Anda di halaman 1dari 26

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


Nama : Hadi Priyanto
NIM : 23530015
UKG : 201699527873
Asal Sekolah : SD Negeri Kowangan

Masalah yang
Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi
No. telah
masalah penyebab masalah
diidentifikasi
1 Berkurangnya Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
motivasi belajar terhadap berkurangnya
siswa saat 1. Penyebab menurunnya motivasi belajar saat
pembelajaran motivasi belajar beralasan pembelajaran melalui kajian
karena tidaklah mudah bagi literatur dan wawancara
para siswa menemukan waktu maka dapat ditentukan
yang tepat untuk mengulas penyebab masalah adalah
atau mempelajari kembali 1. Guru belum dapat
materi-materi pelajaran yang meningkatkan motivasi
sudah diajarkan. Lingkungan belajar siswa karena
keluarga yang terkadang tidak mengembangkan
tidak kontributif menjadi mengembangkan metode
penghambat untuk pembelajaran yang akan
menyesuaikan waktu belajar digunakan dalam
bagi siswa. Memang sudah penyampaian materi
seharusnya di masa pandemic 2. Lingkungan keluarga
COVID-19 ini, lingkungan yang kurang
keluarga harus bernuansa berkontribusi untuk
saling mendukung dan mendukung
menguatkan satu sama lain. pembelajaran siswa
karakteristik disposisional, 3. Media pembelajaran yang
sikap, dan situasional semuanya digunakan guru kurang
merupakan prediktor motivasi optimal
belajar. 4. Siswa yang kurang
Sumber : Izzatunnisa, L., Suryanda, konsentrasi dan fokus
A., Kholifah, A. S., Loka, C., pada pembelajaran dan
Goesvita, P. P. I., Aghata, P. S., & memutuskan untuk
Anggraeni, S. (2021). Motivasi melakukan kegiatan
belajar siswa selama pandemi lainnya
dalam proses belajar dari rumah. 5. Guru tidak membuat
Jurnal pendidikan, 9(2), 7-14. suasana kelas yang
menyenangkan
2. Faktor-faktor yang diantaranya
mempengaruhi motivasi belajar a. guru tidak
sebagai berikut: menerapkan metode
a. Guru : Peran guru sangatlah pembelajaran yang
penting untuk bagaimana dapat menarik
cara meningkatkan perhatian siswa dan
semangat dan motivasi menghibur siswa.
belajar siswa. Oleh karena b. Guru juga tidak
itu guru harus bisa bertindak kreatif
mengembangkan metode dalam membuat
pembelajaran yang akan suasana di kelas
digunakan dalam menjadi
penyampaian materi menyenangkn seperti
tidak membuat siswa
(Prasetya, 2013; Suprihatin, untuk berperan aktif
2015). dalam pemberlajaran
b. Orang tua dan keluarga : c. Penataan kelas yang
Orang tua dan keluarga kurang sesuai untuk
merupakan motivasi belajar pembelajaran
ketika siswa berada menyenangkan
dirumah, orang tua hrsu d. guru tidak
bisa membing dan menerapkan metode
mendorong anak untuk pembelajaran yang
belajar, sehingga orang tua dapat menarik
memahami atau perhatian siswa dan
mengatahui karakterisik menghibur siswa.
dan kemampuan anaknya. e. Guru juga tidak
c. Masyarakat dan lingkungan bertindak kreatif
: masyarakat dan dalam membuat
lingkungan merupakan suasana di kelas
aspek penting untuk menjadi
membentuk motivasi siswa. menyenangkan
Hal ini di sebabkan oleh seperti tidak
ketika teman atau membuat siswa
lingkungannya mempunyai untuk berperan aktif
semangat untuk belajar dalam pemberlajaran
maka siswa lainnya juga 6. guru tidak membuat
kana terpengaruhi untuk pembelajaran menjadi
bersemangat belajar dan nyaman bagi siswa
menodorong siswa untuk yang dapat terlihat
melakukan hal yang sama dari
(Desmita, 2013; Muhibbin a. guru yang tidak
Syah, 2013). mengajak siswa
untuk terlibat
Sumber : Zuhriyah, A. (2020). dalam
Pengembangan Media Pembelajaran pembelajaran
Permainan Ular Tangga Untuk b. guru tidak
Meningkatkan Motivasi Belajar menciptakan
Siswa dan Hasil Belajar IPS di suasana agar
Madrasah Ibtidaiyah. Attadrib: siswa tidak takut
Jurnal Pendidikan Guru Madrasah salah, tidak takut
Ibtidaiyah, 3(2), 26-32. ditertawakan,
tidak dianggap
3. Kurangnya minat atau motivasi sepele, berani
belajar siswa pada mata mencoba dan
pelajaran Pendidikan Pancasila berani berbuat,
dan Kewarganegaraan berani bertanya
dikarenakan beberapa hal. dan berani
Diantaranya; media mengemukakan
pembelajaran yang digunakan pendapat serta
guru kurang optimal, rendahnya yang paling utama
motivasi belajar siswa membuat adalah berani
menurunnya prestasi. mempertanyakan
Sumber : Ahmad, K., & Nurma, S. gagasan orang
(2020). Penerapan Metode Small lain.
Group Discussion Terhadap
Motivasi Belajar Siswa. CIVICUS:
Pendidikan-Penelitian-Pengabdian
Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan, 8(1), 30-35.

4. Kendala yang ditemukan


selama pembelajaran
sinkronus, yang dapat menjadi
faktor berkurangnya motivasi
belajar siswa antara lain
siswa tidak konsentrasi pada
pembelajaran, dan memutuskan
melakukan kegiatan lain.
(Moslem, Komaro, & Yayat,
2019) menyatakan bahwa siswa
yang memiliki motivasi yang
rendah akan terlihat acuh tak
acuh, cepat merasa bosan,
dan melakukan kegiatan
lainnya pada saat
pembelajaran secara sinkronus.

Sumber : Cendana, W., &


Siswanto, E. (2022). Peningkatan
Motivasi Belajar Siswa Kelas 1
Sekolah Dasar Melalui Pemberian
Apresiasi Secara Sinkronus.
Cendekiawan, 4(1), 43-49.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa
berkurangnya motivasi belajar
siswa saat pembelajaran
karena suasana kelas yang
kurang menyenangkan dan
guru kurang mengkondisikan
kelas agar lebih menyenangkan
dimana
a. guru tidak menerapkan
metode pembelajaran yang
dapat menarik perhatian
siswa dan menghibur
siswa.
b. Guru juga tidak bertindak
kreatif dalam membuat
suasana di kelas menjadi
menyenangkan seperti
tidak membuat siswa
untuk berperan aktif dalam
pembelajaran
2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa
berkurangnya motivasi belajar
siswa saat pembelajaran
disebabkan karena guru tidak
membuat pembelajaran
menjadi nyaman bagi siswa
yang dapat terlihat dari
a. guru yang tidak mengajak
siswa untuk terlibat dalam
pembelajaran
b. guru tidak menciptakan
suasana agar siswa tidak
takut salah, tidak takut
ditertawakan, tidak
dianggap sepele, berani
mencoba dan berani
berbuat, berani bertanya
dan berani mengemukakan
pendapat serta yang paling
utama adalah berani
mempertanyakan gagasan
orang lain.

2 Kemampuan siswa Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis


dalam membaca 1. Faktor penyebab masih terhadap kemampuan siswa
masih rendah rendahnya hasil keterampilan dalam membaca masih
membaca siswa disebabkan rendah melalui kajian
karena kemampuan membaca literatur dan wawancara
siswa masih sangat kurang, maka dapat ditentukan
seperti kefasihan dalam penyebab masalah adalah
membaca kurang lancar, selain 1. Cara mengajar guru yang
itu, pelafalan dan intonasi dalam kurang bervariasi
membaca belum tepat. Faktor 2. Teknik pembelajaran
penyebab lain rendahnya yang digunakan guru
kemampuan membaca siswa masih konvensional
diantaranya minat baca siswa 3. Kefasihan dalam
masih sangat kurang. Hal ini membaca kurang,
dibuktiikan oleh masih pelafalan dan intonasi
banyaknya siswa yang malas masih kurang tepat
membaca baik di sekolah 4. Minat membaca siswa
maupun dirumah. Bimbingan masih sangat kurang
dari keluarga dan motivasi yang 5. Bimbingan dari keluarga
diberikan kepada siswa baik dari dan motivasi dari guru
guru maupun keluarga masih masih kurang
kurang, serta teknik 6. Kuatitas dan ketelitian
pembelajaran yang digunakan membaca siswa masih
guru masih secara konvensional. lemah
Sejalan dengan pendapat
(Mariyana, 2016) lemahnya 7. Kurang optimalnya
keterampilan membaca siswa penggunaan media
disebabkan kaena kurangnya pembelajaran
kuantitas membaca serta 8. Adanya guru yang
kurangnya ketelitian siswa tidak mampu
sewaktu membaca. Lebih lanjut mempergunakan media
Simanjuta (2017) mengatakan pembelajaran yang
lemahnya keterampilan siswa tepat untuk
dalam membaca dipengaruhi membantu siswa
oleh cara mengajar guru yang meningkatkan
kurang bervariasi. keterampilan membaca
Sumber : Wardiyati, H. (2019). 9. Siswa kurang mengenali
Penerapan Metode Sas (Struktural huruf dan merangkainya
Analitik Sintetik) Untuk menjadi suku kata
Meningkatkan Keterampilan 10. Siswa kurang
Membaca Siswa Kelas Rendah. memahami makna
Jurnal Pajar (Pendidikan Dan bacaan
Pengajaran), 3(5), 1083-1091. 11. Kurangnya
pendampingan orang tua
2. faktor lain kesulitan dalam dalam pembelajaran
membaca Siswa kelas II, terlihat terutama dalam
dari bagaimana pengetahuan membaca terlebih
intelektual dalam mendidik semenjak masa pandemi
anak membaca, faktor 12. Orang tua kurang
lingkungan siswa, faktor memahami
psikologis yang mendukung perkembangan anak
serta kekurangan atau
penurunan motivasi dari
siswa, kurangnya minat siswa
membaca, kematangan emosi
yang tidak stabil sehingga
tidak bisa mengontrol siswa
itu sendiri dalam kegiatan
membaca dan juga kurangnya
pendampingan dari orang tua
siswa. Kemudian Jenis
kesulitan yang dialami siswa
pada tingkat yang berbeda
Kesulitan tampaknya 1 Siswa
masih belum tahu huruf yang
mana siswa susah untuk
mengenal huruf dan kadang
juga lupa-lupa akan huruf, 2
siswa masih membaca kata
demi kata, 30 siswa lancar
dalam membaca hanya saja
kurang intonasi dan kurang
dalam pembacaan titik
komanya.
Sumber : Hasanah, A., & Lena, M.
S. (2021). Analisis kemampuan
membaca permulaan dan kesulitan
yang dihadapi siswa sekolah dasar.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan,
3(5), 3296-3307.
3. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu guru
Sekolah Dasar Yayasan
Perguruan Swakarya bahwa
kurang optimalnya
penggunaan media
pembelajaran di Sekolah Dasar
Yayasan Perguruan Swakarya
menyebabkan kurang
berkembangnya kemampuan
membaca siswa tingkat kelas
rendah pada proses
pembelajaran dikelas, yang
seharusnya dapat mendukung
siswa agar lebih baik dalam
membaca permulaannya.
Adanya guru yang tidak
mampu mempergunakan
media pembelajaran yang
tepat untuk membantu
siswa meningkatkan
keterampilan membaca awal
(Ningsih, Winarni, &
Roemintoyo, 2019)
Sumber : Ritonga, S., & Rambe, R.
N. (2022). Penggunaan Media Big
Book Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Permulaan
Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar.
Jurnal Cakrawala Pendas, 8(4),
1266-1272.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kemampuan
siswa dalam membaca masih
rendah disebabkan karena
a. Siswa kurang mengenali
huruf
b. Belum dapat merangkai
huruf menjadi suku kata
c. Siswa belum memahami
makna bacaan

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kemampuan
siswa dalam membaca masih
rendah disebabkan karena
a. Kurangnya pendampingan
orang tua dalam
pembelajaran terutama
dalam membaca terlebih
semenjak masa pandemi
b. Orang tua kurang
memahami perkembangan
anak
3 Kemampuan siswa Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
dalam berhitung 1. Faktor-Faktor yang terhadap kemampuan siswa
masih kurang Mempengaruhi Kemampuan dalam berhitung masih
Berhitung Menurut Hidayati kurang melalui kajian
(2012) terdapat beberapa literatur dan wawancara
faktor yang mempengaruhi maka dapat ditentukan
kemampuan berhitung anak penyebab masalah adalah
yaitu faktor dari dalam diri 1. Pembelajaran yang
anak dan faktor dari luar diri kurang menyenangkan
anak. Faktor dari luar diri 2. Proses pembelajaran
anak seperti dari proses yang monoton
belajar mengajar yang dapat 3. Penggunaan media
mempengaruhi rendahnya pembelajaran yang
kemampuan berhitung anak, kurang menarik yang
misalnya pembelajaran yang membuat siswa menjadi
kurang menyenangkan, proses bosan
pembelajaran yang monoton, 4. Siswa sering mengalami
dan media pembelajaran yang kesalahan dalam
kurang menarik sehingga menuliskan lambang
membuat anak merasa bosan bilangan dan nama
dan kurang bersemangat. bilangan
Sumber : Nataliya, P. (2015). 5. Siswa mengalami
Efektivitas penggunaan media kesulitan dalam
pembelajaran permainan tradisional memahami konsep nilai
congklak untuk meningkatkan tempat
kemampuan berhitung pada siswa 6. Siswa kesulitan dalam
sekolah dasar. Jurnal Ilmiah memahami konsep
Psikologi Terapan, 3(2), 343-358. matematika
7. Siswa kesulitan saat
2. Kesulitan dalambelajar menyebut angka terlebih
berhitung masih banyak bila menyebut 2 digit
ditemukan di sekolah formal. angka
Kesulitan belajar berhitung 8. Daya pemahaman siswa
(matematika) disebut juga yang berbeda
diskalkulia (dyscalculia). Selain 9. Kurangnya
tingkat kesulitan belajar pendampingan orang tua
matematika yang secara umum dalam pembelajaran
tinggi, cara penyampaian tenaga terutama dalam
pendidik yang dianggap berhitung terlebih
monoton juga menjadi faktor semenjak masa pandemi
yang membuat tidak sedikit 10. Orang tua kurang
siswa menjadi malas belajar memahami
matematika dan mengakibatkan perkembangan anak
kebanyakan dari mereka
memiliki nilai rendah pada mata
pelajaranini. Ditambah lagi sifat
dasar dari siswa sekolah dasar
yang terbilang masih anak-anak
yang memang masih gemar
bermain membuat cara
pengajaran yang monoton
sangat tidak menarik bagi
mereka.
Sumber : Syahputri, N. (2018).
Rancang Bangun Media
Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar Kelas 1 Menggunakan
Metode Demonstrasi. Jurnal sistem
informasi kaputama (JSIK), 2(1).

3. Menurut guru-guru kelas 1yang


di wawancara, pada u mumnya
peserta didik kesulitan dalam
pembelajaran matematika
terutama dalam materi
berhitung. Nurmawati, dkk.
(2000) menambahkan bahwa
peserta sering mengalami
kesalahan dalam menuliskan
lambang bilangan dan nama
bilangan, kekeliruan itu terjadi
ketika peserta didik menentukan
nilai tempat dan nilai angka,
dan kesalahan menuliskan
lambang bilangan berdasarkan
nilai tempat. Kesalahan ini
terjadi karena dimungkinkan
peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami
konsep nilai tempat
(Selvianiresa, 2017).
Sumber : Nurjanah, E., & Laelasari,
L. (2023). Analisis Strategi Guru
dalam Mengatasi Kesulitan
Berhitung Siswa Kelas 1 SD di
Kecamatan Baros Sukabumi.
Didactical Mathematics, 5(1), 20-29.

4. Hasil penelitian diperoleh bahwa


kesulitan belajar berhitung yang
dialami siswa pada mata
pelajaran matematika kelas IV
SDN Anyar adalah diantaranya
siswa kesulitan dalam
memahami konsep matematika
kesulitan dalam perhitungan
seperti kesulitan dalam
perhitungan dengan tanda
hitung (x dan +), kesulitan cara
menghitung pembagian,
kesulitan dalam mengerjakan
bentuk pecahan persen,
kesulitan dalam menghitung
penjumlahan pecahan.
Sumber : Mukminah, M., Hirlan,
H., & Sriyani, S. (2021). Analisis
Kesulitan Belajar Berhitung Siswa
Pada Mata Pelajaran Matematika
Kelas IV SDN 1 Anyar. Jurnal Pacu
Pendidikan Dasar, 1(1), 1-14.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kemampuan
siswa dalam berhitung masih
kurang disebabkan karena
a. Siswa kesulitan saat
menyebut angka terlebih
bila menyebut 2 digit angka
b. Daya pemahaman siswa
yang berbeda

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kemampuan
siswa dalam berhitung masih
kurang disebabkan karena
a. Kurangnya pendampingan
orang tua dalam
pembelajaran terutama
dalam berhitung terlebih
semenjak masa pandemi
b. Orang tua kurang
memahami perkembangan
anak
4 Beberapa siswa Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
belum bisa 1. Dengan demikian tidak dapat terhadap beberapa siswa
membaca dasar dipungkiri bahwa pembelajran belum bisa membaca dasar
membaca permulaan bagi anak melalui kajian literatur dan
yang terjadi di lapangan wawancara maka dapat
memiliki berbagai masalah, ditentukan penyebab
seperti : (1) kesulitan anak masalah adalah
mengenali huruf, (2) membaca 1. Siswa kesulitan
suara, pada : (a) membaca setiap mengenali huruf,
kata per kata, (b) pemarafrasean membaca kata per kata,
yang keliru , (c) kesalahan kekeliruan
pengucapan, (d) penggunakan memfarafrasekan,
gerak bibir,penggunaan jari kesalahan pengucapan
telunjuk dan menggerakkan 2. Siswa belum bisa
kepala (Slamet 2014). Dalam hal membaca huruf vokal,
ini aktivitas membaca menjadi konsonan, suku kata,
suatu yang kegiatan rumit bagi
anak, karena melibatkan banyak kata, kalimat dan
hal, anak tidak hanya paragraf
melafalkan tulisan namun juga 3. Faktor fisiologis anak
dibarengi degan melibatkan 4. Minat baca siswa rendah
aktifitas visual, berfikir, 5. Gangguan pada daya
psikolinguistik Kognitif (Farida, ingat siswa
2005) 6. Faktor pengaruh
Sumber : Azkia, N., & Rohman, N. lingkungan
(2020). Analisis metode montessori 7. Kurangnya dukungan
dalam meningkatkan kemampuan dari keluarga
membaca permulaan siswa sd/mi 8. Kecerdasan siswa yang
kelas rendah. Al-Aulad: Journal Of rendah
Islamic Primary Education, 3(2), 9. Kesehatan tubuh siswa
69-77. yang kurang optimal
10. Kurangnya
2. Hasil penelitian menujukkan pendampingan orang tua
bahwa kesulitan membaca dalam belajar membaca
permulaan siswa kelas 1 SDN 3 awal
Darek yaitu: (1) belum bisa
membaca huruf vokal, (2) belum
bisa membaca huruf konsonan,
(3) belum bisa membaca suku
kata, (4) belum bisa membaca
kata, (5) belum bisa membaca
kalimat atau paragraf. Adapun
faktor-faktor yang menghambat
siswa dalam membaca
permulaan adalah (1) faktor
fisiologis, (2) minat membaca
yang rendah, (3) gangguan pada
daya ingat, (4) faktor
lingkungan, (5) kurangnya
dukungan dari keluarga.
Sumber : Pramesti, F. (2018).
Analisis Faktor-Faktor Penghambat
Membaca Permulaan pada Siswa
Kelas 1 SD. Jurnal Ilmiah Sekolah
Dasar, 2(3), 283-289.

3. Hasil penelitian menunjukkan


bahwa faktorfaktor penghambat
membaca permulaan pada siswa
kelas 1 SD Negeri1 Wonorejo
diantaranya yaitu: 1). Faktor
Intelektual, 2). Faktor
lingkungan, 3). Kurangnya
motivasi dari pihak keluarga 4).
Kurangnya minat membaca
siswa yang rendah.
Sumber : Huduni, A., Affandi, L. H.,
& Nisa, K. (2022). Analisis Kesulitan
Siswa dalam Membaca Permulaan
di Kelas 1 SD Negeri 3 Darek.
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan,
7(2), 394-398.
4. Hasil penelitian menunjukkan
kesulitan membaca permulaan
yang siswa kelas I alami yaitu
kesulitan membedakan huruf
yang bentuknya hampir sama,
kesulitan membaca gabungan
dari huruf konsonan, dan
kesulitan membaca satu huruf
konsonan dan satu huruf
vokal. Faktor penghambat
kesulitan membaca permulaan
yaitu kecerdasan yang rendah,
kesehatan tubuh yang tidak
optimal, minat siswa dalam
membaca permulaan masih
rendah, motivasi siswa dalam
membaca permulaan juga
rendah, orang tua kurang
memperhatikan kegiatan belajar
membaca siswa, dan kegiatan
dalam masyarakat siswa yang
terlalu banyak aktivitas sehingga
belajar membaca siswa menjadi
terbengkalai.
Sumber : Aprilia, U. I.,
Fathurohman, F., & Purbasari, P.
(2021). Analisis kesulitan membaca
permulaan siswa kelas I. Jurnal
Penelitian Dan Pengembangan
Pendidikan, 5(2), 227-233.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Beberapa
siswa belum bisa membaca
dasar disebabkan karena
a. Siswa kurang mengenali
huruf
b. Belum dapat merangkai
huruf menjadi suku kata

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Beberapa
siswa belum bisa membaca
dasar disebabkan karena
a. Kurangnya pendampingan
orang tua dalam
pembelajaran terutama
dalam membaca terlebih
semenjak masa pandemi
b. Orang tua kurang
memahami perkembangan
anak
5 Relasi/hubungan Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
sekolah dan guru 1. Permasalahan yang besar yang terhadap Relasi/hubungan
dengan orang tua dihadapi dunia pendidikan di sekolah dan guru dengan
siswa kurang zaman sekarang, terjadinya orang tua siswa kurang
efektif kelonggaran kerjasama antara efektif melalui kajian
guru dan orang tua yang literatur dan wawancara
menyebabkan menurunnya maka dapat ditentukan
mutu pendidikan anak, sehingga penyebab masalah adalah
anak menurun hasil belajar, 1. Pemikiran orang tua
prestasi, berkurangnya motivasi yang seolah-olah tugas
bahkan merosotnya nilai moral mendidik dan mengajar
dan akhlak siswa disebabkan adalah guru dan orang
karena tidak ada pengawasan tua hanya mencari
dan bimbingan orang tua dan nafkah sehingga orang
kurangnya partisipasi guru tua melepaskan
dengan orang tua karena seolah- tanggung jawab
olah orang tua berperan hanya mendidik dan mengajar
sebagai pencari nafkah sepenuhnya kepada
sedangkan tugas mendidik dan guru di sekolah.
mengajar anak adalah guru- 2. Tidak adanya dukungan
guru di sekolah. Perspektif orang tua yang
pemikiran orang tua inilah yang terindikasi dari
menyebabkan orang tua lebih ketidakhadiran orangtua
fokus bekerja dibandingkan dalam setiap kegiatan
mendidik, membimbing dan yang dilakukan di
mengajar anak. Sehingga sekolah dalam rangka
akhirnya orang tua melepas untuk mengetahui
tanggungjawab mendidik dan peningkatan potensi
diserahkan sepenuhnya kepada anak.
guru di sekolah. 3. Orang tua yang
Sumber : Natsir, N. F., Aisyah, A., mempunyai kesibukan
Hasbiyallah, H., & Ihsan, M. N. dalam bekerja dan
(2018). Mutu pendidikan: menganggap bahwa
Kerjasama guru dan orang tua. anaknya akan
Jurnal MUDARRISUNA: Media mendapatkan
Kajian Pendidikan Agama Islam, pendidikan yang bagus
8(2), 311-327. apabila anaknya sudah
disekolahkan pada
2. Dari wawancara dilakukan lembaga sekolah
dengan salah seorang guru, bermutu.
penulis dapatkan bahwa 4. Komunikasi guru
kesenjangan itu terjadi karena dengan orang tua hanya
beberapa faktor. Di antaranya satu arah sehingga
karena tidak adanya dukungan ketika disampaikan
orang tua yang terindikasi dari perkembangan anak
ketidakhadiran orangtua dalam respon yang diberikan
setiap kegiatan yang dilakukan tidak sesuai harapan
di sekolah dalam rangka untuk 5. Orang tua sibuk bekerja
mengetahui peningkatan potensi sehingga kurang
anak. Selain itu juga disebabkan
kurangnya peran orang tua memperhatikan
dalam mengontrol bacaan al- perkembangan anak
Quran anak, sehingga anak 6. Kurangnya respon orang
menjadi malas atau lalai dalam tua ketika disampaikan
membaca al-Qur’an. Hal ini mengenai perkembangan
sering terjadi pada orang tua
anak di sekolah
yang mempunyai kesibukan
dalam bekerja dan menganggap
bahwa anaknya akan
mendapatkan pendidikan yang
bagus apabila anaknya sudah
disekolahkan pada lembaga
sekolah bermutu.
Sumber : Pratiningsih, D. (2017).
Efektivitas Kerjasama Guru dan
Orang Tua dalam Mendukung
Pembelajaran Baca al-Quran Anak
di SD IT Nurul Ishlah Banda Aceh.
JURNAL ILMIAH DIDAKTIKA: Media
Ilmiah Pendidikan dan Pengajaran,
17(2), 194-209.

3. Kurangnya partisipasi orang tua


terhadap penyelenggaraan
pendidikan, karena sebagian
dari orang tua masih
beranggapan bahwa pendidikan
di sekolah adalah
tanggungjawab guru dan pihak
sekolah. Kurangnya partisipasi
orang tua terhadap pendidikan
anaknya di sekolah dapat dilihat
dari fenomena-fenomena
berikut: ada sebagian anak tidak
memiliki kelengkapan belajar
seperti kelengkapan seragam
dan buku-buku penting
penunjang dalam belajar, masih
ada sebagian orang tua yang
tidak memenuhi undangan dari
pihak sekolah, orang tua jarang
sekali berkunjung ke sekolah
untuk mengecek kegiatan
anaknya atau menanyakan
langsung kegiatan belajar
anaknya di sekolah.
Sumber : Ayudia, C. (2020). Upaya
kepala sekolah dalam
meningkatkanpartisipasi orang tua
di sdn kecamatan pariaman utara
kota pariaman. Jurnal Bahana
Manajemen Pendidikan, 2(1), 100-
107.
Hasil eksplorasi wawancara
1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa
Relasi/hubungan sekolah dan
guru dengan orang tua siswa
kurang efektif disebabkan
karena
a. Komunikasi guru dengan
orang tua hanya satu arah
sehingga ketika
disampaikan perkembangan
anak respon yang diberikan
tidak sesuai harapan
b. Orang tua sibuk bekerja
sehingga kurang
memperhatikan
perkembangan anak

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa
Relasi/hubungan sekolah dan
guru dengan orang tua siswa
kurang efektif disebabkan
karena
a. Kurangnya respon orang
tua ketika disampaikan
mengenai perkembangan
anak di sekolah
b. Orang tua kurang
memahami perkembangan
anak sehingga kurang
mendampingi anak saat
belajar
6 Kurangnya Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
pendampingan 1. Secara umum kendala-kendala terhadap kurangnya
belajar oleh orang orang tua dalam mendampingi pendampingan belajar oleh
tua anak belajar di rumah di masa orang tua melalui kajian
pandemi Covid-19 adalah literatur dan wawancara
kurangnya pemahaman materi maka dapat ditentukan
oleh orang tua, kesulitan orang penyebab masalah adalah
tua dalam menumbuhkan minat 1. Kurangnya pemahaman
belajar anak, tidak memiliki materi oleh orang tua,
cukup waktu untuk 2. Kesulitan orang tua
mendampingi anak karena dalam menumbuhkan
harus bekerja, orang tua tidak minat belajar anak,
sabar dalam mendampingi anak 3. Tidak memiliki cukup
saat belajar dirumah, kesulitan waktu untuk
orang tua dalam mendampingi anak
mengoperasikan gadget, dan karena harus bekerja,
kendala terkait jangkauan 4. Orang tua tidak sabar
layanan internet. dalam mendampingi
Sumber : Wulandari, Y. N. (2021). anak saat belajar
Peran Orang Tua Dalam dirumah
Mendampingi Anak Belajar Di 5. Orang tua kurang
Rumah. Proceeding: Islamic memahami
University of Kalimantan. perkembangan anak
sehingga kurang
2. Hasil penelitian ini mendampingi anak saat
menunjukkan bahwa secara belajar
umum kendala- kendala orang 6. Terlalu terpaku pada
tua dalam mendampingi anak pemikiran untuk
belajar di rumah pada masa menyerahkan
pandemi Covid- 19 adalah perkembangan anak
kurangnya pemahaman materi sepenuhnya kepada
oleh orang tua, kesulitan orang sekolah
tua dalam menumbuhkan minat
belajar anak, tidak memiliki
cukup waktu untuk
mendampingi anak karena
harus bekerja, orang tua tidak
sabar dalam mendampingi anak
saat belajar dirumah, kesulitan
orang tua dalam
mengoperasikan gadget, dan
kendala terkait jangkauan
layanan internet.
Sumber : Wardani, A., & Ayriza, Y.
(2020). Analisis kendala orang tua
dalam mendampingi anak belajar di
rumah pada masa pandemi Covid-
19. Jurnal Obsesi: jurnal
Pendidikan anak usia dini, 5(1),
772.

3. Hasil penelitian ini juga


menemukan beberapa kendala
yang dihadapi oranjg tua, yaitu:
1) kurangnya pemahaman
terhadap materi, 2) tidak
memiliki cukup waktu untuk
mendampingi anak dalam
belajar, 3) tidak sabar saat
mendampingi anak belajar, 4)
sulit mengoperasikan gadget, 5)
jaringan internet yang kurang
stabil.
Sumber : Ntelok, Z., Nantung, Y., &
Tapung, M. (2022). Peran orang tua
dalam mendampingi anak belajar
selama masa belajar dari rumah.
Jurnal Literasi Pendidikan Dasar,
2(2), 6-13.
Hasil eksplorasi wawancara
1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kurangnya
pendampingan belajar oleh
orang tua disebabkan karena
a. Orang tua sibuk bekerja
sehingga kurang
memperhatikan
perkembangan anak
b. Terlalu terpaku pada
pemikiran untuk
menyerahkan
perkembangan anak
sepenuhnya kepada sekolah

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kurangnya
pendampingan belajar oleh
orang tua disebabkan karena
a. Orang tua terlalu sibuk
pada pekerjaannya dan
kurang perhatian kepada
anak
b. Orang tua kurang
memahami perkembangan
anak sehingga kurang
mendampingi anak saat
belajar
7 Kurangnya Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
pengetahuan guru 1. Dalam kesempatan ini juga terhadap kurangnya
tentang model- terungkap bahwa masalah pengetahuan guru tentang
model yang dihadapi guru dalam model-model pembelajaran
pembelajaran yang mengembangkan perangkat yang inovatif sesuai
inovatif sesuai pembelajaran IPA berbasis karakteristik materi melalui
karakteristik etnosain antara lain : 1) belum kajian literatur dan
materi banyak guru yang memahami wawancara maka dapat
tentang etnosains, 2) kesulitan ditentukan penyebab
mengintegrasikan etnosain ke masalah adalah
dalam pembelajaran, 3) 1. Guru kesulitan
adanya kekawatiran guru mengintegrasikan model-
tentang keefektifan model pembelajaran
pembelajaran dengan inovatif kedalam materi
pendekatan etnosain, dan 4) yang diajarkan
kurangnya pelatihan yang 2. Adanya kekhawatiran
dapat meningkatkan guru tentang tentang
keterampilan guru dalam keefektifan model-model
mengembangkan perangkat pembelajran inovatif
pembelajaran IPA berbasis 3. Guru-guru masih belum
etnosain. terbiasa melakukan
Sumber : Andayani, Y., Purwoko, A. variasi model
A., Jamaluddin, J., Makhrus, M., & pembelajaran. Model
Harjono, A. (2020). Identifikasi pembelajaran yang
pemahaman guru tentang sering digunakan masih
pengembangan perangkat konvensional
pembelajaran IPA SMP dengan 4. Masih rendahnya
pendekatan etnosain. Jurnal kompetensi guru
Pepadu, 1(2), 229-234. terutama pada aspek
miskin inovasi dan
2. Hasil wawancara dengan kepala kreativitas, masih
Sekolah MTsN 3 Banjarmasin terpaku pada penerapan
diketahui bahwa guru-guru model pembelajaran
masih belum terbiasa konvensional
melakukan variasi model 5. Tidak semua guru
pembelajaran. Model mampu menghadirkan
pembelajaran yang sering pembelajaran yang
digunakan masih konvensional menarik misalnya
dengan lebih banyak menggunakan
mengandalkan metode ceramah. pembelajaran berbasis
Pada sisi lain, guru-guru juga teknologi informasi dan
mengalami kendala untuk komunikasi TIK dengan
pengurusan kenaikan pangkat baik
karena keterbatasan dalam 6. Guru masih belum dapat
penulisan karya tulis ilmiah. membedakan model
Diduga kuat, dua masalah ini pembelajaran satu
saling terkait satu sama lain. dengan yang lainnya
Produktivitas guru dalam 7. Terlalu terpaku pada
menulis karya ilmiah bisa terjadi satu model pembelajaran
karena minimnya pemahaman yang dipahaminya saja
guru tentang karya tulis ilmiah 8. Guru kurang menambah
itu sendiri. Faktor lain yang juga pemahaman tentang
sangat berpengaruh adalah model pembelajaran
kemampuan guru melakukan inovatif dari berbagai
inovasi dalam pembelajaran. macam literatur
Faktor kedua ini erat kaitannya 9. Guru tidak
dengan tingkat pengetahuan menggunakan bantuan
atau pemahaman guru tentang alat bantu terutama TIK
pengelolaan kelas untuk sehingga pemahaman
mengatasi masalah dalam tentang model
pembelajaran di kelas, yang pembelajaran inovatif
mana solusinya bisa melalui kurang
penggunaan/penerapan
berbagai strategi, model, dan
atau pendekatan pembelajaran
untuk menyelesaikan masalah
pembelajaran.
Sumber : Pelatihan Model-Model
Pembelajaran Inovatif dan
Penulisan Karya Ilmiah
Abdul Salam, Zainuddin, Eko
Susilowati, Sarah Miriam,
Mastuang,
Dewi Dewantara, Surya Haryandi,
Supriyadi, dan Panji Rahmatullah
3. Pembelajaran IPA dewasa ini
menuntut kompetensi guru
untuk mengembangkan
keterampilan mengajar, penuh
inovasi dan kreativitas serta
mampu menggunakan model
pembelajaran yang inovatif
untuk mencapai target
kompetensi siswa yang baik.
Namun, guru-guru sendiri
memiliki permasalahan yaitu
masih rendahnya kompetensi
guru terutama pada aspek
miskin inovasi dan
kreativitas, masih terpaku pada
penerapan model pembelajaran
konvensional. Selain itu, tidak
semua guru mampu
menghadirkan pembelajaran
yang menarik misalnya
menggunakan pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan
komunikasi TIK dengan baik.
Sumber : Hadisaputra, S., Hakim,
A., Muntari, M., Hadiprayitno, G., &
Muhlis, M. (2018). Pelatihan
Peningkatan Keterampilan Guru IPA
Sebagai Role Model Abad 21 dalam
Pembelajaran IPA. Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat, 1(2).

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kurangnya
pengetahuan guru tentang
model-model pembelajaran yang
inovatif sesuai karakteristik
materi disebabkan karena
a. Guru masih belum dapat
membedakan model
pembelajaran satu dengan
yang lainnya
b. Terlalu terpaku pada satu
model pembelajaran yang
dipahaminya saja

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Kurangnya
pengetahuan guru tentang
model-model pembelajaran
yang inovatif sesuai
karakteristik materi
disebabkan karena
a. Guru kurang menambah
pemahaman tentang model
pembelajaran inovatif dari
berbagai macam literatur
b. Guru tidak menggunakan
bantuan alat bantu
terutama TIK sehingga
pemahaman tentang model
pembelajaran inovatif
kurang
8 Rendahnya tingkat Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
pemahaman 1. Saputra (2014:78) yang terhadap rendahnya tingkat
literasi dan mengungkapkan bahwa pemahaman literasi dan
numerasi siswa kecemasan matematis numerasi siswa terutama
terutama dalam merupakan perasaan yang dalam soal cerita melalui
soal cerita berasal dari peserta didik yang kajian literatur dan
merasa takut, tegang, dan wawancara maka dapat
cemas ketika sedang ditentukan penyebab
berhadapan dengan matematika masalah adalah
serta berpikir bahwa 1. Siswa memiliki
matematika merupakan mata kecemasan matematis
pelajaran yang tidak yang berfikir matematika
menyenangkan karena melihat pelajaran yang sulit dan
dari pengalaman pribadi, guru, tidak menyenangkan
teman, dan ejekan teman karena 2. Kurangnya latihan soal-
tidak dapat menyelesaikan soal literasi numerasi
persoalan matematika. Penyebab 3. Guru yang masih belum
rendahnya kemampuan literasi mampu menyusun soal
numerasi peserta didik literasi numerasi
Indonesia dapat dipengaruhi terutama untuk guru-
oleh guru di tingkat sekolah
a. Kecemasan matematis, dasar
b. Kurangnya latihan soal-soal 4. Kemampuan
literasi numerasi, penyelesaian masalah
c. Guru yang masih belum matematika maupun
mampu menyusun soal
kemampuan literasi
literasi numerasi terutama
untuk guru-guru di tingkat peserta didik itu sendiri
sekolah dasar agar peserta 5. Pertama adalah belum
didik menjadi lebih terbiasa adanya sosialisasi dan
untuk menyelesaikan soal- pelatihan tentang literasi
soal non-rutin tersebut. numerasi
Guru cenderung membuat 6. Kedua adalah rendahnya
soal rutin yang tertutup dan
nalar siswa.
dapat langsung diselesaikan
dengan penggunaan suatu 7. Ketiga adalah belum
rumus (Kartikasari, terprogramnya literasi
Kusmayadi, & Usodo, 2016), numerasi
d. Kemampuan penyelesaian 8. Guru yang belum
masalah matematika membiasakan siswa
maupun kemampuan literasi dengan soal-soal
peserta didik itu sendiri berbasis literasi.
Sumber : Salvia, N. Z., Sabrina, F. 9. Belum semua guru
P., & Maula, I. (2022, January).
sekolah dasar yang
Analisis kemampuan literasi
numerasi peserta didik ditinjau dari mengajar di sekolah
kecemasan matematika. In tersebut menggunakan
ProSANDIKA UNIKAL (Prosiding soal literasi numerasi
Seminar Nasional Pendidikan dalam pembelajarannya
Matematika Universitas Pekalongan) 10. Siswa belum dapat
(Vol. 3, No. 1, pp. 351-360). membaca
11. Belum dapat merangkai
2. Faktor Penghambat
Pembelajaran Literasi Numerasi huruf menjadi suku kata
Siswa Kelas 5B SD Negeri 12. Siswa belum bisa
101880 Aek Godang Kabupaten memahami makna
Padang Lawas Utara bacaan terlebih dalam
a. Pertama adalah belum soal cerita matematika
adanya sosialisasi dan
pelatihan tentang literasi
numerasi
b. Kedua adalah rendahnya
nalar siswa.
c. Ketiga adalah belum
terprogramnya literasi
numerasi.
Sumber : Siregar, P. (2022).
Pelaksanaan Pembelajaran Literasi
Numerasi Pada Siswa Kelas 5b SD
Negeri 101880 Aek Godang Padang
Lawas Utara. Al-Madrasah: Jurnal
Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah,
6(2), 366-376.

3. Alasan utama yang


menyebabkan siswa masih
belum dapat menyelesaikan
permasalahan berbasis literasi
numerasi adalah
a. Guru yang belum
membiasakan siswa dengan
soal-soal berbasis literasi.
b. Guru yang masih belum
mampu menyusun soal
literasi numerasi terutama
untuk guru-guru di tingkat
sekolah dasar agar siswa
menjadi lebih terbiasa untuk
menyelesaiakn soal-soal
non-rutin tersebut. Guru
cenderung membuat soal
rutin yang tertutup dan
dapat langsung diselesaikan
dengan penggunaan suatu
rumus (Kartikasari,
Kusmayadi, & Usodo, 2016).
c. Belum semua guru sekolah
dasar yang mengajar di
sekolah tersebut
menggunakan soal literasi
numerasi dalam
pembelajarannya
d. belum semua guru yang
mengajar di sekolah tersebut
mendapat kesempatan
menyusun soal literasi
numerasi sendiri yang
berkualitas

Sumber : Fiangga, S., Amin, S. M.,


Khabibah, S., Ekawati, R., &
Prihartiwi, N. R. (2019). Penulisan
soal literasi numerasi bagi guru SD
di kabupaten Ponorogo. Jurnal
Anugerah, 1(1), 9-18.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Rendahnya
tingkat pemahaman literasi
dan numerasi siswa terutama
dalam soal cerita disebabkan
karena
a. Siswa belum dapat
membaca
b. Belum dapat merangkai
huruf menjadi suku kata
c. Siswa belum bisa
memahami makna bacaan
terlebih dalam soal cerita
matematika

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Rendahnya
tingkat pemahaman literasi
dan numerasi siswa terutama
dalam soal cerita disebabkan
karena
a. Kecemasan siswa bahwa
matematika adalah
pelajaran yang sulit
b. Pemahaman siswa terhadap
soal cerita
9 Siswa masih Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis
kesulitan 1. Hasil wawancara pengabdi
terhadap siswa masih
mengerjakan soal- dengan kepala sekolah dapat kesulitan mengerjakan soal-
soal HOTS disimpulkan bahwa sekolah
soal HOTS melalui kajian
dasar yang beliau bimbing belum literatur dan wawancara
sepenuhnya mengembangkan maka dapat ditentukan
HOTS siswa dimana penyebab masalah adalah
a. Guru masih berfokus kepada 1. Guru masih berfokus
proses pembelajaran dalam kepada proses
pengembangan konsep pembelajaran dalam
pemahaman siswa saja. Hal pengembangan konsep
ini dikarenakan guru masih pemahaman siswa saja
belum paham cara
2. Proses pembelajaran
meningkatkan HOTS siswa disekolah dasar masih
sekolah dasar. didominasi oleh guru
b. proses pembelajaran 3. Guru menyatakan tidak
disekolah dasar masih sepenuhnya memahami
didominasi oleh guru bagaimana
sehingga kepala sekolah mengembangkan
mengungkapkan hal ini pembelajaran HOTS
mengakibatkan tidak untuk siswa sekolah
terlatihnya kemampuan dasar
HOTS siswa sekolah dasar. 4. Siswa cenderung
c. Guru menyatakan tidak mengalami kesulitan
sepenuhnya memahami saat membuat /
bagaimana mengembangkan membentuk kalimat
pembelajaran HOTS untuk matematika
siswa sekolah dasar. 5. Siswa jarang
Sumber : Anita, Y., Arwin, A., mengerjakan bentuk
Ahmad, S., Helsa, Y., & Kenedi, A. K. uraian berbasis masalah
(2022). Pelatihan Pengembangan (soal cerita) sehingga
Bahan Ajar Digital Berbasis HOTS siswa belum terbiasa
Sebagai Bentuk Pembelajaran Di menentukan cara apa
Era Revolusi Industri 4.0 Untuk yang digunakan untuk
Guru Sekolah Dasar. Dedication: menjawab soal tersebut
Jurnal Pengabdian Masyarakat, 6. Siswa mengalami
6(1), 59-68. kesulitan atau kendala
dalam memahami
2. Tercatat pada hasil analisis maksud soal hingga
kendala menyeselesaikan soal kesulitan
HOTS terlihat menerjemahkannya
a. siswa cenderung menjadi kalimat
mengalami kesulitan saat matematika
membuat / membentuk 7. Sebagian besar guru
kalimat matematika masih menggunakan
b. siswa jarang mengerjakan model pembelajaran
bentuk uraian berbasis konvensional
masalah (soal cerita) 8. Pembelajaran masih
sehingga siswa belum berorientasi pada
terbiasa menentukan cara hafalan serta
apa yang digunakan untuk pemahaman saja
menjawab soal tersebut 9. Guru belum melibatkan
c. siswa mengalami kesulitan siswa secara aktif dalam
atau kendala dalam kegiatan pembelajaran
memahami maksud soal 10. Guru masih belum
hingga kesulitan memanfaatkan media,
menerjemahkannya alat peraga, serta
menjadi kalimat sumber belajar secara
matematika optimal
Sumber : Saraswati, P. M. S., & 11. Siswa belum dapat
Agustika, G. N. S. (2020). membaca
Kemampuan berpikir tingkat tinggi 12. Siswa belum dapat
dalam menyelesaikan soal HOTS memahami makna
mata pelajaran matematika. Jurnal bacaan
Ilmiah Sekolah Dasar, 4(2), 257- 13. Guru kesulitan dalam
269. menyampaikan
pembelajaran HOTS
3. Berdasarkan hasil observasi, 14. Guru masih belum
diperoleh temuan sebagai memahami
berikut: pembelajaran HOTS
a. Sebagian besar guru masih 15. Guru hanya model
menggunakan model pembelajaran yang
pembelajaran konvensional, monoton
yaitu dengan ceramah,
penjelasan materi, serta
diakhiri dengan pemberian
tugas,
b. Pembelajaran masih
berorientasi pada hafalan
serta pemahaman saja,
c. Guru belum melibatkan
siswa secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran,
d. Guru masih belum
memanfaatkan media, alat
peraga, serta sumber belajar
secara optimal.
Sumber : Andarini, P. (2023, May).
PENERAPAN SUPERVISI KLINIS
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU DALAM
PEMBELAJARAN HOTS. In
Dewantara Seminar Nasional
Pendidikan (Vol. 2, No. 01).

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Siswa masih
kesulitan mengerjakan soal-
soal HOTS disebabkan karena
a. Siswa belum dapat
membaca
b. Siswa belum dapat
memahami makna bacaan
c. Guru kesulitan dalam
menyampaikan
pembelajaran HOTS

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Siswa masih
kesulitan mengerjakan soal-
soal HOTS disebabkan karena
a. Guru masih belum
memahami pembelajaran
HOTS
b. Guru hanya model
pembelajaran yang monoton

10 Belum optimalnya Hasil eksplorasi kajian literatur Setelah dilakukan analisis


guru dalam 1. Kendala pemanfaatan TIK oleh terhadap belum optimalnya
memanfaatkan, guru adalah: guru dalam memanfaatkan,
memaksimalkan a. Tidak adanya akses, tidak memaksimalkan dan
dan berinovasi adaanya sarana TIK, berinovasi dalam
dalam penggunaan b. Pembelajaran tidak penggunaan Teknologi
Teknologi mengintegrasikan TIK, Informasi (TIK) pada
Informasi (TIK) c. Guru tidak memiliki pembelajaran melalui kajian
pada pembelajaran pengetahuan tentang TIK, literatur dan wawancara
dan maka dapat ditentukan
d. Tidak adanya kemauan guru penyebab masalah adalah
untuk memanfaatkan TIK. 1. Tidak adanya akses,
Sumber : Lestari, S. (2015). Faktor- tidak adaanya sarana
faktor yang mempengaruhi TIK,
pemanfaatan TIK oleh guru.
2. Pembelajaran tidak
Kwangsan: Jurnal Teknologi mengintegrasikan TIK,
Pendidikan, 3(2), 121-134. 3. Guru tidak memiliki
pengetahuan tentang
2. kendala dalam pemanfaatan TIK TIK,
dalam pembelajaran abad 21 di 4. Tidak adanya kemauan
sekolah dasar adalah guru untuk
a. Kurangnya kompetensi guru memanfaatkan TIK
dalam mengintegrasikan 5. Persepsi guru yang
teknologi dalam menganggap
pembelajaran; penggunaan TIK tidak
b. Tidak semua guru kelas memiliki manfaat
memiliki kemampuan dalam 6. Daerah pedesaan
bahasa pemrograman; menggunakan perangkat
c. Persepsi guru yang multimedia bekas yang
menganggap penggunaan memiliki spesifikasi lama
TIK tidak memiliki manfaat serta tertinggal dari
d. Jumlah media berbasis TIK perkembangan TIK saat
yang masih kurang; ini
e. Fasilitias IT kurang 7. Guru kurang berinovasi
memadai; dalam menggunakan TIK
f. Daerah pedesaan untuk pembelajaran
menggunakan perangkat
multimedia bekas yang
memiliki spesifikasi lama 8. Guru kurang mau untuk
serta tertinggal dari mempelajari mengenai
perkembangan TIK saat ini. TIK untuk pembelajaran
Sumber : Hartami, Y., & Kaltsum, H. 9. Guru terlalu terpaku
U. (2020). Pemanfaatan TIK Dalam bahwa mempelajari TIK
Pembelajaran Abad 21 di Sekolah itu sulit
Dasar (Doctoral dissertation, 10. Guru hanya
Universitas Muhammadiyah mengandalkan
Surakarta). kemampuan dasar
dalam penggunaan TIK
3. Menurut Chaeruman (2005),
beberapa hambatanyang pada tanpa mengembangkan
umumnya dihadapi dalam kemampuan untuk
pemanfaatanTIK untuk mempelajari TIK lebih
kepentingan pembelajaran dalam
adalah: 11.
a. penolakan untuk
melakukan perubahan
(resistancyto change)
khususnya dari policy maker
sekolah dan guru;
b. kesiapan SDM (literasi TIK
dan kompetensiguru);
c. ketersediaan fasilitas TIK;
d. ketersediaan bahan belajar
berbasis aneka sumber;
e. keberlangsungan
(sustainability).

Kesulitan lain yang dihadapi


guru untuk pemanfaatan TIK
adalah aspekteknis mencakup
kepemilikan komputer, baik
olehsekolah maupun pribadi
guru, daya listrik yang
bisadigunakan, ketersediaan
proyektor, sampai padaserangan
virus yang mengancam
efektivitas kegiatanpembelajaran
menggunakan koneksi internet,
kendala waktu dalam
penyiapan bahan belajar
ataukemampuan bahasa Inggris
guru untuk memahami program
perangkat lunak).
Sumber : Rivalina, R. (2014).
Kompetensi teknologi informasi dan
komunikasi guru dalam
peningkatan kualitas pembelajaran.
Jurnal Teknodik, 165-176.

Hasil eksplorasi wawancara


1. Rekan sejawat
Narsum : Luxy Ulfa A, S. Pd.
Waktu : Senin, 15 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Belum
optimalnya guru dalam
memanfaatkan,
memaksimalkan dan berinovasi
dalam penggunaan Teknologi
Informasi (TIK) pada
pembelajaran disebabkan
karena
a. Guru kurang berinovasi
dalam menggunakan TIK
untuk pembelajaran
b. Guru kurang mau untuk
mempelajari mengenai TIK
untuk pembelajaran
c. Guru terlalu terpaku bahwa
mempelajari TIK itu sulit

2. Pakar
Narsum : Estining S, S. Pd.
Waktu : Rabu, 17 Mei 2023
Setelah dilakukan wawancara
ditemukan bahwa Belum
optimalnya guru dalam
memanfaatkan,
memaksimalkan dan berinovasi
dalam penggunaan Teknologi
Informasi (TIK) pada
pembelajaran disebabkan
karena
a. Keterbatasan sarana TIK
yang dimiliki guru
b. Guru hanya mengandalkan
kemampuan dasar dalam
penggunaan TIK tanpa
mengembangkan
kemampuan untuk
mempelajari TIK lebih
dalam

Anda mungkin juga menyukai