Anda di halaman 1dari 22

“Asuransi dan Perpajakan”

“Asuransi dan Perpajakan”


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Hukum Bisnis
Dosen Pengampu :
Dr. Handriyono, M.Si.

Nama Kelompok :
1. Fildzah Nandika (200810201248)
2. Ir. Rizki Akbar (200810201199)
3. Maulana Akbar Rizki (200810201113)
4. Wanda Amaliannisa (200810201051)

Program Studi S1 Manajemen


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Jember
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang membahas tentang “Asuransi dan Perpajakan” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini membahas secara umum dan spesifik mengenai Asuransi dan Perpajakan.
Banyak dari kita yang masih belum mengerti serta mengenal apa itu asuransi atau bagaimanakah
pajak itu sendiri. Kami selaku penulis makalah ingin menyampaikan asuransi dan pajak dengan
cara yang sederhana dan mudah dipahami. Kami pun tidak bermaksud untuk meniru,
menjatuhkan, menghina karya orang lain.
Kami menyadari bahwa karya tulis yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, oleh
karenanya kami mohon saran dan kritik yang membangun untuk karya — karya kami selanjutnya.
Terima Kasih.

Jember, 28 Februari 2021

Penulis

İ
LAFTAR BSB

KATA PENEANTAR.................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii

BAB I.......................................................................................................................................................... 1
PENDAHUNUAN..................................................................................................................................... 1
1.1 Natar Belakang................................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan............................................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat............................................................................................................................................. 3
BAB II......................................................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN........................................................................................................................................ 4
2.1
Definisi dan Unsur Akuntansi....................................................................................................... 4
2.2 Tujuan Asuransi................................................................................................................................ 5
2.3 Istilah — Istilah dalam Asuransi...................................................................................................... 9
2.4 Batalnya dan Sanksi dalam Asuransi.............................................................................................8
2.5 Tantangan Indonesia dalam Industri Asuransi..............................................................................9
2.6 Defini Perpajakan.......................................................................................................................... 10
2.7 Jenis — Jenis Perpajakan.................................................................................................................. 11
2.8 Sistem Pemungutan Pajak............................................................................................................. 11
2.9 Aspek Pajak dalam Badan Usaha Firma....................................................................................12
2.10 Permasalahan dalam Pemungutan Pajak....................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................... 14
3.2 Saran............................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................. 15

İ
BAB B
PENLADUNUAN
1.1 Natar Belakang

Asuransi dan lembaga asuransi sebagai lembaga peralihan resiko mempunyai peranan
penting. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non Bank ini sangat penting
peranannya dalam rangka pembangunan bidang ekonomi karena dengan usaha ini bisa
menghimpun dana yang digali dari masyarakat melalui perolehan resmi tertanggung. Asuransi
atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah sering terdengar bagi masyarakat Indonesia,
dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan perjanjian asuransi dengan
perusahaan asuransi, baik perusahaan asuransi milik negara maupun milik swasta nasional.
Asuransi sebagai lembaga pelimpahan resiko. Dalam keadaan normal biasanya
seseorang atau suatu badan usaha itu secara pribadi selalu harus menanggung semua
kemungkinan kerugian yang dideritanya yang disebabkan karena peristiwa apapun juga.
Biasanya sifat dan jumlah

kerugian itu tidak dapat dengan mudah diperkirakan sebelumnya, apakah akan berakibat yang
sangat fatal atau tidak. Apakah akan menimbulkan kerugian yang kira-kira mampu ditanggulangi
sendiri atau tidak. Guna menghadapi segala kemungkinan termaksud di atas maka orang berasaha
melimpahkan semua kemungkinan kerugian yang timbul kepada pihak lain yang kiranya bersedia
menggantikan kedudukannya. Cara untuk melakukan pelimpahan risiko dapat ditempuh dengan
jalan mengadakan suatu perjanjian. Perjanjian mana mempunyai tujuan bahwa pihak yang
mempunyai kemungkinan menderita kerugian (lazim disebut tertanggung) itu melimpahkan kepada
pihak lain yang bersedia membayar ganti rugi (lazim disebut penanggung).
Jiwa seseorang dapat di asuransikan untuk keperluan orang yang berkepentingan baik
untuk selama hidupnya maupun untuk waktu yang ditentukan dalam perjanjian. Orang yang
berkepentingan dapat mengadakan asuransi itu bahkan tanpa diketahui atau tanpa persetujuan
orang yang di asuransikan jiwanya. Jadi setiap orang dapat mengasuransikan jiwanya, dan
asuransi jiwa dapat diadakan untuk kepentingan pihak ketiga. Asuransi jiwa dapat diadakan
selama hidup atau selama jangka waktu tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian. Namun dalam
kenyataannya, ada rasa keengganan pada masyarakat untuk memanfaatkan lembaga ini dalam
berbagai kebutuhan hidup hal ini tidak dapat dilepaskan dari pengalaman masing-masing individu
terhadap kiprah yang dilakukan oleh lembaga asuransi ditengah-tengah masyarakat, sehingga
tudingan miring terhadap lembaga asuransi pun sulit untuk dihindari. Padahal jika di telusuri lebih
1
dalam, pada hakikatnya

2
lembaga asuransi adalah lembaga yang berbasis kepada pembiayaan secara bersama atau menganut
asas gotong-royong. Tujuan asuransi sendiri adalah sebagai lembaga proteksi dan investasi.
Pajak adalah salah satu sumber utama penerimaan negara, dan bagi negara semakin besar
pajak akan semakin baik keuangan suatu Negara, kontribuai Pajak bagi Pendapatan Asli Negara
begitu besar dan sangat menunjang Perekonomian suatu bangsa. Pemerintah saat ini memperbaiki
sistem pajaknya karena sistem lama dianggap banyak mempunyai kelemahan-kelemahan, ini
dilakukan untuk mengamankan pendapatan negara dari sektor pajak agar tidak bocor, upaya ini
dilakukan agar penerimaan negara dari pajak dari tahun ke tahun terus meningkat. Perkembangan
ekonomi memerlukan dukungan dana investasi dalam jumlah yang memadai. Pelaksanaanya harus
berdasarkan pada kemampuan sendiri. Untuk itu diperlukan usaha pengerahan dana masyarakat.
Peranan asuransi dalam pembangunan ekonomi nasional yang semakin meningkat membuat
masyarakat semakin membutuhkan kehadiran industri perasuransian yang kuat dan dapat
diandalkan. Industri asuransi memiliki peran dalam proses perkembangan perekonomian di

Indonesia untuk itu kita juga perlu mencermati apakah penerapan Akuntansi perpajakan dalam
Industri Asuransi apakah sudah sesuai atau tidak, mengingat sumbangan Pajak bagi perkembangan
ekonomi di Indonesia yang begitu sentral. Dalam industri Asuransi terdapat jenis-jenis pajak yang
melekat, baik itu PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, PPh Pasal 4 Ayat 2 dan PPN.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari asuransi ?
2. Apa saja tujuan dari adanya asuransi ?

3. Apa saja istilah-istilah yang ada dalam asuransi ?


4. Bagaimana batalnya atau sanksi pelanggaran asuransi ?
5. Apa saja tantangan yang dihadapi industri asuransi di Indonesia ?
6. Apa definisi dari perpajakan ?
7. Apa saja jenis — jenis perpajakan di Indonesia ?
8. Bagaimana sistem perpajakan di Indonesia ?
9. Apa saja aspek perpajakan dalam badan usaha firma ?
10. Apa saja problematika penerapan sistem perpajakan di Indonesia ?

3
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan definisi dari asuransi.
2. Menjelaskan tujuan dari asuransi.
3. Menyebutkan dan menjelaskan istilah dalam asuransi.
4. Memberikan contoh mengenai pelanggaran di dalam asuransi.
5. Menganalisis tantangan yang dihadapi oleh industri asuransi di Indonesia.
6. Menjelaskan definisi dari perpajakan.
7. Menyebutkan dan menjelaskan jenis — jenis perpajakan.
8. Menjelaskan mengenai sistem perpajakan di Indonesia.
9. Menjelaskan peran perpajakan terhadap badan usaha firma.
10. Menganalisis problematika penerapan pajak di Indonesia.

1.4 Manfaat

1. Mengetahui definisi atau pengertian dari asuransi.


2. Mengetahui istilah — istilah dalam asuransi.
3. Menambah pengetahuan mengenai contoh pelanggaran dalam asuransi.
4. Memahami penjelasan mengenai analisis tantangan industri asuransi di Indonesia.
5. Mengetahui defini dari perpajakan.
6. Mengetahui jenis — jenis perpajakan.
7. Memahami sistem perpajakan di Indonesia.
8. Memahami penjelasan mengenai problematika penerapan pajak di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Unsur Asuransi

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana
pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk
memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.
Menurut Ketentuan Undang—undang No.2 tahun 1992 tertanggal 11 Februari 1992 tentang
Usaha Perasuransian (“UU Asuransi”) yang sudah dicabut oleh Undang—undang No. 40 tahun 2014

tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Perasuransian yang memuat pengertian asuransi sebagai
berikut : Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan
untuk:

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena


kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau
pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau

pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang


besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
I. Beberapa hal penting mengenai asuransi:
• Merupakan suatu perjanjian yang harus memenuhi Pasal 1320 KUH Perdata.
Perjanjian tersebut bersifat adhesif artinya isi perjanjian tersebut sudah
ditentukan oleh Perusahaan Asuransi (kontrak standar).
• Terdapat 2 (dua) pihak di dalamnya yaitu Penanggung dan Tertanggung, namun
dapat juga diperjanjikan bahwa Tertanggung berbeda pihak dengan yang akan
menerima

<
tanggungan.

<
• Adanya premi sebagai bukti bahwa Tertanggung setuju untuk diadakan perjanjian
asuransi.
• Adanya perjanjian asuransi mengakibatkan kedua belah pihak terikat untuk
melaksanakan kewajibannya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada Asuransi adalah:
1. Subyek hukum (penanggung dan tertanggung);
2. Persetujuan bebas antara penanggung dan tertanggung;
3. Benda asuransi dan kepentingan tertanggung;
4. Tujuan yang ingin dicapai;
5. Resiko dan premi;
6. Evenemen (peristiwa yang tidak pasti) dan ganti kerugian;
7. Syarat-syarat yang berlaku;
8. Polis asuransi.

2.2 Tujuan Asuransi


a. Pengalihan Risiko
Mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya.
Membayar/membeli premi dari perusahaan asuransi, maka sejak saat itu juga risiko
teralihkan kepada pihak penanggung.
b. Pembayaran Pengganti Kerugian
Jika terjadi peristiwa yang mengakibatkan kerugian (risiko berubah menjadi

kerugian), maka tertanggung akan menerima bayaran ganti rugi yang besarnya sama dengan
jumlah asuransinya. Dalam praktik kerugian yang timbul bersifat sebagian (partial Loss),
tidak semuanya berupa kerugian total (total Loss). Dengan demikian, tertanggung
mengadakan asuransi dengan tujuan untuk memperoleh/klaim pembayaran ganti kerugian
yang sungguh — sungguh di derita.

Pembayaran ganti rugi oleh perusahaan asuransi berlaku prinsip subrogasi, dimana
penggantian hak si berpiutang (tertanggung) oleh seorang pihak ketiga (pihak asuransi) yang
membayar kepada si berpiutang (nilai klaim asuransi) terjadi karena persetujuan maupun karena

diatur undang — undang.

8
2.3 Istilah — Istilah dalam Asuransi
I. Berlakunya Asuransi
Hak dan kewajiban penanggung dan tertanggung timbul pada saat ditutupnya
asuransi walaupun polis belum diterbitkan. Penutupan asuransi dalam prakteknya
dibuktikan dengan disetujuinya aplikasi atau ditandatanganinya kontrak sementara (cover
note) dan dibayarnya premi. Selanjutnya sesuai ketentuan perundangan-undangan yang
berlaku, penanggung atau perusahaan asuransi wajib menerbitkan polis asuransi.
II. Polis Asuransi
1. Fungi polis
• Sebagai perjanjian/bukti tertulis
• Memuat kesepakatan
• Syarat — syarat khusus
• Janji — janji khusus pemenuhan hak dan kewajiban para pihak yang terlibat
2. Isi polis
Setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus memua :
• Hari dan tanggal perjanjian dibuat
• Nama tertanggung, untuk diri sendiri dan pihak ketiga
• Uraian jelas mengenai benda yang diasuransikan
• Jumlah nilai pertanggungan
• Premi asuransi
• Bentuk kejadian bahaya yang menjadi tanggungan penanggung

• Jenis asuransi kebakaran, polis harus menyebutkan pula


• Letak dan batas barang tetap yang dipertanggungkan
• Penggunanya
• Sifat dan penggunaan bangunan yang berbatasan yang berpengaruh
• Nilai barang yang ditanggungkan
• Letak dan batas bangunan dan tempat, dimana barang bergerak dan
disimpan berada

9
3. Jenis Klausula Asuransi
a. Klausula Premier Risque
Apabila asuransi dibawah nilai benda terjadi kerugain, penanggung
akan membayar ganti rugi seluruhnya sampai maks jumlah yang
diasuransikan. Digunakan pada pembongkaran dan pencurian, asuransi
tanggung jawab.
b. Klausula All Risk
Penanggung memikul segala resiko dan mengganti semua kerugian
yang timbul akibat peristiwa apapun, kecuali kelalaian tertanggung dan cacat
benda sendiri.
c. Klausula Total Loss Only (TLO)
Penanggung hanya menanggung kerugian yang merupakan kerugian
keseluruhan total benda yang diasuransikan.

d. Klausula Sudah Diketahui (ALL SEEN)


Digunakan pada asuransi kebakaran, bahwa penanggung sudah
mengetahui keadaan, konstruksi dan cara pakai bangunan.
e. Klausula Renunsiasi
Penanggung tidak menggugat tertanggung, kecuali jika hakim
menetapkan berbeda. Jika timbul kerugian akibat ulah tidak pasti dan
tertanggung tidak kasih tahu keadaan objek yang diasuransikan,
penanggung tak akan mengajukan pasal 251 KUHD dan akan membayar
klaim gantu rugi.
f. Klausula free particular aνerage (FPA)
Penanggung dibebaskan dari kewajiban ganti rugi yang sebenarnya
timbul akibat peristiwa khusus yang sudah dibebaskan klasula FPA
g. Klausila Riot, Strike, Ciνil commotion (RSCC)
Riot — kerusuhan minimal 12 orang, yang menimbulkan gaduh dan
kekerasan dan kerusakan
Srike — pemogokan yang disengaja minimal 12 orang pekerja atau
separuh total pegawai yang menolak bekerja, protes kepada perintah majikan
Civil Commotion — huru hara sejumlah besar massa buat gaduh
kerusakan dan kekerasan yang membuat aktivitas umum terganggu/berhenti
5
4. Hal yang harus diperhatikan
Klausula Bank adalah suatu klausula yang tercantum dalam polis yang
hanya jika diminta oleh pihak Bank, yang mana pihak Bank adalah penerima ganti
rugi atas objek pertanggungan dalam polis.
Klausula ini muncul karena adanya hubungan hutang piutang antara debitur
dan kreditur dimana objek pertanggungan adalah jadi jaminan bank.
III. Jenis Asuransi
1. Asuransi Kerugian, terdiri dari :
• Asuransi kebakaran
• Asuransi kehilangan dan kerusakan
• Asuransi laut
• Asuransi pengangkutan
• Asuransi kredit
2. Asuransi jiwa, terdiri dari :
• Asuransi kecelakaan
• Asuransi kesehatan
• Asuransi jiwa kredit

2.4 Batalnya dan Sanksi dalam Asuransi


I. Batalnya Asuransi
Perjanjian asuransi terancam batal apabila :

1. Kekeliruan/kesalahan dalam keterangan/pemberitahuan hal — hal yang


perlu diketahui oleh penanggung akan berakibat ditutupnya polis asuransi
2. Memuat suatu kerugian yang sudah ada sebelum perjanjian
asuransi ditandatangani
3. Memuat ketentuan bahwa tertanggung dengan pemberitahuan melalui
pengaadilan membebaskan si penanggung dari segala kewajibannya
yang akan datang
4. Terdapat akalan penipuan, cerdik, kecurangan oleh si tertanggung
5. Ada objek yang menurut UU tidak boleh diperdagangkan

4
II. Sanksi Asuransi
1. Sanksi Administratif
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan usaha, sebagian atau seluruh
c. Larangan memasarkan produk asuransi/Syariah untuk lini usaha tertentu
d. Pencabutan izin usaha
e. Pembatalan peenyataan pendaftaran bagi pialang/agen asuransi
f. Pembatalan pernyataan pandaftaran bagi konsultan, akuntan, pihak
yang memberikan jasa bagi perusahaan perasuransian
g. Pembatalan persetujuan bagi Lembaga mediasi atau asosiasi
h. Denda administrative
i. Larangan menjadi jabatan eksekutif potensial
2. Sanksi pidana

2.5 Tantangan Indonesia dalam Industri Asuransi

Peluang usaha asuransi di era globalisasi merupakan peluang usaha yang sangat besar,
karena setiap aktifitas akan selalu menghadapi risiko, bahkan masing-masing negara akan dapat
mengambil peluang tersebut bukan hanya di negara asal, namun dapat juga melakukan investasi ke
negara lain khususnya di bidang asuransi. Ini berarti bahwa di dalam membuat aturan hukum serta
memberikan peluang usaha termasuk di bidang asuransi harus diberlakukan tanpa adanya
diskriminasi antara pihak dalam negeri maupun pihak asing, yang akan membatasi gerak bisnis
pengusaha asing.
Hambatan dalam pembangunan daya saing industri asuransi nasional diantaranya adalah
permodalan yang terbatas, keterbatasan SDM yang berkualitas, tingkat produktifitas karyawan,
integritas pelaku usaha perasuransi, biaya operasional yang tinggi, premi terlalu rendah, dan
sebagainya, adanya hambatan tersebut dikarenakan 4 (empat) faktor, yaitu peraturan perundang-
undangan, faktor budaya, faktor keadaan dan faktor peran pemerintah.
Sebagai suatu bangsa bagian dari masyarakat dunia, Indonesia harus dapat menghadapi
tantangan daya saing di bidang usaha asuransi, usaha asuransi merupakan peluang yang harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, asuransi
merupakan usaha peralihan risiko yang berkaitan dengan harta benda serta jiwa setiap orang,

9
dalam

1
segala aktifitas hidup yang dijalankan menyangkut ekonomi, sosial budaya bahkan politik.
Oleh karena itu segala sarana prasarana berkaitan dengan usaha asuransi harus ditingkatkan
termasuk peraturan perundang-undangan yang mengatur masalah perasuransian.

2.6 Definisi Perpajakan

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr.P.J.A Adriani dalam buku Konsep Dasar
Perpajakan Diana Sari (2013:34) adalah sebagai berikut : “Pajak adalah iuran masyarakat kepada
negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturanperaturan umum (Undang-Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum berhubung
tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.”
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam buku Mardiasmo (2011:1) adalah sebagai

berikut : “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Pasal 1 ayat (1) Tahun
2007 menjelaskan bahwa : “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.”
Adapun ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak dalam buku Perpajakan Teori dan Kasus
Siti Resmi (2014:2), yaitu:

• Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta


aturan pelaksanaannya.
• Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
• Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
• Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai publik

1
investment.

1
2.7 Jenis Perpajakan di Indonesia
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal
21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.
1. Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak Penghasilan atau PPh adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan, baik
perorangan maupun instansi dan badan usaha.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak yang dikenakan pada setiap jenis
barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen.
3. Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah ini nih, yang dibebankan dalam kegiatan
perdagangan dalam negeri.
4. Materai

Jenis pajak keempat yang diatur oleh Dirjen Pajak adalah bea materai. Biasanya ini
dikenakan pada seseorang yang sedang mengurus surat-surat atau perjanjian yang bernilai
tertentu. Ini adalah pajak atas pemanfaatan dokumen.
5. Pajak Bumi Dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan yang dikelola oleh Dirjen Pajak pusat adalah pajak untuk
perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Sedangkan untuk bangunan di pedesaan dan
perkotaan dikelola oleh pemerintah daerah, sehingga masuk ke pajak daerah.
6. Pajak Daerah
Pada pajak daerah sendiri yang wajib diketahui terdapat dua pajak di dalam pajak
di Indonesia. Pajak Provinsi adalah jenis pajak yang dikelola oleh pemerintah provinsi,
meliputi Pajak Kendaraan—termasuk di dalamnya adalah pajak kendaraan bermotor
tahunan, 5 tahunan, bea balik nama, dan sebagainya—Pajak Air Permukaan, dan Pajak
Rokok.

2.8 Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia


Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk
menghitung besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara. Di Indonesia, berlaku
3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:
1. Self Assessment System.
1
2. Official Assessment System.
3. Withholding Assessment System.
I. Self Assessment System
Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari
para wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
II. Official Assessment System
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau
aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan
pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi
Bangunan (PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
III. Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan
wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus. Contoh Witholding System adalah

pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait. Jadi,
karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk membayarkan pajak tersebut.

2.9 Aspek Pajak dalam Badan Usaha Firma

Badan Usaha Firma maupun usaha perorangan memiliki perlakuan yang sama tentang
perpajakan. Yaitu keuntungan usaha sama-sama diperlakukan sebagai satu kesatuan dengan
penghasilan pemiliknya. Hanya bedanya keuntungan usaha perorangan dikenai pajak di sisi
perorangan sebagai WPOP sedangkan keuntungan usaha Firma dikenai pajak di sisi Firma sebagai

WP badan. Keduanya sama-sama tidak diperkenankan memperhitungkan pengurangan biaya


berupa gaji pemilik dan pembagian keuntungan. Dipandang dari sudut penghematan pajak, Firma

1
memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak.
Keuntungan usaha Firma dikenai pajak sesuai dengan tarif pajak WP Badan dengan tarif tertinggi
sebesar 30%.
Dalam aspek pajak Badan Usaha Firma, bergesernya aliran penghasilan Firma kepada
pemilik tidak dianggap sebagai terjadinya aliran penghasilan. Sehingga pajak tidak mengakui
adanya pengurangan berupa biaya gaji pemilik di Firma itu sendiri. Namun sebaliknya, penerimaan
berupa gaji oleh pemilik tidak dianggap sebagai adanya penghasilan bagi si pemilik. Demikian juga
atas pembagian laba yang diterima oleh pemilik. Pajak memandang bahwa antar anggota atau
pemilik Firma diperlakukan sebagai satu kesatuan dalam penghitungan PPh atas keuntungan usaha.
Satu kesatuan dalam hal ini adalah tambahan kemampuan ekonomis dari usaha Firma yang hanya
akan dikenai PPh satu kali.

2.10 Permasalahan dalam Pemungutan Pajak

Kurangnya sosialisasi dari pemerintah kepada masyarakat sebagai Wajib Pajak mengenai
pentingnya membayar pajak, manfaat membayar pajak, dan sanksi yang akan diterima apabila
Wajib Pajak melalaikan kewajibannya. Disamping kesadaran pengetahuan Sumber Daya Manusia
(SDM) masih rendah juga ikut mempengaruhi, dimana Wajib Pajak belum memahami tentang
pentingnya membayar pajak tersebut, belum mengetahui bagaimana prosedur pendaftaran,
menghitung dan melaporkan sendiri Obyek Pajak yang dikuasai, dimiliki dan dimanfaatkannya.
Kurangnya atau tidak adanya kesadaran masyarakat sebagai Wajib Pajak untuk membayar
pajak ke negara adalah sebagai bentuk perlawanan. Persepsi Wajib Pajak bahwa percuma
membayar pajak dengan tertib, karena pada akhirnya akan digunakan secara boros dan tidak tepat
sasaran bahkan akan dikorup oleh sebahagian dari pegawai pajak. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak
yang masih rendah akan menimbulkan selisih antara jumlah pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak
dengan jumlah pajak yang seharusnya dibayar semakin besar. Wajib Pajak yang memiliki
penghasilan besar cenderung untuk lebih patuh ketimbang yang berpenghasilan rendah karena
yang berpenghasilan besar cenderung untuk lebih konservatis dalam pelaporan kewajiban
perpajakannya. Penerapan tarif pajak yang tinggi menjadi kendala juga, karena memberatkan
Wajib Pajak.

1
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di zaman dahulu banyak sekali masyarakat yang tidak paham tentang pengertian asuransi

dan tidak mengerti dampak positif dari asuransi, tetapi sekarang perusahaan asuransi sudah
banyak di Indonesia. Oleh karena itu maka pengertian dan pentingnya semakin luas dimasyarakat.
Asuransi sendiri pada perkembangannya mengalami banyak perubahan dan semakin banyak
jenisnya dari mulai hal yang wajar sampai hal-hal yang tidak wajar pun bisa diasuransikan.
Banyak masyarakat yang menggunakan jasa asuransi didalam kehidupan sehari-hari karena saat
ini banyak sekali resiko yang akan terjadi dimasa yang akan datang sebelum semua itu dihadapi
terlebih dahulu kita menanggulanginya agar tidak terjadi kerugian besar.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar yang diperoleh dari
kontribusi rakyat yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapat
imbalan secara langsung dan digunakan untuk kemakmuran negara. Wajib pajak mempunyai
kewajiban melaporkan dan membayar pajak terhutang sesuai undang-undang perpajakan termasuk
pajak penghasilan pasal 21 yang dikenakan atas penghasilan, berupa gaji, honorarium, upah,
tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh pegawai sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa, jabatan dan kegiatan. wajib pajak dapat dikatakan patuh jika tidak pernah
menunggak pajak, membayar dan melaporkan pajak tepat waktu serta taat peraturan perundang-
undangan perpajakan.

3.2 Saran
1. Sebelum melakukan perjanjian asuransi dengan perusahaan asuransi, sudah menjadi
kewajiban bagi calon tertanggung untuk mencari informasi yang benar, jelas, dan rinci
kepada perusahaan asuransi atas produk asuransinya mengenai risiko, manfaat, hak
dan kewajiban penanggung dan tertanggung, polis, pengecualian risiko, dan lain
sebagainya.
2. Pemerintah diharapkan untuk memberikan brosur-brosur dengan gambar dan kalimat
ajakan yang menarik wajib pajak mengenai pajak penghasilan 21 dengan tujuan agar wajib
pajak pegawai bersedia melaporkan pajak penghasilan tanpa perlu adanya peringatan.

1
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, S.H., Hukum Asuransi di Indonesia, Penerbit PT Intermasa,
l986;
H. Mashudi, SH. MH dan Moch. Chidir Ali, SH. (Alm.), Hukum Asuransi, Penerbit CV. Mandar
Maju, l995;
Prof. Abdulkadir Muhammad, SH., Hukum Asuransi Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung l999;
Hasanuddin Rahman, S.H., Aspek–Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, l995.
Undang-Undang Perasuransian UU RI Nomor 40 Tahun 20l4, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,
20l5;
Guntara, D. (20l6). ASURANSI DAN KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM YANG
MENGATURNYA. Justisi Jurnal Ilmu Hukum, l(l). https://doi.org/l0.36805/jjih.νlil.79
https://www.facebook.com/rezita.maulida. (20l8, September 28). Sistem Pemungutan Pajak di
Indonesia. Retrieνed March l, 202l, from OnlinePajak website: https://www.online-
pajak.com/tentang-pajak-pribadi/sistem-pemungutan-pajak
Niru, D., & Sinaga, A. (20l6). Pemungutan Pajak Dan Permasalahannya Di Indonesia
PEMUNGUTAN PAJAK DAN PERMASALAHANNYA DI INDONESIA. 7(l). Retrieνed
from http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=972027&νal=l4963&title=PE

MUNGUTAN%20PAJAK%20DAN%20PERMASALAHANNYA%20DI
%20INDONESIA#:~
:text=Pemungutan%20pajak%20di%20Indonesia%20mengalami

Anda mungkin juga menyukai