Anda di halaman 1dari 2

AERASI

Air merupakan faktor utama dalam kehidupan serta pertumbuhan organisme akuatik.
Kualitas air sangat menentukkan keberhasilan pertumbuhan ikan serta kualitas air yang optimal
dapat mempercepat proses adaptasi organisme akuatik terhadap lingkungannya yaitu air (Scabra
dan Setyowati 2019). Parameter kualitas air sangat diperlukan untuk memastikan suatu perairan
tersebut telah sesuai dengan kebutuhan organisme akuatik. Adapun paramameter kualitas air
dibagi menjadi 3 parameter yaitu parameter fisika (kecerahan, kekeruhan, bau, suhu,dll), kimia
(kesadahan, DO, pH, salinitas, BOD, COD, TDS, TSS, NH4, dll), dan biologi (fitoplankton,
zooplankton serta bakteri) (Srinivasan dan Palani 2019).
Sistem aerasi merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pada proses budidaya ikan
untuk menjaga kualitas air agar tetap optimal dengan kepadatan ikan yang cukup tinggi dengan
mengikat oksigen di udara sehingga dapat berdifusi dalam perairan. Kepadatan ikan yang tinggi
yang berpengaruh terhadap jumlah pakan yang diberikan akan mengakibatkan adanya tumpukan
bahan organic pada wadah budidaya yang dapat berubah menjadi senyawa yang berbahaya bagi
ikan dan menurunkan kualitas air pada lingkungan budidaya. Oleh karena itu diperlukan sistem
resirkulasi perairan dengan menggunakan metode pemutaran air yang dibersihkan didalam filter
untuk dialirkan kedalam wadah budidaya secara terus menerus. Filter ini bekerja dengan
menyaring air yang mengandung residu lalu mengikat residu tersebut dengan bahan bahan yang
terdapat pada filter sehingga air dapat kembali bersih (Alfia et al. 2013).
Penggunaan sistem aerasi dilakukan untuk menjaga supply oksigen dalam air. Selain itu,
sistem aerasi juga dapat digunakan untuk menghilangkan bau akibat adanya tumpukan bahan
organic diperairan seperti ammonia dengan menguraikan bahan organic tersebut melalui
pengkayaan oksigen dalam air. Fungsi lainnya yaitu menghilangkan kandungan gas berbahaya
didalam perairan, menurunkan kadar logam berat dalam air serta dapat menaikkan pH perairan
(Komala dan Aziz 2019). Adapun beberapa contoh penerapan sistem aerasi dalam kegiatan
akuakultur diantaranya penggunaan sistem RAS, paddle wheel, micro bubble, dll
Recirculating Aquaculure System (RAS) merupakan salah satu teknologi menggunakan
sistem resirkulasi dengan membersihkan air menggunakan filter yang dialirkan secara terus
menerus. Sistem RAS ini cocok digunakan untuk budidaya ikan secara intensif dengan kelebihan
dimana secara signifikan dapat mengurangi tingkat konsumsi air serta konsentrasi nutrient. Selain
itu penggunaan teknologi RAS ini juga dapat digunakan sebagai metode kontrol parameter kualitas
air seperti pH, salinitas, dissolved oxygen (DO), CO2, ammonia, nitrit, nitrat serta padatan
tersuspensi untuk sehingga dengan kualitas air yang baik, dapat meningkatkan tingkat
pertumbuhan serta mengefisiensi penggunaan pakan (Dalsgaard et al. 2013).
Paddle wheel atau kincir air merupakan salah satu sistem aerasi pada proses budidaya.
Paddle wheel berfungsi untuk memperlancar aerasi pada wadah budidaya serta dapat menstabilkan
tingkat kelarutan oksigen atau dissolved oxygen (DO) pada lingkungan perairan. Menurut Satria
et al. (2020), mekanisme dari paddle wheel ini merupakan roda yang memiliki sirip dengan
kemampuan seperti mendayung air sehingga memungkinkan adanya perputaran air dengan
oksigen di permukaan air. Kelebihan dari paddle wheel sendiri lebih efektif serta efisien dalam
penggunaannya dibandingkan dengan beberapa tipe aerator yang digunakan dalam proses
budidaya. Namun, paddle wheel ini juga memiliki kekurangan yaitu cukup mahal sehingga biaya
operasionalnya tergolong cukup tinggi untuk penggunaannya pada proses budidaya ikan (Bahri et
al. 2014).
Alfia RA, Arini E, Elfitasari T. 2013. Pengaruh kepadatan yang berbeda terhadap kelulushidupan
dan pertumbuhan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem resirkulasi dengan filter
bioball. Journal of Aquaculture Management and Technology. 2(3) : 86-93.
Bahri S, Setiawan RPA, Hermawan W, Junior MZ. 2014. Perkembangan desain dan kinerja aerator
tipe kincir. Jurnal Keteknikan Pertanian. 2(1): 9-16.
Daalsgaard J, Lund I, Thorarinsdottir R, Drengstig A, Arvonen K, Pedersen PB. 2013. Farming
different species in RAS in Nordic countries : current status and future perspectives.
Journal of Aquaculture Engineering. 5(3) : 2-13.
Komala R, Aziz S. 2019. Pengaruh proses aerasi terhadap pengolahan limbah cair pabrik kelapa
sawit di PTPN VII secara aerobic. Jurna Redoks. 4(2) : 7-16.
Satria NF, Kuswadi S, Arifin EN. 2020. Rancang bangun unmanned surface vehicles berbasis
adaptive morphology di air dan darat. Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif ke-6. 6(1)
: 379-387.
Scabra AR, Setyowati DN. 2019. Peningkatan mutu kualitas air untuk pembudidaya ikan air tawar
di desa gegerung Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Abdi Insani LPMM Unram.6(2) : 267-
275.
Srinivasan GR, Palani S. 2019. Physicochemical analysis andeconomics evaluation of lake
ecosystem-A case study of lake system in Walaje Teluk, Velvore (India).IWRA (India)
Journal.8(2) : 1-80.
Mustofa A. 2017. Kandungan total zat padat tersuspensi dari outlet tambak udang intensif di
Kabupaten Jepara. Jurnal Disprotek. 8(1) : 34-45.
Silviani A. 2019.

Anda mungkin juga menyukai