian dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama
bagian bunga, sedang angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bagian bunga. Rumus
Bunga Mendeskripsikan morfologi suatu bunga dapat dijelaskan dengan menggunakan rumus
bunga. Rumus bunga merupakan interpretasi secara ringkas yang dapat menjelaskan

dari morfologi bunga. Rumus bunga memuat informasi berupa simetri bunga, tipe bunga
(lengkap atau tidak lengkap), jumlah dari setiap bagian bunga baik dari organ vegetatif
(epikaliks, kelopak, mahkota) maupun organ generatif (benangsari, putik), lingkaran bunga,
tipe perlekatan dari epikaliks, kelopak, maupun mahkota serta posisi dari bakal buah
(ginesium) (Bell, 1991; Bendre & Kumar, 2009). Kendala dalam penggunaan rumus bunga
yaitu sulitnya memertelakan posisi dari bagian bunga serta organ asesori seperti kelenjar
nektar, mahkota tambahan, serta organ tambahan lainnya (Ronse De Craene, 2010). Namun,
rumus bunga mampu menjelaskan tahapan perkembangan dari organ bunga dari suatu jenis
tumbuhan disertai dengan status evolusi dan kedudukan taksonominya, membuat perbandingan
ciri morfologi, serta menunjang dalam pembuatan pertelaan dan kunci identifikasi (Prenner &
Klitgaard, 2008; Prenner dkk., 2010; Ronse De Craene dkk., 2014). Bahkan, penerapan rumus
bunga dapat digunakan sebagai penciri identifikasi pada tingkat suku beserta pembandingnya
(Burrows, 2010). Penulisan rumus bunga dituliskan dalam bentuk lambang yang menandakan
informasi bagian bunga dan angka yang menunjukkan jumlah dari setiap organ bunga yang
diamati. Lambang yang digunakan dalam rumus bunga terdapat pada Tabel 10.1.

3
4
5

mahkota paling luar dihitung terlebih dahulu kemudian dilanjutkan mahkota lingkaran
terdalam; 5. Menghitung jumlah benangsari. Jika benangsari berjumlah lebih dari 10,
makadituliskan dengan lambang ∞. Pada suku tertentu seperti Fabaceae, benangsari tersusun
dalam dua tukal (diadelfus) sehingga dalam penulisan rumus bunga dituliskan A(9)+1 yang
berarti 9 benangsari berlekatan dan 1 benangsari bebas; 6. Menghitung jumlah putik. Jumlah
putik yang dihitung dalam rumus bunga adalah bagian kepala putik. Jumah kepala putik akan
sama dengan jumlah ruang pada bakal buah. Selain itu, perlu dilihat juga kedudukan bakal
buahnya (menumpang, setengah tenggelam, atau tenggelam) dengan cara mengiris bunga
secara membujur. Gambar 10.1
6

Simetri Bunga.Keterangan: A. Aktinomorf; B. Zigomorf; C. Asimetris (Sumber: Judd dkk.,


2008) Sebagai contoh, disajikan foto spesimen bunga Kembang sepatu untuk dibuat rumus
bunganya pada Gambar 10.2.

Gambar 10.2 Morfologi Bunga Kembang Sepatu

A. Tampilan Samping Yang Menunjukkan Bagian Organ


B. Susunan Mahkota Tumpang Tindih
C. Irisan Membujur Yang Menunjukkan Posisi Bakal Buah.
7

Keterangan: ep=epikaliks; se=kelopak; pe=mahkota; bs=benangsari; pt=putik; bb=bakal buah


(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2022) Pengamatan spesimen asli bunga kembang sepatu dapat
dipretelakan ke dalam rumus bunga sebagai berikut: **Ep7-8 K(5) C5 A∞ G(5)

Cara membaca rumus bunga Kembang sepatu sesuai dengan simbol yang terdapat pada
Tabel 10.1. Dari kiri ke kanan, bagian pertama merupakan kelamin bunga yang merupakan
bunga banci, kemudian diikuti simetri bunga aktinomorf. Selanjutnya, lambang Ep merupakan
epikaliks yang menunjukkan bahwa Kembang sepatu memiliki kelopak tambahan berjumlah
7-8 bergantung variasinya. Bagian ketiga menunjukkan Kaliks (kelopak) berjumlah 5 dengan
tanda kurung yang menunjukkan kelopak Kembang sepatu berlekatan. Setelah kelopak,
selanjutnya adalah Corolla (mahkota bunga) yang berjumlah 5 dan bebas. Setelah bagian
vegetatif, dilanjutkan bagian generatif yaitu mendeskripsikan benangsari kemudian putik.
Androsium (benangsari) merupakan setukal (monoadelfus) yang jumlahnya tidak terhingga.
Selanjutnya diikuti dengan Ginesium (putik)

B. Diagram Bunga

Penggunaan diagram bunga memiliki beberapa keunggulan diantaranya: 1)


menggantikan informasi morfologi bunga baik dalam bentuk pertelaan atau gambar utuh; 2)
tidak perlu menggunakan skala asli yang sama seperti spesimen yang diamati; serta 3) mampu
merepresentasikan seperti spesimen aslinya sebagai proses penemuan secara saintifik (Endress,
2008; Ronse Decraene, 2010). Selain itu, diagram bunga juga dapat digunakan sebagai rujukan
dalam melakukan penelitian lanjutan di bidang ekologi penyerbukan, pemilihan ciri dalam
perbaikan varietas unggul, serta pengambilan kebijakan strategi konservasi dalam melestarikan
jenisnya (Sánchez-Ocharan dkk., 2016).

Diagram bunga terbagi menjadi tiga teori tergantung apa yang ditekankan dalam
pembuatannya, meliputi (Ronse Decraene, 2010):

1. Diagram bunga empirik menggambarkan penekanan bagian-bagian bunga yang tidak terlihat
seperti keberadaan organ aksesori pada bunga pada benang sari atau

2. Diagram bunga perkembangan menggambarkan detil dengan perkembangan bungasecara


teraturmengombinasikan dengan diagram bunga empiris. mahkota, kelenjar nektar, serta
orientasi bunga. Pembuatan diagram bunga mampu menekankan tahapan tertentu dari
perkembangan bunga, sehingga melibatkan lebih dari satu diagram bunga dalam menjelaskan
tahapan perkembangannya. Penggunaan diagram bunga tipe ini mampu menjelaskan
8

perkembangan bunga Tropaeolum yang mengalami perubahan orientasi bunga selama proses
perkembangannya (Ronse De Craene & Smets, 2001) (Gambar 10.4),

3.Diagram bunga teoritik/hipotetik menggambarkan bagian- bagian bunga secara umum


meliputi keberadaan kelopak, mahkota, benangsari, dan putik. Penggambaran diagram tipe ini
tidak menunjukkan organ yang tidak tampak seperti pada diagram bunga teoritik maupun
perkembangan.

Gambar 10.4

Visualisasi Penerapan Diagram Bunga Perkembangan pada Tropaeolum. Gambar A Dan B


Menunjukkan Urutan Perubahan Orientasi Simetri Bunga Yang Ditandai Dengan Arah Tanda
Anak Panah Selama Perkembangan (Sumber: Ronse De Craene & Smets, 2001)

Dalam bab ini, akan dibahas mengenai pembuatan diagram bunga tipe teoritik sebagai
bekal dasar dalam pembuatan diagram bunga untuk mahasiswa Strata 1. Pada Gambar 10.3,
pembuatan diagram bunga dilengkapi dengan simbol yang menunjukkan bagian bunga terluar
hingga bagian dalam yang digambarkan secara melingkar (Bendre & Kumar, 2009). Simbol
tersebut memiliki arti yang merujuk pada bagian bunga dan digambarkan dengan jumlah yang
sesuai dengan jumlah bagian dari setiap bunga yang diamati. Tahapan dalam menggambar
diagram bunga meliputi:

1. Meninjau pertelaan bunga. Perlu diperhatikan pertelaan bagian bunga yang diamati.
penggambaran diagram bunga akan lebih mudah dan ringkas apabila terdapat rumus bunga
dalam pertelaan yang disajikan;

2. Menyiapkan jangka. Agar diagram bunga yang dihasilkan rapi, perlu membuat
beberapa lingkaran konsentris dengan menggunakan jangka sebagai tempat duduk dari bagian-

3. Mengambar benangsari. Dua lingkaran konsentris bagian dalam yang dekat dengan
titik pusat ditempati oleh benangsari dan putik. Benangsari digambar secara melingkar sesuai
dengan bentuk kepala sarinya. Kemudian diperhatikan juga apakah benangsari ini melekat
9

dengan mahkota atau bebas. Jika berlekatan dengan mahkota, maka diberikan garis yang
menghubungkan antara benangsari dan mahkota. Benangsari digambar mengikuti jumlah pada
bunga yang diamati. Apabila jumlah benangsari lebih dari 10, maka cukup digambar sampai
memenuhi lingkaran konsentris tersebut;

4.Menggambar bakal buah. Bagian ini digambar pada lingkaran paling dalam. Bakal
buah yang digambar meliputi tipe plasentasi bakal biji beserta jumlah ruang bakal buah dengan
cara menyayat bakal buah secara melintang (Gambar 10.6).

sekat rongga bakal buah D E Gambar 10.6 Tipe Plasentasi Pada Bakal Buah. A Dan B Parietal;
C. Bebas Di Tengah; D. Aksilar; E. Rembang (Apical); F. Pangkal (Basal). (Sumber: Judd
dkk., 2008)

Setelah penggambaran diagram bunga, sisa garis konsentris yang telah dibuat sebelumnya
dapat dihapus. Tahap penggambaran diagram bunga pada poin 1-7 dijelaskan secara skematik
pada Gambar 10.7.
10

Gambar 10.7 Cara Menggambar Diagram Bunga yang Dimulai dari Bagian Kiri ke Kanan.
Penggambaran Diagram Bunga Dimulai dengan Membuat Beberapa Lingkaran Konsentris
Sesuai dengan Bagian Bunga yang Diamati (Sumber: Tjitrosoepomo, 2018) Sebagai contoh,
Caesalpinia spinosa memiliki rumus bunga K5 C5 A5+5 G1. Visualisasi diagram bunga
Caesalpinia spinosa tampak pada Gambar 10.8 (Sánchez-Ocharan dkk., 2016).

Gambar 10.8 Diagram Bunga Caesalpinia Spinosa. Variasi Warna Menunjukkan Letak Posisi
Bagian Bunga Dari Luar Ke Dalam. Hitam-Sumbu Perbungaan, Kuning-Mahkota Merah-
Lunas; Merah Muda-Benangsari; Biru Laut Bakal Buah; Abu-Abu-Posisi Bakal Biji (Sumber:
Sánchez-Ocharan dkk., 2016) Hijau Tua Braktea; Hijau Muda= Kelopak; Luar Dan
Dalam;Pisang

Gambar 10.10
11

Morfologi Bunga Tasbih (A) Dan Ilustrasi Diagram Bunganya (B). Keterangan: C dan
S=Kelopak; P-Mahkota; S dan Ps-Benangsari yang Melebar; A L=Labelum; C=Karpel
(Gambar A) dan St=Benangsari; Pa=Embelan Mahkota; (Sumber: Miao dkk, 2014; Yu dkk.,
2020)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bunga memiliki susunan anatomis yang mirip dengan bagian tumbuhan lain seperti batang dan
daun, karena bunga merupakan metamorphosis menjadi bentuk yang berbeda.

Bunga memiliki variasi yang membedakan penampakannya baik secara morfologi maupun
anatomi antara satu dengan yang lainnya. Dalam menggambarkan bagian-bagian bunga dan
susunannya dibuat gambar skematik yang menggambarkan bagian bunga, susunan, letaknya
terhadap sesama bagian serta letaknya dengan bagian lain, jumlah masing-masing bagian
bunga dan letaknya terhadap bidang median yang menggambarkan letak bunga pada
tumbuhan.Selain dengan diagram bunga, bagian bunga juga bisa dijelaskan dengan
menggunakan rumus bunga yakni pendeskripsian susunan bunga baik baik sifat maupun
bagian-bagiannya yang dinyatakan dengan lambang, huruf, dan angka yang menggambarkan
sifat bunga beserta bagian-bagiannya.

B. Saran

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi


sumbangsi kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga
menyadari, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini
Karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bell, A. (1991 'Plant form: An Illustrated Guide to Flowering Plant Morphology.

Bendre, A.M. and Kumar, A. (2009 'A Textbook of Practical Botany 2.

Burrows, G. (2010 'Teaching flower structure & floral formulae - A mix of the real & virtual
worldsAmerican Biology Teacher, 72(5), pp. 10.1525/abt.2010.72.5.4.

Endress, P.K. (2008 'My favourite flowering imageJournal of Experimental Botany, 64(18),
pp. 5791-5793. doi: 10.1093/jxb/ern038.

Funk, V.Aet al. (2005 Everywhere but Antarctica: Using a supertree to understand the diversity
and distribution of the Compositae, Kongelige Danske Videnskabernes SelskabBiologiske
Skrifter, 55, pp. 343-373.

Godin, V. and Ialamova, Z. (2020 'Sexual types of flowers morphology in Heracleum sibiricum
(Apiaceae) BIO Web of Conferences, 24, pp. 10.1051/bioconf/20202400025.

Ijiri, Tet al. (2005 'Floral diagrams and inflorescences: Interactive flower modeling using
botanical structural constraintsAssociation for Computing Machinery, Inc. pp. 720-726. doi:
10.1145/1281500.1281538.

Judd, W.Set al. (2008 'Plant Systematics: A Phylogenetic Approach. Third Edition.

Maas-Van De Kamer, H. and Maas, P.J.M. (2008 'The Cannaceae of the WorldBlumea, 53(2),
pp. 247-318. doi: 10.3767/000651908X607945.

McCormack, J.H. (2010 'Cucurbit Seed Production: An organic seed production manual for
seed growers in the Mid- Atlantic and Southern U.S.

Miao, M.Zet al. (2014 'Floral vasculature and ontogeny in Canna indicaNordic Journal of
Botany, 32(4), pp. 485-492. doi: 10.1111/j.1756-1051.2013.00311.x.. 156

https://www.studyandscore.com/studymaterial- detail/cucurbitaceae-general-characters-
distribution- important-plants-economic-importance-floral-diagram.

Tjitrosoepomo, G. (2018 'Morfologi Tumbuhan. Yu, Qet al. (2020 'Expression and Function
Studies of CYC/TB1- Like Genes in the Asymmetric Flower Canna (Cannaceae, Zingiberales)
Frontiers in Plant Science, 11. pp. 1-12. doi: 10.3389/fpls.2020.580576.

13

Anda mungkin juga menyukai