Anda di halaman 1dari 33

PERANCANAAN JEMURAN OTOMATIS

MENGGUNAKAN SENSOR HUJAN CAHAYA


DENGAN ARDUINO
LAPORAN AKHIR
Digunakan sebagai persyaratan persyaratan maju ujian akhir
SMK Negeri 1 cerme

Oleh :
Ainun Nindi Anggraeni NIS : 9121/142.010

KOMPETENSI TEKNIK OTOMASI INDUSTRI PROGRAM


STUDI TEKNIK KETENAGALISTRIKAN SMK NEGERI 1
CERME 2022
LEMBAR PENGESAHAN
PERENCANAAN JEMURAN OTOMATIS MENGGUNAKAN
SENSOR HUJAN CAHAYA DENGAN ARDUINO

Laporan Tugas Akhir ini telah di uji dan disahkan oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Supatma Sari, S.T. Ramdhani Anwar, S.Pd.


NIP. 199303142019031012 NIP.
198504112022212029

Mengetahui dan menyetujui


Kepala Program Jurusan TOI

Hadi Waluyo Budi Yono, S.Pd., M.M.


NIP. 197001172005011005
ABSTRAK

(I) Ainun Nindi Anggraeni. 2022. Perencanaan jemuran otomatis


menggunakan sensor hujan cahaya dengan Arduino. Jurusan Teknik
Otomasi Industri. Program Studi Teknik Ketenagalistrikan. SMK Negeri 1
Cerme.Pembimbing : (I) Supatma Sari, S.T. (II) Ramdhani Anwar, S.Pd.
Kebutuhan pembuatan Perencanaan jemuran otomatis menggunakan sensor
hujan cahaya dengan Arduino. untuk membantu pekerjaan rumah tangga, agar
menjemur pakaian tanpa harus memasukkan pakaian dan mengeluarkan
pakaian di saat hujan dan panas matahari pagi.

KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis ungkapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan akhir ini dengan baik.

Laporan akhir dengan judul “Perencanaan jemuran otomatis menggunakan


sensor hujan cahaya dengan Arduino.”, digunakan untuk persyaratan
ujian Akhir Program Studi Teknik Ketenagalistrikan, Jurusan Teknik Otomasi
Industri, SMK Negeri 1 Cerme. Dalam penyusunan laporan akhir ini terdapat
banyak kendala antara lain pengumpulan data, pembuatan alat, sampai analisa
namun penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
beberapa pihak dibawah ini:
1. Kedua Orang Tua saya yang telah memberikan dorongan moril maupun
materiil sampai diselesaikannya laporan akhir ini.
2. Bapak Takari Widodo, S.Pd. M.T., selaku Kepala SMK Negeri 1 Cerme.
3. Bapak Hadi Waluyo Budi Yono, S.Pd., M.M. selaku Kepala Program
Jurusan TOI
4. Ibu Supatma Sari, S.T. selaku pembimbing I yang telah memberikan
bantuan dan pengarahan selama pembuatan laporan akhir.
5. Bapak Ramdhani Anwar, S.Pd. selaku pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan pengarahan selama pembuatan laporan akhir.
6. Seluruh staf pengajar SMK Negeri 1 Cerme,
7. Seluruh teman-teman di Jurusan Teknik Otomasi Industri.
8. Seluruh pihak yang belum disebutkan dalam penyelesaian laporan akhir
ini.
Semoga Allah memberikan balasan atas segala kebaikan yang telah
mereka berikan kepada penulis selama proses penyelesaian laporan akhir ini.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir yang penulis susun ini mungkin
sarat dengan kekurangan dan kelemahan, walaupun telah disusun atas dasar
pengembangan penalaran, dan analisa percobaan dengan berpedoman pada teori-
teori dibidang otomasi khususnya dibidang mikrokontroller. Saran dan kritik yang
bersifat membangun penulis harapkan untuk penyempurnaan laporan akhir ini.
Akhirnya Penulis berharap laporan akhir ini dapat bermanfaat.

Gresik, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
LAPORAN AKHIR
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
1.2 perumusan masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tujuan Peneltian
1.5 Metodologi penelitian

Bab 2. Landasan teori


2.1 Jemuran
2.1.1 Cara Jemuran
2.2 Arduino Nano
2.2.1 Sumber Daya
2.2.2 Masukan Dan keluaran
2.3 Stepper Motor
2.4.1 Jenis jenis Stepper motor
2.4 Rain Sensor
2.5 LDR

Bab 3. Perancangan Sistem


3.1 Perancangan Blok Diagram
3.2 Perancangan Rangkaian Skematik
3.2.1 Rangkaian Mikrokontroler Arduino
3.2.2 Rangkaian Motor Stepper
3.2.3 Rangkaian Rain Sensor
3.2.4 Rangkaian LDR
3.3 Perancangan Rangkaian Keseluruhan
3.4 Flowchart
Bab 4. Hasil Dan Pembahasan
4.1 Umum
4.2 Analisa Data
4.3 Stimulasi Rangkaian
4.4 Hasil Pengujian
4.4.1 Pengujian Saat Jemuran Masuk
4.4.2 Pengujian Saat Jemuran Keluar
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1 kesimpulan
5.2 Saran

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem kendali secara otomatis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi


belakangan ini berkembangan dengan pesat. Dengan adanya kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi menghasilkan inovasi baru yang berkembang menuju lebih baik.
Hal ini dapat dilihat jangkauan aplikasinya mulai dari rumah tangga hingga peralatan yang
canggih.

Modernisasi telah mengakibatkan pola hidup masyarakat banyak berubah. Di kalangan


masyarakat saat ini terutama di daerah kota dengan padatnya aktivitas tidak memungkinkan
menjemur pakaian secara individual, walaupun menggunakan mesin cuci sekaligus , yang
hanya dapat mencuci saja tidak dapat menjemur pakaian .

Menjemur pakaian adalah salah satu kegiatan yang sering dilakukan didalam
kehidupan rumah tangga, dan biasa kita lihat menjemur pakaian sering kita tinggal
bepergian, sehingga kita tidak sempat lagi untuk mengangkat jemuran pada waktu akan
turun hujan ataupun hari sudah malam. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya
sistem kontrol otomatis, dengan cara membuat sistem jemuran otomatis.

Dalam perancangan implementasi sistem jemuran otomatis, masalah ± masalah yang


dipecahkan adalah meliputi sistem pengendali jemuran, arsitektur perangkat keras,
meliputi : perangkat elektronik dan mekanik Dari keterangan diatas maka penulis padukan
untuk merealisasi jemuran otomatis yang efektif dan efisien, dalam kesempatan penyusunan
Tugas Akhir dengan judul “Perencanaan Jemuran Otomatis Menggunakan Sensor Hujan,
Cahaya Dengan Arduino”.

1.2 Perumusan Masalah

Pada pembahasan materi ini ada beberapa permasalahan yang akan saya bahas
adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prinsip kerja dari mesin jemuran otomatis?


b. Bagaimana merancang dan membuat alat jemur pakaian menggunakan sensor hujan,
cahaya dengan sensor?

1.3 Batasan Masalah


Agar dalam penyusunan Laporan Akhir tidak mengalami kesulitan
dan banyaknya masalah dan supaya tidak terlalu menyimpang jauh dari
tujuan yang hendak dicapai, maka dalam pembahasan ini diberi batasan-
batasan sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang dan membuat jemuran secara otomatis menggunakan sensor


hujan, cahayadengan arduino.
2. Penggunaan sensor hujan dan cahaya sebagai kontrol untuk menjalankan jemuran
3. Tidak membuat dan membahas sistem sensor lebih lanjut.

1.4 Tujuan Penelitian

Membuat alat yang dapat menjalankan keringanan rumah tangga .


Membuat inovasi untuk melahirkan produk yang lebih berkembang. Menjadikan alat
pembantu dalam hal menjemur pakaian.

1.5 Meteologi Penelitian

Dalam penyusunan laporan ini, pembahasan mengenai sistem alat yang dibuat
dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Jemuran
Jemuran adalah tempat menjemur pakaian yang terpapar oleh Matahari
secara langsung dalam bentuk jemuran selalu ada di depan rumah biasanya
menggunakan tali dan kayu sebagai bentuknya. Dalam iklim Tropis ini banyak ibu ibu
rumah tangga kesulitan dalam menjemur karena cuaca yang tidak tentu dan kesibukan
yang selalu banyak . menggunakan jemuran ini sendiri sangat menguras tenaga dalam
pengambilan pakaian juga dengan menaruh jemuran yang sangat tidak efisien.
2.1.1 Cara kerja Jemuran

Bagi ibu-ibu rumah tangga menjemur biasanya di lakukan dalam 2 kondisi menaruh
pakaian yang masih basah dan mengangkat pakaian yang sudah kering atau cuaca yang
tidak menentu seperti di saat hujan dating.
Melakukan perkerjaan ini suguhlah sangat menguras tenaga dalam menjemur pakain
dan mengangkatnya makin ke arah modern sangat banyak cara menjemur pakaian atau
mengeringkan pakaian itu sendiri
Dalam pembuatan jemuran biasa menggunakan kayu dan tali untuk mengkaitkan
pakaian dengan menaruhni bawah terik pnas cahaya matahari.

2.2 Arduino NANO


Definisi Arduino Nano adalah suatu papan sirkuit pengembang berukuran
kecil yang didalamnya sudah tersedia mikrokontroler serta mendukung penggunaan breadboard.

Arduino Nano khusus dirancang dan diproduksi oleh perusahaan Gravitech dengan menggunakan
basis mikrokontroler Atmega328 (untuk Arduino Nano V3) atau Atmega168 (untuk Arduino Nano
V2)

Jenis Mikrokontroler Atmega328

Tegangan Operasi 5 Volt

Tegangan Disarankan 7 - 12 Volt

Batas Tegangan 6 - 20 volt

Pin Input/Output Digital 14

Pin PWM 6

Pin Input Analog 8

Arus Per Pin 40 Ma

Memori Flash 32 KB (2 KB untuk bootloader)

SRAM 2 KB

EEPROM 1 KB
Clock Speed 16 MHz

Panjang 4,3 cm

Lebar 1,8 cm

Berat 5 gram

Gambar 2.1 Arduino Nano

2.2.1 Sumber Daya


Fungsi dari pin tegangan adalah memungkinkan kita untuk mengatur tegangan yang
ada pada Arduino. Beberapa contoh pin tegangan dan fungsinya yaitu:

o VIN, berfungsi sebagai tempat masuknya tegangan jika ingin menambahkan


tegangan eksternal
o 5V, berfungsi memberikan tegangan yang besarnya 5 volt
o 3, 3V, berfungsi memberikan tegangan yang besarnya 3,3 volt
o GND (ground), berfungsi menghilangkan beda potensial jika sewaktu-waktu
terjadi kebocoran tegangan
o AREF, berfungsi mengatur tegangan referensi eksternal sebagai batas atas
pin input analog
o IOREF, berfungsi untuk memberikan referensi tegangan yang beroperasi
pada mikrokontroler
2.2.2 Masukan Dan Keluaran

1. Pin Input/Output Digital


Fungsi utama dari pin ini adalah untuk membaca sinyal digital, yaitu berupa nilai 0
dan 1 atau ada juga yang menyebutnya logika TRUE dan FALSE.

Adapun untuk jumlah pin digital pada Arduino Nano yaitu sebanyak 14 pin.
Terhitung dari pin RX0, TX1, D2, dan sampai D13.

Selain itu, ternyata pin input/output digital masih bisa dikelompokkan lagi
berdasarkan fungsi spesifiknya, yaitu:

o Pin Serial
Yaitu Arduino Nano pin yang fungsinya untuk memungkinkan terjadinya
komunikasi serial pada Arduino. Contohnya yaitu pin RX0 dan TX1. RX
berfungsi untuk menerima TTL data serial dan TX berfungsi untuk mengirim
TTL data serial.

o Pin External Interrupt
Yaitu pin yang dapat dikonfigurasikan untuk memicu sebuah interupsi pada
nilai rendah, meningkat, menurun, atau perubahan nilai. Pin yang
termasuk Eksternal Interrupt yaitu pin D2 dan D3.

o Pin PWM Arduino Nano


Yaitu pin yang memungkinkan kita untuk menggunakan fitur PWM (Pulse
Width Modulation). Pin yang termasuk PWM pada Arduino Nano yaitu pin
D3, D5, D6, D9, dan D11. Ini ditandai dengan adanya tanda titik atau strip.

o Pin SPI (Serial Peripheral Interface)


Fungsi pin ini adalah memungkinkan terjadinya komunikasi SPI. Contoh
yang termasuk pin SPI yaitu pin D10 (SS), D11 (MOSI), D12(MISO), dan
pin D13 (SCK).

o Pin LED
Alasan utama mengapa pin 13 disebut pin LED karena fungsi pin ini adalah
untuk menyalakan LED yang terpasang secara built-in di Arduino.

2. Pin Input Analog


Secara umum, fungsi pin ini adalah untuk membaca sinyal analog untuk diubah ke
dalam bentuk sinyal digital.

Jumlah pin input analog Arduino Nano berjumlah delapan. Terdiri atas pin A0, A1,
A2, A3, A4, A5, A6, dan A7.
Namun perlu kamu ketahui bahwa diantara delapan pin tersebut ada dua pin yang
memiliki fungsi khusus, yaitu memungkinkan terjadinya komunikasi I2C.

Pin tersebut antara lain:

o Pin SDA (Serial Data)


Pin ini berfungsi untuk mentransaksikan data guna mendukung komunikasi
I2C atau TWI (Two Wire Interface). Pin yang termasuk pin SDA adalah pin
analog 4 atau pin A4.

o Pin SCL (Serial Clock)


Pin ini berfungsi untuk menghantarkan sinyal clock guna memungkinkan
terjadinya komunikasi I2C atau TWI. Pin yang merupakan pin SCL adalah
pin analog 5 atau pin A4
2.2.3 Bahasa Pemrogaman Arduino

Papan arduino merupakan perangkat yang berbasiskan mikrokontroler.


Perangkat lunak (software) merupakan komponen yang membuat sebuah
mikrokontroller dapat bekerja. Papan arduino akan bekerja sesuai dengan perintah
yang ada dalam perangkat lunak yang ditanamkan padanya. Bahasa Pemrograman
Arduino adalah bahasa pemrograman utama yang digunakan untuk membuat
program untuk papan arduino. Bahasa pemrograman arduino menggunakan
bahasa pemrograman C sebagai dasarnya.

2.3 Motor Stepper

Motor stepper adalah motor yang berbeda dari motor DC biasa dalam
setidaknya ada empat perbedaan penting yaitu.

1. Perbedaan pertama yang Anda perhatikan adalah bahwa mereka


tidak memiliki sikat atau komutator (bagian-bagian dari motor
DC yang membalikkan arus listrik dan menjaga rotor bagian yang
berputar dari motor terus-menerus berputar ke arah yang sama).
Dengan kata lain, motor stepper adalah contoh dari apa yang kita
sebut motor brushless. (Anda juga akan menemukan motor tanpa
sikat di banyak kendaraan listrik, tersembunyi di hub roda;
digunakan dengan cara itu, mereka disebut motor hub.) Anda
akan menemukan lebih banyak tentang motor Brushless dalam
artikel kami tentang Motor DC Brushless kelebihan dan Aplikasi
2. Perbedaan utama kedua adalah apa yang berputar. Ingatlah bahwa
pada motor DC dasar, ada magnet permanen luar atau magnet
yang tetap statis, yang dikenal sebagai stator, dan gulungan dalam
atau gulungan kawat yang berputar di dalamnya, yang merupakan
rotor. Pada motor hub tanpa sikat, gulungan kawat statis di tengah
dan magnet permanen berputar di luar. Motor stepper berbeda
lagi. Kali ini, magnet permanen ada di bagian dalam dan memutar
(membuat rotor), sedangkan kumparan berada di luar dan tetap
statis (membuat stator).
3. Perbedaan besar ketiga antara motor DC biasa dan motor stepper
adalah pada desain stator dan rotor. Alih-alih satu magnet besar di
bagian luar (stator) dan satu gulungan besar yang berputar di
dalamnya (rotor), motor stepper memiliki magnet bagian dalam
secara efektif dibagi menjadi banyak bagian yang terpisah, yang
terlihat seperti gigi pada roda gigi. Gulungan luar memiliki gigi
yang sesuai yang memberikan impuls magnetik, menarik,
memukul mundur, dan membuat gigi roda bagian dalam berputar
dengan langkah-langkah kecil. Ini akan menjadi jelas ketika kita
melihat beberapa gambar.
4. Perbedaan terakhir adalah bahwa motor stepper dapat tetap diam,
dalam posisi tertentu, setelah diputar melalui sudut tertentu. Itu
jelas sangat penting jika Anda ingin motor memberi daya sesuatu
seperti lengan robot, yang mungkin harus memutar jumlah
tertentu dan kemudian tetap berada di tempat itu sementara bagian
lain dari robot melakukan sesuatu yang lain. Fitur ini kadang-
kadang disebut memegang torsi (torsi adalah gaya putar yang
dimiliki sesuatu, jadi "memegang torsi" berarti kemampuan motor
stepping untuk tetap diam).

Gambar 2.2 Motor Stepper

2.4 Rian Sensor

Rain sensor atau sensor hujan adalah jenis sensor yang berfungsi mendeteksi terjadinya
hujan atau tidak. Pada sensor ini, terdapat integrated circuit atau IC (komponen dasar yang
terdiri dari resistor, transistor, dan lain-lain) komparator yang berfungsi memberikan sinyal
berupa logika ‘on’ dan ‘off’. Sehingga ketika sensor mendeteksi adanya hujan, wiper mobil
secara otomatis akan berfungsi tanpa harus mengaktifkan saklar manual.

1. Sensor hujan bermaterial dari FR-04 dengan dimensi 5 centimeter (cm) x 4 cm


berlapis nikel.
2. Lapisan modul pada sensor mempunyai sigar oksidasi sehingga tahan terhadap
korosi.
3. IC komputer.
4. Terdapat potensiometer yang berfungsi mengatur sensifitas sensor.
5. Dua output digital dan analog.
Gambar 2.3 rain sensor

2.5 LDR

 Light Dependent Resistor atau disingkat dengan LDR adalah jenis Resistor yang nilai
hambatan atau nilai resistansinya tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Nilai
Hambatan LDR akan menurun pada saat cahaya terang dan nilai Hambatannya akan menjadi
tinggi jika dalam kondisi gelap. Dengan kata lain, fungsi LDR (Light Dependent Resistor)
adalah untuk menghantarkan arus listrik jika menerima sejumlah intensitas cahaya (Kondisi
Terang) dan menghambat arus listrik dalam kondisi gelap.

Gambar 2.4 LDR

.
BAB III. PERENCANAAN DAN PEMBUATAN

3.1.1. Perencanaan Blok Diagram

Dalam perencanaan dan pembuatan alat ini, blok diagram rangkaian yang
akan digunakan dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 9. Blok Diagram Rangkaian


3.2 Perancangan Rangkaian
Perancangan di lakukan apaabila semua rangkaian sudah di ketahui
fungsinya dan tujuannya. Dalam perancangan nya sendiri sangat mudah
dengan menyambungkan setiap fungsi komponen dan menyediakan sumber
dan lain sebagainya bisa di lakukan secara cepat.

3.2.1 Rangkaian Mikrokontroler Arduino


a. Pengertian Mikrokontroler
Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip.Di dalamnya
terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau
keduanya), dan perlengkapan input output. Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu
alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan
program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler
sebenarnya membaca dan menulis
data. Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk mengontrol
peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya
bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak
memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat
direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini.
b. Arduino
Arduino merupakan rangkaian elektronik yang bersifat open source, serta  memiliki
perangkat keras dan lunak yang mudah untuk digunakan. Arduino dapat mengenali
lingkungan sekitarnya melalui berbagai jenis sensor dan dapat mengendalikan lampu,
motor, dan berbagai jenis aktuator lainnya. Arduino mempunyai banyak jenis, di antaranya
Arduino Uno, Arduino Mega 2560, Arduino Fio, dan lainnya.
c. Arduino Nano
Arduino Nano adalah salah satu papan pengembangan mikrokontroler yang berukuran kecil,
lengkap dan mendukung penggunaan breadboard. Arduino Nano diciptakan dengan basis
mikrokontroler ATmega328 (untuk Arduino Nano versi 3.x) atau ATmega 168 (untuk
Arduino versi 2.x). Arduino Nano kurang lebih memiliki fungsi yang sama dengan Arduino
Duemilanove, tetapi dalam paket yang berbeda. Arduino Nano tidak menyertakan colokan
DC berjenis Barrel Jack, dan dihubungkan ke komputer menggunakan port USB Mini-B.
Arduino Nano dapat menggunakan catudaya langsung dari mini-USB port atau
menggunakan catudaya luar yang dapat diberikan pada pin30 (+) dan pin29 (-) untuk
tegangan kerja 7 – 12 V atau pin 28(+) dan pin 29(-) untuk tegangan 5V Memori
ATmega168 memiliki 16 KB flash memory untuk menyimpan kode (2 KB digunakan untuk
bootloader); Sedangkan ATmega328 memiliki flash memory sebesar 32 KB, (juga dengan 2
KB digunakan untuk bootloader). ATmega168 memiliki 1 KB memory pada SRAM dan
512 byte pada EEPROM (yang dapat dibaca dan ditulis dengan perpustakaan EEPROM);
Sedangkan ATmega328 memiliki 2 KB memory pada SRAM dan 1 KB pada EEPROM.
Arduino Nano dapat diaktifkan melalui koneksi USB Mini-B, atau melalui catu daya
eksternal dengan tegangan belum teregulasi antara 6-20 Volt yang dihubungkan melalui pin
30 atau pin VIN, atau melalui catu daya eksternal dengan tegangan teregulasi 5 volt melalui
pin 27 atau pin 5V. Sumber daya akan
29
secara otomatis dipilih dari sumber tegangan yang lebih tinggi. Chip FTDI FT232L pada
Arduino Nano akan aktif apabila memperoleh daya melalui USB, ketika Arduino Nano
diberikan daya dari luar (Non-USB) maka Chip FTDI tidak aktif dan pin 3.3V pun tidak
tersedia (tidak mengeluarkan tegangan), sedangkan LED TX dan RX pun berkedip apabila
pin digital 0 dan 1 berada pada posisi HIGH
Arduino Nano dapat dengan mudah diprogram dengan menggunakan software Arduino
(sketch). Pada menu program, pilih tool – board kemudian pilih jenis board yang akan
diprogram. Untuk memprogram board Arduino dapat memilih tipe board Arduino diecimila
atau duemilanove atau langsung memilih Nano W/atmega168 atau Nano W/atmega328.
Spesifikasi
Dibawah ini spesifikasi dari Arduino Nano:
Mikrokontroler Atmel ATmega168 atau ATmega328
Tegangan Operasi 5V
Input Voltage (disarankan)
7-12V
Input Voltage (limit) 6-20V
Pin Digital I/O 14 (6 pin digunakan sebagai output PWM)
Pins Input Analog 8
Flash Memory 16KB (ATmega168) atau 32KB (ATmega328) 2KB digunakan oleh
Bootloader
SRAM 1 KB (ATmega168) atau 2 KB (ATmega328) EEPROM 512 byte (ATmega168)
atau 1KB (ATmega328)
Clock Speed 16 MHz
Ukuran 1.85cm x 4.3cm
Tabel 2.1 Arduino Nano
Input dan Output
Masing-masing dari 14 pin digital pada Arduino Nano dapat digunakan sebagai input atau
output, dengan menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead(). Semua
pin beroperasi pada tegangan 5 volt. Setiap pin dapat memberikan atau menerima arus
maksimum 40 mA dan memiliki resistor pull-up internal (yang terputus secara default)
sebesar 20-50 KOhm. Selain itu beberapa pin memiliki fungsi khusus, yaitu:
• Serial : 0 (RX) dan 1 (TX). Digunakan untuk menerima (RX) dan mengirimkan (TX)
TTL data serial. Pin ini terhubung ke pin yang sesuai dari chip FTDI USB-to-TTL Serial.
• External Interrupt (Interupsi Eksternal): Pin 2 dan pin 3 ini dapat dikonfigurasi
untuk memicu sebuah interupsi pada nilai yang rendah, meningkat atau menurun, atau
perubahan nilai.
• PWM : Pin 3, 5, 6, 9, 10, dan 11. Menyediakan output PWM 8-bit dengan fungsi
analogWrite(). Jika pada jenis papan berukuran lebih
besar (misal sedangkan pada Arduino Nano diberi tanda titik atau strip.

30
• SPI : Pin 10 (SS), 11 (MOSI), 12 (MISO), 13 (SCK). Pin ini mendukung komunikasi
SPI. Sebenarnya komunikasi SPI ini tersedia pada hardware, tapi untuk saat belum
didukung dalam bahasa Arduino.
• LED : Pin 13. Tersedia secara built-in pada papan Arduino Nano. LED terhubung ke
pin digital 13. Ketika pin diset bernilai HIGH, maka LED menyala, dan ketika pin diset
bernilai LOW, maka LED padam.
Arduino Nano memiliki 8 pin sebagai input analog, diberi label A0 sampai dengan A7, yang
masing-masing menyediakan resolusi 10 bit (yaitu 1024 nilai yang berbeda). Secara default
pin ini dapat diukur/diatur dari mulai Ground sampai dengan 5 Volt, juga memungkinkan
untuk mengubah titik jangkauan tertinggi atau terendah mereka menggunakan fungsi analog
Reference. Pin Analog 6 dan 7 tidak dapat digunakan sebagai pin digital. Selain itu juga,
beberapa pin memiliki fungsi yang dikhususkan, yaitu:
• I2C : Pin A4 (SDA) dan pin A5 (SCL). Yang mendukung komunikasi I2C (TWI)
menggunakan perpustakaan Wire.
Masih ada beberapa pin lainnya pada Arduino Nano, yaitu:
• AREF : Referensi tegangan untuk input analog. Digunakan dengan fungsi
analogReference().
• RESET : Jalur LOW ini digunakan untuk me-reset (menghidupkan ulang)
mikrokontroler. Biasanya digunakan untuk menambahkan tombol reset pada shield yang
menghalangi papan utama Arduino. 2.3.2 Komunikasi
Arduino Nano memiliki sejumlah fasilitas untuk berkomunikasi dengan
komputer, dengan Arduino lain, atau dengan mikrokontroler lainnya. ATmega168 dan
ATmega328 menyediakan komunikasi serial UART TTL (5 Volt), yang tersedia pada
pin digital 0 (RX) dan pin 1 (TX). Sebuah chip FTDI FT232RL yang terdapat pada
papan Arduino Nano digunakan sebagai media komunikasi serial melalui USB dan akan
menyediakan COM Port Virtual (pada Device komputer) untuk berkomunikasi dengan
perangkat lunak pada komputer. Perangkat lunak Arduino termasuk didalamnya serial
monitor memungkinkan data tekstual sederhana dikirim ke dan dari papan Arduino.
LED RX dan TX yang tersedia pada papan akan berkedip ketika data sedang
dikirim atau diterima melalui chip FTDI dan koneksi USB yang terhubung melalui USB
komputer (tetapi tidak untuk komunikasi serial pada pin 0 dan 1). Sebuah perpustakaan
SoftwareSerial memungkinkan komunikasi serial pada beberapa pin digital Nano.
ATmega168 dan ATmega328 juga mendukung komunikasi I2C (TWI) dan SPI.
Perangkat lunak Arduino termasuk perpustakaan Wire digunakan untuk
menyederhanakan penggunaan bus I2C. Untuk komunikasi SPI, silakan lihat datasheet
ATmega168 atau ATmega328.

3.2.2 Rangkaian Motor Stepper


Rangkaian driver/kontrol motor stepper semua tipe mempunyai
kemiripan yaitu dalam hal aktivasinya. Namun yang paling membedakan
adalah dalam hal urutan pemberian data aktivasi setiap lilitan pada motor
stepper. Motor stepper merupakan motor listrik yang tidak mempunyai
komutator, di mana semua lilitannya merupakan bagian dari stator. Dan
pada rotornya hanya merupakan magnet permanen. Semua komutasi setiap
31
lilitan harus di kontrol secara eksternal sehingga motor stepper ini dapat
dikontrol sehingga dapat berhenti pada posisi yang diinginkan atau bahkan
berputar ke arah yang berlawanan.
Pada bagaian ini akan dibahas mengenai bagaian terakhir
dari rangkaian penggerak motor stepper. Rangkaian ini pada dasarnya
hanya merupakan rangkaian switching arus yang mengaliri lilitan pada
motor stepper. Urutan pemberian data pada motor stepper ini dapat
mengontrol arah putaran dari motor stepper ini. Penambahan kecepatan
pada motor stepper dapat dilakukan dengan cara meningkatkan frekuensi
pemberian data pada rangkaian switching arus.
Rangkaian kontrol motor stepper ini nantinya terhubung langsung
dengan lilitan pada motor, rangkaian power supplai, dan rangkaian yang
dikontrol secara digital yang pada akhirnya menentukan kapan lilitan yang
diinginkan dalam kondisi off atau on. Selain hanya menggunakan transistor
switching ar, saat ini sudah tersedia driver motor yang memang
diperuntukkan bagi motor stepper, yang lebih dikenal dengan H-Bridge.
Komponen ini   biasanya digunakan pada motor stepper tipe bipolar,
walaupun demikian tidak menutup kemungkinan digunakan pada motor
stepper tipe yang lain.

Rangkaian Driver Variabel Reluctance Motor Stepper

Kontrol Pada Varibel Reluctance Motor Stepper


Di dalam gambar diatas tersebut terdapat sebuah 3 blok dimana masing-
masing mengatur sebuah kumparan motor stepper. Blok tersebut terdiri dari
saklar arus yang dikontrol secara digital. Blok ini berperan penting di dalam
pengontrolan arus yang akan melewati kumparan motor tertentu.
Pengontrollan blok ini dapat dilakukan oleh sebuah rangkaian digital
sederhana atau bahkan sebuah komputer melalui printer port. Dengan
menggunakan komputer maka diperlukan perangkat lunak yang
nantinya akan mengatur pemberian data dengan suatu urut-urutan tertentu
kepada komponen saklar di dalam blok.
Kumparan pada motor stepper mempunyai karakteristik yang sama dengan
karakteristik beban induktif lainnya. Oleh sebab itu ketika terdapat arus yang
32
melalui kumparan motor, tidak dapat dimatikan dengan seketika tanpa
menghasilkan tegangan transien yang sangat tinggi. Kondisi ini biasanya
nampak dengan timbulnya percikan bunga api (ketika menggunakan motor DC
dengan daya yang besar). Hal ini sangat tidak diinginkan karena dapat merusak
saklar sehingga perlu diberikan rangkaian tambahan untuk membatasi
tegangan transien yang muncul. Sebaliknya ketika saklar tertutup maka
terdapat arus yang mengalir ke kumparan motor dan akan menghasilkan
kenaikan tegangan secara perlahan.
Untuk membatasi tegangan spike yang muncul maka ada dua alternatif
penyelesaiannya yaitu dengan memparalel pada kumparan motor dengan dioda
dan alternatif yang kedua adalah dengan menggunakan kapasitor yang
dipasang paralel dengan kumparan motor stepper.

Spike Voltage Reducer


Diode yang yang terpasang paralel tersebut harus mampu melewatkan arus
balik yang terjadi ketika saklar terbuka. Dioda yang digunakan dapat berupa
dioda yang umum dipakai seperti 1N4001 atau 1N4002. Jika digunakan dioda
yang mempunyai karakteristik ‘fast switch’ maka perlu diberikan penambahan
kapasitor yang dipasang secara paralel pada dioda.
Pemasangan kapasitor paralel dengan kumparan motor dapat menyebabkan
spike yang ditimbulkan akan menyebabkan kapasitor tersebut charge sehingga
tegangan spike yang terjadi tidak akan keluar tetapi diredam oleh kapasitor ini.
Tetapi yang paling penting adalah kapasitor ini harus mampu menahan surge
current pada saat terjadi spike. Surge current adalah arus tiba-tiba yang sangat
besar yang muncul bersamaan dengan tegangan spike. Nilai kapasitor harus
dipilih pada kondisi dimana nilai induktansi dari kumparan motor stepper
paling besar. Inilah karakteristik motor stepper dengan tipe variabel reluctance
dimana nilai induktansinya berubah-ubah tergantung dari sudut putaran pada
poros rotor. Penambahan kapasitor sehingga tepat akan membentuk sebuah
rangkaian resonansi yang dapat menyebabkan peningkatan torsi pada motor
dengan tipe ini.

33
Rangkaian Driver Unipolar Permanent Magnet And Hybrid
Motor Stepper

Kontrol Pada Unipolar Permanent Magnet Motor


Rangkaian kontrol untuk mengendalikan motor stepper dengan tipe unipolar
ini hampira samadengan rangkaian kontrol pada motor tipe variabel
reluctance. Perbedaanya hanya pada struktur kumparan motornya saja.

Spike Voltage Reducer Untuk Unipolar Stepper Motor


Walaupun demikian karena bebanya merupakan beban induktif maka selalu
ada tegangan spike yang muncul ketika saklar terbuka. Oleh sebab itu perlu
penambahan dioda yang terpasang paralel dengan kumparan motor stepper
seperti terlihat pada gambar diatas.

Dua buah dioda tambahan diperlukan karena kumparan motor bukanlah


kumparan yang independen tetapi sebuah kumparan yang mempunyai tap di
tengah-tengah kumparan seperti struktur pada autotransformer. Ketika salah
satu saklar dibuka maka tegangan spike muncul di kedua ujung kumparan
motor tersebut dan di clamp oleh dua buah dioda ke supplay motor. Tetapi jika
34
salah satu ujung kumparan motor tersebut tidak floating terhadap supplai
motor maka tegangan spike ini akan lebih negatif daripada referensi ground.
Jika saklar yang digunakan berupa relay, kondisi ini bukan menjadi masalah.
Kondisi ini baru menjadi masalah ketika saklar yang digunakan adalah saklar
semikonduktor seperti transistor atau FET.
Untuk membatasi level tegangan spike dapat pula digunakan kapasitor yang
terpasang seperti pada gambar berikut.

Pemberian Kapasitor Pembatas Tegangan Spike

Rangkaian Praktis Pengendali/Driver Motor Stepper


Jika rangkaian kontrol yang mengendalikan rangakaian motor driver ini berupa
mikrokontroller atau komponen digital maka ada baiknya agar setiap port yang
mengontrol rangkaian driver motor stepper ini diberi buffer terlebih dahulu
agar tidak membebani port mikrokontroller yang digunakan. Seperti pada
gambar 3, pin control_0, control_1, control_2 dan control_3 ini dapat dikontrol
secara digital dengan menggunakan mikrokontroller dengan memberi
komponen yang berfungsi sebagai buffer seperti pada gambar berikut.

Rangkaian Sederhana Penggerak Motor Stepper


Pada gambar diatas hanya ditampilkan satu bagian untuk mengontrol
satu buah kumparan motor stepper. Ada dua alternatif yaitu dengan
35
menggunakan buffer terlebuh dahulu atau menggunakan FET, yang
mempunyai impedansi input yang sangat tinggi, sebagai komponen
saklarnya. Tegangan Vmotor tidaklah harus selalu sama dengan tegangan
VCC pada mikrokontroller. Oleh sebab itu digunakan sebuah komponen
buffer yang mempunyai outputopen collector sehingga outputnya dapat
di pull-up ke tegangan yang diinginkan.
Untuk dasar pemilihan transistornya adalah pada karakteristik
IC (arus kolektor). Transistor ini harus merupakan transistor power yang
mampu melewatkan arus sesuai dengan arus yang diperlukan oleh
kumparan motor stepper ini. Jika arus yang ditarik oleh kumparan motor
stepper ternyata lebih besar daripada kemampuan transistor maka transistor
akan cepat panas dan dapat menyebabkan rusaknya transistor tersebut.
R pull-up sebesar 470 akan memberikan arus sebesar 10 mA ke basis
transistor Q1. Jika Q1 mempunyai gain sebesar 1000 maka   arus yang
dapat diliewatkan adalah sekitar beberapa ampere, tergantung dari besar
arus yang ditarik oleh kumparan motor stepper tersebut. Arus ini harus
lebih kecil dari arus IC yang diperbolehkan.
Untuk komponen FET dapat digunakan komponen IRL540 yang dapat
mengalirkan arus sampai 20 A dan mampu menahan tegangan balik sampai
100V. Hal ini disebabkan oleh karena FET ini mampu menyerap tegangan
spike tanpa perlindungan dioda. Tetapi komponen ini memerlukan heat sink
yang besar dan harus cukup baik dalam hal penyerapan panasnya. Ada baiknya
jika digunakan kapasitor untuk menekan level tegangan spike yang
ditimbulkan dari transisi saklar dari on ke off pada rangkaian driver motor
stepper.

3.2.3 Rangkaian Rain Sensor


Seperti yang kita ketahui air tentu sangat banyak memberikan manfaat bagi
kehidupan ini, namun, anda juga harus mengetahui sifat sifat air yang biasa kita minum
itu. Dalam dunia elektronika, air bisa disebut bahan setengah penghantar (seperti
semikonduktor) karna air memiliki tahanan hingga ribuan ohm. Oleh karena itu, biasa
kita dengar ada istilah setrum ikan di sungai atau kolam.

Dengan memanfaatkan tahanan yang ada pada air ini, kita bisa membuat sebuah rangkaian
yang peka terhadap tahanan dari air itu sendiri. Rangkaian ini menggunakan buzzer sebagai
indikatornya (suara) jika mendekteksi suatu tahanan seperti air. Dengan bantuan SCR kita
bisa menambahkan triger (pemantik) dalam rangkaian tersebut. Berikut ini skema
rangkaiannya.

36
Gambar 3.2.3 Skema Rangkaian Sensor Air
Daftar Komponen:
1. R1 = 1K ohm (disesuaikan, saya sarankan 58K ohm)
2. R2 = 680 ohm
3. D1 = 1N4004
4. SCR1 = FIR3D (atau yang sejenis)
5. BZ1 = Buzzer
Rangkaian diatas menggunakan SCR sebagai komponen utamanya dalam membuat suatu
triger (pemantik), penggunaan dioda diatas berfungsi untuk menekan induksi dari buzzer,
karena buzzer memiliki kumparan didalamnya. Untuk panel sensor, anda bisa buat sendiri
seperti gambar diatas, bisa menggunakan kawat, atau bahkan menggunakan PCB yang
dilukis secara zig-zag.

R1 pada rangkaian diatas, sangat berperan penting dalam rangkaian diatas. Pasalnya R ini
berfungsi sebagai sensitifitas pada panel sensor tersebut, sehingga anda bisa sesuaikan
sendiri nilainya. Jadi, ketika panel sensor mendekteksi air, maka otomatis aliran listrik akan
terhubung dari + (tegangan) ke Gate SCR diatas, sehingga mengaktifkan rangkaian yang
akhirnya buzzer akan mengeluarkan bunyi yang sangat keras.

3.2.4 Rangkaian LDR


Rangkaian Sensor LDR dan Cara Kerja LDR (Light Dependent Resistor)
Pengontrolan lampu dan peralatan rumah tangga umumnya dioperasikan dan dipelihara secara
manual dalam beberapa kesempatan. Tetapi proses mengendalikan peralatan dapat menyebabkan
pemborosan daya karena kecerobohan manusia atau keadaan yang tidak biasa.

Untuk mengatasi masalah ini, kita dapat menggunakan rangkaian sensor LDR untuk mengendalikan
beban berdasarkan intensitas cahaya. Foto-Resistor atau sensor LDR adalah perangkat yang terbuat
dari bahan semikonduktor resistansi tinggi. Artikel ini memberikan gambaran umum tentang apa itu
LDR, rangkaian sensor LDR, dan cara kerja LDR.

37
Kontruksi LDR Sensor Cahaya
Konstruksi LDR mencakup bahan peka cahaya yang ditempatkan pada substrat isolasi seperti
keramik. Bahan ditempatkan dalam bentuk zigzag untuk mendapatkan peringkat daya dan ketahanan
yang dibutuhkan. Area zigzag memisahkan area logam yang ditempatkan menjadi dua wilayah.

Di mana kontak Ohmic dibuat baik di sisi area. Resistansi kontak harus sesedikit mungkin untuk
memastikan bahwa resistansi, terutama bervariasi karena efek cahaya saja. Penggunaan bahan
timbal & kadmium dihindari karena berbahaya bagi lingkungan.

Cara Kerja LDR


Cara kerja Sensor LDR adalah konduktivitas foto, yang tidak lain adalah fenomena optik. Ketika
cahaya diserap oleh material maka konduktivitas material berkurang. Ketika cahaya jatuh pada
LDR, maka elektron dalam pita valensi material sangat ingin ke pita konduksi.

Tetapi, foton dalam cahaya yang datang harus memiliki energi lebih tinggi daripada celah pita
materi untuk membuat elektron melompat dari satu pita ke pita lainnya (valensi hingga konduksi).

38
Karenanya, ketika cahaya memiliki energi yang cukup, lebih banyak elektron yang tertarik pada pita
konduksi yang memiliki nilai dalam sejumlah besar pembawa muatan. Ketika efek dari proses ini
dan aliran arus mulai mengalir lebih banyak, resistansi perangkat berkurang.

Rangkaian Sensor LDR


Rangkaian sensor LDR adalah rangkaian elektronik yang dibangun dengan LDR, Relay, Transistor
Darlington, Dioda, & Resistor yang ditunjukkan pada diagram rangkaian di bawah ini. Supply
tegangan diberikan ke beban

Tegangan DC yang diperlukan dari rangkaian LDR disupply dari rangkaian penyearah jembatan
atau baterai. Rangkaian ini mengubah supply AC menjadi DC. Rangkaian penyearah jembatan
menggunakan transformator step-down untuk menurunkan tegangan dari 220v ke 12v. Dioda
dihubungkan dalam bentuk jembatan yang digunakan untuk mengubah tegangan AC menjadi DC.

Regulator tegangan digunakan untuk mengubah 12v DC-6V DC, dan kemudian, tegangan DC ini
disupply ke seluruh rangkaian. Supply AC 220v untuk penyearah jembatan dan beban harus dijaga
terus menerus untuk operasi berkelanjutan dari rangkaian sensor LDR.

39
Di
waktu pagi, sensor ini memiliki resistansi rendah sekitar 100Ω. Dengan demikian, catu daya
mengalir melalui sensor LDR & ground melalui variabel resistor dan resistor seperti yang
ditunjukkan pada rangkaian sensor LDR di atas.

Hal ini disebabkan oleh resistansi yang ditawarkan oleh sensor LDR di siang hari atau ketika cahaya
jatuh pada sensor LDR, maka itu kurang dibandingkan dengan resistansi dari bagian yang tersisa
dari rangkaian sensor. Kami waspada terhadap prinsip arus, bahwa aliran arus selalu mengalir di
jalur resistansi rendah.

Oleh karena itu, coil relay tidak mendapatkan supply yang cukup untuk diperkuat. Karenanya,
lampu dimatikan di siang hari. Dengan cara yang sama, pada waktu malam hari, resistansi sensor
LDR meningkat ke nilai tinggi (20MΩ). Dengan demikian, karena resistansi yang tinggi dari
resistor, aliran arus rendah atau hampir nol.

Sekarang, aliran arus melalui jalur resistansi rendah sehingga meningkatkan tegangan base transistor
Darlington untuk mencapai lebih dari 1.4v. Ketika transistor Darlington dipicu, coil relay
memperoleh supply yang cukup untuk mendapatkan energi, dan karenanya, lampu beralih di malam
hari.

Aplikasi Sensor LDR


Sensor LDR adalah perangkat sederhana dan berbiaya rendah. Perangkat ini digunakan di mana ada
kebutuhan untuk merasakan ada dan tidak adanya cahaya yang diperlukan. Resistor ini digunakan
sebagai sensor cahaya dan aplikasi sensor LDR terutama mencakup kunci alarm, lampu jalan, meter
intensitas cahaya, rangkaian alarm pencuri.

Untuk lebih memahami konsep ini, di sini kami telah menjelaskan satu proyek yaitu; menghemat
daya lampu jalan yang dikendalikan intensitas menggunakan sensor LDR.

Penghematan Daya Intensitas Lampu Jalan menggunakan Sensor LDR


Saat ini, penerangan jalan raya dilakukan melalui lampu HID tetapi, konsumsi energi lampu ini
tinggi dan juga tidak ada mekanisme khusus untuk menyalakan/mematikan lampu dari matahari
terbit hingga matahari terbenam.
Untuk mengatasi masalah ini, berikut adalah metode alternatif menggunakan LED yaitu
penghematan energi lampu jalan yang dikendalikan intensitas menggunakan sensor LDR.

Sistem yang diusulkan dibangun untuk mengatasi kelemahan dari lampu HID saat ini. Sistem yang
diusulkan menentukan penggunaan dioda LED sebagai sumber cahaya dan kontrol intensitas yang
dapat disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Lampu ini mengkonsumsi daya yang lebih kecil serta
masa pakai lampu ini lebih dibandingkan dengan lampu HID konvensional.

Fitur paling penting dari proyek ini adalah, intensitas cahaya dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan selama waktu malam hari, yang tidak mungkin pada lampu HID. LDR digunakan untuk
mendeteksi cahaya dan hambatan LDR berkurang secara drastis sesuai dengan cahaya di siang hari,
yang terbentuk sebagai sinyal input daya ke pengontrol.

Sekelompok LED digunakan untuk membuat lampu jalan dan menggunakan mikrokontroler dalam


40
proyek diprogram dengan instruksi yang mengontrol intensitas cahaya berdasarkan sinyal PWM
(modulasi lebar pulsa) yang dihasilkan.

Intensitas cahaya dijaga tetap tinggi pada malam hari, dan karena lalu lintas di jalan cenderung turun
pada jam sibuk, intensitas juga turun secara bertahap hingga pagi hari. Akhirnya lampu LED
dimatikan pada jam 6 pagi, dan berlanjut lagi pada jam 6 sore. Proses ini akan berlanjut.

Selanjutnya, proyek ini dapat dikembangkan dengan mencampurnya dengan panel surya, yang
mengubah intensitas energi matahari menjadi tegangan yang setara dan energi matahari digunakan
untuk memberi makan lampu di jalan raya.

Dengan demikian, ini semua tentang cara kerja LDR dan diagram rangkaian sensor LDR dan
aplikasinya. Kami harap Anda mendapatkan konsep yang lebih baik melalui artikel ini.

3.3 Perancangan Rangkaian Keseluruhan

3.4 Flowchart

41
42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai