Abstrak
Penelitian ini membahas tentang penghasilan yang merupakan komponen
penunjang kemampuan Wajib Pajak, baik itu perorangan maupun perusahaan atau
badan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun. Metode dalam penelitian
ini adalah kualitatif dengan pendekatan analisis deskriptif terhadap wajib pajak
yang melakukan kegiatan usaha adalah mereka yang menyelenggarakan kegiatan
usaha di berbagai bidang, baik pertanian, industri, perdagangan, maupun lainnya
dan tidak terikat oleh suatu ikatan dengan pemberi kerja. Hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa sebagian besar wajib pajak pernah melakukan kekeliruan
dalam pembayaran pajaknya. Omzet UMKM mengalami ketidakpastian, sehingga
menyebabkan perhitungan pajak yang dilakukan selalu berubah-ubah. Hasil
penelitian ini menyebutkkan sebagian responden melakukan penyesuaian terhadap
kekeliruan dalam pembayaran pajaknya.
Abstract
A. PENDAHULUAN
Objek pajak tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya subjek pajak yang
terdiri dari 3 jenis menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 2 ayat 1, yaitu
:
· Orang pribadi
· Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
· Badan : Sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana
pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial
politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk
kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
· Bentuk usaha tetap (BUT) : Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang
dapat berupa: tempat manajemen perusahaan, cabang perusahaan, kantor
perwakilan, pabrik, gudang, dll.
Rumusan Masalah
1. Apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada Pasal 4 ayat (1) ?
2. Apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada Pasal 4 ayat (2) ?
3. Apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada Pasal 4 ayat (3) ?
4. Bagaimana cara perlakuan Objek Pajak Penghasilan tersebut pada masing-
masing ayat ?
5. Bagaimana analisis penghasilan sebagai objek pajak pada pengusaha kecil
dan eceran ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada
Pasal 4 ayat (1).
2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada
Pasal 4 ayat (2).
3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi Objek Pajak Penghasilan pada
Pasal 4 ayat (3).
4. Untuk mengetahui bagaimana cara perlakuan Objek Pajak Penghasilan
tersebut pada masing-masing ayat.
5. Untuk menganalisis penghasilan sebagai objek pajak pada pengusaha kecil
dan eceran.
B. KAJIAN PUSTAKA
Pajak
Penghasilan
Pajak Penghasilan
Perbedaan Temporer
Perbedaan Tetap
A. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus,
gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan
lain dalam Undang-undang ini;
E. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
G. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
N. Premi asuransi;
O. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
P. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak;
Berdasarkan Objek Pajak yang tertulis di Pasal 4 Ayat 1, berikut tarif pajak yang
dikenakan:
PPh Pasal 4 ayat 2 (Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2) merupakan pajak yang
dikenakan pada wajib pajak pribadi ataupun badan atas beberapa jenis penghasilan
yang mereka dapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final yang tidak dapat di
kreditkan.
Berikut merupakan objek pajak penghasilan yang dikenai PPh Pasal 4 ayat (2):
C. METODE PENELITIAN
2. Melakukan pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan (PPh 21, PPh Pasal
4 ayat 2, PPh Pasal 23, PPh Pasal 25, PPh Pasal 26);
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan atau PKP; 2. Menyetorkan dan
melaporkan Pajak Penghasilan Orang Pribadi dan pajak lainnya; 3. Melakukan
pemungutan, menyetor, dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai (jika ditunjuk
sebagai Pengusaha Kena Pajak).
Sosialisasi ini dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM, sehingga
UMKM dapat memiliki data yang akurat dan berguna meningkatkan produktifitas,
efektifitas, dan efisiensi usaha mereka. UMKM diharapkan mulai menerapkan
pembukuan menggunakan aplikasi komputer, karena dapat membantu pengolahan
data lebih praktis dan efisien waktu. Hasil penelitian ini konsisten dengan Liana
Ekawati (2008), yang menyebutkan wajib pajak Yogyakarta paham dalam hal
pembukuan sederhana seperti pengisian Surat Pemberitahuan, perhitungan pajak,
penyetoran pajak, dan pelaporan pajak. Penelitian ini juga sejalan dengan Zulia
Hanum (2009) dan Erna (2012) yang menunjukkan hasil bahwa pengetahuan wajib
pajak dan pemahamanan tentang peraturan perpajakan memberikan manfaat bagi
wajib pajak untuk melakukan pelaporan kewajiban perpajakannya. Namun, hal ini
tidak sesuai dengan adanya perkembangan zaman pada saat ini, dimana Sebagian
besar masyarakat memprioritaskan adanya teknologi untuk mencapai
kesejahteraan, tetapi pedagang UMKM ini tidak bersedih karena telah memiliki
pelanggan yang sudah lama menjadi loyal dalam melakukan transaksi jual beli.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Afriyani (2009) yang menyebutkan
dalam penelitiannya jarang terjadi kekeliruan dalam pembayaran.. Secara
keseluruhan hasil dalam penelitian ini mendukung Teori Atribusi. Hal ini
ditunjukkan dengan sikap wajib pajak dalam menilai pajak sangat dipengaruhi oleh
kondisi internal dan kondisi eksternal. Kondisi internal ini ditunjukkan dengan
masih rendah pendidikan yang dimiliki oleh wajib pajak sehingga berdampak pada
pemahaman pembukuan dan perhitungan pajak yang masih sangat rendah. Kondisi
eksternal yang mempengaruhi wajib pajak adalah sanksi yang diberikan sebagai
akibat wajib pajak telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan jika wajib pajak
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya (Putri, 2018).
E. KESIMPULAN
Sebagian besar wajib pajak pernah melakukan kekeliruan dalam
pembayaran pajaknya. Omzet UMKM mengalami ketidakpastian, sehingga
menyebabkan perhitungan pajak yang dilakukan selalu berubah-ubah. Hasil
penelitian ini menyebutkkan sebagian responden melakukan penyesuaian terhadap
kekeliruan dalam pembayaran pajaknya. Hal ini dilakukan karena penyesuaian akan
mempengaruhi laporan pembukuan yang sudah dibuat wajib pajak selama periode
pencatatan. UMKM harus melakukan pencatatan pembayaran pajak karena
berfungsi sebagai bukti bahwa wajib pajak sudah melakukan kewajiban
pembayarannya tepat waktu dan tepat jumlah sesuai ketentuan yang berlaku,
sehingga tidak kesulitan dalam perhitungan pajak tahun berikutnya. Wajib pajak
UMKM diharapkan tidak sering mengalami kekeliruan dalam pembayaran
pajaknya, sehingga tidak menimbulkan tindakan lanjutan seperti pemeriksaan pajak
oleh fiskus pajak terkait karena penghitungan yang dilakukan oleh wajib pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Redaksi DDTC News. (2019, July 24). DDTC News. Retrieved from
https://news.ddtc.co.id/: https://news.ddtc.co.id/wah-objek-pajak-penghasilan-
bakal-ditambah-16503