ISI PTK Fiqih Azan Dan Iqamah Kelas VII SMT 1
ISI PTK Fiqih Azan Dan Iqamah Kelas VII SMT 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat dilakukan
melalui pendidikan. Pendidikan membutuhkan seorang guru yang profesional untuk
mewujudkan hal tersebut.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang
lain dalam perkembangannnya, demikian halnya peserta didik. Setiap peserta didik
bisa berkembang secara optimal, apabila ada usaha yang optimal dari peserta
didik dan pendidik.
Sebagai pendidik, guru harus bisa berpacu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru dituntut harus kreatif, professional dan
meyenangkan dalam mengajar, dengan memposisikan dirinya sebagai pendidik serta
fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan bagi peserta didiknya.
Jika dilihat dari kenyataan sekarang tentulah sangatlah berbeda,
kebanyakan dari pada guru hanya menggunakan metode ceramah yang sangat sedikit
melibatkan peserta didik untuk aktif didalamnya. Hal ini terjadi pada MTsN
Grong - grong. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah, dibanding metode
pembelajaran aktif lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti
terhadap guru bidang studi Fiqih di MTsN Grong - grong, peneliti menyimpulkan ada
beberapa alasan yang menyebabkan guru lebih sering menggunakan metode ceramah
yaitu: 1) Kemampuan kepribadian dan kompetensi guru yang masih kurang,
penggunaan metode ceramah di sekolah bagi guru sudah menjadi kebiasaan dari
dulu, hal ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis untuk dilaksanakan, 2) Fasilitas
media di sekolah yang masih kurang, terutama alat untuk peraga, sekalipun ada
2
penggunaan media peraga, namun untuk beberapa tahun terakhir ini tidak digunakan
lagi, dikarenakan peralatan yang ada sudah berdebu dan usang, sehingga guru
menjadi kurang tertarik untuk menggunakan media peraga yang ada. Selanjutnya
penyediaan alat lain seperti proyektor di sekolah hanya mempunyai satu proyektor,
namun dalam penggunaannya, guru sedikit mempunyai keterbatasan, sehingga
penggunaan media proyektor sulit dilaksanakan pada pembelajaran fiqih di sekolah
tersebut. Ketidakaktifan guru dalam pengunaan metode yang bervariasi akan
berakibat pada minat siswa, penggunaan metode ceramah yang terus menerus
meyebabkan suasana belajar menjadi tidak kondusif, beberapa siswa terlihat
sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Sehinggga hal ini berakibat langsung pada Prestasi
belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil wawacara dengan guru bidang studi fiqih, kebanyakan siswa
masih belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah, tepatnya dikelas VII MTsN Grong-grong. Hal ini dibuktikan
dengan melihat Prestasi belajar peserta didik, yang meliputi tugas harian, ulangan
harian dan ujian semester yang diperoleh siswa yang masih rendah. Dari data
yang ada lebih kurang sekitar 65% siswa yang baru mencapai ketuntasan yang telah
ditetapkan.
Faktor lain yang menyebabkan nilai siswa rendah adalah kurangnya minat baca
siswa terhadap sumber belajar yang ada. Pelajaran Fiqih di sekolah,
khususnya madrasah berkenaan dengan kebutuhan ibadah untuk siswa dalam
kehidupannya sehari-hari, materi ini sangatlah penting untuk dipahami secara jelas
oleh setiap siswa di madrasah. Setiap praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari
berhubungan erat dengan materi Fiqih. Sehingga pelajaran Fiqih sangatlah
membutuhkan keaktifan dari pada peserta didik salah satunya dalam hal
membaca. Melihat kondisi saat ini di Indonesia khususnya, sangatlah
mengkawatirkan, minat baca para siswa di sekolah- sekolah sangatlah rendah. Hal
ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa
penduduk Indonesia yang menjadikan bacaan sebagai sumber informasi baru sekitar
23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan mendengarkan radio 40,3%.
Masalah diatas terjadi pula pada para siswa di MTsN Grong-grong, kebanyakan
siswa mempunyai minat baca yang rendah khususnya kelas VII Madrasah
Tsanawiyah.Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, kebanyakan siswa
3
mempunyai minat baca yang rendah hal ini dikarenakan pertama, berasal dari
faktor pribadi siswa yang sangat sedikit mempunyai hobi membaca terutama
membaca buku pelajaran, sebagai bukti disaat sebelum pelaksanaan proses
belajar mengajar, kebanyakan siswa belum membaca materi yang akan dipelajari.
Padahal untuk menemukan sumber bacaaan, sekolah telah menyediakan
perpustakaan sekolah, namun kebanyakan para siswa tidak memanfaatkan fasilitas
tersebut dengan baik. Faktor kedua, keadaan perpustakaan yang masih berantakan,
berdebu dan buku-buku yang ada belum tersusun dengan baik, sehingga membuat
siswa menjadi malas dan merasa kesulitan untuk memperoleh buku-buku yang
dibutuhkannya.
Pada mata pelajaran Fiqih siswa selain dituntut mau membaca untuk
meningkatkan pengetahuannya. Siswa juga harus bisa mengaktualisasikan
pengetahuan mereka tersebut dalam bentuk perbuatan. Karena seperti yang kita
ketahui pelajaran Fiqih di madrasah tidak terlepas dari yang namanya praktek
ibadah. Maka dibutuhkan cara belajar yang beragam yang juga dapat mencakup
semua aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana yang dikutip
oleh Pupuh Fathurrohman dari Vernon A. Magnesen yang mengatakan: “Kita belajar
berdasarkan 10% apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa
yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita
katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”.
Kalangan pendidikpun telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa belajar dengan sangat baik hanya dengan
melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian
informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru.
Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan.
Peserta didik visual berbeda dengan tipe auditori, yang biasa tidak sungkan-sungkan
untuk memperhatikan apa yang dilakukan guru dan membuat catatan. Mereka
mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran,
mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau
kebisingan. Selanjutnya, peserta didik kinestetik belajar terutama dengan
terlibat langsung dalam kegiatan. Perbedaan gaya belajar ini menjadi tantangan
untuk seorang pendidik, guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran yang dilakukan
haruslah bersifat multisensori dan penuh variasi, demi tercapainya keberhasilan
4
pelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Belajar dan Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut pendapat yang tradisional, belajar itu ialah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pendidikan yang dimaksud disini diutamakan
pendidikan intelektual.
E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, sebagaimana dikutip Aminudin Rasyad,
mendefenisikan belajar sebagai: “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in
natural environment) as distringuished from changes by factor not attributable to
training.”
Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.
Belajar juga diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.
Buton menyatakan “…Learning is change in the individual due to instruction of
that individual and his environment, wich fells a need and makes him more
capable of dealing adequennly with his environment…”. Dalam pengertian ini
terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah
mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya.
Lebih lanjut Abu Ahmadi mengutip dari Abin Syamsudin yang menjelaskan,
untuk mengidentifikasi perubahan tingkah laku tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Secara tradisional, para guru memberikan pertayaan tentang bahan yang
pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2) Secara inovatif, guru membuat dan mengembangkan instrumen
pengukuran prestasi belajar dengan mengadakan Pre-test sebelum siswa
mengikuti program belajar mengajar.
7
c) Application (menerapkan)
d) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);
e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru);
f) Evaluating (menilai)
2) Domain afektif mencakup:
a) Receiving (sikap menerima);
b) Responding (memberikan respon)
c) Valuing (nilai)
d) Organization (organisasi)
e) Characterization (karakterisasi).
3) Domain psikomotor mencakup:
a) Initiatory
b) Pre-routine
c) Rountinized
d) Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa prestasi belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar
pedidikan diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara
komprehensif.
c. Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata learning. Pembelajaran
B. Materi Belajar
Materi pembelajaran pada penelitian ini mengemukakan mata pelajaran, KI dan
KD, dan indikatornya. Selanjutnya mengurai konsep materi dari setiap indikator
yang bersumber dari referensi yang standar.
Mata pelajaran yang penulis ampu adalah Fiqih. dengan struktur sebagai
12
berikut:
3. Indikator-indikator
Adapun indikator–indikator KD 3.1 adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
13
4. Uraian materi
Ketentuan Azan, Iqamah dan Shalat Berjama’ah
A. Kompetensi dasar (KD)
Adapun KD yang terdapat pada KI 3 adalah sebagai berikut:
1.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
4.2. Mempraktekkan adzan dan iqamah.
Muslim yang taat dan baik adalah mendahulukan panggilan Allah dari pada
panggilan lainnya. Sebagai tanda telah masuknya waktu shalat seorang muazdin
melantunkan adzan sebagai panggilan dari Allah SWT untuk melaksanakan shalat
berjamaah. Kemudian dikumandangkan iqamah sebagi seruan bahwa shalat
berjamaah segera dimulai.
Perlu ingat !
Adzan adalah panggilan shalat bahwa waktu shalat telah tiba, sedangkan
hukum adzan dan iqamah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki
Khusus pada adzan shubuh, sebelum muadzin melafalkan bacaan takbir akhir,
membaca bacaan :
c. Lafadz Iqamah
Iqamah adalah panggilan bahwa shalat akan segera dimulai, jamaah agar
bersiap diri untuk melakukan shalat bersama-sama. Hukum iqamah adalah sunah,
baik bagi yang berjamaah maupun perseorangan.
Iqamah disunnahkan berurutan dan bersambung seperti yang terdapat pada
salah satu lafadz berikut ini :
Allah Maha Besar Allah Maha Besar َ الر أَككَبرر- الر أَككَبرر.۱
Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad أَكشَهرد أَلن رمَحلمددا َررسكورل الإ.۳
adalah utusan Allah
Allah Maha Besar Allah Maha Besar َالر أَككَبرر،َ الر أَككَبرر.٧
Keterangan :
Orang yang lebih utama melakukan iqamat adalah orang yang adzan.
َواكبَعكثممره َمَقمادممما،ضمكيَىلَة
آترمَحلمَداإن اكهلَوإسكيَىلَة َواكهلَف إ،لإة اكهلَقماإئَمإة
َص َواهل ل،َاهلىللهلم َرلب هإذإه اهللدكعَوإة اهللتمالمإة
ل رتكفإىلرح اكهلإمَعمارد
َ َمكحرمكوددا الهلإذ ي َوَعكدَتره إإلنَك
Artinya : “Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini, dan
shalat wajib yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad al-wasilah
(derajat di surga) dan fadhilah, serta bangkitkanlah dia dalam maqam yang
terpuji yang telah Engkau janjikan). Maka dia berhak mendapat syafaatku di
hari kiamat. “
C. Tindakan
Tindakan yang dipergunakan adalah peningkatan preses belajar peserta didik
pada mata pelajaran Fiqih materi menjelaskan tata cara kententuan adzan dan
iqamah. Tindakan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengadakan perubahan.
Ia merupakan salah satu dari variabel dan ia merupakan tindakan untuk mengadakan
perubahan dari metode lama ke metode baru. Hal yang perlu dikemukakan disini
adalah:
Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari kurikulum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Peraturan Menteri Agama RI.
Peraturan Menteri Agama RI sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional
yang telah disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
17
6. Metode Pembelajaran
1) Metode konvensioal
21
a) Pengertian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya
berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya
pembelajaran kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran.
Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain
adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi
pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus
menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan
contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat
catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa
bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Siswa
mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau disuruh guru
mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran
masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.
d) Langkah-langkah kegiatan
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi
kepada siswa tentang materi yang diajarkan
2. Guru menerangkan bahan ajar secara verbal
3. Guru memberikan contoh-contoh sebagai ilustrasi dari apa yang sedang
diterangkan dan juga untuk memperdalam pengertian, guru memberikan
contoh langsung seperti benda, orang, tempat, atau contoh tidak
langsung, seperti model, miniatur, foto, gambar di papan tulis dan
sebagianya. Contoh-contoh tersebut sedapat mungkin diambil dari
lingkungan kehidupan sehari-hari siswa-siswi.
4. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab
pertanyaannya
5. Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan
contoh soal yang telah diberikan
6. Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa
7. Guru menyimpulkan inti pelajaran
2) Pembelajaran Model
1. Strategi Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dilihat dalam
kaitannya dalam pembelajaran, strategi disini dimaksudkan sebagai daya upaya guru
dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
mengajar.
Sedangkan dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method,
or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi
dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
24
Lebih jelasnya Kemp menjelaskan seperti dikutip oleh Wina Sanjaya, bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Senada dengan pendapat ini, Dick dan Carey menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
prestasi belajar pada siswa.
Dalam buku strategi belajar mengajar dijelaskan bahwa, strategi dasar dalam
pendidikan meliputi empat masalah pokok yang dapat menjadikan pedoman dalam
keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu:
1) Mengidentifikasi Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
kata lain menentukan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran
itu harus dirumuskan secara jelas dan kongkret sehingga mudah dipahami
peserta didik.
2) Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif.
4) Menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya.
Penggunaan strategi pembelajaran sangatlah perlu karena untuk mempermudah
proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses
pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa. Bagi guru,
strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam
pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi pembelajaran
dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi
pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah
25
mengerjakan sesuatu.
Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk ikut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Melalui cara ini
biasanya peserta didik akan merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan,
sehingga pada akhirnya prestasi belajar dapat dimaksimalkan.
Sebagai kelanjutan dari hal ini metode information search dan Role Playing
yang akan dibahas lebih lanjut dapat disebut bagian dari proses ini, sebagaimana
disebutkan bahwa metode ini mengunakan prinsip student centered, yaitu siswa yang
29
a. Information search
Metode Information search adalah salah metode pembelajaran aktif, yaitu
mencari informasi. Metode ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa
saja menjadi lebih menarik. Dalam pelaksanaan metode ini siswa belajar membaca
sendiri bahan-bahan pelajaran dan mereka dituntut untuk menemukan informasi
yang kemudian menyimpulkan hasil bacaan mereka
tersebut berdasarkan intruksi guru sesuai dengan indikator pembelajaran.
Metode ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat berpikir kritis dan
30
Sebagai catatan penting untuk penerapan metode ini diharapkan guru mampu
membuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk
menjawabnya dengan cara menyimpulkan sumber informasi yang tersedia.
3) Alat indera lainnya 12%, dapat menyerap ilmu dengan ketiga alat indera
lainnya.
Atas dasar penjelasan diatas Information Search dan Role Playing bisa
digolongkan pada golongan pertama, ini berarti metode ini dapat memberikan
kemungkinan efek positif yang banyak bagi keberhasilan belajar bagi siswa dalam
menyerap pengetahuan.
Metode Information Search dan Role Playing muncul sebagai jawaban atas
kebutuhan siswa, setiap siswa punya kemampuan yang berbeda dalam memahami
pelajaran yang diajarkan. Ada siswa yang mempunyai kemampuan memahami
melalui pengalaman langsung, yang disebut gaya belajar kinestetik, ada yang
34
memahami pelajaran dengan dengan melihat, yang disebut gaya belajar visual dan
ada juga yang menangkap pelajaran melalui ceramah ataupun suara, tipe ini disebut
gaya belajar auditori. Setiap satu gaya belajar hal ini tidaklah dominan pada setiap
siswa, ada yang memahami dengan dua cara ataupun dengan tiga cara yang telah
disebutkan diatas.
Dalam pelaksanaan metode Information Search dan Role Playing untuk
tahapan pertama melalui information search, siswa diarahkan untuk menggali dan
mengumpulkan informasi dari sumber belajar yang ada. Pada tahapan kedua siswa
tidak hanya mendapatkan materi berupa pengetahuan tertulis saja, tapi mereka
diberikan kesempatan untuk menerapkannya melalui praktek, kegiatan hal ini
dilakukan dengan metode Role Playing (bermain peran).
E. Kerangka Berpikir
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.
35
Artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi aspek pribadi. Dalam proses
belajar mengajar fiqih membutuhkan minat baca dan keaktifan siswa untuk bisa aktif
mendemonstrasi materi yang telah didapatnya. Karena setiap materi fiqih berkenaan
dengan kebutuhan siswa dalam melakukan pratek ibadah dalam kehidupan sehari-
harinya. Hal ini dapat dilakukan dengan pengajaran dengan mengggunakan
Metode Information Search dan Role Playing
Penggunaan metode Information Search dan Role Playing menekankan pada
keaktifan siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak lagi berpusat secara penuh pada
pengajar. Siswa dituntut untuk bersikap kritis dan analisis terhadap materi yang
sedang dibahas. Dengan demikian siswa tidak hanya mendengarkan materi secara
pasif, melainkan mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi, dalam hal ini
melakukan permainan peran terhadap materi yang sedang dipelajari.
Penggunaan Metode Information Search dan Role Playing, selain dapat
menumbuhkan minat baca siswa melalui pencarian informasi secara mandiri,
selanjutnya ada penekanan pada eksplorasi pengetahuan siswa mengenai nilai-nilai
dan sikap yang berkenaan dengan materi. Hal ini dilengkapi dengan metode
yang dapat merangsang jiwa belajar siswa dan melibatkan mereka secara aktif
melalui bermain peran mengenai materi yang sedang dipelajari.
F. Hipotesis Tindakan
Adapun rumusan hipotesis penelitian ini adalah; Penerapan strategi
pembelajaran aktif Metode Information Search dan Role Playing dapat
meningkatkan Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTsN
Grong-grong Kabupaten Pidie.
36
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie, kelas
VII-3, Semester Ganjil tahun 2014 dimulai dari bulan September sampai akhir bulan
Oktober 2014. Fokus penelitian berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar
peserta didik melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Information
Search dan Role Playing sehingga terjadi peningkatan prestasi peserta didik dari 70
% siswa tidak mencapai KKM menjadi 70 % siswa keatas mencapai KKM dari
jumlah siswanya adalah 30 Siswa, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 19
orang siswa perempuan pada materi ketentuan pelaksanaan azan dan iqamah.
Pelaku tindakan dalam penelitian ini terdiri dari guru model dan
observer/kolaborator. Guru model yang dimaksud adalah guru yang mengampu mata
pelajaran Fiqih sebagai peneliti sedangkan observer adalah guru sejawat yang
37
2. Identitas Observer
Nama : NURHASANAH, S.Ag
NIP : 19720123 199905 2 001
Pangkat/golongan : Pembina /IV-a
Jabatan : Guru Madya pada MTsN Grong-Grong
Mata Pelajaran : Fiqih
Instansi : MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie
B. Prosedur Penelitian
Metode yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi didalam sebuah kelas
secara bersama. Pelaksanaan tindakan kelas mencakup empat langkah yaitu:
a. Menyusun rancangan tindakan (planning)
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting)
1) Merencanakan tindakan
2) Menetapkan kriteria tindakan:
a) Terciptanya suasana belajar yang aktif.
b) Prestasi belajar peserta didik meningkat.
3) Implementasi Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran yang
terbagi menjadi beberapa siklus penelitian, disesuaikan dengan masalah
penelitian dilapangan yang harus dipecahkan.
4) Siklus pertama
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode Information
Search dan Role Playing dalam materi ketentuan azan dan iqamah.
Observasi ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung. Hasil pengamatan dijadikan refleksi untuk melakukan
tindakan selanjutnya pada siklus kedua.
5) Siklus kedua
Pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan Information
Search dan Role Playing dalam materi pelaksanaan shalat
berjamaah. Hasil dari pengamatan dilakukan refleksi, yang
kemudian diteliti kembali.
6) Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pengamatan:
a. Sikap siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Information Search dan Role Playing.
b. Prestasi belajar peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Information
Search dan Role Playing.
Selanjutnya untuk evaluasi, dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung melalui hasil praktek siswa dan
menggadakan post test untuk test tertulis.
7) Analisis dan Refleksi
Data yang telah terkumpul pada siklus pertama, dilakukan
pengolahan data dan kemudian didiskusikan dengan guru bidang
39
C. Tahapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan Prestasi
belajar peserta didik. Adapun tahapan intervensi adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan Pra-penelitian
a. Orietasi lapangan dengan melakukan wawancara dengan dengan
guru bidang studi fiqih yang mengajar di kelas VII-3 MTsN Grong
- grong tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 18 september 2014
(hasil terlampir), hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran fiqih sebelum penelitian
tindakan kelas ini dilakukan.
b. Menganalisis hasil wawancara dengan menentukan focus
permasalahan yang akan diteliti.
c. Mengkaji hasil linteratur dan hasil-hasil penelitian yang relevan.
pelaksanaan tindakan.
2. Siklus I,
topik tentang pelaksanaan shalat berjamaah dilakukan dengan susunan
kegiatan sebagai berikut:
a. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
1) Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajar yang
akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
2) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran
yang menggunakan penerapan strategi pembelajaran aktif
information search dan Role Playing.
3) Menetapkan indikator ketercapaian prestasi belajar dan
menyusun instrumen pengumpulan data yang terdiri dari tes
40
dan nontes.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran
yang diberikan kepada peserta didik.
2) Guru memberikan test kemampuan awal berupa pre test
tentang shalat berjamaah.
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode information search dan Role Playing;
meliputi:
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b) Guru membagikan pertanyaan dan kemudian
memberikan waktu kepada siswa untuk membaca
sumber bacaan yang ada untuk mencari jawaban atas
pertanyaan yang telah diberikan.
c) Guru bersama siswa membahas hasil jawaban yang
telah ditemukan oleh siswa.
d) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
memperagakan peran pelaksanaan shalat berjamaah
secara berkelompok.
e) Melakukan diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan
peran pelaksanaan shalat berjamaah.
f) Guru memberikan penguatan tentang konsep
pelaksanaan shalat berjamaah.
4) Pelaksanaan post test untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pelaksanaan shalat berjamaah.
c. Pengamatan atau observasi
1) Peneliti dan observer mencatat semua data dan informasi
mengenai aktivitas siswa yang dapat dilihat langsung selama
proses pembelajaran.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan observer tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Refleksi Siklus I
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi
41
secara berkelompok.
e) Melakukan diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan
peran pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan
imam, menggantikan imam yang batal).
f) Guru memberikan penguatan tentang konsep
pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan imam,
menggantikan imam yang batal).
4) Pelaksanaan post test untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan
imam, menggantikan imam yang batal).
D. Tinjauan Kinerja
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terciptanya suasana belajar
yang aktif, menyenangkan dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif melalui metode Information Search dan Role
Playing pada mata pelajaran fiqih di MTsN Grong - Grong Kabupaten Pidie.
melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Pada penelitian ini bentuk tes
yang digunakan adalah tes objektif dan Nonverbal Test (tes berupa perbuatan
atau gerakan tertentu) dalam hal ini praktik gerakan shalat berjamaah.
2. Kuesioner
Kuesioner atau angket bertujuan untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah
laku dan proses belajar peserta didik. Kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tertutup dengan memberikan jawaban “Ya” atau “Tidak”, hal ini
dilakukan untuk mengetahui respon siswa metode pengajaran yang telah
diberikan.
Ket:
B = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah soal
2. Kuesioner
Diberikan kepada siswa setelah pembelajaran pada akhir siklus I dan
siklus II menggunakan metode Information Search dan Role Playing pada
materi Fiqih.
dikatakan mempunyai validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar,
shahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya
.
diungkap atau diukur lewat tes tersebut
Teknik pengujian validitas item tes prestasi belajar yang digunakan adalah
dengan teknik korelasi point biserial, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
√ = koefisien validitas item
MP = skor rata-rata hitung yang dijawab benar
Mt = skor rata-rata dari skor total
SDt = deviasi standar dari skor total
P = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item.
Keterangan:
rii = koefisien reabilitas tes
n = banyak butir item
1 = bilangan konstan S = standar deviasi
p = proporsi testee yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi testee yang menjawab item soal dengan salah (q=1-p)
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, hasil observasi dan catatan lapangan. Setelah
data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data yaitu memberi uraian mengenai
hasil penelitian.
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif. Untuk melihat minat belajar siswa dilakukan analisis
46
kualitatif, sedangkan untuk melihat Prestasi belajar peserta didik dilakukan analisis
secara kuatitatif.
Untuk menganalis peningkatan minat belajar siswa setelah pembelajaran
diperoleh melalui data kuesioner. Setiap lembar pernyataan dalam kuesioner
menggunakan dua pilihan jawaban. Yaitu berupa peryataan setuju dan tidak setuju.
Untuk mengetahui presentase untuk masing-masing kategori yang telah
diperoleh digunakan rumus berikut:
Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Number of cases
Data-data tersebut dianalisis dari siklus satu dan siklus dua pada prestasi
belajar mengunakan Gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes,
gain juga menunjukan penguasaan siswa setelah pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, mengunakan rumus Normalized
Gain:
47
Tafsiran efektivitas dari Ngain tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:
BAB IV
HASIL DAN KAJIAN TINDAKAN PTK
Pada pelaksanaan siklus I siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pelajaran
dibanding pelajaran sebelumnya. Para siswa juga terlihat lebih terarah dan
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
berbicara disaat disuruh membaca sumber bacaan yang diberikan, kemudian telihat
pula siswa masih ada yang bingung dalam pelaksanaan peran dikarenakan belum
terbiasa mengunakan metode Role Playing.
Kemudian pada saat penugasan mereview pelajaran yang telah dipelajari. Tidak
ada siswa yang mau mengajukan pendapatnya, baru setelah ditunjuk dan
diberi stimulus baru mau mengajukan pendapatnya, walaupun masih terlihat ragu-
50
ragu dan penyampaian review belum mencakup keseluruhan materi yang telah
dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan kurang menyimak
dalam penjelasan pelajaran.
b. Kuesioner
Berdasarkan data kuesioner yang telah dibagikan pada siswa pada siklus I
diperoleh data sebagai berikut:
c. Prestasi belajar
Untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan pada tindakan
siklus I maka data prestasi belajar dianalisis menggunakan Normal Gain terhadap
skor rerata tes awal (pretest) dan tes akhir (post test) kemampuan siswa. Adapun
hasil N- Gain tersebut adalah sebagai berikut
23 Radiansyah 60 80 0.50
24 Sarayulis 45 55 0.18
25 Sinta Nurzahara 40 60 0.33
26 Siratul Mizan 45 80 0.64
27 Tutia Rahmi 70 70 0.00
28 Zahra Maulidia 70 85 0.50
29 Zakiatun Nufus 70 80 0.33
30 Zulul Azmi 60 80 0.50
Rata-Rata 58.47 73.75 0.34
Ketuntasan (T/TT) 72%/ 28%
Berdasarkan kategori perolehan rata-rata tes prestasi belajar pada siklus I ini
ada peningkatan rata-rata dari 58,47 saat pretest dan 73,75 pada saat pelaksanaan
post test.
Kemudian dilihat dari kategori perolehan N-gain = 0,34 menunjukkan Gain-
sedang. hal ini berarti menunjukkan tingkat efektifitas sedang atas perlakuan
tindakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran metode
information search dan Role Playing pada konsep shalat berjamaah (persiapan
sebelum shalat berjamaah, tata susunan shaf, ma’mum masbuq).
Pada pelaksanaan siklus I, pembelajaran menggunakan metode information
search dan Role Playing masih menemukan hasil yang rendah, berdasarkan
kemampuan yang telah dilaksanakan, masih ada beberapa siswa yang memperoleh
nilai dibawah rata-rata yaitu 70. Ketuntasan hasil mencapai 72% pada siklus I ini,
sedangkan yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak
28% dari data yang ada. Hal ini jelas belum memenuhi target yang diharapkan
yaitu ketuntasan belajar siswa mencapai 100%, dilihat dari segi keaktifan juga masih
banyak siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, prestasi
belajar harus ditingkatkan melalui perbaikan tindakan yang telah dilaksanakan untuk
diterapkan pada siklus II. Adapun perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Tindakan Perbaikan untuk Pelaksanaan Siklus II
No Tindakan Perbaikan
53
d. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, diketahui bahwa prestasi belajar yang
didapat belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan. Oleh karena itu
dilaksanakan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I sehingga
perlu dilanjutkan pada tindakan pembelajaran siklus II
2. Siklus II
a. Hasil observasi
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan metode
information search dan Role Playing, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
Pada pelaksanaan siklus II, proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik
dari sebelumnya. Para siswa terlihat lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Siswa
terlihat sudah terbiasa mengikuti pembelajaran menggunakan metode information
search dan Role Playing. Kemudian dalam pelaksanaan peran siswa terlihat lebih
kompak dengan teman kelompoknya dan disaat diskusi siswa terlihat lebih aktif dan
lebih berani mengemukakan pendapatnya dibadingkan pada pelaksanaan siklus
sebelumnya.
b. Kuesioner
Berdasarkan data kuesioner yang telah dibagikan pada siswa pada siklus
II diperoleh data sebagai berikut:
c. Prestasi belajar
Untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan pada tindakan
siklus II maka data prestasi belajar dianalisis menggunakan Normal Gain terhadap
skor rerata tes awal dan tes akhir kemampuan siswa. Adapun hasil N- Gain tersebut
adalah sebagai berikut:
57
Dari tabel 4.9 tentang rata-rata Prestasi belajar peserta didik, diketahui bahwa
ada peningkatan rata-rata Prestasi belajar peserta didik pada saat pelaksanaan
prestes 69,38 menjadi 78,78 pada saat setelah pelaksanaan posttest, dan dapat
diketahui bahwa pada siklus II ini tes akhir (Post Test) yang dilakukan telah
58
memenuhi ketuntasan belajar dengan batas ketuntasan minimal yaitu 70. Pada
siklus II ini ketuntasan belajar mencapai 100%. Pada siklus II ini terdapat
peningkatan prestasi belajar dari 72% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.
Proses pembelajaran menggunakan metode information search dan Role
Playing pada siklus II terlihat lebih terkondisikan dalam belajar, siswa juga terlihat
lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, setiap siswa terlihat bisa mengikuti
setiap tahapan proses pembelajaran dengan baik, dengan adanya perbaikan yang
telah dilakukan dengan melihat kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
Metode information search dan Role Playing juga memberikan kemudahan
kepada guru dalam proses pembelajaran, karena guru tidak lagi harus mencapai
materi dengan berceramah dan menjelaskan secara panjang lebar di depan kelas,
sehingga setiap tindakan siswa dapat dipantau oleh guru dan pada akhirnya tujuan
pembelajaran akan mudah dicapai oleh guru.
Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran fiqih menggunakan metode
information search dan Role Playing diperoleh hasil yang memuaskan, dengan
capaian ketuntasan mencapai 100%. Hal ini sesuai dengan kriteria yang diharapkan
dan menunjukkan tindakan yang dilakukan telah berhasil disajikan dan lebih jelas
penyampaianya.
Berdasarkan refleksi siklus II diperoleh bahwa Prestasi belajar peserta didik
mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa lebih mampu belajar aktif selama
proses pembelajaran. Ketuntasan belajar siswa telah mencapai kriteria yang
diharapkan yaitu 100% sehingga tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
Prestasi belajar peserta didik telah berhasil.
B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode information
search dan Role Playing pada materi azan dan iqamah dapat meningkatkan Prestasi
belajar peserta didik. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode information
search dan Role Playing pembelajaran banyak didominasai oleh guru dengan
menggunakan metode ceramah, sehingga siswa banyak yang kurang memperhatikan
penjelasan guru. Setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode
information search dan Role Playing, kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi
oleh guru, siswa lebih banyak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
peneliti dapat meyimpulkan mengenai penerapan strategi pembelajaran aktif metode
information search dan Role Playing pada mata pelajaran fiqih di MTsN Grong-
grong, adalah sebagai berikut:
Terdapat peningkatan Prestasi belajar peserta didik dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif metode information search dan Role Playing pada konsep shalat
berjamaah.
Hal diketahui pada siklus I ketercapaian ketuntasan belajar siswa mencapai
72% dan rata-rata nilai N-gain 0,34 termasuk kategori sedang. Dilihat dari respon
siswa pada siklus I terdapat 84,38% dari data siswa respon positif terhadap
penerapan metode Information Search dan Role Playing.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Selain itu terdapat
97,65% respon positif dari siswa terhadap penerapan metode Information Search
dan Role Playing pada mata pelajaran fiqih dan rata-rata nilai N-gain = 0,32 yang
menunjukkan kategori sedang pada penerapan tindakan yang telah dilakukan.
Dengan melihat perhitungan tersebut maka dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran aktif metode Information Search dan Role Playing dapat meningkatkan
Prestasi belajar peserta didik serta mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa
pada mata pelajaran fiqih materi ketentuan pelaksanaan azan dan iqamah di MTsN
Grong-grong.
B. Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut;
1. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif metode
Information Search dan Role Play pada konsep shalat berjamaah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa agar mampu memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik.
2. Perlunya guru memperkaya pengetahuannya tentang teknik-teknik
62
pembelajaran aktif, karena masih banyak teknik pembelajaran aktif yang dapat
meningkatkan kompetensi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
65
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang di anutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tanpak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang di pelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori.
B. Kompetensi Dasar
1.3. Meyakini ketentuan shalat berjama’ah.
1.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
1.5. Menghayati makna adzan dan iqamah.
2.3. Menghayati nilai-nilai positif dalam shalat berjama’ah.
2.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
3.5. Memahami kententuan adzan dan iqamah.
3.6. Menganalisis ketentuan shalat berjama’ah.
4.2. Mempraktekkan adzan dan iqamah.
4.5. Mendemonstrasikan tata cara shalat berjama’ah.
66
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik dengan metode komperatif
tentang ketentuan shalat lima waktu dan sujud sahwi, peserta didik
dapat:
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
3. Menyebutkan syarat-syarat menjadi imam.
4. Menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum.
5. Menyebutkan manfaat shalat berjama’ah.
6. Menjelaskan tata cara membuat shaf.
7. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
8. Menjelaskan cara shalat makmum masbuk.
9. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
10. Menjelaskan cara menggantikan imam yang batal.
11. Mempraktikan lafadz/bacaan adzan dan iqamah.
12. Mempraktikan tata cara shalat berjama’ah.
Pertemuan ke-1
1. Ketentuan Adzan dan Iqamah.
a. Pengertian adzan dan iqamah.
b. Keutamaan adzan dan iqamah.
c. Hukum adzan, iqamah, dan hal yang berhubungan
dengannya.
d. Syarat adzan dan iqamah.
e. Sunnah adzan.
2. Ketentuan Shalat Jama’ah.
a. Pengertian shalat jama’ah.
b. Hukum dan dalil shalat jama’ah.
c. Syarat Imam dan makmum.
Pertemuan ke-2
Praktek adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.
G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk di sesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan
seperti cerita motivasi, senam otak, atau bersholawat.
4. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
mempelajari seputar ketentuan adzan, iqamah, dan shalat
berjama’ah.
5. Guru menfasilitasi terjadinya proses pembelajaran dengan cara
membimbing peserta didik untuk dapat melakukan diskusi
kelompok.
6. Peserta didik menyimak tanyangan adzan, iqamah, dan kegiatan
shalat berjama’ah yang di sajikan guru.
Kegiatan inti (60 menit)
Mengamati
1. Peserta didik mengamati tanyangan adzan, iqamah, dan
kegiatan shalat berjama’ah.
2. Setelah mengamati tanyangan, peserta didik memberikan
tanggapan dan menuliskannya dalam lebar tugas siswa.
68
Menanya
1. Setelah mendengarkan tanggapan dari temannya, peserta didik
menuliskan beberapa pertanyaan dalam lembar tugas siswa.
No Pertanyaan
1.
2.
3.
Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan penjelasan tambahan tentang materi.
2. Peserta didik mencari informasi terkait dengan materi di buku
pegangan siswa.
Mengolah informasi
1. Peserta didik di bagi menjadi 4-5 siswa per kelompok,
mendiskusikan hal-hal berikut dengan saling menghargai
pendapat teman.
No Masalah Hasil Diskusi
1. Haruskah adzan di lantunkan dengan suara
merdu. Bagaimana pendapatmu?.
2. Bagaimana jika saat shalat jama’ah, kamu melihat
najis melekat pada pakaian imam. Apa yang kamu
lakukan?
3. Mengapa perlu tukmaninah dan tidak tergesa-
gesa dalam melaksanakan shalat ?
2. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan bimbingan
guru.
Mengkomunikasikan
69
Pertemuan ke-2
Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
mempelajari seputar ketentuan adzan, iqamah, dan shalat
berjama’ah.
3. Guru menfasilitasi terjadinya proses pembelajaran dengan
cara membimbing peserta didik untuk dapat mempraktekkan
adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.
4. Peserta didik menyimak tayangan tata cara shalat
berjama’ah.
Mengkomunikasikan
1. Tahap praktek adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.
70
b. Jika peserta didik bisa melafalkan azan dan iqamah dengan lancar dan tidak tartil,
skor 20.
c. Jika peserta didik bisa melafalkan azan dan iqamah tidak lancar, skor
10.
2. Shalat berjamaah, skor 20.
a. Jika peserta didik dapat melakukan salat jamaah dengan benar, skor 20.
b. Jika peserta didik dapat melakukan shalat berjamaah kurang benar, skor 10.
3. Doa sesudah azan skor 30.
a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan dengan lancar dan
tartil, skor 30.
b. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan dengan lancar dan
tidak tartil, skor 20.
a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan tidak lancar, skor
10.
4. Tertib skor 20
a. Jika peserta didik melaksanakan praktik salat jamaah dengan tertib, skor 20.
b. Jika peserta didik melaksanakan praktik salat jamaah tidak tertib, skor 10.
4. Program remidial
- Peserta didik yang belum menguasai materi akan di berikan
perlakuan khusus berupa (di gunakan salah satu tergantung kondisi
siswa) :
1. Pemberian pembelajaran ulang.
2. Pemanfaatan tutor sebaya.
3. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
4. Tes tertulis.
- Remedial di laksanakan pada jam efektif belajar atau di luar jam
efektif belajar, telah di tentukan dalam program remedial secara
terpisah.
Lampiran
Nilai Siswa siklus I
12 M. Ikbal 65 90 0.71
13 M. Arisandi 60 80 0.50
14 Musfira 45 55 0.18
15 Nadiaul Ummi 40 60 0.33
16 Nailul Anjani 45 80 0.64
17 Nailul Ilmi 70 70 0.00
18 Nanda Nasrullah 70 85 0.50
19 Nurul Safitah 70 80 0.33
20 Putri Safira 60 80 0.50
21 Rahmatul Fadhillah 73 75 0.07
22 Raziatun Nura 65 90 0.71
23 Radiansyah 60 80 0.50
24 Sarayulis 45 55 0.18
25 Sinta Nurzahara 40 60 0.33
26 Siratul Mizan 45 80 0.64
27 Tutia Rahmi 70 70 0.00
28 Zahra Maulidia 70 85 0.50
29 Zakiatun Nufus 70 80 0.33
30 Zulul Azmi 60 80 0.50
Rata-Rata 58.4 73.75 0.34
Ketuntasan (T/TT) 7 72%/ 28%
No Siswa Siklus II
1 Ainsyah Pre-Test Postest N-Gain
2 Akmal 65 75 0.29
3 Al Mufti Imam 60 75 0.38
4 Badriah 65 80 0.43
5 Devi Yani 65 75 0.29
6 Edawati 70 75 0.17
7 Hayatun Nufus 60 75 0.38
8 Irfan Maulana 70 85 0.50
9 Ismul Adham 70 75 0.17
10 Jesril Ula 65 75 0.29
11 Misbahuddin 70 80 0.33
75
12 M. Ikbal 65 75 0.29
13 M. Arisandi 80 95 0.75
14 Musfira 75 90 0.60
15 Nadiaul Ummi 60 70 0.25
16 Nailul Anjani 65 70 0.14
17 Nailul Ilmi 60 75 0.38
18 Nanda Nasrullah 65 75 0.29
19 Nurul Safitah 80 95 0.75
20 Putri Safira 75 80 0.20
21 Rahmatul Fadhillah 70 80 0.33
22 Raziatun Nura 65 75 0.29
23 Radiansyah 80 95 0.75
24 Sarayulis 75 90 0.60
25 Sinta Nurzahara 60 70 0.25
26 Siratul Mizan 65 70 0.14
27 Tutia Rahmi 60 75 0.38
28 Zahra Maulidia 65 75 0.29
29 Zakiatun Nufus 80 95 0.75
30 Zulul Azmi 75 80 0.20
Rata-Rata 69.37 78.75 0.32
Ketuntasasan (T/TT) 100%/ -
perpustakaan terlihat kurang terawat ,hal ini dikarenakan tidak ada petugas
khusus yang menangani masalah perpustakaan sekolah.
6. Kurangnya sumber infomasi atau bahan pelajaran menjadikan siswa hanya
menggunakan buku wajib berupa LKS yang berisi materi-materi singkat
tentang pelajaran fiqih, sehingga hal ini kurang menunjang kreativitas siswa.
Guru bidang studi demikian hanya menggunakan satu buku paket fiqih dan
LKS untuk penugasan bagi siswa.
Lampiran :
Catatan Lapangan
Menjawab pertanyaan yang Masih ada beberapa siswa yang belum fokus
diajukan dalam menjawab pertayaan.
Didominasi oleh siswa yang lebih pintar
Pelaksanaan peran (role play) Dalam penentuan tugas kelompok masih ada
yang pilih-pilih.
Siswa masih malu untuk maju
kedepan
Masih ada siswa yang bercanda dalam
pelaksanaan peran
Siswa belum terbiasa menggunakan metode
role play (bermain peran)
Diskusi dan mereview Lebih didominasi oleh siswa yang pintar.
pelajaran yang didapat Siswa merasa malu untuk bertanya dan
mengajukan pertanyaan.
Mereview pelajaran yang di Belum ada yang berani mereview materi yang
dapat didapat apabila tidak ditunjuk.
Siswa masih ragu-ragu dalam menyampaikan
pendapat
Lampiran
N0 Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan metode 29 / 3/
pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 90,63% 9,37%
dan role play?
Lampiran
Presentase Kuesioner Siklus II
N0 Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan metode 32/ 0
pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 100%
dan role play?