NPM : 110110220336
2. . Sebutkan dan jelaskan mengenai batasan-batasan pejabat dalam melakukan freies ermessen.
Pada prinsipnya setiap tindakan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan asas freies Ermessen
selalu memperhatikan batasan batasan yang diatur oleh hokum tertulis maupun hukum tidak
tertulis. Menurut Muchasan dalam buku (Sadjijono, 2008) pembatasan-pembatasan freies
Ermessen adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan freies Ermessen tidak boleh bertentangan dengan sistem hukum yang berlaku
(kaedah hukum positif)
Sehubungan hal di atas, Basah dalam (Ridwan, 2011) berpendapat bahwa pelaksaan freies
Ermessen harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
3. Uraikan mengenai urgensi dilakukannya freies ermessen.
Undang-undang Peradilan TUN (UU No. 5 Tahun 1986 jo UU No. 9 Tahun 2004), bahwa individu
atau badan hukum perdata jika dirugikan dengan keluarnya KTUN, salah satu alasan dapat
mengajukan gugatan ke PTUN adalah karena keputusan itu bertentang dengan Asas-Asas Uum
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), jadi selain keputusan pejabat TUN dapat diuji karena
bertentang dnegan peraturan perudang-undangan yang berlaku juga dapat diuji melalui AAUPB.
Bahkan dalam perkembangan di bidang hukum administrasi Negara freies ermessen dapat
kemudian berwujud dalam hukum yang tertulis, yang biasa disebut dengan peraturan kebijakan
(beleidsregel). Terkait dengan AAUPB, sebagai anak kandung dari freies ermessen, oleh Wiarda
membagi AAUPB itu dalam lima bagian:
1. Perlakukan yang adil (fair play), menurut asas ini pemerintah diharapkan untuk terbuka dan
jujur. Pemerintah harus memberikan kesempatan kepada warga Negara untuk mengemukakan
pandangan dan pembelaan mereka.
2. Ketelitian, asas ini menuntut ketelitan dan perhatian tentang pertimbangan yang layak terhadap
berabagai kepentingan.
3. Kemurnian tujuan, tindakan pemerintah harus ditujukan kepada tujuan yang diberikan oleh
pembentuk undang-undang pada saat wewenang tersebut.
4. Keseimbangan artinya semua kepentingan yang terlibat dalam suatu keputusan harus
dipertimbangkan dengan seimbang termasuk dalam pengertian ini adalah kesewenang-wenangan,
yaitu tidak dipertimbangkannya berbagai kepentingan atau kurang teliti terhadap perkara yang
sama. Penyelesaiannnya berbeda, berarti terjadi ketidakseimbangan dalm mengambil keputusan.
5. Kepastian hukum, asas ini mengharapkan administrasi Negara berpedoman pada peraturan
yang dibuatnya, toleransi terhadap penyimpangan dilakukan berdasarkan keadilan khusus.