Anda di halaman 1dari 21

NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-HUJURAT DENGAN KONSEP

HUMANISME

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

"Studi Materi Di SMP"

Dosen Pengampu:

Arif Wibowo, M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 9 :

1. Siti Nurbaiti Nasabiyah (201210425)

2. Saiful Yunain (201210400)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PONOROGO 2022
PETA KONSEP

NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM


SURAT AL-HUJURAT AYAT 13 DENGAN
KONSEP HUMANISME

Definisi Penafsiran surat Hadis terkait Sikap dan


toleransi Al- Hujurat toleransi dan perilaku hidup
49:13 menghargai toleransi
pendapat

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang dapat mendidik dan dididik, sedang makhluk
lain tidak. Pada dimensi ini manusia memiliki potensi yang dapat menjadi objek dan
subjek pengembangan diri. Pendidikan pun harus berpijak pada potensi yang dimiliki
manusia, karena potensi manusia tidak akan bisa berkembang tanpa adanya
rangsangan dari luar berupa pendidikan. Firman Allah dalam surat al-jatsiyah ayat 13:
Artinya:“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(Q.S. AlJatsiyah, 45: 13) Dengan demikian, bentuk dan sistem aspek-aspek
kehidupan senantiasa harus dikonstruksi di atas konsepsi manusia itu sendiri,
sehingga diskursus mengenai manusia menjadi menarik tidak saja karena keunikan
makhluk, akan tetapi juga karena kompleksitas daya yang memilikinya sangat luar
biasa.

Dalam perkembangan pendidikan agama Islam seringkali berhadapan


dengan berbagai problematika, diketahui bahwa sebagai sebuah sistem, pendidikan
agama Islam mengandung berbagai komponen yang antara satu dan yang lainnya
saling berkaitan. Komponen pendidikan tersebut meliputi : landasan, tujuan,
kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid,
metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, pembiayaan dan lain
sebagainya. Berbagai komponen yang terdapat dalam sistem pendidikan seringkali
berjalan apa adanya secara konvensional, tanpa adanya inovasi menuju hal yang lebih
baru sesuai dengan perkembangan zaman. Akibat permasalahan tersebut mutu dan

2
kualitas Pendidikan Agama Islam semakin rendah, tujuan dan visi misi Pendidikan
Agama Islam tidak berhasil dicapai dengan baik. Tujuan Pendidikan Agama Islam
seringkali diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia yang hanya menguasai
ilmu tentang Islam saja. Namun sebenarnya tujuan Pendidikan Agama Islam
sangatlah luas cakupannya. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
penguasaan metodologi pembelajaran merupakan hal yang paling penting bagi
seorang guru, karena metodologi yang baik akan mampu mewujudkan tujuan
pembelajaran.

3
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian toleransi dan menghargai pendapat?


2. Bagaimana Q.S Al - Hujurat ayat 13 tentang Toleransi dan menghargai
pendapat?
3. Bagaimana Hadis Tentang toleransi dan menghargai pendapat?
4. Bagaimana sikap dan perilaku Hidup toleransi dan menghargai pendapat?

4
BAB II
PEMBAHASAN

Pendidikan humanis merupakan proses pendidikan penganut aliran


humanisme, yang berarti proses pendidikan yang menempatkan seseorang
sebagat salah satu objek terpenting dalam pendidikan.Pendidikan humanis
berarti pendidikan yang didalamnya selalu mengutamakan kepentingan manusia
sebagal seseorang yang senantiasa harus mendapatkan segala haknya sebagai
manusia yang merdeka. Hak yang dimaksud adalah hak untuk dihargai sebagal
manusia yang mempunyai potensi, hak untuk dihormati, hak untuk diperlakukan
sebagai manusia yang merdeka.

Dari uraian di atas jelas bahwa sesungguhnya manusia memegang peranan


penting dalam kehidupannya.Dalam hal itu.Manusia merupakan pemegang
kebebasannya dalam melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya saat ini, dan
juga bagi masa depannya yang akan datang. Sehingga bisa dikatakan bahwa
kedudukan manusia dalam dunia ini sangatlah tinggi, karena dibekali dengan
potensi-potensi kebebasan dalam melakukan hal terbaik bagi dirinya.

Dalam hal ini jelas sekali bahwa yang melandasi dan mendasari adanya
pendidikan humanis adalah adanya kesamaan kedudukan manusia. Ini berarti
bahwa manusia satu dengan yang lain adalah sama, tidak ada yang sempurna,
semua individu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Lebih-lebih
dalam Islam di ajarkan bahwa kedudukan manusia adalah sama yang
membedakan hanyalah derajat ketaqwaannya saja.

5
A. Pengertian Toleransi dan Menghargai pendapat

Toleransi secara etimologi disebutkan dalam KBBI yaitu sesuatu yang


bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.Adapun
dalam bahasa Arab, kata toleransi sering digunakan dengan istilah tasamuh
(‫)تسايح‬, asal katanya samuha (‫)سًح‬. Ibnu Faris dalam kamus Maqayis al-
Lughahmengatakan bahwa kata yang terdiri dari huruf ‫س‬-‫و‬-‫ ح‬dalam bahasa
Arab mengandung makna kelonggaran dan kemudahan.1

Untuk lebih memahami makna tasamuh atau toleransi menurut Islam dapat
dilihat dalam sabda Nabi yang diterima melalui Ibnu „Abbas: “Allah merahmati
seseorang yang samahah (toleran) dalam menjual dan membeli (sesuatu) serta
dalam memutuskan perkara”. 2Ibnu Hajar al-„Asqalani menjelaskan bahwa kata
tasamuh berarti mudah. Agama yang tasamuh artinya agama yang didasarkan
atas kemudahan. Selanjutnya, ia mengatakan bahwa hadis ini mendorong umat
Islam untuk bertoleransi dan berakhlak mulia dalam interaksi sosial (muamalah),
tidak mempersulit manusia dan memaafkan kesalahan mereka.3

Istilah ini (samhah: toleransi) pula yang digunakan Nabi dalam sabdanya
kepada Abu Bakar ketika memarahi Aisyah yang membiarkan dua hamba
sahaya bernyanyi dan memukul rebana di hadapan Nabi. Menurut riwayat
Ahmad, Nabi ketika itu mengatakan: “Biarkan mereka, wahai Abu Bakar, agar
orang-orang Yahudi mengetahui bahwa dalam agama kita (berkaitan dengan
1
Ibnu Faris, Maqayis al-Lughah, (Mesir: Maktabah al-Khaniji, 1402 H), juz III, cet. III, 99.
2
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Beirut: Dar Ibnu Katsir, 1407 H), juz II, cet. III, 720.
3
Ibnu Hajar Al-„Asqalani, Fath Al-Bari, (Beirut: Dar Al-Ma‟rifah,13379 H), Juz IV, 57.

6
hiburan) terdapat kelonggaran (dalam batas-batas tertentu),sesungguhnya aku
diutus dengan membawa agama yang lurus dan mudah (‫)حُيفية سًحة‬.
Apabila dalam hadis pertama dijelaskan toleransi hanya dalam jual beli dan
memutuskan perkara, maka pada hadis kedua lebih diperluas lagi termasuk ke
dalamnya toleransi dalam persoalan budaya. Bahkan meliputi seluruh persoalan
agama, karena dalam hadis yang kedua Nabi secara mutlak mengatakan bahwa
beliau diutus ke permukaan bumi dengan membawa agama yang lurus dan
toleran. Sehingga dengan demikian, hakikat toleransi dalam Islam seperti
tersebut di atas sebenarnya merupakan kemudahan dalam setiap ajarannya, baik
dalam bidang ibadah, muamalah maupun akidah.
4
Akan tetapi, kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan yang
berlandaskan nas bukan kemudahan tanpa batas. Ketika sebagian orang
mencampurkan antara kemudahan yang berlandaskan nas dengan kemudahan
yang tidak berlandaskan nas atau menurut istilah yang digunakan al-Luhaidan
kemudahan yang tercela (al-tasahul almazmum), hal ini akan merusakkan
makna, sehingga orang menduga bahwa toleransi itu telah mengurangi ajaran-
ajaran agama (tafrith). Sama halnya seperti orang yang tidak memahami secara
tepat makna samahah (toleransi) dalam Islam dan penerapannya kadang-kadang
dapat membawa kepada pemberatan ajaran-ajaran agama sehingga membuat
orang menjauhi agama itu.

4
Penjelasan seperti ini dapat ditemukan dalam Abdullah bin Ibrahim bin al-Luhaidan, Samahat
alIslam fi Mu’amalat Ghayr al-Muslimin, (Riyadh: Al-Mamlakat Al-„Arabiyyah Al-Su‟udiyyah, 2004), 5.

7
B. Al-Qur'an Surah Al-Hujurat 49:13 Tentang Toleransi dan Menghargai
Pendapat

ٰ َ‫ارفُ ْىا ۚ ا ٌَِّ ا َ ْك َر َي ُك ْى ِع ُْد‬


ِ‫ّللا‬ ُ ‫اس اََِّا َخهَ ْق ُٰ ُك ْى ِ ّي ٍْ ذَك ٍَر َّوا ُ َْ ٰثى َو َج َع ْه ُٰ ُك ْى‬
َ ‫شعُ ْىبًا َّوقَ َب ۤا ِٕى َم ِنت َ َع‬ ُ َُّ‫ٰ ٰٓيا َ ُّي َها ان‬

َ ٰ ٌَِّ ‫اَتْ ٰقى ُك ْى ۗا‬


‫ّللا َع ِه ْي ٌى َخ ِبي ٌْر‬

Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.( QS. Al-Hujurat 13 )

Muhammad Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al- Misbah,


menjelaskan bahwa ayat ini lebih menekankan pada prinsip dasar hubungan
antarmanusia. Karena itu, ayat tersebut tidak lagi menggunakan panggilan
yang ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tetapi kepada jenis
manusia. Allah Swt. Berfirman: Hai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, ini
sebenarnya ditujukan kepada Nabi Adam dan Siti Hawa. Selanjutnya
kalimat serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal, ini artinya bahwa manusia sejatinya diciptakan
dalam kondisi yang plural sehingga manusia dituntut untuk saling membantu
antar sesama manusia. Kemudian kalimat sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. Bahwa orang
yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Jadi,
takwa ini yang menjadi syarat seseorang diterima di sisi Allah Swt.

8
Kemudian Allah Swt. mengenal dan melihat baik yang tampak secara
5
kasatmata maupun yang tidak tampak. Itulah Kebesaran Allah Swt.

Dalam ayat ini, dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari


seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan
menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, serta berbeda-beda
warna kulit bukan untuk saling mencemooh, tetapi supaya saling mengenal
dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan
kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaan karena yang
paling mulia di antara manusia di sisi Allah hanyalah orang yang paling
bertakwa kepada-Nya. Ayat ini mejelaskan secara detail dan gamblang
bahwa umat manusia itu adalah bersaudara. Karena awalnya berasal dari
Adam dan Hawa. Sehingga manusia dilarang untuk saling mengolok-olok
apalagi sampai membuat kerusakan dengan menganiaya saudaranya sendiri.

Dalam menafsirkan ayat tersebut Buya Hamka menjelaskan dalam


kitab Tafsir Al-Azhar, bahwa kalimat "Wahai manusia, sesungguhnya Kami
telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan".
Dalam memahami kalimat tersebut tentu kita boleh menafsirkan hal ini
dengan dua tafsir yang keduanya nyata dan tegas. Pertama, ialah bahwa
seluruh manusia itu dijadikan pada mulanya dari seorang laki-laki, yaitu
Nabi Adam dan seorang perempuan, yaitu Siti Hawa. Mereka berdualah
manusia pertama yang diciptakan di muka bumi. Kedua, boleh saja kita
tafsirkan secara sederhana, yaitu bahwasanya manusia ini dari dulu sampai
sekarang ialah terjadi dari seorang laki-laki, ayah dan seorang perempuan,
yaitu ibu.

5
M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 615-
616.

9
Selanjutnya kalimat Dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku, supaya kenal-mengenal. Yaitu, manusia pada hakikatnya
berasal dari air mani yang berkumpul dan bersatu padu dalam satu keadaan.
Sehingga dengan proses inilah manusia mengalami perbedaan dari segi
fisiknya, wajahnya, dan lain sebagainya. Ini karena dipengaruhi oleh suatu
daerah yang memiliki iklim buminya, hawa udaranya, letak tanahnya,
peredaran musimnya sehingga manusia berbeda. Dalam penutup ayat ini
Allah Swt. menegaskan: “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui,
lagi Maha Mengenal". Bahwa manusia tidak boleh sombong dengan adanya
baju kesukuan yang ia miliki. Karena Allah swt. senantiasa Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal. Manusia diperintahkan untuk tidak
angkuh dan sombong dalam hidup bermasyarakat."6

Sampai di sini, tampak dan jelas terkait analisis secara teks dalam
Al-Qur'an Surah Al-Hujurat ayat 13. Agar lebih spesifik pembahasannya,
selanjutnya kita membahas mengenai analisis sosio-historis atau kronologis
turunnya ayat tersebut. Diriwayatkan oleh Abu Daud bahwa ayat ini turun
berkenaan dengan Abu Hind yang pekerjaan sehari-hari adalah pembekam.
Nabi meminta kepada Bani Bayadhah agar menikahkan salah seorang putri
mereka dengan Abu Hind, tetapi mereka menolak dengan alasan tidak wajar
mereka menikahkan putri mereka dengannya yang merupakan salah seorang
budak mereka. Sikap keliru seperti ini dikecam oleh Al-Qur'an dengan
menegaskan bahwa kemuliaan di sisi Allah bukan karena keturunan atau
garis kebangsawanan, melainkan karena ketakwaan.7

6
Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1999), 6834.
7
M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 616.

10
Dari analisis teks dan sosio-historis ayat ini telah membangun satu
konsep dasar yang fundamental bahwa manusia yang hadir di muka bumi ini
pada dasarnya diciptakan untuk saling mengenal di tengah-tengah
keberagamaan multiagama dan multikultural. Menurut pandangan Islam,
bahwa perbedaan adalah sunahtullah atau ketetapan Tuhan yang tidak bisa
dimungkiri oleh siapa pun. Perbedaan yang dimaksud adalah latar belakang
agama, bahasa, suku, ras, dan antargolongan.

C. Hadis Tentang Toleransi Dan Menghargai Sesama

Islam adalah agama yang diridai Allah SWT karena berada di posisi
tengah, moderat, lurus, dan toleran terhadap sesama manusia. Bertoleransi
sangatlah berpengaruh di zaman modern ini, karena dengan toleransi kita
bisa mendapatkan ketenangan. Salah satu contoh sikap toleransi bergama
yaitu mencintai semua tetangga sebagaimana dijelaskan, antara lain, dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik sebagai berikut:

:
-

Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda,


“Demi (Allah) yang nyawaku di tangan - Nya, tidaklah beriman seorang
hamba sehingga dia mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai
dirinya sendiri.” (HR. Muslim dan Abu Ya‟la: 2967 ).

Karena Toleransi merupakan konsep modern untuk menggambarkan


sikap saling menghargai dan kerja sama antara kelompok masyarakat
dengan beragam perbedaan. Maka dari itu, toleransi menjadi sikap yang
sangat penting karena merupakan tindakan yang menghormati keragaman
latar belakang, pandangan, dan kepercayaan.

11
Adapun contoh toleransi sendiri yang bisa kita lihat dalam kehidupan
sehari-hari diantaranya adalah:

1) Bergaul dengan semua orang tanpa membedakan


kepercayaan masing masing. Meskipun kita berasal dari latar
belakang budaya dan agama yang berbeda, kita harus mampu
bekerjasama tanpa menjadikan hal tersebut sebagai satu
kendala.
2) Menghargai dan memberikan kesempatan kepada teman
dengan agama yang berbeda untuk berdoa tanpa mengejek
atau diskriminasi.
3) Memberikan rasa aman kepada umat agama lain yang sedang
beribadah. Jika kita menghormati mereka, maka mereka juga
akan menghormati kita.
4) Tidak menghina agama lain. Dalam toleransi, tidak ada kata
saling mengejek ataupun menghina meskipun tahu bahwa
agama kita berbeda.
5) Ketika perayaan hari besar keagamaan umat lain, kita harus
menghargai dan menghormatinya.
6) Tidak mengejek budaya orang lain baik itu dari logat dan ciri
khasnya, karena masing masing budaya mempunyai
keistimewaan dan keunikan tersendiri. 8

8
Anisa Riski, "Pengertian Toleransi dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-Hari"

12
D. Sikap Dan Perilaku Hidup Toleransi

Sikap toleransi yang diserukan al-Qur‟an adalah sikap yang mengarah


kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan,
baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, serta
agama. Ini semua merupakan keniscayaan yang harus diterima manusia dalam
kehidupan ini, sebagaimana al-Qur‟an juga menjelaskan bahwa diciptakannya
langit dan bumi, siang dan malam, serta laki-laki dan perempuan adalah
ketetapan sebagai ketetapan Allah yang Maha Pencipta. Al-Qur‟an tidak hanya
menyeru untuk memahami kenyataan itu, tetapi juga mengajak untuk menerima
kenyataan perbedaan dan keragaman itu agar disikapi secara baik dan bjaksana.

Di dalam memaknai toleransi ini terdapat dua penafsiran tentang konsep


tersebut. Pertama, penafsiran yang menyatakan bahwa toleransi itu cukup
mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau
kelompok lain baik yang berbeda maupun yang sama. Sedangkan, yang kedua
adalah penafsiran yang menyatakan bahwa toleransi tidak cukup hanya sekedar
tidak menyakiti, tetapi harus ada sikap ingin memberi bantuan dan dukungan
terhadap keberadaan orang lain atau kelompok lain.9

Sikap toleransi ini harus didasari kelapangan dada terhadap orang lain
dengan memperhatikan prinsip-prnsip yang dipegang masing-masing, dengan
tidak saling mencederai prinsip masing-masing.10Jelas bahwa toleransi terjadi
dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati perbedaan atau

9
Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas,
2001), 13.
10
H.M. Daud Ali, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), 80.

13
prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip sendiri 11 ,dengan kata lain,
pelaksanaannya hanya pada aspek-aspek yang detail dan teknis bukan dalam
persoalan yang prinsipil.
Toleransi dalam Islam harus selalu ditegakkan diatas timbangan syariah
islamiyah, sehingga tidak kebablasan. Tanpa pemeliharaan nila-nilai syari‟ah
dalam menegakkan sikap toleransi, maka akan terjadi pergeseran nilai yang
menjauhkan dari sikap-sikap toleransi yang dibenarkan dalam batasan-batasan
Islam, sehingga cenderung mengarah kepada sinkretisme agama-agama berpijak
dengan prinsip yang berbunyi “semua agama sama baiknya”. Prinsip ini
menolak kemutlakan doktrin agama yang menyatakan bahwa kebenaran hanya
ada didalam Islam. Kalaupun ada perbeadaan antara kelompok Islam dengan
kelompok bukan Islam, maka segera dikatakan bahwa perkara agama, adalah
perkara yang sangat pribadi sehingga dalam rangka kebebasan, setiap orang
merasa berhak berpendapat tentang agama ini, mana yang diyakini sebagai
kebenaran12
Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam
menerapkan perilaku hidup toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Unsur-unsur
tersebut adalah: toleransi dalam Menjalankan Keyakinan. Setiap manusia
diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun berkehendak menurut
dirinya sendiri dan juga di dalam memilikh suatu agama atau kepercayaan.
Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia meninggal dan
kebebsan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat digantikan atau
direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Begitu pula dii dalam memilih satu

11
Said Agil Husin Al-Munawar, Fikih Hubungan Antaragama, (Jakarta: Ciputat Press, 199), 13.
12
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), 1111-1112.

14
agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam
memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun. 13 Suatu sikap mental yang
mengakui hak setiap orang di dalam menentukan sikap perilaku dan nasibnya
masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang dijalankan itu tidak
melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan di dalam
masyarakat akan kacau.

Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Musa ibnu ismail, dari Abu
Awanah, dari Hushain, dari Amr ibnu Maimun dari Amr r.a, Rasulullh saw.
berwasiat tentang kafir Dzimmi: hendaknya ditunaikan kesepakatan perjanjian
dengan mereka, tak memerangi mereka dari arah belakang, dan tidak juga
membebani mereka di luar kemampuan mereka” (HR. Bukhari).14

Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak


benar ada orang atau golongan yang berkeras memaksakan kehendaknya sendiri
kepada orang atau golongan lain. Tidak akan terjadi, saling menghormati antara
sesama manusia bila mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling
membenci, saling berebut pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya
saling mengerti dan saling menghargai antara satu dengan yang lain.

Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama yang didasarkan pada
tiap-tiap agama menjadi tanggung jawab pemeluk agama itu sendiri, mempunyai
bentuk ibadah (ritual) dengan sistem dan cara tersendiri yang ditaklifkan
(dibebankan) serta menjadi tanggung jawab orang yang memeluknya. Maka

13
Maskuri Abdullah, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:Buku Kompas,
2001), 22.
14
Khotimul Husna, 40 Hadis Shahih Pedoman Membangun Toleransi, (Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2006), 55.

15
toleransi dalam masalah-masalah keagamaan, melainkan perwujudan sikap
kebergamaan pemeluk suatu agama dalam pergaulan hidup antara orang yang
tidak seagama, dalam masalah-masalah kemasyarakatan atau kemaslahatan
umum15.

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk


menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah
menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini 16,tanpa ada
yang mengganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari
keluarganya sekalipun.
Masyarakat Islam memilik sifat yang pluralistik dan sangat toleran terhadap
berbagai kelompok sosial dan keagamaan, karena hidup bermasyarakat
merupakan suatu kebutuhan dasar hidup manusia agar tujuan hidup manusia
dapat diwujudkan, karena bila terbentuk suatu kehidupan berdasarkan
persaudaraan, penuh kasih sayang dan harmoni.17Toleransi pada kaum muslimin
seperti yang diperintahkan oleh nabi Muhammad saw, diantaranya sebagai
berikut :

1) Tidak Memaksakan Suatu Agama Pada Orang Lain

Di dalam agama Islam orang muslim tidak boleh melakukan pemaksaan


pada kaum agama lainnya.Di dalam salah satu hadits Rasulullah SAW beliau
bersabda:

15
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antaragama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), 22.
16
H.M. Daud Ali, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1989), 83.
17
Abdul Munir, Pokok-Pokok Ajaran NU, (Solo: PP, 1989), 50-51.

16
‫ّللا قَا َل ْان َحُِي ِفيَّةُ انس ًَّْ َحة‬
ِ َّ ‫اٌ أ َ َحبُّ إِنَى‬ ُّ َ ‫ّللاُ َعهَ ْي ِه َو َسهَّ َى أ‬
ِ َ‫ي اْألَدْي‬ َّ ‫صهَّى‬ ِ َّ ‫ىل‬
َ ‫ّللا‬ ِ ‫س‬ُ ‫َّاس قَا َل قِي َم ِن َر‬
ٍ ‫َع ٍِ اب ٍِْ َعب‬

Artinya:
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa Rasulullah saw. ditanya: “Agama
apa yang paling dicintai di sisi Allah?”, Rasulullah bersabda: “Yaitu
agama yang lurus dan toleran.”

2) Hidup Rukun dan Damai dengan Sesama Manusia

Hidup rukun antar kaum muslim maupun non muslim seperti yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW akan membawa kehidupan yang damai dan
sentosa, selain itu juga dianjurkan untuk bersikap lembut pada sesama manusia
baik yang beragama Islam maupun yang beragama Nasrani atau Yahudi.18

3) Saling Tolong Menolong Sesama Manusia

Dengan hidup rukun dan saling tolong menolong sesama manusia akan
membuat hidup di dunia yang damai dan tenang.

4) Memberi Kebebasan dalam Memeluk Agama

Kebebasan memeluk agama atau beragama sebagai salah satu hak yang
essensial bagi kehidupan manusia, karena kebebasan untuk memilih agama
datangnya dari hakekat manusai serta martabat sebagai mahluk ciptaan Tuhan,
bukan dari orang lain atau dari orang tua, untuk itu di dalam menganut atau
memilih suatu agama tidak bisa dipaksakan oleh siapapun.
Etika yang harus dilakukan dari sikap toleransi setelah memberikan
kebebasan beragama adalah menghormati eksistensi agama lain, dengan
pengertian menghormati keragaman dan keperccayaan yang ada, baik yang

18
Yunus Ali Al-Mukhdor, Toleransi Kaum Muslimin, (Surabaya: PT. Bangkul Indah,1994), 5.

17
dilindungi oleh negara maupun yang tidak dilindungi dalam artian yang
pemeluknya sedikit.

Agama Islam adalah agama yang membawa misi rakhmatan lil alamin. Oleh
karena itu ajarannya adalah ajaran toleran atau penuh dengan tenggang rasa
mendorong kebebasan berfikir dan kemerdekaan berpendapat, serta saling
memperhatikan kepentingan semua pihak dan saling mencintai diantara sesama
manusia.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Toleransi secara etimologi disebutkan dalam KBBI yaitu sesuatu yang


bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya)
yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.Adapun dalam bahasa
Arab, kata toleransi sering digunakan dengan istilah tasamuh (‫)تسايح‬, asal katanya
samuha (‫)سًح‬. Ibnu Faris dalam kamus Maqayis al-Lughahmengatakan bahwa kata
yang terdiri dari huruf ‫س‬-‫و‬-‫ ح‬dalam bahasa Arab mengandung makna kelonggaran
dan kemudahan
Bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan
seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku, serta berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemooh, tetapi supaya
saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang
memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaan
karena yang paling mulia di antara manusia di sisi Allah hanyalah orang yang
paling bertakwa kepada-Nya.
Sikap toleransi yang diserukan al-Qur‟an adalah sikap yang mengarah
kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik
dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat-istiadat, budaya, serta agama. Ini
semua merupakan keniscayaan yang harus diterima manusia dalam kehidupan ini,
sebagaimana al-Qur‟an juga menjelaskan bahwa diciptakannya langit dan bumi,
siang dan malam, serta laki-laki dan perempuan adalah ketetapan sebagai ketetapan
Allah yang Maha Pencipta.

19
DAFAR PUSTAKA

bin al-Luhaidan, Abdullah bin Ibrahim, Samahat alIslam fi Mu’amalat Ghayr al-Muslimin, (Riyadh:
Al-Mamlakat Al-„Arabiyyah Al-Su‟udiyyah, 2004), 5.

Shihab, M.Quraish, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 615-616.

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1999), 6834.

M.Quraish Shihab, Pesan,Kesan,dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakara: Lentera Hati, 2009), 616.

Riski, Anisa, "Pengertian Toleransi dan Contohnya dalam Kehidupan Sehari-Hari"

Abdullah,Maskuri, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta: Buku Kompas,
2001), 13.

Ali,H.M. Daud dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), 80.

Al-Munawar, Said Agil Husin, Fikih Hubungan Antaragama, (Jakarta: Ciputat Press, 199), 13.

Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996), 1111-1112.

Abdullah, Maskuri, Pluralisme Agama dan Kerukunan dalam Keagamaan, (Jakarta:Buku Kompas,
2001), 22.

Husna, Khotimul, 40 Hadis Shahih Pedoman Membangun Toleransi, (Yogyakarta: Pustaka


Pesantren, 2006), 55.

Hasyim,Umar, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju
Dialog dan Kerukunan Antaragama, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1979), 22.

Ali,H.M. Daud dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum Sosial dan Politik, (Jakarta: Bulan Bintang,
1989), 83.

Munir, Abdul, Pokok-Pokok Ajaran NU, (Solo: PP, 1989), 50-51.

Al-Mukhdor, Yunus Ali, Toleransi Kaum Muslimin, (Surabaya: PT. Bangkul Indah,1994), 5.

20

Anda mungkin juga menyukai