Anda di halaman 1dari 5

ADAPTASI KEBIASAAN BARU (42)

*BANYAK TEMPAT BERBAHAYA


PASTIKAN KITA TIDAK DISANA*

#Indonesia juga bisa buat Daftar Risiko Papar COVID-19.


#Cegah Covid-19 sangat bergantung pada Sikap dan Perilaku.

Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar *)

Pertengahan Juli 2020, beredar mendunia suatu Daftar Risiko aktivitas manusia yang berada
dalam ancaman penularan virus Covid-19.
Para ahli Kesehatan dan Epidemiolog dari Gugus Tugas Covid-19 Texas Medical Association
(TMA) dan Komite Penyakit Infeksi TMA, menyusun 37 (tiga puluh tujuh) aktivitas manusia yang
berdasar Surveilans Epidemiologi dan tracing/pelacakan kasus terbukti dan tercatat pada
catatan mediknya telah terpapar virus Covid-19.
TMA didirikan pada tahun 1853 di kota Austin, Amerika Serikat sebagai Organisasi Profesional
non profit yang sudah sangat dikenal, bahkan menjadi yang terbesar dan tertua di Amerika
Serikat. Menghimpun 53.000 lebih Dokter dan Expert Kesehatan dalam berbagai aliansi.
TMA memiliki 110 kelompok sosial dan kini merupakan kelompok Kesehatan Daerah yang
menyebar diseluruh Amerika Serikat.
Para pakar Tim Task Force and TMA Committee on Infectious Diseases menyusun Ranking
RISIKO dengan skala 1 sampai 10, yang menunjukkan keberbahayaan aktivitasnya.
Dalam teori pembahagian tingkat risiko selalu dibagi atas 5 (lima) skala yaitu dari yang paling
kecil disebut Rendah, Cukup rendah, Sedang, Cukup Tinggi dan Tinggi.
Skala 1-2 (5 kegiatan) disebut dalam kelompok Low Risk (risiko rendah),
Skala 3-4 (9 kegiatan) disebut Moderate Low (risiko cukup rendah),
Skala 5-6 (8 kegiatan) disebut Moderate Risk (risiko sedang),
Skala 7 (7 kegiatan) disebut Moderate high (risiko cukup tinggi) dan
Skala 8-9 (8 kegiatan) disebut sebagai High Risk (Risiko tinggi).
Sesuai gambar Daftar “Mengenal Risiko Covid-19 by TMA” diatas, penulis coba membantu
dengan menarik kesamaan dalam lingkungan aktivitas yang biasa kita lakukan di Indonesia
agar menjadi perhatian bersama, seperti :
1.Risiko RENDAH (Skala 1-2) : dimulai membuka surat, mengambil makanan belanjaan (take
away) dari kedai/restoran dll, interaksi saat pengisian bensin di SPBU, kegiatan olah raga
interaktif/ yang harus ada partner seperti Tennis, Badminton, Tennis meja dan juga Camping.
2.Risiko CUKUP RENDAH (Skala 3-4) : belanja di pasar, Olahraga jalan kaki, lari atau
bersepeda, juga bermain golf bersama rekan.
Menginap di hotel 2 malam, Duduk di ruang tunggu praktek dokter, pergi ke Museum ataupun
Perpustakaan, Makan/minum diteras luar Restoran, berjalan di keramaian, serta berlama-lama
di tempat permainan seperti tempat main Game, arena bowling, maupun tontonan tepi jalan.
Makan/minum diluar seperti kumpulan para OJOL/OJEK tentu masuk dalam risiko ini, tidak
berhenti hanya berisiko bagi diri sendiri, tetapi bisa menjadi pembawa risiko bagi orang
lain/penumpang dan keluarga di rumah.
3.Risiko SEDANG (Skala 5-6) : Makan malam atau bakar/panggang ikan/ayam dengan
beberapa rekan.
Jalan ke Pantai, ke Mall. Antar anak ke Sekolah formal maupun informal seperti kursus (Awas
anak bisa menjadi perantara/carrier penularan kepada keluarganya).
Bekerja seminggu berturut di kantor yang segedung (Awas, sesuai SE MenpanRB agar di
kantor diatur bekerja cukup 50% dan tambahannya menurut TMA, hindari hari berurutan dalam
seminggu).
Masuk skala 6 berenang di kolam umum. Dan disarankan tidak mengunjungi orang LANJUT
USIA, dalam hal ini bukan Bapak/Ibu/Eyang lanjut usia yang membahayakan penularan tetapi
mereka rentan penularan dari orang yang mengunjungi, termasuk kunjungan cucu/cicit kecilnya.
4.Risiko CUKUP TINGGI (Skala 7) : potong/pangkas rambut, Makan dalam restoran,
Menghadiri pesta pernikahan atau pemakaman, Naik pesawat, bermain olahraga Basket,
Sepakbola, Berpelukan (apalagi Cipika/cipiki, dimana mata/hidung/ mulut merupakan tempat
masuk efektif virus Covid-19) maupun berjabat tangan.
5.Risiko TINGGI (skala 8-9) : Tempat makan model buffet/prasmanan/ambil sendiri/self
serving, Berolahraga dalam Gimnasium/tempat olahraga tertutup, berada di Taman hiburan
termasuk Bioskop/menonton Film atau sejenisnya.
Yang tertinggi Skala 9 adalah : Menghadiri konser musik yang ramai, pergi ke Stadion
pertandingan olahraga.
Aktivitas keagamaan (semua agama) yang berkumpul lebih dari 500 orang.
Dan terakhir pergi makan minum di bar (kebiasaan yang langka di Indonesia). Tetapi ada yang
rada serupa, seperti ngopi-ngopi perlu juga waspada (ditempat itu lebih sering terdengar orang
tertawa dan bicara kencang, otomatis droplets ludahnya ikut berhamburan).
Seperti di Gimnasium atau tempat senam tertutup. Terjadi peningkatan durasi pernafasan yang
cepat dan berat sehingga semburan nafasnya diikuti partikel droplets/bintik ludah.
KOMENTAR TWEETER
Membaca percakapan Tweeter sejumlah follower dari berbagai wilayah di dunia, ada yang
kurang puas dengan Daftar Risiko TMA tersebut.
Mereka pertanyakan risiko di Gereja yang sama (skala 9) dengan minum di Bar. Ada yang
minta dimasukkan Toilet umum, Transportasi massal, dan Elevator yang banyak ditemukan di
Mall. Juga risiko bagi Pemijat baik personal maupun ditempat usaha pijat. Risiko hubungan
sexual. Dan risiko keterpaparan di Rumah Sakit, juga ruang Gerai Mandiri/ATM.
Protes lainnya yang menganggap area bandara yang lebih berisiko dari pada pergi ke Bar/Pub
yang dalam List TMA disebutkan high risk (risiko tinggi).
@jodineMR memberi komentar bahwa List TMA itu useless dan misleading, tidak berguna
dan menyesatkan. KOMENTARNYA cukup MENARIK, menurutnya risiko yang terjadi bukan
pada aktivitasnya, tetapi pada sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu.
Jika tetap disiplin dirumah, atau jika keluar rumah menggunakan masker serta sering Cuci
Tangan Pakai Sabun, risiko nya berbeda. Jadi bukan pada aktivitasnya tetapi bagaimana kita
melakukan kegiatan tersebut.
It's not the activity but HOW you do it, begitu tweet Jodine.
Lain lagi tweet @janalina yang melengkapi kewaspadaan untuk aktivitas dalam ruangan
tertutup dengan AC yang dianggapnya sangat logis masuk daftar berisiko Tinggi, dimana
sirkulasi udara akan mengedarkan virus (Covid-19) selama berjam-jam.
Memang TMA tidak mengungkapkan risiko skala 10, seakan disimpan sebagai misteri yang
perlu kita tebak sendiri.
BISAKAH INDONESIA PUNYA DAFTAR RISIKO?
Apa yang dilakukan TMA, bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan di Indonesia. Indonesia juga
bisa membuat List Aktivitas Masyarakat yang Beresiko Terpapar Covid-19.
Berbekal data per 21 Juli menunjukkan kita punya 88.214 kasus positif/terkonfirmasi yang dari
Rekam Mediknya (informasi yang boleh diungkap kepada publik, tidak mengungkap bahagian
yang merupakan kerahasiaan medik) dapat menyusun Daftar terkait penularan virus Covid-19.
Daftar bisa membedakan Usia, Jenis Kelamin atau Pekerjaan. Bisa pula Daftar terkonfirmasi
berdasar sumber paparan, apakah hubungan antar manusia, interaksi dengan barang atau
berdasarkan beberapa tempat yang paling mungkin terpapar virus (bisa lebih dari satu).
Daftar seperti itu sangat amat MEMBANTU masyarakat dan juga membantu unsur Pemerintah
yang ditugasi dalam fungsi-fungsi pelayanan terkait seperti Tim Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 atau Tim baru yang dipimpin Menteri BUMN Erick Tohir disemua
level mulai dari Pusat hingga ke Kabupaten/Kota, juga Kementerian/Lembaga terkait untuk
kesiapsiagaan dan tatakelola pencegahan yang benar dan ketat.
Jika Daftar ini kita miliki maka seluruh kebijakan dan pola komunikasi akan sejalan dan produktif
dalam meningkatkan kepatuhan dan kepercayaan masyarakat.
Beberapa contoh KESALAHAN kecil yang bisa berakibat besar dalam sosialisasi Protokol
Kesehatan. Kita masih ingat 90% orang konflik karena gagal interpretasi.

1.Spanduk yang diterbitkan dengan tulisan “Kawasan Wajib Pakai Masker”.


MASALAHNYA, bukankah protokolnya jika keluar rumah wajib pakai masker. Tidak ada
Kawasan pakai dan Kawasan tidak pakai. (Masyarakat membaca seperti apa yang tertulis).
2.Flyer yang diterbitkan dengan gambar siluet “seorang ibu penderita Covid-19 yang dirangkul
petugas Kesehatan dan tangan mereka saling menggenggam”. Gambar ini tujuannya
menunjukkan rasa empati dan memesankan agar masyarakat disiplin Protokol Kesehatan.
MASALAHNYA, bukankah ada Protokol untuk Jaga Jarak dan Jangan berjabat tangan.
3.Flyer yang lain dengan gambar dan pernyataan “Masa Pandemi, Pilih Kolam Renang, Patuh
Protokol”.
MASALAHNYA, bukankah semua orang sudah kita beritahu bahwa lokus tertularnya
seseorang terhadap virus Covid-19 adalah melalui Mata, Hidung dan Mulut. Bukankah di kolam
renang bahagian itu paling terpapar dengan air dan didalam kolam banyak orang yang tidak
diketahui status kesehatannya. 80% pembawa penularan adalah Orang Tanpa Gejala (OTG).
PENGUATAN KEMANDIRIAN PUBLIK KUNCI KESELAMATAN
Sebahagian orang tidak terlalu peduli dengan risiko paparan ini, karena mereka tahu bahwa
Angka Kematian Covid-19 itu kecil.
Namun karena tingginya dampak kerusakan pada aspek ekonomi dan sosial yang
menghentikan banyak aktivitas produksi , hingga memiskinkan dan meningkatkan kemiskinan.
PBB kemarin mengingatkan ancaman terjadi kelaparan luas kepada 265 juta manusia.
PENETAPAN kembali PSBB dipandang TIDAK cukup, tanpa diikuti penerapan SANKSI atas
pelanggaran Protokol Kesehatan.
Sesuai pesan ke-6 agenda New Normal WHO, dimana masyarakat dilibatkan dalam fase
Transisi pengendalian Covid-19, maka masyarakat harus diberitahu dengan jelas CARA
TRANSMISI virus terhadap aktivitas masyarakat yang dianggap berisiko.
Ini bisa dan mudah dikerjakan oleh seluruh Puskesmas dan Bidan Di Desa diseluruh Indonesia.
TIDAK CUKUP hanya meminta masyarakat untuk Jaga Jarak, Melindungi Wajah, Cuci tangan
dan Pakai Masker.
Tidak cukup dan sudah terbukti, TIDAK CUKUP.
Pembiaran bisa mengundang fatal dan lepas dari pengendalian. Bahkan mengundang
datangnya Gelombang Kedua pandemic virus Covid-19 yang sudah diingatkan Bapak
Presiden Jokowi dan tentu tidak kita inginkan bersama.

#Para Komunikator Promosi Kesehatan mengingatkan bahwa Perilaku Individu


masyarakat adalah FAKTOR UTAMA DAN TERUTAMA dalam modalitas Kemandirian
sebagai Kunci keselamatan dan terhindar dari Infeksi Virus Covid-19.

Jakarta, 21 Juli 2020, jam 22.00


Dr.Abidin/ GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com
*) Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Mantan Deputi BKKBN/ Mantan Komisioner KPHI/
Mantan Kepala Pusat Promkes Depkes RI/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO
Searo, Thailand/ Mantan Ketua Harian MN Kahmi/ Mantan Ketua PB IDI/ Ketua PP IPHI/ Ketua
PP ICMI/ Ketua PP DMI/ Waketum DPP JBMI/ Ketua PP ASKLIN/ Penasehat BRINUS/
Penasehat Klub Gowes KOSEINDO/ Ketua IKAL FK USU/ Ketua PP KMA-PBS/ Ketua Orbinda
PP IKAL Lemhannas.

Anda mungkin juga menyukai