Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan kurikulum dan silabus SMK Program Keahlian Teknika

Kapal Penangkap Ikan (TKPI) pada bidang keterampilan dasar, yaitu Praktik

Kerja Lapangan di Dunia Usaha/Dunia Industri pada semester 4 di kelas XI

(Sebelas).

Berdasarkan hal tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Mertoyudan

merencanakan program Praktik Kerja Lapangan Tahun Pelajaran 2022/2023 untuk

kelas XI Program Keahlian Teknika Kapal Penangkap Ikan (TKPI) selama 6

bulan yang dilaksanakan di Dunia Usaha/Dunia Industri yang berada di wilayah

Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Hal ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki

pengetahuan dan keterampilan dasar yang dijadikan sebagai bekal pengalaman

kerja di lapangan untuk menghadapi dunia kerja.

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Tujuan Praktik Lapangan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagian-bagian kapal;

2. Mengetahui pengoperasian mesin penggerak kapal;

3. Mengetahui alat bantu penangkapan ikan dan mesin kapal perikanan;

4. Mengetahui alat penangkap ikan;

5. Mengetahui metode pengoperasian alat tangkap Purse Seine;

6. Mengetahui ikan hasil tangkapan;dan

7. Mengetahui perhitungan operasi penangkapan ikan.


2

1.3. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah memberikan

pengetahuan dan keterampilan kepada siswa supaya mengenal dunia kerja secara

langsung. Selain itu juga memberikan pengalaman nyata kepada siswa agar siap

menghadapi dunia kerja di lapangan, memupuk sikap mandiri, belajar komunikasi

dan belajar sosialisasi bersama masyarakat dengan berbagai karakter.


3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kapal Penangkap Ikan

Kapal adalah suatu bentuk konstruksi yang dapat terapung di air dan

mempunyai sifat muat berupa penumpang atau barang, yang sifat geraknya bisa

dengan dayung, angin atau mesin. Menurut Ayodhyoa (1972) dalam Fachrussyah

(2016) menyatakan bahwa kapal ikan adalah salah satu dari jenis kapal laut,

karena itu syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal juga diperlukan oleh

kapal ikan, namun berbeda dengan jenis kapal lainnya, kapal ikan memiliki fungsi

operasional yang lebih rumit dan berat. Kapal ikan yang didefinisikan dalam

Konverensi Internasional SOLAS adalah kapal yang dipakai untuk menangkap

ikan.

Selanjutnya, Pemerintah Republik Indonesia melalui Undang-Undang No.

30 Tahun 2004 mendefinisikan kapal perikanan sebagai berikut: “Kapal perikanan

adalah kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan

penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan,

pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan

penelitian/eksplorasi perikanan. Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara

khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung dan

mengangkut, menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan.

Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), kapal penangkap ikan berbeda

dengan jenis kapal yang lain sehingga kapal penangkap ikan memiliki beberapa

keistimewaan yang membedakan dengan kapal-kapal jenis lain, yaitu:


4

1. Kecepatan kapal; umumnya kapal perikanan membutuhkan kecepatan

yang tinggi untuk mengejar kelompok ikan, dan membawa hasil tangkapan

ikan segar dalam waktu yang relatif singkat.

2. Kemampuan olah gerak kapal; kapal membutuhkan olah gerak khusus

yang baik pada saat pengoperasiannya, seperti kemampuan steerability

yang baik, radius putaran (turning cycle) yang kecil dan daya dorong

mesin (prupolsion engine) yang dapat dengan mudah bergerak maju dan

mundur.

3. Kelaik-lautan; laik-laut untuk digunakan dalam pengoperasian penangkap

ikan dan cukup tahan untuk melawan kekuatan angin, gelombang dan juga

kapal.

4. Harus memiliki stabilitas yang tinggi dan daya apung yang cukup untuk

menjamin keamanan dalam pelayaran.

2.2. Mesin Kapal Penangkap Ikan

Pengoperasian motor penggerak utama kapal tidak terbatas pada jenis dan

ukuran tertentu, baik itu dengan menggunakan motor bakar diesel maupun motor

bakar bensin, kapal yang mempunyai skala ukuran besar maupun kecil dan

kedudukan dari motor penggerak itu sendiri baik in-board maupun out-board.

Karena sampai sekarang penggunaan motor penggerak utama kapal sangat

bervariasi menurut fungsinya masing-masing.

Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal

perikanan akan memulai perjalanannya. Motor penggerak utama kapal perikanan

yang paling umum digunakan saat ini adalah motor bensin dan motor diesel. Jadi,
5

mesin penggerak utama adalah mesin yang langsung atau tidak langsung dipakai

untuk menggerakkan propeller atau baling-baling kapal.

Mesin induk atau mesin penggerak utama kapal dalam arti luas adalah

meliputi seluruh unit dalam satu kesatuan permesinan yang ditunjuk untuk

menggerakkan kapal selalu berada dalam kondisi laik laut sehingga kapal dapat

dioperasikan untuk pengangkutan laut pada setiap saat dengan kemampuan baik

dan normal (Ziliwu, 2020).

Menurut Ziliwu (2020), Mesin diesel adalah jenis khusus dari mesin-

pembakaran dalam, sesuai dengan namanya mesin pembakaran dalam adalah

mesin panas yang didalamnya, energi kimia dari pembakaran dilepaskan di dalam

silinder mesin, sedangkan golongan lain dari mesin panas- mesin uap -energi yang

ditimbulkan selama pembakaran bahan bakar diteruskan terlebih dahulu ke uap,

dan hanya melalui uap kerja dilakukan dalam turbin atau mesin. Karakteristik dari

mesin diesel yang membedakan dari motor bakar yang lain adalah metode

penyalaan bahan bakar, dalam mesin diesel bahan bakar diinjeksikan ke dalam

silinder yang berisi udara bertekanan tinggi. Selama kompresi udara dalam

silinder maka suhu udara meningkat, sehingga ketika bahan bakar dalam bentuk

kabut halus bersinggungan dengan udara panas ini, akan menyala dan tidak

dibutuhkan alat penyalaan lain dari luar. Karena alasan ini mesin diesel juga

disebut mesin penyalaan kompresi.

2.3. Alat Bantu Penangkap Ikan

Alat bantu penangkap ikan adalah unit alat bantu yang memiliki peran

memudahkan nelayan dalam mengangkat ikan dari tangkapan. Desain alat bantu
6

ini difokuskan pada ketiga aspek tersebut dengan beberapa penyederhanaan

konsep agar dapat diaplikasikan secara luas (Cahyadi dan Suwandi, 2018).

Pengoperasian alat tangkap Purse Seine didukung oleh berbagai alat bantu

dengan tujuan agar hasil tangkapan yang diperoleh maksimal. Contoh alat bantu

penangkapan yang umumnya digunakan yakni rumpon, lampu dan alat bantu

navigasi seperti fish finder, echosounder dan lain sebagainya. Direktorat Jenderal

Perikanan (1955) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon

yakni sebagai berikut:

a. Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan

b. Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya

c. Sebagai tempat berkumpulnya ikan

d. Sebagai tempat daerah penangkapan ikan

e. Sebagai tempat mencari makan bagi ikan

Lampu merupakan salah satu alat bantu dalam usaha penangkapan Purse

Seine. Fungsi lampu untuk penangkapan ikan adalah untuk mengumpulkan

kawanan ikan kemudian dilakukan operasi penangkapan. Ikan yang tertarik

terhadap cahaya atau lampu adalah dikarenakan ikan tertarik terhadap cahaya

(phototaxis positif).

2.4. Alat Tangkap Purse Seine

2.4.1. Pengertian Purse Seine

Menurut Uktolseja dalam Sudirman dan Mallawa (2004), Purse

Seine adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis yang

membentuk gerombolan. Purse Seine pertama kali dipergunakan di


7

perairan Rhode Island untuk menangkap ikan Menhaden (Brevoortia

tyrannus).

Prinsip menangkap ikan dengan Purse Seine ialah melingkari

gerombolan ikan dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk

dinding vertikal, dengan demikian gerakan ikan kearah horizontal dapat

dihalangi. Setelah itu, bagian bawah jaring dikerucutkan untuk mencegah

ikan lari ke bawah jaring (Sudirman dan Mallawa, 2004).

Panjang Purse Seine bergantung pada dimensi kapal, waktu operasi

dan jenis ikan yang ditangkap. Purse Seine yang ditujukan untuk operasi

penangkapan pada siang hari adalah lebih panjang dari yang digunakan

untuk operasi penangkapan malam hari. Begitu pula untuk jenis ikan,

untuk menangkap jenis ikan tuna harus lebih panjang karena jenis ikan ini

termasuk perenang cepat. Jaring yang terlalu pendek akan kurang berhasil

dalam mendapatkan hasil tangkapan dan sebaliknya penambahan jaring

yang berlebihan tidak akan menjamin bertambahnya hasil tangkapan. Jadi,

perlu ditentukan panjang optimum dari jaring yang dapat menghasilkan

hasil tangkapan paling banyak dalam waktu yang sama. Hal tersebut perlu

ditinjau baik dari segi teknis maupun ekonomis (Rahardjo dalam Sudirman

dan Mallawa, 2004).

2.4.2. Klasifikasi Purse Seine

Berdasarkan Statistik Perikanan Indonesia (1975), Teknik

penangkapan ikan di Indonesia dibagi atas sepuluh jenis yaitu:

1. Trawl (trawl udang ganda, otter trawl dan trawl lainnya)

2. Pukat kantong (seine net) misalnya payang, dogol dan pukat pantai
8

3. Pukat cincin (Purse Seine)

4. Jaring insang (gill net), misalnya jaring insang hanyut, jaring klitik

dan sebagainya

5. Jaring angkat (lift net) misalnya bagan

6. Pancing (hook and lines) misalnya rawai tuna, pole and line dan

sebagainya

7. Perangkap (traps), misalnya sero, jermal, bubu dan sebagainya

8. Alat pengumpul kerang dan rumput laut (shell fish and seaweed

collection with manual gear)

9. Muroami

10. Alat tangkap lainnya misalnya tombak

Pukat cincin (Purse Seine) adalah jaring yang umumnya berbentuk

empat persegi panjang dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan

permukaan. Pukat cincin (Purse Seine) adalah jaring yang umumnya

berbentuk empat persegi panjang (pelagic fish) yang digolongkan dalam

kelompok jaring lingkar. Von Brandt (1984), menyatakan bahwa pukat

cincin merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-

ikan pelagis di sekitar permukaan air. Pukat cincin dibuat dengan dinding

jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih

panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak

ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring pukat cincin.

Karakteristik jaring pukat cincin terletak pada cincin yang terdapat pada

bagian bawah jaring.


9

2.4.3. Konstruksi Purse Seine

Pada garis besarnya jaring Purse Seine terdiri dari kantong (bag,

bunt), badan jaring, tepi jaring, pelampung (float, corck), tali pelampung

(corck line, float line), sayap (wing), pemberat (sinker, lead), tali penarik

(purse line), tali cincin (purse ring) dan selvage (Sudirman dan Mallawa,

2004).

Gambar 1. Konstruksi Purse Seine

Pemilihan netting material untuk Purse Seine sangatlah penting.

Kecepatan tenggelam yang lebih tinggi akan menunjukkan jaring yang

baik. Twine yang kuat dan keras (continuous filament) lebih efisien,

kurang serabut twine yang keras akan mempunyai resistensi hidrodinamika

yang lebih kecil dari pada twine yang lunak yang terbuat dari serat-serat

yang terputus-putus (staple fibre) seperti cotton (Iitaka, 1971 dalam

Sudirman dan Mallawa, 2004). Selanjutnya, dikatakan bahwa resistensi

dari netting yang terbuat dari continuous filament twine (sintetic fibre)

adalah kira-kira 20 % lebih kecil dari pada netting yang terbuat dari staple

filament fiber (natural fibre).


10

2.4.4. Cara Pengoperasian

Operasi penangkapan dengan Purse Seine diperlukan beberapa

tahapan yang terdiri dari persiapan (setting), pelingkaran jaring

(purseinning), penarikan tali kerut/kolor (towing), pengangkatan jaring

(hauling), pengangkatan hasil tangkapan (brelling) dan penanganan hasil

tangkapan (handling).

Persiapan penangkapan dilakukan sejak di Pelabuhan sampai

menjelang alat tangkap diturunkan (setting). Persiapan di Pelabuhan

meliputi pengisian bahan bakar dan oli serta air tawar, memuat perbekalan

untuk konsumsi awak kapal, memuat perbekalan untuk perawatan kapal

dan pengurusan surat ijin berlayar. Untuk dapat berlayar kapal harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut laik laut, laik tangkap dan laik

simpan.

Alat tangkap diturunkan setelah mengetahui keberadaan kawanan

ikan (schooling). Ikan pelagis biasanya bergerombol di bawah benda yang

mengapung di laut (contoh: batang kayu besar). Selain itu ikan pelagis

dapat ditarik untuk berkumpul di rumpon. Setting dilakukan pertama-tama

dengan menurunkan skift boat (system group) yang berguna untuk

menahan ujung jaring, kemudian kapal melingkari kawanan ikan. Setelah

kawanan ikan dilingkari maka dilanjutkan dengan penarikan tali

kerut/kolor yang biasa disebut dengan pursing, hingga bagian bawah jaring

tertutup rapat agar ikan yang dilingkari terkurung oleh jaring yang

membentuk kantong. Selanjutnya salah satu ujung jaring dimasukkan ke


11

dalam power block untuk ditarik supaya lingkaran jaring menjadi kecil

untuk memudahkan ikan untuk dinaikkan ke atas kapal.

Ikan yang sudah terkurung oleh jaring yang telah mengecil

(biasanya disebut dengan kantong jaring) diambil dengan serok hingga

semua ikan yang berada didalam jaring naik semua. Ikan langsung

dimasukkan dalam palkah penyimpanan yang berpendingin. Pendinginan

biasanya dilakukan dengan air laut yang didinginkan dan ditambah garam

sehingga salinitasnya tinggi dan tidak akan membeku hingga suhu -10°C

(ikan cakalang) atau untuk nelayan tradisional cukup menggunakan es.

Gambar 2. Teknik Penangkapan Ikan Dengan Jaring Purse Seine

2.5. Hasil Tangkapan Alat Tangkap Purse Seine

Purse Seine merupakan alat tangkap yang bersifat multi spesies, yaitu

menangkap lebih dari satu jenis ikan. Dalam banyak kasus sering ditemukan

ukuran mesh size alat tangkap Purse Seine yang sangat kecil, hal ini dapat
12

berpengaruh terhadap hasil tangkapan yang didapatkan. Hal yang mungkin saja

akan dipengaruhi adalah ukuran ikan dan komposisi jenis hasil tangkapan antara

jumlah hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Dalam

penelitiannya Agustia (2014) menyebutkan bahwa hasil tangkapan Purse Seine di

Muara Angke sangat beraneka ragam dengan jumlah hasil tangkapan utamanya

1:4 dengan hasil tangkapan sampingan. Keanekaragaman hasil tangkapan yang

tinggi dikhawatirkan dapat mengancam berkurangnya kelestarian jenis spesies

biota laut.

Dari hasil penelitian Rambun (2016), hasil identifikasi ikan tangkapan

Purse Seine menunjukkan alat tangkap tersebut memperoleh 14 spesies. Hasil

tangkapan dibagi kedalam dua kategori, yaitu hasil tangkapan utama dan hasil

tangkapan sampingan. Total hasil tangkapan sebanyak 75.945 ekor dengan bobot

total 9.092 kg. Hasil tangkapan utama dari alat tangkap Purse Seine dalam

penelitian ini adalah ikan Bentong (Selar crumenophthalmus) dan hasil tangkapan

sampingannya adalah ikan Tongkol (Euthynnus affinis), ikan Layur (Trichiurus

lepturus), Tenggiri (Scomberomorus sp.), Bawal (Parastromateus niger), Banjar

(Rastrellinger sp.), Tetengkek (Megalaspis cordyla), Japuh (Dussumieria acuta),

Semar (Mene maculate), Golok-Golok (Chirocentrus dorab), Tembang

(Sardinella fimbriata), Wais (Scomberoides tol), Hiu (Carcharhinus sp.), dan

Cumi-Cumi (Loligo sp.).

2.6. Daerah Penangkapan Alat Tangkap Purse Seine

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) pada pengoperasian pukat

cincin adalah daerah yang alur pelayaran tidak terlalu ramai dilayari oleh kapal

lain. Pukat cincin dioperasikan di dekat permukaan perairan, sehingga diperlukan


13

kedalaman air yang cukup untuk dapat mengoperasikannya. Hampir di semua

WPP-RI pukat cincin dapat dioperasikan, dengan tujuan penangkapan yang

berbeda. Misalnya untuk WPP-RI 711, 712 dan 713 ditujukan untuk menangkap

ikan pelagis ikan kecil, seperti ikan Kembung dan ikan Layang. Sedangkan di

WPP-RI 715 dan 717 ditujukan untuk menangkap ikan pelagis besar seperti ikan

Tuna dan ikan Cakalang.

Daerah penangkapan untuk alat Purse Seine merupakan daerah terbuka

yang luas, dasarnya harus bebas dari batu dan karang atau kerangka kapal karam.

Karena ikan yang menjadi sasaran Purse Seine berupa ikan bergerombol yang

hidup pelagis, maka umumnya daerah penangkapannya berupa laut yang sifat

airnya oseanis di daerah lepas pantai dengan kedalaman air sekitar 50 meter atau

lebih dalam lagi. Cara mencari atau mendekati tempat ikan dengan melacak atau

dilakukan secara langsung atas gerakan ikan dan pengamatan tidak langsung

dengan mengawasi tanda-tanda diluar permukaan air. Pengamatan atau observasi

dilakukan dengan menggunakan teropong, dan dengan menggunakan fish finder

atau sonar (KKP, 2012).


14

BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI

3.1. Sejarah Umum

Kota Juwana merupakan kota di pesisir utara pulau Jawa yang terletak di

jalur Pantura yang menghubungkan Kota Pati dan Kota Rembang. Secara

geografis Kecamatan Juwana berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara,

sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Batangan, sebelah selatan berbatasan

dengan Kecamatan Jakenan dan Kecamatan Pati serta sebelah barat berbatasan

dengan Kecamatan Wedarijaksa.

Merupakan daerah pesisir dan dataran rendah dengan tanah berjenis aluvial

dan red yelloy mediteran. Kota ini juga dilalui oleh sungai Juwana (disebut juga

sungai Silugonggo) yang menjadi aliran sungai waduk Kedungombo. Luas

wilayah kecamatan Juwana adalah 55,93 km2. Jumlah penduduk kecamatan

Juwana sebanyak 87.484 jiwa (2006) dan mayoritas penduduk Juwana bermata

pencaharian sebagai petani, nelayan dan buruh.

Pelabuhan Juwana menjadi salah satu tulang punggung kekuatan

perekonomian kecamatan Juwana. Pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk

kapal-kapal pengangkut kayu dari Kalimantan. Hasil tambak maupun tangkapan

nelayan yang didapat antara lain: Bandeng, Udang, Tongkol, Kakap Merah,

Kepiting, Ikan Pe, Cumi-Cumi dan Kerapu (Data Kabupaten Pati, 2015).

3.2. Keadaan Lokasi

Dalam mengelola sumberdaya ikan, pemerintah Indonesia membagi

perairannya menjadi 11 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik

Indonesia berdasarkan Permen-KP No. 18 Tahun 2014. Dari 11 WPP-RI yang


15

ditetapkan terdapat 4 WPP-RI yang seluruh areanya berada dalam perairan

Indonesia yaitu WPP-RI 712, 713, 714 dan 715. Ketujuh WPP-RI yang lain

areanya berbatasan dengan negara tetangga atau laut lepas yaitu WPP-RI 571,

572, 573, 718, 717, 716 dan 711.

Untuk mengendalikan eksploitasi sumberdaya ikan, pemerintah melakukan

penetapan estimasi potensi di setiap WPP. Pada Agustus 2011, ditetapkan estimasi

potensi seluruh Indonesia sebesar 6.520.000 ton sumberdaya ikan. Sedangkan

pada Agustus 2016, penetapan potensi estimasi bertambah sehingga jumlahnya

menjadi 9.931.922 ton. Kebijakan tahun 2016 tersebut menetapkan secara

eksplisit jumlah tangkapan ikan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 7.945.541 ton.

Peningkatan terbesar terdapat di Laut Arafuru-Selat Timor (WPP 718), yaitu

sebanyak 1.043.000 ton dan Pesisir Barat Sumatera (WPP 572) sebanyak 662.000

ton.

Jika membandingkan JTB antara tahun 2011 dan 2016, maka terjadi

penetapan penurunan pada 4 WPP-RI yaitu Laut Natuna-Selat Karimata (WPP

711), Laut Jawa (WPP 712), Laut Flores-Selat Makasar (WPP 713) dan Laut

Seram-Teluk Tomini (WPP 715). Masing-masing sebanyak 86.000 ton, 51.000

ton, 108.000 ton dan 80.000 ton. Pertumbuhan perikanan tangkap laut dari 2011-

2015 terus mengalami peningkatan dengan produksi tahun 2015 mencapai

6.204.668 ton. Jumlah ini masih berada di bawah penetapan potensi estimasi

tahun 2011. Penetapan potensi estimasi 2016 sebanyak 9,9 juta ton dan terutama

jumlah tangkapan yang diperbolehkan 2016 sebanyak 7,9 juta ton. Dengan

demikian memberi peluang penambahan produksi bagi pengusaha perikanan dan

nelayan (Renstra KKP, 2011-2019).


16

Gambar 3. Produksi Perikanan Tangkap 2011-2019

3.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi di kapal terdiri dari Nahkoda selaku pimpinan umum

dan anak buah kapal (ABK) yang terdiri dari para perwira dan non

perwira/bawahan (subordinate crew). Struktur organisasi di kapal bukanlah

struktur baku, karena setiap kapal bisa berbeda struktur organisasinya tergantung

jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut. Di kapal penangkap ikan struktur

organisasi hampir sama dengan kapal-kapal lainnya, tetapi ada beberapa yang

berbeda seperti Fishing Master, Boy-Boy (pembuang umpan untuk kapal Pole and

Line, Longline dsb).


17

Setelah melakukan praktik di Kapal Penangkap Ikan ”Mina Bahari” didapatkan

data struktur organisasi di kapal sebagai berikut:

Pak Teguh
Nahkoda

Mbah no Mas Yatmo


Wakil Nahkoda 1 Wakil Nahkoda 2

Mas Manto
Mas Bayu Mas Riski
Motoris 3 Motoris 1 Motoris 2

Gambar 4. Struktur Organisasi Kapal ”Sabar Narimo”


18

BAB IV
PELAKSANAAN

4.1. Tempat dan Lama Penugasan

Lokasi Praktik Kerja Lapangan berada di Juwana sebagai pangkalan kapal

penangkap ikan dan operasi penangkapan berada di Perairan Flores yang berada di

WPP-RI 713. Sedangkan waktu pelaksaan PKL ± 6 – 8 bulan mulai Tanggal 29

Agustus 2022 s/d 5 April 2023.

4.2. Peserta PKL

Peserta PKL merupakan siswa kelas XI kejuruan Teknika Kapal Penangkap

Ikan yang berjumlah 43 siswa.

4.3. Pelaksanaan PKL

Pelaksanaan PKL kejuruan Teknika Kapal Penangkap Ikan berjalan dengan

waktu kurang lebih 6 – 8 bulan menyesuaikan dengan jadwal kapal penangkap

ikannya. Beberapa kondisi mengharuskan kapal untuk lebih lama melakukan

operasi penangkapan ikan karena target yang ditetapkan oleh perusahaan belum

terpenuhi. Salah satu keadaan yang menyebabkan target belum terpenuhi adalah

faktor cuaca yang buruk sehingga kapal tidak bisa optimal melakukan operasi

penangkapan, selanjutnya faktor musim ikan yang mempengaruhi banyak

sedikitnya ikan di dalam perairan, dan terakhir adalah faktor sumberdaya

manusianya yang berpengaruh terhadap pencarian daerah penangkapan ikannya.

Sumberdaya manusia berpengaruh besar terhadap jumlah ikan yang ditangkap,

selain faktor pengalaman juga penggunaan alat pendukung lain seperti fish finder,

echosounder, dll.
19

Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh peserta PKL di kapal penangkap ikan

adalah mengikuti semua jenis pekerjaan yang sedang dikerjakan di kapal.

Misalnya adalah ikut melakukan operasi penangkapan ikan mulai dari setting,

pursing, hauling sampai penanganan ikan dan penyimpanan ikan; bongkar-muat;

perbaikan jaring; dan beberapa ada yang diberi tambahan tugas membantu

memasak.

Operasi penangkapan ikan hampir dilakukan setiap hari mengingat setiap

kapal diberi target jumlah tangkapan oleh perusahaan. Dalam satu trip

penangkapan 6 – 8 bulan menghabiskan total dana perbekalan bisa mencapai 1

milyar rupiah, maka sewajarnya usaha adalah tidak mau rugi. Sandar kapal biasa

dilaksanakan 2 – 7 hari di pulau-pulau terdekat apabila terjadi cuaca buruk

ataupun tiap tengah bulan dalam hitungan kalender Jawa, karena pada saat itu

kondisi bulan purnama sehingga akan berpengaruh terhadap ikan hasil tangkapan.

Seperti kita ketahui bahwa target tangkapan adalah jenis ikan dengan sifat

phototaxis positive, maka apabila bulan purnama ikan hasil tangkapan akan

berkurang.
20

Berdasarkan hasil kegiatan PKL di Kapal Penangkap Ikan ”Mina Bahari”

didapatkan data sebagai berikut:

a. Unit Kapal Penangkap Ikan

Kapal yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Data Kapal

Item Keterangan

Nama Kapal “Sabar Narimo”

Panjang Kapal 19 meter

Lebar Kapal 9 meter

Kedalaman Kapal 4 meter

GT Kapal 99

Alat Bantu Penangkap Ikan Gardan, lampu, rumpon

Sumber: Praktik Kerja Lapangan, 2023


21

b.Unit Mesin Kapal Penangkap Ikan

Mesin yang digunakan dalam Praktik Kerja Lapangan adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. Data Mesin

Item Keterangan

Merk Mesin Dong Feng

Daya Mesin 320 HP

Bahan Bakar Solar

Jumlah Putaran Mesin 2000 rpm

Sumber: Praktik Kerja Lapangan, 2023

c. Unit Alat Bantu Penangkap Ikan

- Gardan

Alat bantu penangkapan ikan yang digunakan di KM. ”Sabar Narimo”

adalah gardan. Fungsi dari gardan sendiri adalah menarik tali ris bawah

pada alat tangkap purse seine dan untuk menarik jangkar.

- Lampu

Alat bantu penangkapan yang lain yang digunakan di KM. ”Sabar

Narimo” adalah lampu. Dimana lampu yang digunakan adalah jenis lampu

lunamaya,galaxy, dan corong dengan kekuatan 1500 watt dan jumlahnya 50.

Fungsi dari lampu dalam penangkapan Purse Seine adalah sebagai alat

pemikat ikan dilaut karena terangnya lampu akan menarik ikan ikan dilaut

dan akan berkumpul disekitar kapal .


22

- Rumpon

Alat bantu penangkapan selanjutnya yang ada di KM. ”Sabar Narimo”

adalah rumpon. Rumpon ini digunakan untuk memikat ikan agar berkumpul

, yang dimanfaatkan efisiensi dan efektifitas operasi penangkapan ikan.

Jumlah rumpon yang terdapat di kapal ini adalah 1. Rumpon yang terdapat

di kapal ”Sabar Narimo” terbuat dari sterofoam dan kain khusus.

- Gancu

Dalam pengoperasian alat tangkap Purse Seine digunakan juga alat

bantu penangkapan berupa ganco. Dimana ganco ini berfungsi untuk

mengangkat serok pada proses menangkap ikan. Dan cara kerja dari gancu

ini ketika di kapal adalah dengan pertama-tama tali ris pada gancu dikaitkan

pada gardan kemudian, tali ris pada gardan akan otomatis tertarik kemudian,

gardan yang berputar tadi akan menarik tali ris pada serok tadi akan

terangkat keatas kapal dengan bantuan gancu sebagai penopangnya.

- Serok

Penangkapan ikan dengan alat tangkap Purse Seine juga

membutuhkan alat bantu penangkapan berupa serok. Dimana di kapal

”Sabar Narimo” ini terdapat serok sejumlah 3 buah. Fungsi dari serok ini

adalah untuk menampung ikan agar bisa dinaikan keatas kapal.

d.Unit Alat Penangkapan Ikan

a) Purse Seine

Kapal ”Sabar Narimo” dalam operasi penangkapan ikan

menggunakan alat tangkap berupa Purse Seine. Alat tangkap yang

digunakan kapal tersebut mempunyai spesifikasi sebagai berikut:


23

Tabel 3. Spesifikasi Jaring Purse Seine Dari KM “Sabar Narimo”

Item Keterangan

Panjang tali ris atas 500 m

Panjang tali ris bawah 500 m

Jumlah badan jarring 6 pis

Jumlah pelampung 350 buah

Jumlah pemberat 250 buah

Bahan tali ris Polyethylene (PE)

Bahan badan jaring Polyamide (PA)

Bahan pelampung Polyvinyl Chloride (PVC)

Bahan pemberat Timah

Bahan ring tali kerut Besi

Sumber: Praktik Kerja Lapangan, 2023

b) Metode Pengoperasian Purse Seine

Pengoperasian Purse Seine yang dilakukan oleh kapal ”Sabar Narimo”


dimulai dengan membunyikan bel alarm dan lampu lunamaya depan akan mati/
kemudian abk kapal akan bersiap siap,satu persatu lampu akan mati jika lampu
corong,lunamaya, dan galaxy mati semua maka rumpon/bangkrak akan diturunkan
di air dengan dua orang yang menjaganya, yang berfungsi untuk menahan ikan
menggunakan lampu pada bangkrak dan rumpon dibawahnya supaya saat kapal
berputar dan mempersiapkan penurunan jaring ikan tidak pergi.
Jadi kapal pun akan dijalankan memutar/klar, kemudian jika nahkoda
sudah menginstruksikan dengan berteriak tawur maka jaring akan diturunkan
dengan 1 orang yang turun diair/ngompal menggunakan ban dan bambu yang ada
lampu sebagai tanda, sambil membawa tali ris bawah dan jika sudah turun semua
balok/pelampung juga sudah turun dan berbentuk melingkar maka kapal akan
berhenti dan orang yang turun diair untuk menurunkan jaring tadi dan membawa
24

ban dan bambu diberikan kepada orang diatas kapal terlebih dahulu,dan orang yang
diair tadi akan naik keatas kapal dengan memanjat lewat tali pada kapal.
Jadi tali kolor ris bawah yang dibawa yang diair tadi akan dikaitkan ke
gardan dan akan ditarik sembari tali pemberat/jampang dan tali kerut/lonceng
ditarik manual oleh abk dikapal, saat semua tali sudah naik maka jaring sudah
mulai ditarik manual oleh abk dan lampu pun akan dihidupkan kembali agar ada
penerangan saat bekerja,biasanya membutuhkan waktu 1 jam setengah untuk
menarik semua jaring.
Saat semua sudah tertarik kecuali jaring waring yang berbahan tebal untuk
menampung ikan kemudian balok ditali ke tali yang yang ada melintang dari ganco
depan kebelakang,kemudian gardan,ganco, dan serok dipersiapkan kemudian ikan
diserok sampai habis dan jika sudah habis semua dan setelah semua ikan tertangkap
dan menaikkan ikan hasil tangkapan ke atas kapal kemudian ikan dipilah pilah
menurut jenisnya dan di masukan kedalam nampan alumunium dan jika ikan sudah
dimasukan ke nampan, kemudian nampan dimasukan ke palka/masakan ikan.

c) Daerah Penangkapan Ikan

Fishing ground atau daerah penangkapan ikan dari alat tangkap

Purse Seine dari kapal ”Mina Rejeki” adalah berada di perairan Selat

Makasar (WPP 713). Karena berdasarkan ukuran dari kapal “Sabar Narimo”

yang sebesar 99 GT maka daerah penangkapan ikan yang sesuai dengan

peraturan adalah di daerah tersebut.

d) Ikan Hasil Tangkapan

Berdasarkan daerah penangkapannya yang berada di WPP 713

serta alat tangkap yang digunakan adalah Purse Seine, maka hasil tangkapan

yang menjadi target tangkapan utama adalah ikan lonco. Akan tetapi dalam
25

praktiknya di lapangan kapal ”Sabar Narimo” mendapatkan hasil tangkapan

sampingan berupa ikan banyar, ikan sero, ikan tongkol, dan lain sebagainya.

Dari hasil tangkapan tersebut dapat dijumlahkan total hasil

tangkapan ikan tongkol adalah 3000 kg, ikan lonco 45.000 kg, ikan mandel

10.000 kg, ikan banyar 20.000 kg,dan ikan sero 20.000 kg . Sehingga dapat

disimpulkan bahwa antara jumlah ikan tangkapan utama dan sampingan

lebih banyak jumlah ikan hasil tangkapan utama.

4.4. Hambatan

Dalam pelaksanaan PKL merupakan hal wajar terdapat hambatan. Bekerja

berdampingan dengan alam dimana dalam hal ini adalah laut sangatlah banyak

resiko dan hambatan yang dialami. Bekerja berdampingan dengan alam maka

operasi penangkapan ikan akan dipengaruhi oleh cuaca, gelombang dan hal

lainnya.

Berdasarkan pengalaman ikut kapal ”Sabar Narimo” beberapa hambatan

yang kami alami adalah sebagai berikut:

1) Mesin mengalami trouble

2) Jaring Purse Seine mengalami kerusakan

3) Selama operasi penangkapan sering terjadi cuaca buruk dan gelombang besar

4) Lampu sorot sering mati

5) dll

4.5. Hasil yang Dicapai

Setelah mengikuti kegiatan PKL selama 6 – 8 bulan di laut banyak hal yang

didapatkan secara nyata di lapangan, diantaranya adalah :


26

1) Bagian-bagian dari kapal penangkap ikan ”Sabar Narimo” terdiri dari haluan,

buritan, dek, kamar mesin, linggi, palka, anjungan

2) Pengoperasian Purse Seine dimulai dari menurunkan rumpon dan lampu arus

yang sudah diikatkan, kemudian mematikan lampu kapal dan menurunkan

jaring (setting), mengerutkan tali kolor (pursing) serta menaikkan jaring

(hauling).

3) Mengoperasikan mesin diesel kapal dimulai dari cek bahan bakar, pelumas

dan pendingin dan kemudian mesin dihidupkan dengan cara distarter.

4) Alat bantu penangkapan ikan di kapal terdiri dari rumpon, lampu, ganco,

serok, gardan. Dan kapal menggunakan mesin merk Dong Feng 10

silinder/350 HP.

5) Ikan hasil tangkapan dari PKL ini adalah ikan tongkol, lonco, sero, banyar,

dll.

6) Operasi penangkapan ikan dari kapal ”Sabar Narimo” mengalami untung

sejumlah Rp. 616.000.000,- (Enam ratus enam belas puluh juta rupiah).
27

BAB V
MASALAH DAN PEMECAHAN

5.1. Masalah

Permasalahan yang dihadapi selama PKL adalah :

1) Lingkungan baru dan karakter orang yang berbeda.

2) Lingkungan kerja yang masih asing.

3) Jenis pekerjaan yang berat.

4) Masalah kulit jerawat, gatal dan luka – luka.

5.2. Pemecahan

Pemecahan dari masalah yang dihadapi adalah :

1) Adaptasi dengan perkenalan diri ke Nahkoda dan kru kapal lain,

bersosialisasi dan memahami karakter masing-masing orang.

2) Adaptasi dengan lingkungan kerja yang hanya diatas kapal, memahami

tiap-tiap ruang dan fungsinya, membiasakan diri untuk semua kegiatan

dilakukan bersama-sama dengan orang banyak.

3) Adaptasi dengan cara membantu pekerjaan yang ada diatas kapal,

istirahat menyesuaikan jadwal yang diberikan Nahkoda dan harus

pandai mengatur waktu.

4) Dll
28

BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari kegiatan PKL adalah :

1) Bagian-bagian dari kapal penangkap ikan ”Sabar Narimo” terdiri dari

haluan, buritan, dek, kamar mesin, linggi, palka, anjungan

2) Pengoperasian Purse Seine dimulai dari menurunkan rumpon dan

lampu arus yang sudah diikatkan, kemudian mematikan lampu kapal

dan menurunkan jaring (setting), mengerutkan tali kolor (pursing) serta

menaikkan jaring (hauling).

3) Mengoperasikan mesin diesel kapal dimulai dari cek bahan bakar,

pelumas dan pendingin dan kemudian mesin dihidupkan dengan cara

distarter.

4) Alat bantu penangkapan ikan di kapal terdiri dari rumpon, lampu,

ganco, serok, gardan. Dan kapal menggunakan mesin merk Dong Feng

10 silinder/350 HP.

5) Ikan hasil tangkapan dari PKL ini adalah ikan tongkol, lonco, sero,

banyar, dll.

6) Operasi penangkapan ikan dari kapal ”Sabar Narimo” mengalami

untung sejumlah Rp. 616.000.000,- (Enam ratus enam belas puluh juta

rupiah).
29

6.2. Saran

Saran yang dapat diberikan untuk kegiatan PKL adalah :

1) Perlunya pihak kapal untuk melengkapi dokumen berlayar.

2) Perlunya perhitungan yang mendalam untuk melakukan operasi

penangkapan ikan.

3) Perlunya pendataan hasil tangkapan ikan.

4) Dll

Anda mungkin juga menyukai