Anda di halaman 1dari 11

HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH DALAM PENANGANAN COVID-19

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hubungan Pusat Dan Daerah
Dosen Pengampu: Fitriyani Yuliawati,. S.I.P., M.Si.

Disusun oleh,

1. Pelangi Istianeu Mahardika 183507078


2. Muhammad Pebriean 183507072
3. Muhamad Padli 183507045
4. R. Muhammad Riza P 183507014
5. Tasya Mawar Rafa Yoris 183507055
6. Rasya Annisa Kusuma 183507084

JURUSAN ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Desain konstitusional hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


di Indonesia dibangun atas dasar prinsip negara kesatuan. Prinsip negara kesatuan
menekankan kekuasaan tertinggi atas segenap urusan negara ialah pemerintah pusat
tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah daerah
(local government). Dalam negara kesatuan, tanggung jawab pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan pada dasarnya tetap berada di tangan pemerintah pusat. Hendratno
dalam bukunya melihat karakteristik negara kesatuan itu bersifat tunggal. Artinya,
negara kesatuan itu tidak tersusun dari beberapa negara, melainkan hanya terdiri atas
satu negara, sehingga tidak ada negara di dalam negara. Meski begitu, dalam
pelaksanaan pemerintahan, pemerintah pusat memiliki wewenang untuk menyerahkan
sebagian kekuasaannya kepada pemerintahan daerah berdasarkan hak otonomi.
Walaupun pada tahap akhir, kekuasaan tertinggi tetap ada di tangan pemerintah pusat.
Model negara kesatuan semacam ini biasa disebut dengan sistem desentralisasi.
Sebaliknya, bagi pemerintah pusat yang tidak menyerahkan sebagian kekuasaannya
kepada daerah lazim disebut sistem sentralisasi.

Pengelolaan hubungan pusat dan daerah pun menjadi tidak jelas, ketika Indonesia
menghadapi situasi yang disebut sebagai darurat kesehatan masyarakat. Kondisi
kedaruratan kesehatan ini muncul atas meluasnya Corona Virus Disease 2019 (Covid-
19) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Penyebaran virus yang cukup cepat
dan massif ini membuat sejumlah daerah melakukan langkah-langkah pencegahan.
Bentuk pencegahannya pun bermacam-macam. Ada daerah yang mengambil
kebijakan menutup akses keluar masuk kota selama empat bulan, menegaskan
daerahnya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), dan menutup jalur penerbangan serta
jalur laut seperti yang dilakukan pemerintah Tegal pada tanggal 30 Maret 2020. Kala
itu Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono mengatakan alasannya mengambil
kebijakan kontroversial berupa local lockdown tersebut karena ditemukan salah satu
warganya yang dinyatakan positif Covid-19. Karena temuan kasus tersebut,
menurutnya kota Tegal saat ini sudah masuk zona merah darurat Covid-19. Dengan
adanya kebijakan demikian, akses masuk Kota Tegal ditutup dengan menggunakan
movable concrete barrier (MBC). Tak hanya pemblokiran jalan, pemadaman lampu
juga diberlakukan oleh pemerintah Tegal selama kebijakan itu dijalankan.

Langkah penanganan Covid-19 ternyata tidak berbanding lurus antara kebijakan


dari pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Ini disebabkan karena tidaak semua
daerah mengikuti kebijakan yang sama. Meskipun pemerintahn daerah memiliki
kewenangan tersendiri untuk menentukan suatu kebijakan, prinsip dan tujuan dari
kebijakan yang diambil harus tetap memiliki instrumen yang sama. Karena dapat
meenimbulkan masalah dan kebingungan bagi publik jika kebijakan antara
pemerintah pusat dan daerah tidak berjalan beriringan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis angkat dalam kajian ini
mengenai bagaimana pola komunikasi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia?

C. Tujuan Makalah

Tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penanganan pandemi Covid-19 di
Indonesia.

D. Batasan Makalah

Makalah ini hanya membahas bagaimana pola komunikasi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia.
BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Teori Komunikasi
Komunikasi secara sederhana dapat defenisikan sebagai proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui atau tanpa media yang
menimbulkan akibat tertentu. Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi,
dilihat dari sudut pandang biologi komunikasi dari eksperimentasi adalah
kecenderungan bertindak dengan upaya individu yang terlibat secara aktif dalam
aspek kehidupan manusia.1

Komponenan komunikasi adalah sebagai berikut :


1) Komunukator, yaitu orang yang menyampaikan pesan. Komunikator
(sender atau sumber) adalah sumber informasi yang menciptakan pesan
sekalgus menyampaian pesan kepada khalayak dengan mneggunakan
saluran komunikasi dan media massa.
2) Pesan adalah pernytaan yang didukung oleh lambing. Artinya informasi
yang merupakan isi (conten) yang akan disampaikan atau didustribuskan
oleh komunikator melalaui saluran dan media komunikasi yang sesuai
dengan pertimbngan dan tujuan komunikator, isi pesan beragam seperti
berita, informasi umum, iklan, filem, hiburan dll.
3) Media, saran aatau saluran yang mendukung pesan. Media sebagai sarana
atau instrument yang digunakan oleh komunikator untuk mengirumkan
pesan dalam beragam bentuk kepada khalayak. Media cdengan
karakteristik yang dimilikinya mampu menjagkau khalayak dalam jumlah
yang banyak , serempak, cepat dan mampu menghasilkan efek, baik secara
langsung mampu tidak lansgung.

1
Zikri Fachrul Nurhadi, Tadori Kpmunikasi Kontemporer, Kencana, 2017. Hlm. 1
4) Khalayak adalah pihak yang menerima pesan dan menjadi sasaran yang
dikirimkan oleh komunikator. Khalayak merupakan target dari beragam
bentuk pesan sekalgus pihak yang memahami serta memaknai pesan.
Pemaknaan khalayak oleh khalayak mampu menimbulkan feedback dan
pengaruh dalam proses komunikasi.
5) Efek atau dampak sebagai pengaruh pesan.Efek dalam proses komunikasi
merupakan ukuran antara yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh
penerima pesan dan setelah mengalami distribusi pesan. Pengaruh dapat
dilihat dalam bentuk pikiran , perasaan ataupun prilaku yang muncul
setelah khalayak menrima pesan. Pengaruh itu berbentuk efek,baik yang
bersifat langsung maupun tidak lansgung.
6) Umpan balik merupakan tindakan yang muncul setelah efek komunikasi
berlansgung pada khalayak penerima pesan, umpan balik diperlukan untuk
mengetahu keberhasilan dari sebuah pesan yang disistribusikan, umpan
balik juga dapat diartikan sebagai reaksi atau respon. 2

B. Teori Komunikasi Politik


Komunikasi polik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap
system politik. Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan yang
terjadi pada saat enam fungsi lainnya di jalankan, yaitu sosialisasi dan rekruitmen
politik, artikulasi kepentingan , agregasi kepentingan, membuat peraturan ,
aplikasi peraturan dan ajudikasi peraturan. Hal ini berarti bahwa fungsi
komunikasi politik terdapat secara inhteren di dalam setiap fungsi system politik.3

Komunikasi politik adalah sebuah studi yang indisplinari yang dibangun atas
berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses
komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan oleh
persaiangan teori, pendekatan , agenda dan konsep dalam membnagun jati dirinya.
Karena itulah komunikasi yang membicarakan tentang politik kadang dikalaim
sebagai studi tentang aspek-aspek politik dari komuniaksi publik. dan sering di
kaitkan dengan komunikasi kampanye pemilu (elections 8 campaing), katena

2
Fisip.Unnpati.ac.id, Bahan Ajar, Hlm 2
3
Ibid.,
mencakup masalah persuasi terhadap pemilih, debat antar kandidat , dan
penggunaan media masa sebagai alat kampanye. 4

BAB III

PEMBAHASAN

Keseluruhan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh daerah merupakan


bagian integral dari kebijakan nasional. Perbedaannya, terletak pada pemanfaatan
kearifan, potensi, inovasi, daya saing, dan kreavitas daerah yang diharapkan mampu
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Hubungan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki empat dimensi penting
untuk dicerma, meliputi hubungan kewenangan, kelembagaan, keuangan, dan
pengawasan. Pertama, pembagian kewenangan untuk menyelenggarakan urusan-
urusan pemerintahan tersebut akan sangat mempengaruhi sejauh mana pemerintah
pusat dan pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menyelenggarakan urusan-
urusan pemerintahan, karena wilayah kekuasaan pemerintah pusat melipu pemerintah
daerah. Untuk itu, dalam hal ini yang menjadi objek yang diurusi adalah sama, namun
kewenangannya yang berbeda. Kedua, pembagian kewenangan ini membawa
implikasi kepada hubungan keuangan, antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Ketiga, implikasi terhadap hubungan kelembagaan antara pusat dan daerah
mengharuskan keha- haan mengenai besaran kelembagaan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang menjadi urusan masing-masing. Keempat, hubungan
pengawasan merupakan konsekuensi yang muncul dari pemberian kewenangan, agar
terjaga keutuhan negara kesatuan.

Penyebaran Covid-19 telah menimbulkan berbagai persoalan di Indonesia. Selain


persoalan kesehatan, Covid-19 telah menimbulkan persoalan ekonomi, sosial, budaya,
keamanan, bahkan di bidang pemerintahan.Persoalan dimulai pada saat Presiden Joko
Widodo memutuskan untuk memilih Pulau Natuna sebagai tempat karantina bagi 238
orang Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Kota Wuhan, sebagai
4
Ibid.,
tempat penyebaran Covid-19. Dipilihnya Pulau Natuna sebagai tempat karantina telah
menimbulkan aksi demonstrasi warga Natuna pada tanggal 1 Februari 2020 (regional.
kompas.com, 3 Februari 2020). Sebagai bentuk protes, Pemerintah Kabupaten Natuna
membuat Surat Edaran (SE) Sekda Natuna Nomor 8000/DISDIK/46/2000 tanggal 2
Februari 2020 mengenai kebijakan meliburkan kegiatan belajar mengajar di
Kabupaten Natuna mulai tanggal 3-17 Februari 2020. Persoalan selanjutnya pada saat
Presiden Joko Widodo tanggal 2 Maret 2020 mengumumkan dua orang WNI yang
tinggal di Indonesia positif terinfeksi Covid-19, tanpa menyebutkan identitas pasien.
Namun, tidak lama berselang Walikota Depok menyampaikan informasi pasien,
lengkap dengan nama dan alamat, yang telah merugikan pasien karena data pribadi
pasien menjadi konsumsi publik (Media Indonesia, 4 Maret 2020). Perbedaan perilaku
aparat baik di pusat maupun di daerah dalam memberikan informasi pasien kepada
publik memperlihatkan belum adanya satu pintu dari pihak pemerintah untuk
menyampaikan informasi kepada publik terkait Covid-19 di Indonesia. Merespons
pengumuman Presiden Joko Widodo, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil segera
menyatakan Jawa Barat Siaga I Covid-19 (Suara Pembaruan, 3 Maret 2020). Bahkan
Gubernur Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan pernyataan Jakarta dalam keadaan
genting serta mengeluarkan prosedur tindakan yang harus dilakukan masyarakat
dalam hal terindikasi terinfeksi Covid-19. (news.detik.com, 2 Maret 2020). Situasi
yang dinilai kurang sigapnya pemerintah pusat dalam merespons Covid-19 yang
sudah masuk ke Indonesia, yang ditandai dengan munculnya banyak berita simpang
siur, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, telah menimbulkan
berbagai aksi negatif di masyarakat. Aksi memborong barang di supermarket,
menimbun dan memborong masker, memborong cairan disinfektan, merupakan
peristiwa yang harus segera direspons oleh pemerintah (Koran Tempo, 4 Maret 2020).
Selanjutnya beberapa daerah menempuh kebijakan lockdown atau karantina wilayah
dengan skala yang berbeda-beda. Kemudian presiden dalam pernyataannya pada
video yang disiarkan Sekretariat Presiden pada tanggal 16 Maret 2020, menegaskan
bahwa lockdown, baik skala nasional maupun daerah, sepenuhnya kewenangan
pemerintah pusat yang tidak boleh diambil pemerintah daerah. Selain itu terdapat
tumpang tindih kebijakan terkait pembatasan pengangkutan orang pada moda
transportasi ojek online (ojol). Di satu sisi ada pejabat pemerintah yang berusaha
melarang dan membatasi guna mencegah penyebaran Covid-19 (dengan aturan
Permenkes No 9 Tahun 2020 dan untuk wilayah Jakarta juga berlaku yang sama
melalui Pergub No 33 Tahun 2020), di sisi lain ada kebijakan memperbolehkan ojol
mengangkut penumpang (dengan aturan Permenhub No 18 tahun 2020).

Selama pandemi, tarik menarik kewenangan pusat dan daerah masih akan terus
terjadi. Berbagai reaksi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah seperti yang
telah diuraikan sebelumnya menimbulkan perdebatan siapa sesungguhnya yang
berwenang menangani urusan Covid-19. Oleh karena itu, ketidakseragaman dalam
merespons pandemi ini perlu dikoordinasikan antara pemerintah pusat dan daerah.
Dalam penaggulangan wabah Covid-19 di Indonesia seharusnya melakukan
komunikasi sehingga tidak ada kesenjangan publik dimana masyarakat bisa
memberikan penilaian terhadap setiap pernyataan-pernyataan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah saat memberikan informasi kepada publik. Kemudian prinsip
intrumental dalam penanggangan Covid-19 antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yaitu melakukan kajian yang srategis dalam penanggangan Covid-19,
selanjutnya kajian faktor yang mempengaruhi di beberapa wilayah Indonesia
penanganan Covid-19 serta memperhatikan berbagai statement terhadap
penanggangan Covid-19 antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah sehingga
data yang diterima oleh masyarakat sesuai karena mempunyai visi misi yang sama,
sehingga intrumental dalam pelaksanaannya berjalan dengan baik sesuai dengan
manajemen bencana penanggangan Covid-19 yang telah sukses dilakukan beberapa
negara lain. Agar kebijakan pemerintah pusat dan daerah memiliki prinsip yang
beriringan memerlukan pola komunikasi yang baik. Adapun pola komunikasi
pemerintah pusat dan daerah terdiri dari komunikator, media, pesan, komunikan, efek,
dan umpan balik.

a. Komunikator
Komunikator dalam menyampaikan pesan kebijakanan penanganan Covid-19
diperankan oleh pemerintah pusat dikarenakan pengambilan kebijakan
dilakukan secara top-down dari pemerintah pusat dan diteruskan oleh
pemerintah daerah. Maka secara khusus peran ini dilakukan oleh Satuan Tugas
Penanganan Covid-19, Presiden, dan Menteri Kesehatan.
b. Media
Media merupakan tempat saluran pesan yang menghantarkan sebuah pesan
penting dari komunikator ke komunikan. Maka, media komunikasi pemerintah
diantaranya melalui rapat kabinet, rapat koordinasi, serta ketetapan pers.
c. Pesan
Pesan yang disampaikan oleh pemerintah pusat adalah berbagai kebijakan
penanganan Covid-19 yang telah dirumuskan oleh pemerintah pusat,
diantaranya seperti local lockdown, pembatasan kegiatan keagamaan di tempat
ibadah, larangan mudik, pemberlakuan pembelajaran jarak jauh, pemberlakuan
jam malam, pembatasan wisatawan macanegara, dan lain sebagainya.
d. Komunikan
Komunikator yang menerima pesan kebijakanan – kebijakan penanganan
Covid-19 diperankan oleh pemerintah daerah yang memperoleh pesan berupa
kebijakan dari pemerintahan pusat. Peran komunikan dilaksanakan oleh kepala
daerah/ Gubernur beserta Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Daerah.
e. Efek
Efek yang ditimbulkan yaitu Pemerintah Daerah selaku penerima pesan
menyampaikan kembali kepada masyarakat selaku objek dari penerapan
kebijakan atau pesan yang ingin disampaikan oleh Pemerintah Pusat. Pesan
atau kebijakan terseebut dikaji kembali oleh Pemerintah Daerah dan
disesuaikan dengan keadaan kultural masyarakatnya.
f. Umpan balik
Umpan balik dari pesan kebijakan penanganan Covid-19 yang disampaikan
oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah memiliki beragam
tanggapan. Beberapa pemerintah daerah mengikuti intruksi kebijakan yang
telah disampaikan, dan sebagian pemerintan daerah pun ada yang
menghiraukan kebijakan tersebut. Pemerintah daerah memiliki kewenangan
pula dalam menentukan kebijakan, oleh karena itu sebagian pemerintah daerah
membuat aturan/ kebijakan tersendiri.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sampai saat ini Indonesia masih perlu berusaha keras untuk menangani pandemi
Covid-19. Sejak ditetapkannya sebagi bencana nasional pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk menangani Covid-19 seperti local
lockdown, work from home, PJJ, daan sebagainya. Namun, tidak sedikit kebijakan
yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah tidak berjalan lurus. Hal tersebut
seringkali menjadi kebingungan dan penilaian publik mengenai ketidakseragaman
pemerintah dalam merespon pandemi. Oleh karena itu, koordinasi, komunikasi
dan sinergi yang sebelumnya dirasakan masih kurang perlu kembali ditingkatkan.
Agar penangan masa pandemi dapat efektif dan efisien, sehingga instrumen
penanganan Covid-19 dapat berjalan dengan baik dan mencapai keerhasilan.

B. Saran
Seharusnya pemerintah merespon cepat pandemi yang ada agar akhirnya tidak
keteteran karena pandemi ini berdampak pada semua sektor yang aada. Melakukan
kajian yang srategis dalam penanggangan Covid-19, kajian faktor yang
mempengaruhi di beberapa wilayah Indonesia serta memperhatikan berbagai
statement diantara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

F.N. Zikri. (2017). Teori Kpmunikasi Kontemporer, Kencana.


Syaukani dkk, (2012). Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
S.H. Sarundajang, (1999). Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Jakarta: Sinar
Harapan.

Sumber Jurnal

Yusdianto, Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah Menurut UU Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah, Padjajaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol 2 No 3, 2015
Katharina, Riris, Relasi Pemerintah Pusat-Daerah Dalam Penanganan Covid-19, Info
Singkat, Vol.XII, No.5/I/Puslit/Maret, 2020
Sumber Lainnya
Bahan Ajar, fisip.unpatti.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai