Studi Materi Di SMP Kel.9
Studi Materi Di SMP Kel.9
HUMANISME
Dosen Pengampu:
PONOROGO 2022
PETA KONSEP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang dapat mendidik dan dididik, sedang makhluk
lain tidak. Pada dimensi ini manusia memiliki potensi yang dapat menjadi objek dan
subjek pengembangan diri. Pendidikan pun harus berpijak pada potensi yang dimiliki
manusia, karena potensi manusia tidak akan bisa berkembang tanpa adanya
rangsangan dari luar berupa pendidikan. Firman Allah dalam surat al-jatsiyah ayat 13:
Artinya:“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(Q.S. AlJatsiyah, 45: 13) Dengan demikian, bentuk dan sistem aspek-aspek
kehidupan senantiasa harus dikonstruksi di atas konsepsi manusia itu sendiri,
sehingga diskursus mengenai manusia menjadi menarik tidak saja karena keunikan
makhluk, akan tetapi juga karena kompleksitas daya yang memilikinya sangat luar
biasa.
2
kualitas Pendidikan Agama Islam semakin rendah, tujuan dan visi misi Pendidikan
Agama Islam tidak berhasil dicapai dengan baik. Tujuan Pendidikan Agama Islam
seringkali diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai
ilmu tentang Islam saja. Namun sebenarnya tujuan Pendidikan Agama Islam
sangatlah luas cakupannya. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
penguasaan metodologi pembelajaran merupakan hal yang paling penting bagi
seorang guru, karena metodologi yang baik akan mampu mewujudkan tujuan
pembelajaran.
3
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini jelas sekali bahwa yang melandasi dan mendasari adanya
pendidikan humanis adalah adanya kesamaan kedudukan manusia. Ini berarti
bahwa manusia satu dengan yang lain adalah sama, tidak ada yang sempurna,
semua individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lebih-lebih
dalam Islam di ajarkan bahwa kedudukan manusia adalah sama yang
membedakan hanyalah derajat ketaqwaannya saja.
5
A. Pengertian Toleransi dan Menghargai pendapat
Untuk lebih memahami makna tasamuh atau toleransi menurut Islam dapat
dilihat dalam sabda Nabi yang diterima melalui Ibnu „Abbas: “Allah merahmati
seseorang yang samahah (toleran) dalam menjual dan membeli (sesuatu) serta
dalam memutuskan perkara”. 2Ibnu Hajar al-„Asqalani menjelaskan bahwa kata
tasamuh berarti mudah. Agama yang tasamuh artinya agama yang didasarkan
atas kemudahan. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa hadis ini mendorong umat
Islam untuk bertoleransi dan berakhlak mulia dalam interaksi sosial (muamalah),
tidak mempersulit manusia dan memaafkan kesalahan mereka.3
Istilah ini (samhah: toleransi) pula yang digunakan Nabi dalam sabdanya
kepada Abu Bakar ketika memarahi Aisyah yang membiarkan dua hamba
sahaya bernyanyi dan memukul rebana di hadapan Nabi. Menurut riwayat
Ahmad, Nabi ketika itu mengatakan: “Biarkan mereka, wahai Abu Bakar, agar
orang-orang Yahudi mengetahui bahwa dalam agama kita (berkaitan dengan
1
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Mesir: Maktabah al-Khaniji, 1402 H), juz III, cet. III, 99.
2
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1407 H), juz II, cet. III, 720.
3
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Fath Al-Bari, (Beirut: Dar Al-Ma‟rifah,13379 H), Juz IV, 57.
6
hiburan) terdapat kelonggaran (dalam batas-batas tertentu),sesungguhnya aku
diutus dengan membawa agama yang lurus dan mudah ()حُيفية سًحة.
Apabila dalam hadis pertama dijelaskan toleransi hanya dalam jual beli dan
memutuskan perkara, maka pada hadis kedua lebih diperluas lagi termasuk ke
dalamnya toleransi dalam persoalan budaya. Bahkan meliputi seluruh persoalan
agama, karena dalam hadis yang kedua Nabi secara mutlak mengatakan bahwa
beliau diutus ke permukaan bumi dengan membawa agama yang lurus dan
toleran. Sehingga dengan demikian, hakikat toleransi dalam Islam seperti
tersebut di atas sebenarnya merupakan kemudahan dalam setiap ajarannya, baik
dalam bidang ibadah, muamalah maupun akidah.
4
Akan tetapi, kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan yang
berlandaskan nas bukan kemudahan tanpa batas. Ketika sebagian orang
mencampurkan antara kemudahan yang berlandaskan nas dengan kemudahan
yang tidak berlandaskan nas atau menurut istilah yang digunakan al-Luhaidan
kemudahan yang tercela (al-tasahul almazmum), hal ini akan merusakkan
makna, sehingga orang menduga bahwa toleransi itu telah mengurangi ajaran-
ajaran agama (tafrith). Sama halnya seperti orang yang tidak memahami secara
tepat makna samahah (toleransi) dalam Islam dan penerapannya kadang-kadang
dapat membawa kepada pemberatan ajaran-ajaran agama sehingga membuat
orang menjauhi agama itu.
4
Penjelasan seperti ini dapat ditemukan dalam Abdullah bin Ibrahim bin al-Luhaidan, Samahat
alIslam fi Mu’amalat Ghayr al-Muslimin, (Riyadh: Al-Mamlakat Al-„Arabiyyah Al-Su‟udiyyah, 2004), 5.
7
B. Al-Qur'an Surah Al-Hujurat 49:13 Tentang Toleransi dan Menghargai
Pendapat
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.( QS. Al-Hujurat 13 )
8
Kemudian Allah Swt. mengenal dan melihat baik yang tampak secara
5
kasatmata maupun yang tidak tampak. Itulah Kebesaran Allah Swt.
5
M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 615-
616.
9
Selanjutnya kalimat Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kenal-mengenal. Yaitu, manusia pada hakikatnya
berasal dari air mani yang berkumpul dan bersatu padu dalam satu keadaan.
Sehingga dengan proses inilah manusia mengalami perbedaan dari segi
fisiknya, wajahnya, dan lain sebagainya. Ini karena dipengaruhi oleh suatu
daerah yang memiliki iklim buminya, hawa udaranya, letak tanahnya,
peredaran musimnya sehingga manusia berbeda. Dalam penutup ayat ini
Allah Swt. menegaskan: “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui,
lagi Maha Mengenal". Bahwa manusia tidak boleh sombong dengan adanya
baju kesukuan yang ia miliki. Karena Allah swt. senantiasa Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal. Manusia diperintahkan untuk tidak
angkuh dan sombong dalam hidup bermasyarakat."6
Sampai di sini, tampak dan jelas terkait analisis secara teks dalam
Al-Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 13. Agar lebih spesifik pembahasannya,
selanjutnya kita membahas mengenai analisis sosio-historis atau kronologis
turunnya ayat tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-hari adalah pembekam.
Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri
mereka dengan Abu Hind, tetapi mereka menolak dengan alasan tidak wajar
mereka menikahkan putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang
budak mereka. Sikap keliru seperti ini dikecam oleh Al-Qur'an dengan
menegaskan bahwa kemuliaan di sisi Allah bukan karena keturunan atau
garis kebangsawanan, melainkan karena ketakwaan.7
6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1999), 6834.
7
M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 616.
10
Dari analisis teks dan sosio-historis ayat ini telah membangun satu
konsep dasar yang fundamental bahwa manusia yang hadir di muka bumi ini
pada dasarnya diciptakan untuk saling mengenal di tengah-tengah
keberagamaan multiagama dan multikultural. Menurut pandangan Islam,
bahwa perbedaan adalah sunahtullah atau ketetapan Tuhan yang tidak bisa
dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan yang dimaksud adalah latar belakang
agama, bahasa, suku, ras, dan antargolongan.
Islam adalah agama yang diridai Allah SWT karena berada di posisi
tengah, moderat, lurus, dan toleran terhadap sesama manusia. Bertoleransi
sangatlah berpengaruh di zaman modern ini, karena dengan toleransi kita
bisa mendapatkan ketenangan. Salah satu contoh sikap toleransi bergama
yaitu mencintai semua tetangga sebagaimana dijelaskan, antara lain, dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik sebagai berikut:
:
-
11
Adapun contoh toleransi sendiri yang bisa kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya adalah:
8
Anisa Riski, "Pengertian Toleransi dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-Hari"
12
D. Sikap Dan Perilaku Hidup Toleransi
Sikap toleransi ini harus didasari kelapangan dada terhadap orang lain
dengan memperhatikan prinsip-prnsip yang dipegang masing-masing, dengan
tidak saling mencederai prinsip masing-masing.10Jelas bahwa toleransi terjadi
dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau
9
Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas,
2001), 13.
10
H.M. Daud Ali, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), 80.
13
prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri 11 ,dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis bukan dalam
persoalan yang prinsipil.
Toleransi dalam Islam harus selalu ditegakkan diatas timbangan syariah
islamiyah, sehingga tidak kebablasan. Tanpa pemeliharaan nila-nilai syari‟ah
dalam menegakkan sikap toleransi, maka akan terjadi pergeseran nilai yang
menjauhkan dari sikap-sikap toleransi yang dibenarkan dalam batasan-batasan
Islam, sehingga cenderung mengarah kepada sinkretisme agama-agama berpijak
dengan prinsip yang berbunyi “semua agama sama baiknya”. Prinsip ini
menolak kemutlakan doktrin agama yang menyatakan bahwa kebenaran hanya
ada didalam Islam. Kalaupun ada perbeadaan antara kelompok Islam dengan
kelompok bukan Islam, maka segera dikatakan bahwa perkara agama, adalah
perkara yang sangat pribadi sehingga dalam rangka kebebasan, setiap orang
merasa berhak berpendapat tentang agama ini, mana yang diyakini sebagai
kebenaran12
Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam
menerapkan perilaku hidup toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur
tersebut adalah: toleransi dalam Menjalankan Keyakinan. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut
dirinya sendiri dan juga di dalam memilikh suatu agama atau kepercayaan.
Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan
kebebsan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau
direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Begitu pula dii dalam memilih satu
11
Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antaragama, (Jakarta: Ciputat Press, 199), 13.
12
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), 1111-1112.
14
agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam
memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun. 13 Suatu sikap mental yang
mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap perilaku dan nasibnya
masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak
melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam
masyarakat akan kacau.
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Musa ibnu ismail, dari Abu
Awanah, dari Hushain, dari Amr ibnu Maimun dari Amr r.a, Rasulullh saw.
berwasiat tentang kafir Dzimmi: hendaknya ditunaikan kesepakatan perjanjian
dengan mereka, tak memerangi mereka dari arah belakang, dan tidak juga
membebani mereka di luar kemampuan mereka” (HR. Bukhari).14
Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang didasarkan pada
tiap-tiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri, mempunyai
bentuk ibadah (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan
(dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang memeluknya. Maka
13
Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:Buku Kompas,
2001), 22.
14
Khotimul Husna, 40 Hadis Shahih Pedoman Membangun Toleransi, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2006), 55.
15
toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap
kebergamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang
tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan
umum15.
15
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antaragama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), 22.
16
H.M. Daud Ali, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), 83.
17
Abdul Munir, Pokok-Pokok Ajaran NU, (Solo: PP, 1989), 50-51.
16
ّللا قَا َل ْان َحُِي ِفيَّةُ انس ًَّْ َحة
ِ َّ اٌ أ َ َحبُّ إِنَى ُّ َ ّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسهَّ َى أ
ِ َي اْألَدْي َّ صهَّى ِ َّ ىل
َ ّللا ِ سُ َّاس قَا َل قِي َم ِن َر
ٍ َع ٍِ اب ٍِْ َعب
Artinya:
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah saw. ditanya: “Agama
apa yang paling dicintai di sisi Allah?”, Rasulullah bersabda: “Yaitu
agama yang lurus dan toleran.”
Hidup rukun antar kaum muslim maupun non muslim seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa kehidupan yang damai dan
sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk bersikap lembut pada sesama manusia
baik yang beragama Islam maupun yang beragama Nasrani atau Yahudi.18
Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama manusia akan
membuat hidup di dunia yang damai dan tenang.
Kebebasan memeluk agama atau beragama sebagai salah satu hak yang
essensial bagi kehidupan manusia, karena kebebasan untuk memilih agama
datangnya dari hakekat manusai serta martabat sebagai mahluk ciptaan Tuhan,
bukan dari orang lain atau dari orang tua, untuk itu di dalam menganut atau
memilih suatu agama tidak bisa dipaksakan oleh siapapun.
Etika yang harus dilakukan dari sikap toleransi setelah memberikan
kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi agama lain, dengan
pengertian menghormati keragaman dan keperccayaan yang ada, baik yang
18
Yunus Ali Al-Mukhdor, Toleransi Kaum Muslimin, (Surabaya: PT. Bangkul Indah,1994), 5.
17
dilindungi oleh negara maupun yang tidak dilindungi dalam artian yang
pemeluknya sedikit.
Agama Islam adalah agama yang membawa misi rakhmatan lil alamin. Oleh
karena itu ajarannya adalah ajaran toleran atau penuh dengan tenggang rasa
mendorong kebebasan berfikir dan kemerdekaan berpendapat, serta saling
memperhatikan kepentingan semua pihak dan saling mencintai diantara sesama
manusia.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
DAFAR PUSTAKA
bin al-Luhaidan, Abdullah bin Ibrahim, Samahat alIslam fi Mu’amalat Ghayr al-Muslimin, (Riyadh:
Al-Mamlakat Al-„Arabiyyah Al-Su‟udiyyah, 2004), 5.
Shihab, M.Quraish, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 615-616.
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1999), 6834.
M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 616.
Abdullah,Maskuri, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas,
2001), 13.
Ali,H.M. Daud dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), 80.
Al-Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antaragama, (Jakarta: Ciputat Press, 199), 13.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), 1111-1112.
Abdullah, Maskuri, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:Buku Kompas,
2001), 22.
Hasyim,Umar, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antaragama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), 22.
Ali,H.M. Daud dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), 83.
Al-Mukhdor, Yunus Ali, Toleransi Kaum Muslimin, (Surabaya: PT. Bangkul Indah,1994), 5.
20