Anda di halaman 1dari 80

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dapat dilakukan
melalui pendidikan. Pendidikan membutuhkan seorang guru yang profesional untuk
mewujudkan hal tersebut.
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada saat
meninggal. Semua itu menunjukan bahwa setiap orang membutuhkan orang
lain dalam perkembangannnya, demikian halnya peserta didik. Setiap peserta didik
bisa berkembang secara optimal, apabila ada usaha yang optimal dari peserta
didik dan pendidik.
Sebagai pendidik, guru harus bisa berpacu dalam pembelajaran, dengan
memberikan kemudahan belajar bagi peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru dituntut harus kreatif, professional dan
meyenangkan dalam mengajar, dengan memposisikan dirinya sebagai pendidik serta
fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan bagi peserta didiknya.
Jika dilihat dari kenyataan sekarang tentulah sangatlah berbeda,
kebanyakan dari pada guru hanya menggunakan metode ceramah yang sangat sedikit
melibatkan peserta didik untuk aktif didalamnya. Hal ini terjadi pada MTsN
Grong - grong. Guru lebih sering menggunakan metode ceramah, dibanding metode
pembelajaran aktif lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti
terhadap guru bidang studi Fiqih di MTsN Grong - grong, peneliti menyimpulkan ada
beberapa alasan yang menyebabkan guru lebih sering menggunakan metode ceramah
yaitu: 1) Kemampuan kepribadian dan kompetensi guru yang masih kurang,
penggunaan metode ceramah di sekolah bagi guru sudah menjadi kebiasaan dari
dulu, hal ini dianggap lebih mudah dan lebih praktis untuk dilaksanakan, 2) Fasilitas
media di sekolah yang masih kurang, terutama alat untuk peraga, sekalipun ada
2

penggunaan media peraga, namun untuk beberapa tahun terakhir ini tidak digunakan
lagi, dikarenakan peralatan yang ada sudah berdebu dan usang, sehingga guru
menjadi kurang tertarik untuk menggunakan media peraga yang ada. Selanjutnya
penyediaan alat lain seperti proyektor di sekolah hanya mempunyai satu proyektor,
namun dalam penggunaannya, guru sedikit mempunyai keterbatasan, sehingga
penggunaan media proyektor sulit dilaksanakan pada pembelajaran fiqih di sekolah
tersebut. Ketidakaktifan guru dalam pengunaan metode yang bervariasi akan
berakibat pada minat siswa, penggunaan metode ceramah yang terus menerus
meyebabkan suasana belajar menjadi tidak kondusif, beberapa siswa terlihat
sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Sehinggga hal ini berakibat langsung pada Prestasi
belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil wawacara dengan guru bidang studi fiqih, kebanyakan siswa
masih belum bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah, tepatnya dikelas VII MTsN Grong-grong. Hal ini dibuktikan
dengan melihat Prestasi belajar peserta didik, yang meliputi tugas harian, ulangan
harian dan ujian semester yang diperoleh siswa yang masih rendah. Dari data
yang ada lebih kurang sekitar 65% siswa yang baru mencapai ketuntasan yang telah
ditetapkan.
Faktor lain yang menyebabkan nilai siswa rendah adalah kurangnya minat baca
siswa terhadap sumber belajar yang ada. Pelajaran Fiqih di sekolah,
khususnya madrasah berkenaan dengan kebutuhan ibadah untuk siswa dalam
kehidupannya sehari-hari, materi ini sangatlah penting untuk dipahami secara jelas
oleh setiap siswa di madrasah. Setiap praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari
berhubungan erat dengan materi Fiqih. Sehingga pelajaran Fiqih sangatlah
membutuhkan keaktifan dari pada peserta didik salah satunya dalam hal
membaca. Melihat kondisi saat ini di Indonesia khususnya, sangatlah
mengkawatirkan, minat baca para siswa di sekolah- sekolah sangatlah rendah. Hal
ini dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik tahun 2006 menunjukan bahwa
penduduk Indonesia yang menjadikan bacaan sebagai sumber informasi baru sekitar
23,5%. Sedangkan yang menonton televisi 85,9% dan mendengarkan radio 40,3%.
Masalah diatas terjadi pula pada para siswa di MTsN Grong-grong, kebanyakan
siswa mempunyai minat baca yang rendah khususnya kelas VII Madrasah
Tsanawiyah.Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, kebanyakan siswa
3

mempunyai minat baca yang rendah hal ini dikarenakan pertama, berasal dari
faktor pribadi siswa yang sangat sedikit mempunyai hobi membaca terutama
membaca buku pelajaran, sebagai bukti disaat sebelum pelaksanaan proses
belajar mengajar, kebanyakan siswa belum membaca materi yang akan dipelajari.
Padahal untuk menemukan sumber bacaaan, sekolah telah menyediakan
perpustakaan sekolah, namun kebanyakan para siswa tidak memanfaatkan fasilitas
tersebut dengan baik. Faktor kedua, keadaan perpustakaan yang masih berantakan,
berdebu dan buku-buku yang ada belum tersusun dengan baik, sehingga membuat
siswa menjadi malas dan merasa kesulitan untuk memperoleh buku-buku yang
dibutuhkannya.
Pada mata pelajaran Fiqih siswa selain dituntut mau membaca untuk
meningkatkan pengetahuannya. Siswa juga harus bisa mengaktualisasikan
pengetahuan mereka tersebut dalam bentuk perbuatan. Karena seperti yang kita
ketahui pelajaran Fiqih di madrasah tidak terlepas dari yang namanya praktek
ibadah. Maka dibutuhkan cara belajar yang beragam yang juga dapat mencakup
semua aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sebagaimana yang dikutip
oleh Pupuh Fathurrohman dari Vernon A. Magnesen yang mengatakan: “Kita belajar
berdasarkan 10% apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa
yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita
katakan, dan 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan”.
Kalangan pendidikpun telah menyadari bahwa peserta didik memiliki
bermacam cara belajar. Sebagian siswa belajar dengan sangat baik hanya dengan
melihat orang lain melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian
informasi yang runtut. Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru.
Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan.
Peserta didik visual berbeda dengan tipe auditori, yang biasa tidak sungkan-sungkan
untuk memperhatikan apa yang dilakukan guru dan membuat catatan. Mereka
mengandalkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran,
mereka mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau
kebisingan. Selanjutnya, peserta didik kinestetik belajar terutama dengan
terlibat langsung dalam kegiatan. Perbedaan gaya belajar ini menjadi tantangan
untuk seorang pendidik, guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran yang dilakukan
haruslah bersifat multisensori dan penuh variasi, demi tercapainya keberhasilan
4

belajar yang lebih baik.


Perlu dipahami juga bahwa pemilihan dan penetapan prosedur, metode atau
teknik belajar mengajar yang paling tepat dan efektif menjadi bagian untuk mencapai
keberhasilan dalam belajar. Sehingga perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin
hanya cocok untuk dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, dengan sasaran
yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama.
Bila beberapa tujuan ingin diperoleh, kita dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang
relevan.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba menawarkan strategi pembelajaran
aktif. Adapun metode pembelajaran yang ditawarkan adalah Strategi pembelajaran
aktif metode Information Search dan Role Playing, metode ini adalah kombinasi
dari dua metode menjadi satu (two in one). Hal ini dilakukan agar pembelajaran
tidak hanya terpaku pada cara tertentu yang menoton, melainkan mencoba
melakukan variasi metode yang digunakan dengan tepat.
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti mencoba mengkaji lebih dalam
penggunaan metode Information Search dan Role Playing dalam mata pelajaran
Fiqih di MTsN Grong - grong. Dengan judul penelitian “Peningkatan Prestasi
Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Fiqih Materi Azan Dan Iqamah Melalui
Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Information Search Dan Role
Playing Dikelas VII-3 Semester Ganjil MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie
Tahun Pelajaran 2014/2015”

B. Identifikasi Masalah Penelitian


Berdasarkan latar belakang diatas mengenai penerapan model pengajaran aktif
dengan metode Information Search dan Role Playing, maka permasalahan
penelitian yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kurangnya variasi dalam pembelajaran fiqih di sekolah yang hanya
berpusat pada guru dengan penggunaan metode ceramah.
2. Rendahnya Prestasi belajar peserta didik pada pelajaran fiqih. Ketuntasan
belajar hanya mencapai 65%.
3. Kurangnya minat baca para siswa.
4. Beragamnya kemampuan siswa dalam memahami dan menangkap
5

pelajaran.

C. Batasan Masalah Penelitian


Dari beberapa identifikasi masalah yang ditemukan, penelitian ini dibatasi
pada masalah Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih mengenai
materi pelaksanaan shalat berjamaah melalui penerapan strategi pembelajaran aktif
dengan metode Information Search dan Role Playing. Siswa yang dimaksud diatas
adalah siswa kelas VII-3 MTsN Grong - Grong Kabupaten Pidie tahun ajaran
2014/2015.

D. Perumusan Masalah Penelitian


Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana Prestasi belajar
peserta didik pada materi fiqih (tentang pelaksanaan Shalat berjamaah) melalui
penerapan strategi pembelajaran aktif metode Information Search dan Role Playing
di MTsN Grong-grong?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian
Adapun Tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut: Untuk
mendeskripsikan Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih (tentang
pelaksanaan shalat berjamaah) melalui penerapan strategi pembelajaran aktif dengan
metode Information Search dan Role Playing.
2. Kegunaan hasil penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dengan dilakukannya penelitian ini
diharapkan bisa memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat pendidikan,
diantaranya:
a. Bagi guru:
Sebagai bahan untuk pembelajaran, tentang pentingnya penggunaan
strategi pembelajaran aktif dalam kegiatan belajar mengajar .
b. Bagi peneliti:
Sebagai langkah awal untuk pengembangan keilmuan dan bahan
untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya dengan mata pelajaran dan
materi yang berbeda.
6

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Belajar dan Prestasi Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut pendapat yang tradisional, belajar itu ialah menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pendidikan yang dimaksud disini diutamakan
pendidikan intelektual.
E.R. Hilgard dan D.G. Marquis, sebagaimana dikutip Aminudin Rasyad,
mendefenisikan belajar sebagai: “Learning is the process by which an activity
originates or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in
natural environment) as distringuished from changes by factor not attributable to
training.”
Belajar merupakan proses mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang
melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.
Belajar juga diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri
individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.
Buton menyatakan “…Learning is change in the individual due to instruction of
that individual and his environment, wich fells a need and makes him more
capable of dealing adequennly with his environment…”. Dalam pengertian ini
terdapat kata change atau “perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah
mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek
pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya.
Lebih lanjut Abu Ahmadi mengutip dari Abin Syamsudin yang menjelaskan,
untuk mengidentifikasi perubahan tingkah laku tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Secara tradisional, para guru memberikan pertayaan tentang bahan yang
pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
2) Secara inovatif, guru membuat dan mengembangkan instrumen
pengukuran prestasi belajar dengan mengadakan Pre-test sebelum siswa
mengikuti program belajar mengajar.
7

b. Pengertian Prestasi belajar


Prestasi belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah laku. Aspek perubahan ini mengacu kepada taksonomi tujuan
pengajaran yang dikembangkan Bloom, Sipsom dan Harrow, mencakup aspek

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Mulyono Prestasi belajar


adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Perubahan tingkah laku sebagai Prestasi belajar itu terjadi melalui usaha
dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan,
menghayati, meniru, melatih dan mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman
atau latihan. Perubahan tingkah laku sebagai prestasi belajar harus relatif menetap
bukan perubahan yang bersifat sementara atau tiba-tiba terjadi kemudian cepat hilang
kembali.
Lebih jelas menurut Agus Suprijono, bahwa prestasi belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne sebagaimana dikutip oleh Suprijono,
prestasi belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Pengertian diatas diperjelas menjadi tiga oleh Bloom, sebagaimana dikutip
oleh Thobari, prestasi belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Berikut penjabarannya:
1) Domain kognitif mencakup:
a) Knowledge (penegtahuan, ingatan);
b) Comperehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh);
8

c) Application (menerapkan)
d) Analysis (menguraikan, menentukan hubungan);
e) Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru);
f) Evaluating (menilai)
2) Domain afektif mencakup:
a) Receiving (sikap menerima);
b) Responding (memberikan respon)
c) Valuing (nilai)
d) Organization (organisasi)
e) Characterization (karakterisasi).
3) Domain psikomotor mencakup:
a) Initiatory
b) Pre-routine
c) Rountinized
d) Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan
intelektual.
Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa prestasi belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar
pedidikan diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara
komprehensif.

c. Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran merupakan terjemahan dari kata learning. Pembelajaran

berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Menurut


Kimble dan Garmezy, sebagaimana dikutip oleh Muhammad Thobori, bahwa
pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan
hasil praktik yang diulang-ulang. Dalam hal ini siswa sebagai subjek belajar dituntut
aktif mecari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah dan
menyimpulkan suatu masalah. Selain itu, Rombepajung juga berpendapat bahwa
pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemrolehan suatu
keterampilan melalui pelajaran, pengalaman atau pengajaran.
9

Selanjutnya pengertian Fiqih, secara bahasa berarti faham yang mendalam,


mengetahui batinnya sampai kedalam. Selanjutnya secara istilah, Fiqih adalah ilmu
tentang hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah, yang digali dan ditemukan dari
dalil-dalil yang tafsili.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Fiqih merupakan salah satu dari pembahasan
materi pembelajaran pendidikan agama Islam. Pendidikan Islam menurut Prof. Dr.
Omar Muhammad al-Touny al-Syaebani, sebagaimana dikutip Muzayyin Arifin,
pendidikan Islam adalah “usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan masyarakatnya dan kehidupan alam sekitarnya melalui
kependidikan. Lebih lanjut dari hasil seminar pendidikan Islam se-Indonesia tahun
1960, memberikan pengertian pendidikan Islam: “sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan,
mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan belajar siswa di
sekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa (Eksternal) terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental; sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri siswa (internal) adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis pada diri siswa.
1) Faktor lingkungan (environmental input)
Faktor lingkungan siswa dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
pertama, faktor lingkungan alam/ non sosial; meliputi keadaan suhu,
kelembaban udara, waktu (pagi, siang, malam), tempat letak gedung
sekolah dan kedua, faktor lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia
dan representasinya termaksuk budayanya dan mempengaruhi proses dan
Prestasi belajar peserta didik.
2) Faktor instrumental
Faktor instrumental terdiri dari gedung/sarana fisik kelas,
sarana/alat pengajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan
akan mempengaruhi proses dan Prestasi belajar peserta didik.
3) Faktor kondisi internal siswa
10

Faktor kondisi internal meliputi faktor fisiologis; terdiri dari


kesehatan dan kebugaran fisik, selanjutnya faktor psikologis yang
meliputi: minat, bakat, integensi, motivasi dan kemampuan-kemampuan
kognitif seperti; kemampuan persepsi, ingatan, berpikir, dan kemampuan
dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa.

Lebih jelas Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang


mempengaruhinya, Ia membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi
dua yaitu faktor intern dan ekstern.
1) Faktor intern, terbagi atas tiga bagian:
a) Faktor jasmaniah; yaitu faktor yang meliputi keadaan fisik
seseorang, dalam hal ini termaksuk faktor kesehatan serta cacat
tubuh yang dimiliki seorang siswa.
b) Faktor psikologis; ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor itu adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan
kesiapan.
c) Faktor kelelahan; kelelahan dibedakan menjadi dua, pertama,
kelelahan jasmani, terlihat dari lunglainya tubuh yang disebabkan
oleh kurang lancarnya aliran darah pada bagian tertentu pada
tubuh. Kedua kelelahan rohani, dilihat dengan adanya kelesuan
dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan
sesuatu menjadi hilang.
2) Faktor ekstern; faktor ini dapat dikelompokkan menjadi tiga:
a) Faktor keluarga; faktor ini dipengaruhi oleh beberapa hal dilihat
dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan atau pendidikan yang dimiliki oleh keluarga.
b) Faktor sekolah: faktor sekolah yang berpengaruh terhadap belajar
siswa meliputi: metode mengajar yang digunakan oleh guru
disekolah, kurikulum sekolah, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode
11

belajar dan tugas rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.


c) Faktor masyarakat; masyarakat merupakan faktor ekstern yang
berpengaruh terhadap belajara siswa. Pengaruh tersebut karena
keberadaan siswa dalam masyarakat tidak bisa dihindari. Faktor
masyarakat yang dimaksud adalah; kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, serta bentuk kehidupan
masyarakat.

e. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam
belajar adalah:
1) Faktor endogen antara lain seperti minat belajar, kesehatan, perhatian,
ketengangan jiwa di waktu belajar, motivasi, kegairahan diri, cita-cita,
kebugaran jasmani, kepekaan alat-alat indera dalam belajar. dengan kata
lain alat-alat indera berfungsi dengan baik atau sebaliknya seperti mata
sakit, pendengarannya terganggu dan lain-lain.
2) Faktor eksogen yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik
antara lain seperti keadaan lingkungan belajar (suasana kelas), cuaca,
letak sekolah (ditempat ramai atau tidak), faktor interaksi sosial dengan
teman sebangku, interaksi peserta didik dengan pendidikannya. Faktor
eksogen lainnya seperti alat-alat belajar yang digunakan guru dalam
proses belajar mengajar.
Semua faktor diatas membutuhkan perhatian dari pendidik dan guru. Bila ada
permasalahan perlu dicarikan pemecahan dari permasalahan tersebut. Guru tidak
boleh membiarkan atau tidak peduli menghadapi masalah belajar mereka. Bila perlu
dibicarakan secara bersama oleh majelis guru dan orang tua murid atau pihak
terkait dengan pendidikan tersebut.

B. Materi Belajar
Materi pembelajaran pada penelitian ini mengemukakan mata pelajaran, KI dan
KD, dan indikatornya. Selanjutnya mengurai konsep materi dari setiap indikator
yang bersumber dari referensi yang standar.
Mata pelajaran yang penulis ampu adalah Fiqih. dengan struktur sebagai
12

berikut:

1. Kompetensi Inti (KI) :


1.1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
1.2. Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergauan dan keberadaannya
1.3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
1.4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

2. Kompetensi dasar (KD)


Adapun KD yang terdapat pada KI 3 adalah sebagai berikut:
1.3. Meyakini ketentuan shalat berjama’ah.
1.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
1.5. Menghayati makna adzan dan iqamah.
2.3. Menghayati nilai-nilai positif dalam shalat berjama’ah.
2.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
3.5. Memahami haji.
3.6. Menganalisis ketentuan shalat berjama’ah.
4.2. Mempraktekkan adzan dan iqamah.
4.5. Mendemonstrasikan tata cara shalat berjama’ah.

3. Indikator-indikator
Adapun indikator–indikator KD 3.1 adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
13

3. Menyebutkan syarat-syarat menjadi imam.


4. Menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum.
5. Menyebutkan manfaat shalat berjama’ah.
6. Menjelaskan tata cara membuat saf.
7. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
8. Menjelaskan cara shalat makmum masbuk.
9. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
10. Menjelaskan cara menggantikan imam yang batal
11. Mempraktikkan lafadz/ bacaan adzan dan iqamah.
12. Mempraktikan tata cara shalat berjama’ah

4. Uraian materi
Ketentuan Azan, Iqamah dan Shalat Berjama’ah
A. Kompetensi dasar (KD)
Adapun KD yang terdapat pada KI 3 adalah sebagai berikut:
1.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
4.2. Mempraktekkan adzan dan iqamah.

Muslim yang taat dan baik adalah mendahulukan panggilan Allah dari pada
panggilan lainnya. Sebagai tanda telah masuknya waktu shalat seorang muazdin
melantunkan adzan sebagai panggilan dari Allah SWT untuk melaksanakan shalat
berjamaah. Kemudian dikumandangkan iqamah sebagi seruan bahwa shalat
berjamaah segera dimulai.

B. Pengertian, Hukum Adzan dan Iqamat


Adzan adalah tanda bahwa waktu shalat fardhu telah tiba. Adzan juga
merupakan panggilan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan shalat secara
berjamaah. Sedangkan Iqamah adalah petanda bahwa shalat berjamaah akan segera
dimulai.
Hukum adzan dan iqamah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki. Dengan kata
lain, adzan dan iqamah hendaknya dilakukan oleh seorang laki-laki kecuali jika
shalat jamaah yang akan dilaksanakan semuanya terdiri atas kaum perempuan, maka
14

perempuan boleh mengumandangkan adzan. Adzan dan iqamah hanya di lakukan


pada shalat lima waktu dan shalat jum'at.

Perlu ingat !
Adzan adalah panggilan shalat bahwa waktu shalat telah tiba, sedangkan
hukum adzan dan iqamah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki

a. Syarat sahnya adzan


1. Hendaknya adzan dibaca secara berurutan dan bersambung
2. Dilakukan setelah masuknya waktu shalat
3. Mu`adzin adalah seorang muslim, laki-laki, amanah, berakal, adil, baligh
atau tamyiz
4. Hendaknya adzan diucapkan dengan bahasa arab demikian pula dengan
iqamah.
b. Lafadz adzan

Allah Mahabesar Allah Mahabesar َ‫ال ر أَككَبرر ال ر أَككَبرر‬.۱

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan ‫ل الر‬ َ ‫ أَكشَهرد أَكن‬,‫ل‬


‫ل إإهلَه إإ ل‬ ‫لا ر‬ َ ‫أَكشَهرد أَكن‬.۲
‫ل إإهلَه إإ ل‬
sealain Allah (2X)

Saya bersaksi bahwa Nabi ‫ أَكشَهرد أَلن رمَحلمددا‬,‫ل‬


‫أَكشَهرد أَلن رمَحلمددا َررسكورل ا إ‬.۳
Muhammad adalah utusan Allah ‫َررسكورل الإ‬
(2X)

Mari kita mendirikan shalat (2X) َ‫ص‬


‫لإة‬ َ‫ص‬
‫ َحلي َعىلَى اهل ل‬,‫لة‬ ‫َحلي َعىلَى اهل ل‬.٤

Mari kita meraih kemenangan (2X) َ ‫ َحلي َعىلَى اكهلَف‬,‫لإح‬


‫لإح‬ َ ‫َحلي َعىلَى اكهلَف‬.٥

Allah Mahabesar Allah mahabesar ‫الر أَككَبرر الر أَككَبرر‬.٦

Tidak ada Tuhan selain Allah ‫ل الر‬


‫ل إإهلَه إإ ل‬
َ .٧

Khusus pada adzan shubuh, sebelum muadzin melafalkan bacaan takbir akhir,
membaca bacaan :

‫لرة رخكيرر إمَن اهللنكوإم‬


َ‫ص‬‫ َاهل ل‬,‫لرة رخكيرر إمَن اهللنكوإم‬
َ‫ص‬‫َاهل ل‬
15

c. Lafadz Iqamah
Iqamah adalah panggilan bahwa shalat akan segera dimulai, jamaah agar
bersiap diri untuk melakukan shalat bersama-sama. Hukum iqamah adalah sunah,
baik bagi yang berjamaah maupun perseorangan.
Iqamah disunnahkan berurutan dan bersambung seperti yang terdapat pada
salah satu lafadz berikut ini :

Allah Maha Besar Allah Maha Besar َ‫ الر أَككَبرر‬- ‫الر أَككَبرر‬.۱

Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan ‫ل الر‬ َ ‫أَكشَهرد أَكن‬.۲


‫ل إإهلَه إإ ل‬
selain Allah

Saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad ‫أَكشَهرد أَلن رمَحلمددا َررسكورل الإ‬.۳
adalah utusan Allah

Mari kita mendirikan shalat َ‫ص‬


‫لإة‬ ‫َحلي َعىلَى اهل ل‬.٤

Mari kita meraih kemenangan َ ‫َحلي َعىلَى اكهلَف‬.٥


‫لإح‬

Sesungguhnya shalat akan segera َ‫ص‬


‫لة‬ ‫ َقكد َقماَمإت اهل ل‬,‫لرة‬
َ‫ص‬‫َقكد َقماَمإت اهل ل‬.٦
dimulai

Allah Maha Besar Allah Maha Besar َ‫الر أَككَبرر‬،َ ‫الر أَككَبرر‬.٧

Tidak ada Tuhan selain Allah ‫ل الر‬


‫ل إإهلَه إإ ل‬
َ .٧

Keterangan :
Orang yang lebih utama melakukan iqamat adalah orang yang adzan.

d. Bacaan yang diucapkan oleh orang yang mendengar adzan


Disunnahkan bagi orang yang mendengarkan adzan baik laki-laki maupun
wanita untuk :
1. Mengucapkan seperti yang diucapkan mu'adzzin agar mendapat pahala seperti
dia kecuali dalam bacaan hayya alas shalat, dan hayya alal falah orang yang
mendengarkannya mengucapkan laa hawla wala quwwata illa billahil `aliyyil
adzim.
16

2. Setelah adzan selesai disunnahkan untuk bershalawat kepada nabi dengan


pelan bagi yang adzan maupun yang mendengar.
3. Disunnahkan membaca do`a ketika selesai mendengar adzan :

‫ َواكبَعكثممره َمَقمادممما‬،‫ضمكيَىلَة‬
‫ آترمَحلمَداإن اكهلَوإسكيَىلَة َواكهلَف إ‬،‫لإة اكهلَقماإئَمإة‬
َ‫ص‬‫ َواهل ل‬،‫َاهلىللهلم َرلب هإذإه اهللدكعَوإة اهللتمالمإة‬
‫ل رتكفإىلرح اكهلإمَعمارد‬
َ ‫َمكحرمكوددا الهلإذ ي َوَعكدَتره إإلنَك‬
Artinya : “Ya Allah Tuhan yang memiliki seruan yang sempurna ini, dan
shalat wajib yang didirikan, berikanlah kepada Muhammad al-wasilah
(derajat di surga) dan fadhilah, serta bangkitkanlah dia dalam maqam yang
terpuji yang telah Engkau janjikan). Maka dia berhak mendapat syafaatku di
hari kiamat. “

e. Hikmah disyari'atkannya adzan dan iqamah


1. Adzan merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat dan
mengajak untuk shalat berjamaah yang mengandung banyak kebaikan.
2. Adzan merupakan peringatan bagi orang yang lalai, mengingatkan orang-
orang yang lupa menunaikan shalat yang merupakan nikmat yang paling
besar, dan mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya dan inilah
keuntungan yang sebenarnya, adzan adalah panggilan bagi seorang
muslim agar tidak terlewatkan baginya nikmat ini.
3. Iqamah merupakan pemberitahuan bahwa shalat segera akan dimulai.

C. Tindakan
Tindakan yang dipergunakan adalah peningkatan preses belajar peserta didik
pada mata pelajaran Fiqih materi menjelaskan tata cara kententuan adzan dan
iqamah. Tindakan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengadakan perubahan.
Ia merupakan salah satu dari variabel dan ia merupakan tindakan untuk mengadakan
perubahan dari metode lama ke metode baru. Hal yang perlu dikemukakan disini
adalah:
Pembelajaran Fiqih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas dari kurikulum
yang telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum Peraturan Menteri Agama RI.
Peraturan Menteri Agama RI sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional
yang telah disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
17

Sehingga kurikulum ini sangat beragam. Pengembangan Kurikulum K13 yang


beragam ini tetap mengacu pada Standar Kompetensi Fiqih, lingkup materi minimal,
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai tingkat kelulusan minimal, sesuai
dengan tujuan dan fungsi pembelajaran fiqih.
Dengan munculnya berbagai perubahan yang sangat cepat pada hampir semua
aspek dan perkembangan paradigma baru dalam kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat, maka perlu dikembangkan kurikulum Fiqih Madrasah
Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri ,
antara lain :
a) Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets)
dari pada penguasaan materi;
b) Lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia;
c) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksana pendidikan di
lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

Kurikulum dimaksud, kurikulum yang hanya berisi tentang standar kompetensi


(SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Adapun
tentang indikator, kegiatan pembelajaran, sumber dan alat pembelajaran dan metode
pembelajaran diserahkan kepada madrasah untuk mengembangkannya sesuai
dengan situasi dan kondisi dimana madrasah itu berada.
Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat
memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk
diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat
menjalankan syariat Islam secara kaffah (sempurna).
Pengembangan Isi kurikulum fiqih di Madrasah Tsanawiyah (MTs) merupakan
kelanjutan dari kurikulum di MI, beberapa isi kurikulum merupakan perluasan dan
pendalaman dari kurikulum sebelumnya. Dalam hal ini pendidik diharapkan dapat
mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sehingga peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan
masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan
tersebut.
18

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil


refleksi, pemikiran dan pengkajian dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya.
Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik
menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar
diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam
kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian dan
kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini diciptakan untuk menghasilkan output
yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan
karakter nasional.
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah
dilakukan berbagai studi yang mengarahkan pada peningkatan efisiensi dan
efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi
pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi
kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Dalam konteks Madrasah, agar lulusan memiliki keunggulan kompetitif dan
komparatif, maka kurikulum Madrasah perlu dikembangkan dengan pendekatan
berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar Madrasah secara kelembagaan dapat
merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, serta tuntutan desentralisasi. Dengan cara seperti itu, Madrasah
tidak akan kehilangan relevansi program pembelajaran.
Selanjutnya, basis kompetensi yang dikembangkan di Madrasah harus
menjamin pertumbuhan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, penguasaan
keterampilan hidup, penguasaan kemampuan akademik, seni dan pengembangan
kepribadian yang paripurna. Dengan pertimbangan ini, maka disusun kurikulum
nasional Pendidikan Agama di Madrasah yang berbasis kompetensi yang
mencerminkan kebutuhan keberagamaan peserta didik di Madrasah secara nasional.
Standar ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan dalam mengembangkan
kurikulum Fiqih di Madrasah sesuai dengan kebutuhan Madrasah.
1. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Melalui pendekatan saintifik dengan metode komperatif tentang ketentuan
shalat lima waktu dan sujud sahwi, peserta didik dapat:
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
19

3. Menyebutkan syarat-syarat menjadi imam.


4. Menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum.
5. Menyebutkan manfaat shalat berjama’ah.
6. Menjelaskan tata cara membuat shaf.
7. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
8. Menjelaskan cara shalat makmum masbuk.
9. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
10. Menjelaskan cara menggantikan imam yang batal.
11. Mempraktikan lafadz/bacaan adzan dan iqamah.
12. Mempraktikan tata cara shalat berjama’ah
2. Fungsi Pembelajaran Fiqih
Sedangkan Fungsi mata pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah adalah:
a. Mendarong tumbuhnya kesadaran beribadah siswa kepada Allah SWT.
b. Menanamkan kebiasaan melaksanakan syarit Islam di kalangan siswa
dengan iklas.
c. Mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk mensyukuri nikmat Allah
SWT dengan mengolah dan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan
hidup.
d. Membentuk kebiasaan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial
dimadrasah dan di masyarakat.
e. Membentuk kebiasaan berbuat/berperilaku yang sesuai dengan peraturan
yang berlaku di madrasah dan masyarakat.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Fikih di Madrasah Tsanawiyah meliputi ketentuan pengaturan
hukum Islam dalam menjaga keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah Swt dan hubungan manusia dengan sesama
manusia. Adapun ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Tsanawiyah
meliputi :
a) Aspek Fikih Ibadah melipuiti :
Ketentuan dan tatacara thaharah, shalat fardlu, shalat sunnah, dan
shalat dalam keadaan dlorurat, sujud, adzan dan iqomah, berdzikir dan
berdo’a setelah shalat, puasa, zakat, haji dan umrah, qurban dan aqiqah,
makanan, perawatan jenazah dan ziarah kubur)
20

b) Aspek Fikih Muamalah melipuiti :


ketentuan dan hukum jual beli, qiradh, riba, pinjam meminjam,
utang piutang, gadai dan borg serta upah
4. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
Memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah
mahdhah dan muammalah serta dapat mempraktekkan dengan benar dalam
kehidupan sehari-hari
5. Indikator Pencapaian Kompetensi dan Tujuan Pembelajaran
Indikator Pencapaian Kompetensi Tujuan Pembelajaran

1.4. Menghayati makna adzan dan iqomah Melalui pendekatan saintifik


1.5. Menghayati makna adzan dan iqomah dengan metode kooperatif siswa
2.4 Menghayati makna adzan dan iqomah dapat:
3.5 Memahami ketentuan azan dan iqamah
1) Menjelaskan ketentuan azan,
4.2 Mempraktikkan azan dan iqamah iqamah
2) Mengemukakan ketentuan azan
dan iqamah dan shalat
berjamaah
3) Mempraktikan lafaz/bacaan
azan dan iqamah

Tindakan yang dipergunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai


tujuan pembelajaran. Adapun model tindakan dalam penelitian ini bentuknya ada
dua, yakni metode yang dipergunakan dalam proses pembelajaran yang
menimbulkan masalah dan metode yang dipergunakan untuk memecahkan masalah.
Metode yang menimbulkan masalah disebut metode lama yang telah dilakukan dan
metode untuk memecahkan masalah disebut metode baru, yakni metode yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran yang akan datang. Disini metode lama adalah
metode komvensional sedangkan metode baru adalah Penerapan Strategi
Pembelajaran Aktif Metode Information Search Dan Role Playing, Masing-masing
metode diberi penjelasan sebagai berikut:

6. Metode Pembelajaran
1) Metode konvensioal
21

a) Pengertian
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1991:523) konvensional artinya
berdasarkan kebiasaan atau tradisional. Jadi, pembelajaran konvensional adalah
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Pada umumnya pembelajaran
konvensional adalah pembelajaran yang lebih terpusat pada guru. Akibatnya
pembelajaran kurang optimal karena guru membuat siswa pasif dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran.
Metode yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional antara lain
adalah ekspositori. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal
terpusatnya kegiatan pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Tetapi
pada metode ekspositori dominasi guru sudah banyak berkurang, karena tidak terus
menerus berbicara. Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan
contoh soal disertai tanya jawab. Siswa tidak hanya mendengar dan membuat
catatan. Guru bersama siswa berlatih menyelesaikan soal latihan dan siswa
bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal. Siswa
mengerjakan latihan sendiri atau dapat bertanya pada temannya atau disuruh guru
mengerjakan di papan tulis. Walaupun dalam hal terpusatnya kegiatan pembelajaran
masih kepada guru tetapi dominasi guru sudah banyak berkurang.

b) Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional


Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima
pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari
informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
2. Belajar secara individual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8. Interaksi di antara siswa kurang
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.

c) Tujuan dan Kegunaan


22

Untuk menguraikan tujuan metode pengajaran, dikemukakan oleh Omar


Muhammad Al-Taumy yang dikutip Ramayulis sebagai berikut:
1. Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman,
keterampilan dan sikapnya.
2. Membiasakan siswa menghafal, memahami, berfikiran sehat,
memperlihatkan dengan tepat, mengamati dengan tepat, rajin, sabar dan
teliti dalam menuntut ilmu.
3. Memudahkan proses pengajaran itu bagi pelajar dan membuatnya
mencapai sebanyak mungkin tujuan yang diinginkannya.
4. Menciptakan suasana yang sesuai dengan pengajaran yang berlaku, sifat
percaya-mempercayai dan hormat-menghormati antara guru dan murid
serta hubungan baik antara keduanya.

d) Langkah-langkah kegiatan
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran
konvensional adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan apersepsi terhadap siswa dan memberikan motivasi
kepada siswa tentang materi yang diajarkan
2. Guru menerangkan bahan ajar secara verbal
3. Guru memberikan contoh-contoh sebagai ilustrasi dari apa yang sedang
diterangkan dan juga untuk memperdalam pengertian, guru memberikan
contoh langsung seperti benda, orang, tempat, atau contoh tidak
langsung, seperti model, miniatur, foto, gambar di papan tulis dan
sebagianya. Contoh-contoh tersebut sedapat mungkin diambil dari
lingkungan kehidupan sehari-hari siswa-siswi.
4. Guru memberikan kesempatan untuk siswa bertanya dan menjawab
pertanyaannya
5. Guru memberikan tugas kepada siswa yang sesuai dengan materi dan
contoh soal yang telah diberikan
6. Guru mengkonfirmasi tugas yang telah dikerjakan oleh siswa
7. Guru menyimpulkan inti pelajaran

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan


pembelajaran konvensional guru memberikan apersepsi dilanjutkan dengan
23

menerangkan bahan ajar secara verbal dilanjutkan dengan memberikan contoh-


contoh, guru membuka sesi tanya jawab dan dilanjutkan dengan pemberian tugas,
guru melanjutkan dengan mengkonfirmasi tugas yang dikerjakan siswa dan guru
menyimpulkan inti pelajaran.

e) Kelebihan dan kekurangan


Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau
mempunyai keunggulan, terutama:
1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
2. Menyampaikan informasi dengan cepat
3. Membangkitkan minat akan informasi
4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:


1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan
2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan
apa yang dipelajari
3. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu
4. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
5. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

2) Pembelajaran Model
1. Strategi Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Strategi Pembelajaran
Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu garis besar haluan
dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dilihat dalam
kaitannya dalam pembelajaran, strategi disini dimaksudkan sebagai daya upaya guru
dalam menciptakan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
mengajar.
Sedangkan dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method,
or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Jadi
dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
24

Lebih jelasnya Kemp menjelaskan seperti dikutip oleh Wina Sanjaya, bahwa
strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Senada dengan pendapat ini, Dick dan Carey menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan
prestasi belajar pada siswa.
Dalam buku strategi belajar mengajar dijelaskan bahwa, strategi dasar dalam
pendidikan meliputi empat masalah pokok yang dapat menjadikan pedoman dalam
keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yaitu:
1) Mengidentifikasi Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian yang hendak dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
kata lain menentukan sasaran dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Sasaran
itu harus dirumuskan secara jelas dan kongkret sehingga mudah dipahami
peserta didik.
2) Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan
efektif untuk mencapai sasaran.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif.
4) Menetapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang dilakukannya.
Penggunaan strategi pembelajaran sangatlah perlu karena untuk mempermudah
proses pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran
sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses
pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung
secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran sangat berguna bagi guru maupun siswa. Bagi guru,
strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak yang sistematis dalam
pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, penggunaan strategi pembelajaran
dapat mempermudah proses belajar (mempermudah dan mempercepat memahami isi
pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah
25

proses belajar siswa.


Dari penjelasan di atas jelas bagi kita strategi sangatlah penting bagi persiapan
pembelajaran, begitu pula pada pembelajaran fiqih di madrasah. Strategi
pembelajaran fiqih berisi perencanaan tentang pembelajaran materi fiqih , sehingga
tujuan pembelajaran fiqih tersebut dapat dicapai secara efektif dan efisien, sehingga
pada akhirnya bisa meningkatkan Prestasi belajar peserta didik.
b. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak
melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan
untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga mereka
mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman dan
kompetensinya.
Untuk mengetahui konsep pembelajaran aktif Melvin L. Silberman
mengemukakan kata-kata bijak dari seorang filosofis Cina, Confucius yang hidup
lebih 2400 tahun lalu yang menyatakan:
What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa)
What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat)
What I do, I understand (apa yang saya lakukan, saya paham)
Tiga peryataan diatas kemudian dikembangkan oleh Melvin L. Silberman yang
menjadi sesuatu yang ia sebut sebagai belajar aktif. Pengembangan peryataan itu
adalah:
What I hear, I forget (apa yang saya dengar saya lupa)
What I hear, see and ask question about or discuss with someone else, I begin
to understand (Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan
beberapa teman, saya mulai paham).
What I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill (Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan
keterampilan).
What I teach to another, I master (Apa yang saya ajarkan pada orang lain,
saya menguasainya)
Secara impilisit Melvin L. Silberman ingin menunjukan bahwa belajar lebih
bermakna dan bermanfaat apabila siswa menggunakan semua alat indra, mulai dari
telinga, mata, sekaligus berpikir mengolah informasi dan ditambah dengan
26

mengerjakan sesuatu.
Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar aktif. Ketika peserta didik
belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk ikut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Melalui cara ini
biasanya peserta didik akan merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan,
sehingga pada akhirnya prestasi belajar dapat dimaksimalkan.

c. Prinsip-Prinsip Belajar Aktif


Prinsip-prinsip belajar aktif dapat dilihat dari beberapa aspek:
1) Aspek subjek peserta didik
a) Adanya keberanian untuk mewujudkan minat, keinginan maupun
dorongan dari anak dalam proses belajar mengajar. Anak tanpa rasa
takut menyampaikan pendapatnya.
b) Adanya keinginan atau keberanian untuk mencari kesempatan
untuk berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, baik dalam
tahap persiapan pelaksanaan maupun tindak lanjut.
c) Adanya usaha maupun kreatifitas anak dalam menyelesaikan
kegiatan belajar sehingga mencapai hasil yang maksimal.
d) Adanya dorongan ingin tahu yang besar (curiousity) pada siswa
untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu yang baru dalam
proses belajar mengajar.
e) Adanya perasaan lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu tanpa
tekanan dari siapapun termaksuk guru dalam proses belajar
mengajar.
2) Aspek guru
a) Adanya usaha untuk membina dan mendorong subjek didik dalam
meningkatkan kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar.
b) Adanya kemampuan guru dalam melakukan peran sebagai
motivator terhadap hal-hal baru di bidang masing-masing dalam
proses belajar mengajar.
27

c) Adanya sikap tidak mendominasi kegiatan belajar mengajar. Guru


hanya berfungsi sebagai fasilitator.
d) Adanya pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar
menurut cara, irama maupun tingkat kemampuan masing-masing
individu.
e) Adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai macam strategi
belajar mengajar dan menggunakan multimedia maupun multi
metode dalam proses belajar mengajar.
3) Aspek program
a) Adanya program pengajaran yang memuat tujuan materi, metode
yang dapat memenuhi kebutuhan, minat maupun kemampuan
subjek didik.
b) Adanya program yang memungkinkan terjadinya pengembangan
konsep dan metode maupun aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar.
c) Program yang luwes dalam penentuan media dan metode sehingga
semua siswa dapat memahami materi dalam proses belajar
mengajar.
4) Aspek situasi belajar mengajar
a) Adanya situasi belajar mengajar yang di dalamnya terdapat
komunikasi, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa, yang berlangsung dengan hangat, akrab, dan terbuka.
b) Ada kegairahan maupun kegembiraan belajar siswa dalam proses
belajar mengajar.

d. Ciri-Ciri Pembelajaran Aktif


1) Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat perencanaan.
2) Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa, baik melalui kegiatan
mengalami, menganalisis, berbuat, atau pembentukan sikap.
3) Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi
yang cocok untuk kelangsungan proses belajar mengajar.
4) Guru bertindak sebagai fasilitator dan koordinator kegiatan belajar siswa,
bukan sebagai pengajar atau instruktur yang mendominasi kegiatan kelas.
28

5) Menggunakan bermacam-macam metode teknik secara bervariasi,


disamping penggunaan alat dan media secara terencana dan terintegrasi
dalam pengajaran.

e. Teori Belajar yang Melandasi Belajar Aktif


Salah satu landasan teori pendidikan modern adalah teori kontruktivisme.
Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher
centered
Salah satu prinsip kontruktivisme adalah guru tidak hanya sekadar memberikan
pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan
dibenaknya. Guru bertugas memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan
berbasis pada aktivitas siswa.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi
bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.
Untuk itu tugas guru hanya sebagai fasilitator, berikut ini dapat dirincikan
tugas guru tesebut adalah;
1) Menciptakan lingkungan yang inovatif.
2) Menyediakan bahan-bahan sebagai sumber belajar.
3) Membantu siswa mendapatkan pengalaman atau mengekplorasi
pengalaman.
4) Membantu siswa dalam membentuk konsep.
5) Membantu siswa dalam mengemukakan pikirannya.
6) Membantu siswa dalam menyelesaikan masalah.

Sebagai kelanjutan dari hal ini metode information search dan Role Playing
yang akan dibahas lebih lanjut dapat disebut bagian dari proses ini, sebagaimana
disebutkan bahwa metode ini mengunakan prinsip student centered, yaitu siswa yang
29

aktif sebagai pusat kegiatan belajar mengajar.

2. Metode Information Search dan Role Playing


Metode Information Search dan Role Playing merupakan gabungan dari dua
metode pembelajaran aktif menjadi satu. Penggabungan dua metode ini bertujuan
memberikan variasi pada kegiatan pembelajaran. Hal ini juga bertujuan memberikan
keseimbangan pada kemampuan peserta didik yang beranekaragam dalam
menangkap setiap materi pembelajaran.
Setiap peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa belajar
dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya
mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka
biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Peserta didik visual berbeda
dengan tipe auditori, yang biasa tidak sungkan- sungkan untuk memperhatikan apa
yang dilakukan guru dan membuat catatan. Mereka mengandalkan kemampuan untuk
mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin banyak bicara dan
mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan. Selanjutnya, peserta didik
kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.
Perlu kita ketahui, bahwa sedikit siswa yang mutlak satu jenis cara belajar.
Grinder menyatakan sebagaimana dikutip Melvin bahwa setiap 30 siswa, 22
diantaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan
kegiatan belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang
mengkombinasikan antara visual, auditori dan kinestetik. Guna memenuhi
kebutuhan tersebut, metode Information Search dan Role Playing menawarkan
pengajaran yang bersifat multisensori dan penuh dengan variasi.

a. Information search
Metode Information search adalah salah metode pembelajaran aktif, yaitu
mencari informasi. Metode ini sangat membantu menjadikan materi yang biasa-biasa
saja menjadi lebih menarik. Dalam pelaksanaan metode ini siswa belajar membaca
sendiri bahan-bahan pelajaran dan mereka dituntut untuk menemukan informasi
yang kemudian menyimpulkan hasil bacaan mereka
tersebut berdasarkan intruksi guru sesuai dengan indikator pembelajaran.
Metode ini memberikan kemampuan kepada siswa untuk dapat berpikir kritis dan
30

mengembangkan kemampuan daya nalar mereka.


Tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan metode ini adalah untuk
menumbuhkan minat baca siswa dengan mencari informasi melalui sumber- sumber
belajar yang ada.
Adapun tahapan yang dapat dilakukan secara umum mengenai penerapan
metode ini adalah:
1) Guru membagikan sumber materi pelajaran yang mencakup: buku
pegangan, dokumen, buku teks, panduan referensi, informasi yang
diakses melalui internet, artifak, dan lain sebagainya.
2) Memberikan pertayaan mengenai topik yang akan dibahas.
3) Membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil.
4) Pembahasan informasi yang didapat.

Sebagai catatan penting untuk penerapan metode ini diharapkan guru mampu
membuat pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong peserta didik untuk
menjawabnya dengan cara menyimpulkan sumber informasi yang tersedia.

b. Metode Role Playing


Metode Role Playing (bermain peran) merupakan metode belajar pengalaman
(eksperiensial) yang sangat bermanfaat. Metode ini digunakan untuk menggairahkan
diskusi, menyemarakkan suasana, atau untuk merangsang atau mengalami seperti apa
rasanya suatu kejadian. Bentuk peran yang dilakukan siswa adalah bermain peran
secara terarah, siswa diberikan instruksi yang telah tersiapkan yang menyatakan
fakta-fakta tentang peran yang mereka mainkan dan cara mereka memperagakannya.
Adapun mengenai tahapan pelaksanaan penggunaan metode Role Playing
secara umum adalah sebagai berikut:
1) Persiapan; dalam tahap ini perlunya menentukan pokok masalah yang
akan didramasikan, menentukan para pemain, dan mempersiapkan
para siswa sebagai pendengar yang menyaksikan jalannya cerita.
2) Pelaksanaan; setelah masalah dan pemainnya dipersiapkan, dipersilakan
kepada mereka untuk mendramatisasikan masalah yang diminta
selama beberapa menit.
3) Tindak lanjut; kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah Tanya
31

jawab, diskusi, atau analisis persoalan.

Ada beberapa tujuan pelaksanaan Role Playing (bermain peran) , sesuai


dengan jenis belajar yaitu:
1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertentu sesuai
dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuanya adalah untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau
keterampilan- keterampilan reaktif.
2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama
menyamakan diri dengan pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka.
3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi)
perilaku pemain/ pemegang peran yang telah ditampilkan. Tujuannya
untuk mengembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip-prinsip
yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan.
4) Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta
dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan
mengulanginya dalam penampilan berikutnya.

Adapun Dampak psikologis dan paedagogis dari metode pembelajaran Role


Playing (bermain peran) terhadap siswa antara lain:
1) Menimbulkan rasa tanggung jawab masing-masing untuk berhasilnya
peran yang dilakukan mereka (sense of responsibility).
2) Mempererat rasa kedekatan diatara mereka (sense of solidarity and sense
of good relationship and closely).
3) Hasil pembentukan sikap kebersamaan ini (togetherness situation) dapat
mereka aplikasikan dalam kehidupan nyata lingkungan masing-masing.
4) Guru dan peserta dapat bekerja sama membicarakan pokok bahasan yang
disepakati untuk diperankan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh pakar metodologi pembelajaran


Edgar Dale bahwa hasil pembelajaran melalui:
1) Alat indera penglihatan 75% dapat menyerap ilmu yang dilihat.
2) Alat indera pendengaran 13%, dapat menyerap ilmu yang didengar.
32

3) Alat indera lainnya 12%, dapat menyerap ilmu dengan ketiga alat indera
lainnya.

Atas dasar penjelasan diatas Information Search dan Role Playing bisa
digolongkan pada golongan pertama, ini berarti metode ini dapat memberikan
kemungkinan efek positif yang banyak bagi keberhasilan belajar bagi siswa dalam
menyerap pengetahuan.

c. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Aktif Metode Information Search


dan Role Playing.
Tahapan-tahapan yang dapat dilakukan dalam pembelajaran aktif metode
Information Search dan Role Playing adalah sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan materi ajar yang mencakup:
a. Selebaran yang berisi materi fiqih.
b. Buku teks Fiqih Islam
2) Memberikan waktu kepada siswa untuk membaca buku teks dan
selebaran yang telah dibagikan bagi setiap individu, kemudian mencari
informasi penting tentang materi yang akan diajarkan dan siswa
menyimpulkan informasi yang didapat sesuai dengan pertayaan yang
telah diberikan oleh guru.
3) Pada tahap selanjutnya siswa berkumpul dalam kelompok kecil yang
setiap kelompok terdiri minimal 4 sampai 5 orang.
4) Guru memberikan instruksi kepada masing-masing kelompok untuk
memerankan tentang materi yang telah dipelajari oleh siswa.
5) Tindak lanjut; melakukan tanya jawab, diskusi, dan kritik terhadap
pelaksanaan kegiatan pemeranan.

d. Kelebihan dan Kekurangan Metode Information Search dan Role Playing


1) Segi Positif
a) Melatih anak untuk mendramatisasikan sesuatu serta melatih
keberanian.
b) Metode ini akan menarik perhatian anak sehingga suasana kelas
menjadi hidup.
33

c) Anak-anak dapat menghayati suatu peristiwa sehingga mudah


mengambil kesimpulan berdasarkan pengahayatan sendiri.
d) Anak dilatih untuk menyusun pikirannya dengan teratur.
2) Segi Negatif
a) Metode ini memerlukan waktu cukup banyak
b) memerlukan persiapan yang teliti dan matang
c) Kadang-kadang anak-anak tidak mau mendramatisasikan suatu
adegan karena malu.

3) Penerapan Metode Information Search dan Role Playing.


Metode adalah cara digunakan untuk melaksanakan strategi pembelajaran.
Sedangkan strategi pembelajaran berisi perencanaan pembelajaran untuk mencapai
prestasi belajar yang diharapkan.
Melalui strategi pembelajaran aktif dengan menggunakan metode Information
Search dan Role Playing diharapkan siswa memperoleh manfaat sebagai berikut:
a) Siswa akan lebih termotivasi karena akan lebih mudah belajar di
saat enjoy.
b) Berlangsung dalam lingkungan yang tenang, karena percobaan dan
kegagalan diterima.
c) Adanya partisipasi dari semua kelompok, melalui metode Information
Search dan Role Playing siswa akan dituntut aktif, tanpa seorangpun
bersikap pasif.
d) Setiap orang bertanggung jawab atas pembelajarannya masing-masing.
e) Disaat pelaksanaan pembelajaran, siswa mempunyai tugas masing-
masing untuk dikerjakan.
f) Fleksibel dan relevan.
g) Sesuatu menyatakan pemikirannya.
h) Masing-masing memberikan koreksi jika ada kesalahan.

Metode Information Search dan Role Playing muncul sebagai jawaban atas
kebutuhan siswa, setiap siswa punya kemampuan yang berbeda dalam memahami
pelajaran yang diajarkan. Ada siswa yang mempunyai kemampuan memahami
melalui pengalaman langsung, yang disebut gaya belajar kinestetik, ada yang
34

memahami pelajaran dengan dengan melihat, yang disebut gaya belajar visual dan
ada juga yang menangkap pelajaran melalui ceramah ataupun suara, tipe ini disebut
gaya belajar auditori. Setiap satu gaya belajar hal ini tidaklah dominan pada setiap
siswa, ada yang memahami dengan dua cara ataupun dengan tiga cara yang telah
disebutkan diatas.
Dalam pelaksanaan metode Information Search dan Role Playing untuk
tahapan pertama melalui information search, siswa diarahkan untuk menggali dan
mengumpulkan informasi dari sumber belajar yang ada. Pada tahapan kedua siswa
tidak hanya mendapatkan materi berupa pengetahuan tertulis saja, tapi mereka
diberikan kesempatan untuk menerapkannya melalui praktek, kegiatan hal ini
dilakukan dengan metode Role Playing (bermain peran).

D. Hasil Penelitian yang Relevan


1. Pengaruh strategi active learning (belajar aktif) teknik information
search (mencari informasi) terhadap prestasi belajar matematika siswa.
Oleh Mahfuzhdin, mahasiswa Al-hilal Sigli tahun 2011. Hasil penelitian
menunjukkan prestasi belajar agama dengan menggunakan strategi
active learning (belajar aktif) teknik information search (mencari
informasi) lebih tinggi dibanding menggunakan metode konvensional.

2. Penerapan metode Role Playing (bermain peran) dalam meningkatkan


Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih. Oleh Maulana,
Mahasiswa Al-hilal Sigli tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat peningkatan Prestasi belajar peserta didik setelah
dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan metode Role
Playing (bermain peran) pada konsep ibadah.

Pada penelitian kali ini peneliti mencoba menggabungkan tentang kedua


metode tersebut diatas (metode information search dan Role Playing) dengan
penerapan pada mata pelajaran fiqih pada konsep shalat berjamaah.

E. Kerangka Berpikir
Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan pelatihan.
35

Artinya tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi aspek pribadi. Dalam proses
belajar mengajar fiqih membutuhkan minat baca dan keaktifan siswa untuk bisa aktif
mendemonstrasi materi yang telah didapatnya. Karena setiap materi fiqih berkenaan
dengan kebutuhan siswa dalam melakukan pratek ibadah dalam kehidupan sehari-
harinya. Hal ini dapat dilakukan dengan pengajaran dengan mengggunakan
Metode Information Search dan Role Playing
Penggunaan metode Information Search dan Role Playing menekankan pada
keaktifan siswa. Sehingga proses pembelajaran tidak lagi berpusat secara penuh pada
pengajar. Siswa dituntut untuk bersikap kritis dan analisis terhadap materi yang
sedang dibahas. Dengan demikian siswa tidak hanya mendengarkan materi secara
pasif, melainkan mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi, dalam hal ini
melakukan permainan peran terhadap materi yang sedang dipelajari.
Penggunaan Metode Information Search dan Role Playing, selain dapat
menumbuhkan minat baca siswa melalui pencarian informasi secara mandiri,
selanjutnya ada penekanan pada eksplorasi pengetahuan siswa mengenai nilai-nilai
dan sikap yang berkenaan dengan materi. Hal ini dilengkapi dengan metode
yang dapat merangsang jiwa belajar siswa dan melibatkan mereka secara aktif
melalui bermain peran mengenai materi yang sedang dipelajari.

F. Hipotesis Tindakan
Adapun rumusan hipotesis penelitian ini adalah; Penerapan strategi
pembelajaran aktif Metode Information Search dan Role Playing dapat
meningkatkan Prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran fiqih di MTsN
Grong-grong Kabupaten Pidie.
36

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie, kelas
VII-3, Semester Ganjil tahun 2014 dimulai dari bulan September sampai akhir bulan
Oktober 2014. Fokus penelitian berkenaan dengan peningkatan prestasi belajar
peserta didik melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Metode Information
Search dan Role Playing sehingga terjadi peningkatan prestasi peserta didik dari 70
% siswa tidak mencapai KKM menjadi 70 % siswa keatas mencapai KKM dari
jumlah siswanya adalah 30 Siswa, yang terdiri dari 11 orang siswa laki-laki dan 19
orang siswa perempuan pada materi ketentuan pelaksanaan azan dan iqamah.
Pelaku tindakan dalam penelitian ini terdiri dari guru model dan
observer/kolaborator. Guru model yang dimaksud adalah guru yang mengampu mata
pelajaran Fiqih sebagai peneliti sedangkan observer adalah guru sejawat yang
37

melakukan observasi terhadap guru mata pelajaran ketika melakukan proses


pembelajaran didalam kelas. Identitas dari masing-masing pelaku tindakan ini adalah
sebagai berikut:
1. Identitas Guru Peneliti
Nama : HANIFAH, S.Ag
NIP : 19731227 199703 2 001
Pangkat/golongan : Pembina /IV-a
Jabatan : Guru Madya pada MTsN Grong-Grong
Mata Pelajaran : Fiqih
Instansi : MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie

2. Identitas Observer
Nama : NURHASANAH, S.Ag
NIP : 19720123 199905 2 001
Pangkat/golongan : Pembina /IV-a
Jabatan : Guru Madya pada MTsN Grong-Grong
Mata Pelajaran : Fiqih
Instansi : MTsN Grong-Grong Kabupaten Pidie
B. Prosedur Penelitian
Metode yang akan dilakukan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research) yang merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar
berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi didalam sebuah kelas
secara bersama. Pelaksanaan tindakan kelas mencakup empat langkah yaitu:
a. Menyusun rancangan tindakan (planning)
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
c. Pengamatan (observing)
d. Refleksi (reflecting)

Langkah-langkah tersebut masuk dalam satu siklus yang merupakan satu


putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Untuk pelaksanaan sesungguhnya tergantung pada masalah yang dipecahkan.
Gambaran mengenai langkah tindakan yang akan dilakukan dalam persiapan
penelitian adalah sebagai berikut:
38

1) Merencanakan tindakan
2) Menetapkan kriteria tindakan:
a) Terciptanya suasana belajar yang aktif.
b) Prestasi belajar peserta didik meningkat.
3) Implementasi Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran yang
terbagi menjadi beberapa siklus penelitian, disesuaikan dengan masalah
penelitian dilapangan yang harus dipecahkan.
4) Siklus pertama
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode Information
Search dan Role Playing dalam materi ketentuan azan dan iqamah.
Observasi ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan
langsung. Hasil pengamatan dijadikan refleksi untuk melakukan
tindakan selanjutnya pada siklus kedua.
5) Siklus kedua
Pelaksanaan pembelajaran masih menggunakan Information
Search dan Role Playing dalam materi pelaksanaan shalat
berjamaah. Hasil dari pengamatan dilakukan refleksi, yang
kemudian diteliti kembali.
6) Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pengamatan:
a. Sikap siswa yang mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode Information Search dan Role Playing.
b. Prestasi belajar peserta didik yang mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Information
Search dan Role Playing.
Selanjutnya untuk evaluasi, dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung melalui hasil praktek siswa dan
menggadakan post test untuk test tertulis.
7) Analisis dan Refleksi
Data yang telah terkumpul pada siklus pertama, dilakukan
pengolahan data dan kemudian didiskusikan dengan guru bidang
39

studi, mengenai kekurangan dan kelebihan selama proses


pembelajaran terjadi. Hasil ini dideskripsikan sebagai bahan untuk
penyusunan pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus kedua.
Data yang terkumpul pada siklus kedua dilakukan analisis,
apakah hasil yang didapatkan apakah sudah sesuai dengan yang
diinginkan peneliti. Dari hasil analisis dilihat seberapa besar
peningkatannya.

C. Tahapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan untuk meningkatkan Prestasi
belajar peserta didik. Adapun tahapan intervensi adalah sebagai berikut:
1. Tahapan Persiapan Pra-penelitian
a. Orietasi lapangan dengan melakukan wawancara dengan dengan
guru bidang studi fiqih yang mengajar di kelas VII-3 MTsN Grong
- grong tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 18 september 2014
(hasil terlampir), hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan
yang dihadapi dalam proses pembelajaran fiqih sebelum penelitian
tindakan kelas ini dilakukan.
b. Menganalisis hasil wawancara dengan menentukan focus
permasalahan yang akan diteliti.
c. Mengkaji hasil linteratur dan hasil-hasil penelitian yang relevan.
pelaksanaan tindakan.
2. Siklus I,
topik tentang pelaksanaan shalat berjamaah dilakukan dengan susunan
kegiatan sebagai berikut:
a. Tahapan Perencanaan Tindakan (Planning)
1) Merancang bagian isi mata pelajaran dan bahan belajar yang
akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
2) Merancang strategi dan skenario penerapan pembelajaran
yang menggunakan penerapan strategi pembelajaran aktif
information search dan Role Playing.
3) Menetapkan indikator ketercapaian prestasi belajar dan
menyusun instrumen pengumpulan data yang terdiri dari tes
40

dan nontes.
b. Tahapan Pelaksanaan Tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran
yang diberikan kepada peserta didik.
2) Guru memberikan test kemampuan awal berupa pre test
tentang shalat berjamaah.
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode information search dan Role Playing;
meliputi:
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok.
b) Guru membagikan pertanyaan dan kemudian
memberikan waktu kepada siswa untuk membaca
sumber bacaan yang ada untuk mencari jawaban atas
pertanyaan yang telah diberikan.
c) Guru bersama siswa membahas hasil jawaban yang
telah ditemukan oleh siswa.
d) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
memperagakan peran pelaksanaan shalat berjamaah
secara berkelompok.
e) Melakukan diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan
peran pelaksanaan shalat berjamaah.
f) Guru memberikan penguatan tentang konsep
pelaksanaan shalat berjamaah.
4) Pelaksanaan post test untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pelaksanaan shalat berjamaah.
c. Pengamatan atau observasi
1) Peneliti dan observer mencatat semua data dan informasi
mengenai aktivitas siswa yang dapat dilihat langsung selama
proses pembelajaran.
2) Melakukan diskusi antara peneliti dan observer tentang
kegiatan pembelajaran yang sudah berlangsung.
d. Refleksi Siklus I
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi
41

mutu, jumlah dan waktu setiap tindakan, serta tinjauan


terhadap evaluasi prestasi belajar dan kuesioner tanggapan
siswa.
2) Melakukan refleksi terhadap kekurangan pada siklus I,
dengan menentukan kendala-kendala berdasarkan temuan
dilapangan.
3) Merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan hasil
analisis siklus I.
3. Siklus II,
Topik tentang pelaksanaan shalat berjamaah tata cara
(mengingatkan imam, menggantikan imam yang batal).
a. Tahapan perencanaan tindakan (planning)
1) Merencanakan strategi dalam upaya perbaikan untuk
pelaksanaan pada siklus II.
2) Membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode information search dan Role Playing.
b. Tahapan pelaksanaan tindakan
1) Guru memberikan penjelasan mengenai tujuan pembelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik.
2) Guru memberikan test kemampuan awal berupa pre test.
3) Guru mengadakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode information search dan Role Playing;
meliputi:
a) Guru membagi siswa menjadi beberapa 5 kelompok
(untuk pelaksanaan Role Playing).
b) Guru membagikan pertayaan dan kemudian
memberikan waktu kepada siswa untuk membaca
sumber bacaan yang ada untuk mencari jawaban atas
pertayaan yang telah diberikan.
c) Guru bersama siswa membahas hasil jawaban yang
telah ditemukan oleh siswa.
d) Guru memberikan waktu kepada siswa untuk
mempragakan peran pelaksanaan shalat berjamaah
42

secara berkelompok.
e) Melakukan diskusi dan refleksi terhadap pelaksanaan
peran pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan
imam, menggantikan imam yang batal).
f) Guru memberikan penguatan tentang konsep
pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan imam,
menggantikan imam yang batal).
4) Pelaksanaan post test untuk mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap pelaksanaan shalat berjamaah (mengingatkan
imam, menggantikan imam yang batal).

D. Tinjauan Kinerja
Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah terciptanya suasana belajar
yang aktif, menyenangkan dan meningkatnya prestasi belajar peserta didik dengan
menerapkan strategi pembelajaran aktif melalui metode Information Search dan Role
Playing pada mata pelajaran fiqih di MTsN Grong - Grong Kabupaten Pidie.

E. Data dan Sumber Data


Data berupa nilai siswa yang diperoleh melalui pre test dan post test yang
dilakukan siklus pembelajaran berlangsung. Sedangkan data yang berupa respon dari
peserta didik terhadap pembelajaran yang dilangsungkan menggunakan Metode
Information Search dan Role Playing, diberikan kuesioner pada saat pertemuan
terakhir pada siklus kedua. Sedangkan untuk data lainnya peneliti memperolehnya
dari hasil pengamatan langsung dari hasil lapangan.

F. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dan non tes. Tes
digunakan untuk mengukur produk atau Prestasi belajar peserta didik yaitu
menggunakan tes uraian. Sedangkan untuk proses pembelajaran yang dilakukan
siswa dengan menggunakan non tes yang berupa angket atau kuesioner.
1. Tes
Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian
43

dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk


pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertayaan- pertayaan atau
perintah-perintah untuk testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang

melambangkan tingkah laku atau prestasi testee. Pada penelitian ini bentuk tes
yang digunakan adalah tes objektif dan Nonverbal Test (tes berupa perbuatan
atau gerakan tertentu) dalam hal ini praktik gerakan shalat berjamaah.
2. Kuesioner
Kuesioner atau angket bertujuan untuk memperoleh data mengenai latar
belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah
laku dan proses belajar peserta didik. Kuesioner yang digunakan adalah
kuesioner tertutup dengan memberikan jawaban “Ya” atau “Tidak”, hal ini
dilakukan untuk mengetahui respon siswa metode pengajaran yang telah
diberikan.

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Tes objektif
Diberikan kepada siswa sebelum (Pre test) dan sesudah (Post test)
pembelajaran menggunakan metode Information Search dan Role Playing pada
materi Fiqih. Rumus yang digunakan untuk perhitungan skornya adalah :

Ket:
B = Jumlah jawaban benar
N = Jumlah soal

2. Kuesioner
Diberikan kepada siswa setelah pembelajaran pada akhir siklus I dan
siklus II menggunakan metode Information Search dan Role Playing pada
materi Fiqih.

H. Teknik Analisis Data


1. Uji Validitas Alat Ukur
Validitas berasal dari kata Valid berarti tepat, benar, shahih, absah. Suatu tes
44

dikatakan mempunyai validitas apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar,
shahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang seharusnya
.
diungkap atau diukur lewat tes tersebut
Teknik pengujian validitas item tes prestasi belajar yang digunakan adalah
dengan teknik korelasi point biserial, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:
√ = koefisien validitas item
MP = skor rata-rata hitung yang dijawab benar
Mt = skor rata-rata dari skor total
SDt = deviasi standar dari skor total
P = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir item
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item.

Berdasarkan perhitungan menggunakan Software ANATES 4.0


didapatkan hasil sebagai berikut;
No Jenis Tes Jumblah butir soal Jumlah soal valid
1 Siklus I 20 15
2 Siklus II 20 17
(Adapun untuk perhitungan lebih lanjut ada di lampiran 8 dan 9)

2. Uji Reabilitas Alat Ukur


Reabilitas bermakna kepercayaan keterandalan, keajengan, kestabilan atau
kosistensi dapat diartikan seajauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya
dan konsisten. Untuk mengetahui reabilitas instrument tes Prestasi belajar peserta
didik digunakan rumus kuder- Richarson (K-Rson) dengan rumus sebagai berikut:
45

Keterangan:
rii = koefisien reabilitas tes
n = banyak butir item
1 = bilangan konstan S = standar deviasi
p = proporsi testee yang menjawab item soal dengan benar
q = proporsi testee yang menjawab item soal dengan salah (q=1-p)

Tabel 3.1 Berikut Klasifikasi Guilford untuk derajat reliabilitas


` `Nilai Koefisien Keterangan
<0,20 Derajat reliabilitas hampir ada, hubungan lemah
sekali
0,21-0,40 Derajat reliabilitas rendah, hubungan cukup
berarti
0,41- 0,70 Derajat reliabilitas sedang, hubungan cukup
berarti
0,71-0,90 Derajat reliabilitas tinggi, hubungan tinggi
0,91-1,00 Derajat reliabilitas tinggi sekali, hubungan
tinggi sekali
1,00 Derajat reliabilitas dan hubungan sempurna

Berdasarkan perhitungan menggunakan Software ANATES 4.0


didapatkan hasil sebagai berikut;
No Jenis Tes Reliabilitas Kategori
1 Siklus I 0,51 Sedang
2 Siklus II 0,72 Tinggi
(Adapun untuk perhitungan lebih lanjut ada di lampiran 8 dan 9)

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, hasil observasi dan catatan lapangan. Setelah
data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data yaitu memberi uraian mengenai
hasil penelitian.
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini mengunakan analisis
kuantitatif dan kualitatif. Untuk melihat minat belajar siswa dilakukan analisis
46

kualitatif, sedangkan untuk melihat Prestasi belajar peserta didik dilakukan analisis
secara kuatitatif.
Untuk menganalis peningkatan minat belajar siswa setelah pembelajaran
diperoleh melalui data kuesioner. Setiap lembar pernyataan dalam kuesioner
menggunakan dua pilihan jawaban. Yaitu berupa peryataan setuju dan tidak setuju.
Untuk mengetahui presentase untuk masing-masing kategori yang telah
diperoleh digunakan rumus berikut:

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Number of cases

Data hasil angket dibuat kualifikasi dengan kriteria sebagai berikut:


Kriteria angket
Presentase Kriteria
75%- 100% Sangat tinggi
50%-74,9 % Tinggi
25%- 49,9% Sedang
0%-24,9% Rendah

Cara menghitung prosentase respon sebagai berikut:

Data-data tersebut dianalisis dari siklus satu dan siklus dua pada prestasi
belajar mengunakan Gain Skor. Gain adalah selisih antara nilai postes dan pretes,
gain juga menunjukan penguasaan siswa setelah pembelajaran yang dilakukan oleh
guru. Untuk mengetahui selisih nilai tersebut, mengunakan rumus Normalized
Gain:
47

Tafsiran efektivitas dari Ngain tersebut dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.2 pedoman penafsiran presentase prestasi belajar


Presentase (%) Tafsiran
<40 Tidak efektif
40-55 Kurang efektif
56-75 Cukup efektif
>76 Efektif
g < 0,3 Rendah
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g ≥ 0,7 Tinggi

3. Pengembangan Perencanaan Tindakan


Tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini, dilakukan dengan
berdasarkan analisis reflektif pada siklus yang telah dilaksanakan untuk mengetahui
keberhasilan dan kekurangan yang terjadi, selanjutnya disusun strategi-strategi
dalam upaya perbaikan dalam upaya perbaikan pada siklus berikutnya.

Tahapan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya yaitu:


1. Perencanaan
Identifikasi permasalahan yang dijumpai pada siklus yang telah
dilaksanakan. Kemudian melakukan perbaikan tindakan dan perencanaan
pembelajaran untuk siklus berikutnya.
2. Pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang ada.
3. Observasi
Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan untuk mengumpulkan
data-data penelitian dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat.
4. Refleksi
Menganalisa, mengevaluasi dan refleksi data hasil penelitian untuk
48

mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan menghasilkan suatu


perubahan kearah yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Jika hasil penelitian
telah mencapai indikator keberhasilan, maka penelitian dicukupkan dan
dianggap penelitian tindakan kelas berhasil dilaksanakan.
Untuk memproleh pemahaman lebih lanjut tentang pengembangan
tindakan sebagaimana diuraikan diatas, dapat dilihat dari tabel berikut:
Penelitian berakhir, apabila peneliti menyadari bahwa penelitian
menggunakan metode information search dan Role Playing pada mata
pelajaran fiqih telah berhasil dicapai.

BAB IV
HASIL DAN KAJIAN TINDAKAN PTK

A. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Siklus I
a. Hasil observasi
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan metode
information search dan Role Playing, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:
49

Tabel 4.1 Hasil observasi siklus I


No Tindakan Kondisi Siswa
1. Mencari bacaan informasi  Siswa mulai dapat dikondisikan
dari sumber  Beberapa siswa masih kurang serius dalam
membaca dan mencari informasi yang
diinginkan
 Beberapa siswa masih ada yang membaca
2. Menjawab pertanyaan  Masih ada beberapa siswa yang belum
yang diajukan fokus dalam menjawab pertayaan.
 Didominasi oleh siswa yang lebih pintar

3. Pelaksanaan peran (Role  Dalam penentuan tugas kelompok masih


Playing) ada yang pilih-pilih.
 Siswa masih malu untuk maju
kedepan
 Masih ada siswa yang bercanda dalam
pelaksanaan peran
4. Diskusi dan mereview  Lebih didominasi oleh siswa yang pintar.
pelajaran yang didapat  Siswa merasa malu untuk bertanya dan
mengajukan pertayaan.
5. Mereview pelajaran yang  Belum ada yang berani merivew materi
didapat yang didapat apabila tidak ditunjuk.
 Siswa masih ragu-ragu dalam
menyampaikan pendapatnya.

Pada pelaksanaan siklus I siswa terlihat lebih aktif dalam mengikuti pelajaran
dibanding pelajaran sebelumnya. Para siswa juga terlihat lebih terarah dan
bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Walaupun masih ada beberapa siswa yang
berbicara disaat disuruh membaca sumber bacaan yang diberikan, kemudian telihat
pula siswa masih ada yang bingung dalam pelaksanaan peran dikarenakan belum
terbiasa mengunakan metode Role Playing.
Kemudian pada saat penugasan mereview pelajaran yang telah dipelajari. Tidak
ada siswa yang mau mengajukan pendapatnya, baru setelah ditunjuk dan
diberi stimulus baru mau mengajukan pendapatnya, walaupun masih terlihat ragu-
50

ragu dan penyampaian review belum mencakup keseluruhan materi yang telah
dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dan kurang menyimak
dalam penjelasan pelajaran.

b. Kuesioner
Berdasarkan data kuesioner yang telah dibagikan pada siswa pada siklus I
diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Presentase Kuesioner Siklus I


N0 Pertayaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan 90,63% 9,37%
metode pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing?
2. Apakah kamu lebih mudah memahami materi dengan 90,63% 9,37%
metode pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing?
3. Apakah pembelajaran pembelajaran fiqih dengan 87.5% 12,5%
metode pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing meyenangkan
4. bagi kamu?pembelajaran
Apakah materi dengan metode 90,63% 9,37%
pembelajaran aktif menggunakan teknik information
search dan Role Playing membuat kamu bersemangat
5. belajar fiqih?
Apakah pembelajaran dengan metode pembelajaran 21,87% 78,13%
aktif menggunakan teknik information search dan
Role Playing menghambat pemahaman kamu?
6. Apakah pembelajaran materi dengan metode 90,63% 9,37%
pembelajaran aktif menggunakan teknik information
search dan Role Playing membuat kamu termotivasi
7. untuk belajar?
Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif 21,87% 78,13%
menggunakan teknik information search dan Role
Playing membuat kamu merasa jenuh?
8. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif 84,38% 15,62%
menggunakan teknik information search dan Role
Playing lebih baik dan menyenangkan dibandingkan
51

Berdasarkan table 4.2 terlihat bahwa tanggapan siswa mengenai


pembelajaran menggunakan metode information search dan Role Playing sangat
baik. Dari presentase kuesioner diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
lebih senang dan mudah memahami materi pelajaran fiqih mengunakan metode
information search dan Role Playing, walaupun ada beberapa siswa yang kurang
senang dengan pembelajaran tersebut.

c. Prestasi belajar
Untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan pada tindakan
siklus I maka data prestasi belajar dianalisis menggunakan Normal Gain terhadap
skor rerata tes awal (pretest) dan tes akhir (post test) kemampuan siswa. Adapun
hasil N- Gain tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 4.3 Data Hasil Pretest dan Post test siklus I


No Siswa Pre-test Post test N-Gain
1 Ainsyah 60 65 0.13
2 Akmal 60 65 0.13
3 Al Mufti Imam 65 60 -0.14
4 Badriah 60 70 0.25
5 Devi Yani 70 85 0.50
6 Edawati 45 65 0.36
7 Hayatun Nufus 60 65 0.13
8 Irfan Maulana 40 80 0.67
9 Ismul Adham 63 75 0.32
10 Jesril Ula 60 75 0.38
11 Misbahuddin 73 75 0.07
12 M. Ikbal 65 90 0.71
13 M. Arisandi 60 80 0.50
14 Musfira 45 55 0.18
15 Nadiaul Ummi 40 60 0.33
16 Nailul Anjani 45 80 0.64
17 Nailul Ilmi 70 70 0.00
18 Nanda Nasrullah 70 85 0.50
19 Nurul Safitah 70 80 0.33
20 Putri Safira 60 80 0.50
21 Rahmatul Fadhillah 73 75 0.07
22 Raziatun Nura 65 90 0.71
52

23 Radiansyah 60 80 0.50
24 Sarayulis 45 55 0.18
25 Sinta Nurzahara 40 60 0.33
26 Siratul Mizan 45 80 0.64
27 Tutia Rahmi 70 70 0.00
28 Zahra Maulidia 70 85 0.50
29 Zakiatun Nufus 70 80 0.33
30 Zulul Azmi 60 80 0.50
Rata-Rata 58.47 73.75 0.34
Ketuntasan (T/TT) 72%/ 28%

Berdasarkan kategori perolehan rata-rata tes prestasi belajar pada siklus I ini
ada peningkatan rata-rata dari 58,47 saat pretest dan 73,75 pada saat pelaksanaan
post test.
Kemudian dilihat dari kategori perolehan N-gain = 0,34 menunjukkan Gain-
sedang. hal ini berarti menunjukkan tingkat efektifitas sedang atas perlakuan
tindakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran metode
information search dan Role Playing pada konsep shalat berjamaah (persiapan
sebelum shalat berjamaah, tata susunan shaf, ma’mum masbuq).
Pada pelaksanaan siklus I, pembelajaran menggunakan metode information
search dan Role Playing masih menemukan hasil yang rendah, berdasarkan
kemampuan yang telah dilaksanakan, masih ada beberapa siswa yang memperoleh
nilai dibawah rata-rata yaitu 70. Ketuntasan hasil mencapai 72% pada siklus I ini,
sedangkan yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebanyak
28% dari data yang ada. Hal ini jelas belum memenuhi target yang diharapkan
yaitu ketuntasan belajar siswa mencapai 100%, dilihat dari segi keaktifan juga masih
banyak siswa yang belum aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, prestasi
belajar harus ditingkatkan melalui perbaikan tindakan yang telah dilaksanakan untuk
diterapkan pada siklus II. Adapun perbaikan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.5 Tindakan Perbaikan untuk Pelaksanaan Siklus II
No Tindakan Perbaikan
53

1. Pencarian informasi  Lebih memperjelas perintah yang


diberikan.
 Memberikan instruksi yang lebih tegas
agar setiap siswa harus mencari informasi
yang dibutuhkan dengan membaca sumber
informasi yang ada.
 Memberitahukan kepada siswa agar dalam
pertemuan selanjutnya siswa diharapkan
membaca materi pelajaran terlebih dahulu.
2. Pembagian kelompok  Guru membagi kelompok secara acak
dengan membuat kartu-kartu pembagian
kelompok, beserta tugas saat pelaksanaan
peran.
 Setiap siswa duduk berdasarkan kelompok
secara teratur.
3. Pelaksanaan peran  Setiap siswa harus melaksanakan peran
sesuai dengan instruksi yang ada.
 Setiap peran dilakukan secara bergantian,
sedangkan kelompok lain menilai
pelaksanaan peran.
 Pelaksanaan peran dilaksanakan ditempat
yang lebih luas dan aman, dalam hal ini
dilakukan dimushala.
54

4. Diskusi mengenai  Setiap kelompok dipersilahkan


pelaksanaan memberikan saran terhadap pelaksanaan
pembelajaran peran yang dilakukan kelompok lain.
(mereview dan  Penyampaian pendapat harus lebih tenang
menyimpulkan dan setiap orang harus menghargai
pelajaran yang pendapat yang lainnya.
didapat)  Setiap siswa harus lebih percaya diri
dalam mengajukan pendapatnya.
 Menunjuk siswa untuk mengemukakan
pendapat.
 Guru memberikan stimulus agar siswa
mau mengemukan pendapatnya.

d. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, diketahui bahwa prestasi belajar yang
didapat belum mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan. Oleh karena itu
dilaksanakan tindakan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I sehingga
perlu dilanjutkan pada tindakan pembelajaran siklus II

2. Siklus II
a. Hasil observasi
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran menggunakan metode
information search dan Role Playing, diperoleh catatan lapangan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil observasi siklus II


No Tindakan Kondisi Siswa
1. Mencari bacaan  Siswa sudah dapat dikondisikan dengan baik
informasi dari sumber  Para siswa terlihat lebih siap dan konsentrasi
dalam membaca sumber bacaan
 Siswa terlihat lebih mandiri dalam
mengerjakan tugas yang diberikan
55

2. Menjawab pertayaan  Siswa terlihat berantusias


yang diajukan mengajukan pertayaan.
 Setiap siswa terlihat lebih aktif bertanya
dan menjawab pertayaan
3. Pelaksanaan peran  Pembagian kelompok terlihat lebih teratur
 setiap kelompok terlihat kompak dalam
pelaksanaan peran.
4. Diskusi dan mereview  siswa terlihat tenang dalam kegiatan diskusi.
pelajaran yang  Siswa terlihat lebih percaya diri dalam
didapat mengemukakan pendapat.

Pada pelaksanaan siklus II, proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik
dari sebelumnya. Para siswa terlihat lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Siswa
terlihat sudah terbiasa mengikuti pembelajaran menggunakan metode information
search dan Role Playing. Kemudian dalam pelaksanaan peran siswa terlihat lebih
kompak dengan teman kelompoknya dan disaat diskusi siswa terlihat lebih aktif dan
lebih berani mengemukakan pendapatnya dibadingkan pada pelaksanaan siklus
sebelumnya.

b. Kuesioner
Berdasarkan data kuesioner yang telah dibagikan pada siswa pada siklus
II diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.7 Presentase Kuesioner Siklus II


N0 Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan 100% -
metode pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing?
2. Apakah kamu lebih mudah memahami materi 100% -
dengan metode pembelajaran aktif menggunakan
teknik information search dan Role Playing?
56

3. Apakah pembelajaran pembelajaran fiqih dengan 100% -


metode pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing meyenangkan
4. bagi kamu?
Apakah pembelajaran materi dengan metode 100% -
pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing membuat
5. kamu bersemangat
Apakah belajar
pembelajaran fiqih?
dengan metode pembelajaran 6,25% 93,75%
aktif menggunakan teknik information search dan
Role Playing menghambat pemahaman kamu?
6. Apakah pembelajaran materi dengan metode 100%
pembelajaran aktif menggunakan teknik
information search dan Role Playing membuat
7. kamu termotivasi
Apakah untuk
penggunaan belajar?
metode pembelajaran aktif 9,37% 90,63%
menggunakan teknik information search dan Role
Playing membuat kamu merasa jenuh?
8. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif 96,88% 3,12%
menggunakan teknik information search dan role
Role Playing lebih baik dan menyenangkan
Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa tanggapan siswa mengenai pembelajaran
menggunakan metode information search dan role Role Playing lebih baik dari
siklus sebelumnya. Dari presentase kuesioner diatas dapat diketahui 97,65 % dari
data siswa, sebagian siswa lebih senang dan mudah memahami materi pelajaran fiqih
mengunakan metode information search dan Role Playing.

c. Prestasi belajar
Untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilakukan pada tindakan
siklus II maka data prestasi belajar dianalisis menggunakan Normal Gain terhadap
skor rerata tes awal dan tes akhir kemampuan siswa. Adapun hasil N- Gain tersebut
adalah sebagai berikut:
57

Tabel 4.8 Hasil Pretest dan Postest Pada Siklus II


No Siswa Siklus II
1 Ainsyah Pre-Test Postest N-Gain
2 Akmal 65 75 0.29
3 Al Mufti Imam 60 75 0.38
4 Badriah 65 80 0.43
5 Devi Yani 65 75 0.29
6 Edawati 70 75 0.17
7 Hayatun Nufus 60 75 0.38
8 Irfan Maulana 70 85 0.50
9 Ismul Adham 70 75 0.17
10 Jesril Ula 65 75 0.29
11 Misbahuddin 70 80 0.33
12 M. Ikbal 65 75 0.29
13 M. Arisandi 80 95 0.75
14 Musfira 75 90 0.60
15 Nadiaul Ummi 60 70 0.25
16 Nailul Anjani 65 70 0.14
17 Nailul Ilmi 60 75 0.38
18 Nanda Nasrullah 65 75 0.29
19 Nurul Safitah 80 95 0.75
20 Putri Safira 75 80 0.20
21 Rahmatul Fadhillah 70 80 0.33
22 Raziatun Nura 65 75 0.29
23 Radiansyah 80 95 0.75
24 Sarayulis 75 90 0.60
25 Sinta Nurzahara 60 70 0.25
26 Siratul Mizan 65 70 0.14
27 Tutia Rahmi 60 75 0.38
28 Zahra Maulidia 65 75 0.29
29 Zakiatun Nufus 80 95 0.75
30 Zulul Azmi 75 80 0.20
Rata-Rata 69.375 78.75 0.32
Ketuntasan(T/TT) 100% /-

Dari tabel 4.9 tentang rata-rata Prestasi belajar peserta didik, diketahui bahwa
ada peningkatan rata-rata Prestasi belajar peserta didik pada saat pelaksanaan
prestes 69,38 menjadi 78,78 pada saat setelah pelaksanaan posttest, dan dapat
diketahui bahwa pada siklus II ini tes akhir (Post Test) yang dilakukan telah
58

memenuhi ketuntasan belajar dengan batas ketuntasan minimal yaitu 70. Pada
siklus II ini ketuntasan belajar mencapai 100%. Pada siklus II ini terdapat
peningkatan prestasi belajar dari 72% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.
Proses pembelajaran menggunakan metode information search dan Role
Playing pada siklus II terlihat lebih terkondisikan dalam belajar, siswa juga terlihat
lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, setiap siswa terlihat bisa mengikuti
setiap tahapan proses pembelajaran dengan baik, dengan adanya perbaikan yang
telah dilakukan dengan melihat kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
Metode information search dan Role Playing juga memberikan kemudahan
kepada guru dalam proses pembelajaran, karena guru tidak lagi harus mencapai
materi dengan berceramah dan menjelaskan secara panjang lebar di depan kelas,
sehingga setiap tindakan siswa dapat dipantau oleh guru dan pada akhirnya tujuan
pembelajaran akan mudah dicapai oleh guru.
Pada pelaksanaan siklus II pembelajaran fiqih menggunakan metode
information search dan Role Playing diperoleh hasil yang memuaskan, dengan
capaian ketuntasan mencapai 100%. Hal ini sesuai dengan kriteria yang diharapkan
dan menunjukkan tindakan yang dilakukan telah berhasil disajikan dan lebih jelas
penyampaianya.
Berdasarkan refleksi siklus II diperoleh bahwa Prestasi belajar peserta didik
mengalami peningkatan dari siklus I. Siswa lebih mampu belajar aktif selama
proses pembelajaran. Ketuntasan belajar siswa telah mencapai kriteria yang
diharapkan yaitu 100% sehingga tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
Prestasi belajar peserta didik telah berhasil.

B. Pembahasan
Penerapan pembelajaran fiqih dengan menggunakan metode information
search dan Role Playing pada materi azan dan iqamah dapat meningkatkan Prestasi
belajar peserta didik. Sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan metode information
search dan Role Playing pembelajaran banyak didominasai oleh guru dengan
menggunakan metode ceramah, sehingga siswa banyak yang kurang memperhatikan
penjelasan guru. Setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode
information search dan Role Playing, kegiatan pembelajaran tidak lagi didominasi
oleh guru, siswa lebih banyak berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
59

Pada siklus I ketuntasan prestasi belajar setelah penerapan metode information


search dan role play pada subkonsep shalat berjamaah tentang persiapan shalat
berjamaah, susunan shaf dan ma’mum masbuq, mencapai ketuntasan mencapai 72%
dengan kriteria baik, dan yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
sebanyak 28%. Hal ini menunjukkan siswa telah mulai mampu memahami konsep
yang diberikan melalui metode information search dan Role Playing, walaupun
masih ada beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan minimal yang
diberikan yaitu 70. Keaktifan juga mulai terlihat tampak, walaupun masih ada
beberapa siswa yang kurang kompak saat pembagian kelompok, serta masih ragu-
ragu disaat menyampaikan pendapatnya, karena mereka belum terbiasa
menggunakan metode information search dan Role Playing.
Pada saat siklus II, setelah pelaksanaan metode information search dan Role
Playing pada subkonsep shalat berjamaah tentang mengingatkan imam yang lupa dan
cara menggantikan imam yang batal, dalam proses ini diperoleh ketuntasan prestasi
belajar mencapai 100% dengan kriteria baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa
penggunaan metode information search dan Role Playing pada konsep shalat
berjamaah yang diberikan dapat membantu siswa untuk dapat memahami konsep
yang diberikan sehingga mampu meningkatkan Prestasi belajar peserta didik.
Dari sisi keaktifan siswa juga dapat dilihat bahwa ada peningkatan keaktifan
siswa dari siklus I sampai pada siklus II, siswa terlihat lebih percaya diri dalam
menyampaikan pendapatnya dan saat mereview pelajaran siswa terlihat lebih aktif
dan berani memberikan pendapat, hal ini menunjukkan bahwa siswa menyimak
pelajaran dari awal sampai akhir sehingga siswa mampu mereview materi yang
telah diterima dan sudah mulai terbiasa dengan pembelajaran menggunakan metode
information search dan Role Playing. Proses pembelajaran menggunakan metode
information search dan Role Playing menjadikan kegiatan belajar mengajar tidak
membosankan, mampu membuat siswa lebih aktif, hal sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Melvin L. Silberman dan Hisyam Zaini bahwa metode


information search dan Role Playing dapat membuat siswa lebi aktif dalam proses
pembelajaran, karena siswa ikut berpartisipasi aktif langsung dalam proses
pembelajaran. Siswa jadi mempunyai persiapan dan pengetahuan tentang materi yang
akan dipelajari, karena siswa diarahkan untuk mempelajari dan membaca materi
pelajaran yang akan disampaikan, sehingga siswa terlihat lebih siap dalam
60

mengikuti proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian pada akhirnya


siswa diberikan kesempatan untuk dapat mendemostrasikan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan yang diperolehnya melalui pemainan peran secara
aktif.
Dilihat dari respon siswa terhadap penerapan metode information search dan
Role Playing sebagian besar hasilnya positif. Siswa merasa senang dengan kegiatan
pembelajaran menggunakan metode information search dan Role Playing dan
mereka lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan. Hal ini membuat siswa mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik
sehingga Prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi yang telah
peneliti laksanakan diatas diperoleh gambaran bahwa penggunaan metode
information search dan Role Playing pada materi fiqih (konsep shalat berjamaah)
yang diberikan dapat meningkatkan Prestasi belajar peserta didik dari 72%
meningkat menjadi 100% di kelas VII-3 di MTsN Grong-grong dan sebagian besar
siswa memberikan respon yang positif . Hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan
tindakan yang telah dilakukan telah berhasil dilaksanakan.
61

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka
peneliti dapat meyimpulkan mengenai penerapan strategi pembelajaran aktif metode
information search dan Role Playing pada mata pelajaran fiqih di MTsN Grong-
grong, adalah sebagai berikut:
Terdapat peningkatan Prestasi belajar peserta didik dengan penerapan strategi
pembelajaran aktif metode information search dan Role Playing pada konsep shalat
berjamaah.
Hal diketahui pada siklus I ketercapaian ketuntasan belajar siswa mencapai
72% dan rata-rata nilai N-gain 0,34 termasuk kategori sedang. Dilihat dari respon
siswa pada siklus I terdapat 84,38% dari data siswa respon positif terhadap
penerapan metode Information Search dan Role Playing.
Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 100%. Selain itu terdapat
97,65% respon positif dari siswa terhadap penerapan metode Information Search
dan Role Playing pada mata pelajaran fiqih dan rata-rata nilai N-gain = 0,32 yang
menunjukkan kategori sedang pada penerapan tindakan yang telah dilakukan.
Dengan melihat perhitungan tersebut maka dapat dikatakan bahwa strategi
pembelajaran aktif metode Information Search dan Role Playing dapat meningkatkan
Prestasi belajar peserta didik serta mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa
pada mata pelajaran fiqih materi ketentuan pelaksanaan azan dan iqamah di MTsN
Grong-grong.

B. Rekomendasi
Sebagai tindak lanjut hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa
saran sebagai berikut;
1. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran aktif metode
Information Search dan Role Play pada konsep shalat berjamaah dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi siswa agar mampu memperoleh
prestasi belajar yang lebih baik.
2. Perlunya guru memperkaya pengetahuannya tentang teknik-teknik
62

pembelajaran aktif, karena masih banyak teknik pembelajaran aktif yang dapat
meningkatkan kompetensi siswa.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian


selanjutnya, dengan materi dan pelajaran yang berbeda.
63

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta, 1999.
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya, SBM (Strategi Belajar Mengajar) untuk
fakultas tarbiyah komponen MKDK. Bandung, Pustaka Setia, 2005.
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam , Jakarta: PT Bumi Aksara, , Cet.V.
Arifin, Zainal. Evaluasi pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet.III,2011. Arikunto, Suharsimi. dkk, Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Baslemen , Anisah dan Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, Bandung: PT
Rosda Karya, Cet.I, 2011
Hamalik, Oemar Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005, Cet.IV.
Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Dalam Pendidikan Sains, Jakarta:
Fitk, 2006.
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.
http://kemenag.go.id/file/dokumen/02 Lampiran ermenag.pdf 12 oktober 2013, 12:32
http://sahabatguru.wordpress.com/2012/08/29/fakta-minat-baca-di-indonesia/
27/09/2013 ;13:37
http://www.kajianpustaka.com/2013/03/pembelajaran-aktif.html#ixzz2hUGZZLt0, 12
oktober 2013, 13:39
L.Silberman, Melvin. Active Learning 101 cara belajar siswa aktif .Bandung:
Nuansa, 2012), cet.VII, h.28.
Mahfuzhdin, “Pengaruh Strategi Active Learning (Belajar Aktif) Teknik
Information Search (Mencari Informasi) Terhadap Prestasi belajar
Matematika Siswa”. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, t.d, 2011
Mulyasa, E, Penelitian Tindakan Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Cet. II, 2010
Mulyasa, E. Menjadi Guru Professional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Dan Meyenangkan, Bandung : Rosda, 2006.
Nasution,S. Asas-Asas Kurikulum. Bandung: Jemmars,1986.
64

Perangkat Pembelajaran Madrasah Tsanawiyah / MTs Standar Kompetensi Lulusan


(SKL), Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Purwanto. Evaluasi prestasi belajar .Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010.
Rasyad, Aminudin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA Press, 2003
Rusman, Model-Model Pembelajaran; Mengembangkan Profesionlisme Guru,
Jakarta: PT Grafindo Persada, Cet. 3. 2011.
Sabri, M.Alisuf. Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional
IAIN Fakultas Tarbiyah .Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Samadhi, Ari. TMMA. Pembelajaran Aktif(active learning). dari engineering
education development project.
Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo, Cet.12,
2012.
Suprijono, Agus, Cooperative Learning; Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, Cet.VII, 2012.
Thobroni, Muhammad., & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran ;Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional ,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet.I, 2011.
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif , Jakarta: Kencana,
Cet. III, 2010
Usman, Basyiruddin , Metologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, Cet.I, 2002
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, Cet.8, 2008.
Zurizal & Aminudin, Fiqih Ibadah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2008

Lampiran
65

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


(Siklus 1 dan 2)

Mata Pelajaran : Fiqih


Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Ganjil
Sub Tema : Ketentuan Azan, Iqamah dan
Shalat Berjama’ah
Pertemuan Ke : 1 s.d. 2
Alokasi Waktu : 4 x 40 Menit (2 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang di anutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tanpak mata.
4. Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang di pelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/ teori.

B. Kompetensi Dasar
1.3. Meyakini ketentuan shalat berjama’ah.
1.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
1.5. Menghayati makna adzan dan iqamah.
2.3. Menghayati nilai-nilai positif dalam shalat berjama’ah.
2.4. Menghayati makna adzan dan iqamah.
3.5. Memahami kententuan adzan dan iqamah.
3.6. Menganalisis ketentuan shalat berjama’ah.
4.2. Mempraktekkan adzan dan iqamah.
4.5. Mendemonstrasikan tata cara shalat berjama’ah.
66

C. Indikator Pencapaian Kompetensi


Peserta didik mampu:
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
3. Menyebutkan syarat-syarat menjadi imam.
4. Menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum.
5. Menyebutkan manfaat shalat berjama’ah.
6. Menjelaskan tata cara membuat saf.
7. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
8. Menjelaskan cara shalat makmum masbuk.
9. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
10. Menjelaskan cara menggantikan imam yang batal
11. Mempraktikkan lafadz/ bacaan adzan dan iqamah.
12. Mempraktikan tata cara shalat berjama’ah.

D. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik dengan metode komperatif
tentang ketentuan shalat lima waktu dan sujud sahwi, peserta didik
dapat:
1. Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah.
2. Mengemukakan ketentuan shalat berjama’ah.
3. Menyebutkan syarat-syarat menjadi imam.
4. Menyebutkan syarat-syarat menjadi makmum.
5. Menyebutkan manfaat shalat berjama’ah.
6. Menjelaskan tata cara membuat shaf.
7. Menjelaskan pengertian makmum masbuk.
8. Menjelaskan cara shalat makmum masbuk.
9. Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa.
10. Menjelaskan cara menggantikan imam yang batal.
11. Mempraktikan lafadz/bacaan adzan dan iqamah.
12. Mempraktikan tata cara shalat berjama’ah.

E. Model, Dan Metode Pembelajaran


Model : Cooperative Learning.
Metode : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab dan Demonstrasi.

F. Deskripsi Materi Pembelajaran


67

Pertemuan ke-1
1. Ketentuan Adzan dan Iqamah.
a. Pengertian adzan dan iqamah.
b. Keutamaan adzan dan iqamah.
c. Hukum adzan, iqamah, dan hal yang berhubungan
dengannya.
d. Syarat adzan dan iqamah.
e. Sunnah adzan.
2. Ketentuan Shalat Jama’ah.
a. Pengertian shalat jama’ah.
b. Hukum dan dalil shalat jama’ah.
c. Syarat Imam dan makmum.

Pertemuan ke-2
Praktek adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.

G. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memeriksa kehadiran, kerapian berpakaian, posisi tempat
duduk di sesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
3. Guru memotivasi peserta didik dengan kegiatan yang ringan
seperti cerita motivasi, senam otak, atau bersholawat.
4. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
mempelajari seputar ketentuan adzan, iqamah, dan shalat
berjama’ah.
5. Guru menfasilitasi terjadinya proses pembelajaran dengan cara
membimbing peserta didik untuk dapat melakukan diskusi
kelompok.
6. Peserta didik menyimak tanyangan adzan, iqamah, dan kegiatan
shalat berjama’ah yang di sajikan guru.
Kegiatan inti (60 menit)
Mengamati
1. Peserta didik mengamati tanyangan adzan, iqamah, dan
kegiatan shalat berjama’ah.
2. Setelah mengamati tanyangan, peserta didik memberikan
tanggapan dan menuliskannya dalam lebar tugas siswa.
68

No Tanggapan Terhadap Tayangan


1.
2.
3.

Menanya
1. Setelah mendengarkan tanggapan dari temannya, peserta didik
menuliskan beberapa pertanyaan dalam lembar tugas siswa.
No Pertanyaan
1.
2.
3.

2. Guru memfasilitasi terjadinya tanya jawab.


3. Guru melempar pertanyaan peserta didik kepada peserta didik
lainya.
4. Siswa menyimpulkan jawaban dari beberapa siswa di bimbing
oleh guru.

Mengumpulkan informasi
1. Guru memberikan penjelasan tambahan tentang materi.
2. Peserta didik mencari informasi terkait dengan materi di buku
pegangan siswa.

Mengolah informasi
1. Peserta didik di bagi menjadi 4-5 siswa per kelompok,
mendiskusikan hal-hal berikut dengan saling menghargai
pendapat teman.
No Masalah Hasil Diskusi
1. Haruskah adzan di lantunkan dengan suara
merdu. Bagaimana pendapatmu?.
2. Bagaimana jika saat shalat jama’ah, kamu melihat
najis melekat pada pakaian imam. Apa yang kamu
lakukan?
3. Mengapa perlu tukmaninah dan tidak tergesa-
gesa dalam melaksanakan shalat ?
2. Peserta didik melakukan diskusi kelompok dengan bimbingan
guru.

Mengkomunikasikan
69

1. Guru memberikan kesempatan pada setiap/masing-masing


kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok
lain memberikan tanggapan atau pertanyaan.
2. Melakukan resume secara lengkap di bantu oleh guru.

Penutup (10 menit)


1. Guru menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara
shalat berjama’ah.
2. Guru meminta peserta didik mempraktekkan shalat
berjama’ah.
3. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap materi
yang di pelajari.
4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
5. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.

Pertemuan ke-2
Pendahuluan (10 menit)
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama.
2. Guru memberikan informasi tentang tujuan dan manfaat
mempelajari seputar ketentuan adzan, iqamah, dan shalat
berjama’ah.
3. Guru menfasilitasi terjadinya proses pembelajaran dengan
cara membimbing peserta didik untuk dapat mempraktekkan
adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.
4. Peserta didik menyimak tayangan tata cara shalat
berjama’ah.

Kegiatan inti (60 menit)


Mengumpulkan informasi
1. Setelah memperhatikan uraian tentang ketentuan adzan,
iqamah, dan shalat berjama’ah peserta didik mempraktekkan
apa yang di lihatnya.
2. Teknisnya siswa di bagi dalam beberapa kelompok dan setiap
kelompok di berikan tugas untuk mempraktekkannya.

Mengkomunikasikan
1. Tahap praktek adzan, iqamah, dan shalat berjama’ah.
70

- Satu kelompok bersiap-siap melaksanakan shalat berjama’ah,


di mulai dengan adzan dan iqamah.
- Shalat berjama’ah terdiri dari dua laki-laki, dua perempuan,
dan salah satu di antara mereka menjadi imam.
- Setelah empat orang berjama’ah berjalan satu rekaat, datang
lagi empat orang, maka praktek mengatur posisi shafnya.
- Setelah itu, sewaktu jama’ah dalam posisi ruku’ datang
seorang lagi. Dan sewaktu bagkit dari ruku’ datang seorang
lagi, maka praktek penyempurnaan bagi makmum masbuk.
- Ketika berjama’ah berlangsung imam melakukan kesalahan
dalam bacaan dan hitungan rakaat. Maka praktek cara
mengingatkannya.
- Ketika jama’ah berlangsung, imam tiba-tiba batal shalatnya,
maka praktek menggantikan imam.
2. Guru memberikan bimbingan selama kegiatan praktek
berlangsung.
3. Guru memberikan pengamatan sekaligus memberikan penilaian
selama kegiatan berlangsung.

Penutup (10 menit)


1. Guru menyampaikan gambaran teknis tentang tata cara
shalat berjama’ah.
2. Penilaian di lakukan selama aktivitas pembelajaran dan pada
akhir pembelajaran.
3. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap materi yang
telah di pelajari.
4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya .
5. Di harapkan orang tua dapat mendampingi putra-putrinya
dalam mengerjakan tugas.
6. Sebelum berdoa, guru mengingatkan kepada peserta didik
untuk benar-benar menjaga ibadah dalam kehidupan sehari-
hari sebagai implementasi dari ketentuan adzan, iqamah, dan
shalat berjama’ah dalam kehidupan sehari-hari.
7. Bersama-sama menutup pelajaran dengan berdoa.

H. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian
71

a. Penilaian di lakukan selama kegiatan pembelajaran yaitu


penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
No Aspek Yang Di Nilai Teknik Waktu Penilaian
Penilaian
1. Sikap
a. Terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaranObservasi Selama pembelajaran
yang di lakukan. dan saat diskusi
b. Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif.
d. Peduli dalam kegiatan pembelajaran.
e. Disiplin selama proses pembelajaran.
f. Jujur dalam menjawab permasalahan yang
di berikan.
g. Tanggung jawab dalam penyelesaian tugas.
2. Pengetahuan
Menyelesaikan tugas yang di berikan olehPenugasan Kelompok/individu
guru
3. Keterampilan Penyelesaian kelompok
Praktek adzan, iqamah, dan shalatPortofolio
berjama’ah.

b. Instrumen penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.


Mempraktikkan azan, iqamah, salat berjamaah
Contoh format penilaian unjuk kerja:
Praktik
Tindak
Nama Aspek yang dinilai Jumlah Ketuntasan
No. Nilai Lanjut
siswa Score
1 2 3 4 T TT R P
1.
2.
3.
4.
5.
Dst.

Aspek yang dinilai:


1. Melafalkan azan dan iqamah, skor 30
a. Jika peserta didik bisa melafalkan azan dan iqamah dengan lancar dan
tartil, skor 30
72

b. Jika peserta didik bisa melafalkan azan dan iqamah dengan lancar dan tidak tartil,
skor 20.
c. Jika peserta didik bisa melafalkan azan dan iqamah tidak lancar, skor
10.
2. Shalat berjamaah, skor 20.
a. Jika peserta didik dapat melakukan salat jamaah dengan benar, skor 20.
b. Jika peserta didik dapat melakukan shalat berjamaah kurang benar, skor 10.
3. Doa sesudah azan skor 30.
a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan dengan lancar dan
tartil, skor 30.
b. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan dengan lancar dan
tidak tartil, skor 20.
a. Jika peserta didik bisa melafalkan bacaan doa sesudah azan tidak lancar, skor
10.
4. Tertib skor 20
a. Jika peserta didik melaksanakan praktik salat jamaah dengan tertib, skor 20.
b. Jika peserta didik melaksanakan praktik salat jamaah tidak tertib, skor 10.

4. Program remidial
- Peserta didik yang belum menguasai materi akan di berikan
perlakuan khusus berupa (di gunakan salah satu tergantung kondisi
siswa) :
1. Pemberian pembelajaran ulang.
2. Pemanfaatan tutor sebaya.
3. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus.
4. Tes tertulis.
- Remedial di laksanakan pada jam efektif belajar atau di luar jam
efektif belajar, telah di tentukan dalam program remedial secara
terpisah.

5. Interaksi guru dengan orang tua


1. Guru memberikan tugas kepada siswa.
2. Di harapkan orang tua dapat mendampingi putra-putrinya dalam
mengerjakan tugas dan mendatangani tugas tersebut.

I. Media Dan Sumber Pembelajaran


Media : LCD, Laptop, dan Lingkungan Kelas.
Sumber Belajar : Buku siswa fiqih kelas VII MTs, Kemenag RI
2014.
Buku fiqih pedoman guru kelas VII MTs, Kemenag
RI 2014.
73

Al-Qur’an dan Terjemahannya.

Mengetahui Grong-grong, 25 September 2014


Kepala, Peneliti

CUT ROSWATI T. SYAMSUDDIN, S.Ag HANIFAH, S.Ag


NIP.19600603 198503 2 003 NIP. 19731227 199703 2 001

Lampiran
Nilai Siswa siklus I

No Siswa Pre-test Post N-Gain


1 Ainsyah 60 test
65 0.13
2 Akmal 60 65 0.13
3 Al Mufti Imam 65 60 -0.14
4 Badriah 60 70 0.25
5 Devi Yani 70 85 0.50
6 Edawati 45 65 0.36
7 Hayatun Nufus 60 65 0.13
8 Irfan Maulana 40 80 0.67
9 Ismul Adham 63 75 0.32
10 Jesril Ula 60 75 0.38
11 Misbahuddin 73 75 0.07
74

12 M. Ikbal 65 90 0.71
13 M. Arisandi 60 80 0.50
14 Musfira 45 55 0.18
15 Nadiaul Ummi 40 60 0.33
16 Nailul Anjani 45 80 0.64
17 Nailul Ilmi 70 70 0.00
18 Nanda Nasrullah 70 85 0.50
19 Nurul Safitah 70 80 0.33
20 Putri Safira 60 80 0.50
21 Rahmatul Fadhillah 73 75 0.07
22 Raziatun Nura 65 90 0.71
23 Radiansyah 60 80 0.50
24 Sarayulis 45 55 0.18
25 Sinta Nurzahara 40 60 0.33
26 Siratul Mizan 45 80 0.64
27 Tutia Rahmi 70 70 0.00
28 Zahra Maulidia 70 85 0.50
29 Zakiatun Nufus 70 80 0.33
30 Zulul Azmi 60 80 0.50
Rata-Rata 58.4 73.75 0.34
Ketuntasan (T/TT) 7 72%/ 28%

Mengetahui Grong-grong, 25 September 2014


Kepala, Peneliti

CUT ROSWATI T. SYAMSUDDIN, S.Ag HANIFAH, S.Ag


NIP.19600603 198503 2 003 NIP. 19731227 199703 2 001
Lampiran
Hasil Pretest dan Posttest Pada Siklus II

No Siswa Siklus II
1 Ainsyah Pre-Test Postest N-Gain
2 Akmal 65 75 0.29
3 Al Mufti Imam 60 75 0.38
4 Badriah 65 80 0.43
5 Devi Yani 65 75 0.29
6 Edawati 70 75 0.17
7 Hayatun Nufus 60 75 0.38
8 Irfan Maulana 70 85 0.50
9 Ismul Adham 70 75 0.17
10 Jesril Ula 65 75 0.29
11 Misbahuddin 70 80 0.33
75

12 M. Ikbal 65 75 0.29
13 M. Arisandi 80 95 0.75
14 Musfira 75 90 0.60
15 Nadiaul Ummi 60 70 0.25
16 Nailul Anjani 65 70 0.14
17 Nailul Ilmi 60 75 0.38
18 Nanda Nasrullah 65 75 0.29
19 Nurul Safitah 80 95 0.75
20 Putri Safira 75 80 0.20
21 Rahmatul Fadhillah 70 80 0.33
22 Raziatun Nura 65 75 0.29
23 Radiansyah 80 95 0.75
24 Sarayulis 75 90 0.60
25 Sinta Nurzahara 60 70 0.25
26 Siratul Mizan 65 70 0.14
27 Tutia Rahmi 60 75 0.38
28 Zahra Maulidia 65 75 0.29
29 Zakiatun Nufus 80 95 0.75
30 Zulul Azmi 75 80 0.20
Rata-Rata 69.37 78.75 0.32
Ketuntasasan (T/TT) 100%/ -

Mengetahui Grong-grong, 2 Oktober 2014


Kepala, Peneliti

CUT ROSWATI T. SYAMSUDDIN, S.Ag HANIFAH, S.Ag


NIP.19600603 198503 2 003 NIP. 19731227 199703 2 001
Lampiran :
Hasil Wawancara Dengan Guru Bidang Studi Fiqih
(Ibu Nurhasanah, S.Ag) di MTsN Grong-grong

1. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar mengajar.


Hal ini disebabkan karena guru telah terbiasa sejak lama menggunakan metode
ceramah dan hal itu telah dianggap biasa, serta lebih mudah untuk
dilaksanakan.
2. Keterbatasan kemampuan guru dalam menggunakan alat media elektronik;
seperti proyektor dan laptop atau media lainnya menjadikan guru lebih
memilih gaya mengajar yang klasik, guru menulis didepan, sedangkan siswa
mencatat penjelasan yang ditulis guru dipapan tulis.
3. Kurangnya fasilitas yang ada disekolah menjadikan guru bidang studi menjadi
kurang kreatif dalam kegiatan pembelajaran.
4. Alat-alat peraga yang ada tidak lagi digunakan karena jarang digunakan dan
tidak ada perawatan yang khusus, sehingga menjadi terlihat usang dan berdebu.
5. Fasilitas ruang baca /perpustakaan di sekolah kurang diminati oleh siswa,
76

perpustakaan terlihat kurang terawat ,hal ini dikarenakan tidak ada petugas
khusus yang menangani masalah perpustakaan sekolah.
6. Kurangnya sumber infomasi atau bahan pelajaran menjadikan siswa hanya
menggunakan buku wajib berupa LKS yang berisi materi-materi singkat
tentang pelajaran fiqih, sehingga hal ini kurang menunjang kreativitas siswa.
Guru bidang studi demikian hanya menggunakan satu buku paket fiqih dan
LKS untuk penugasan bagi siswa.

Lampiran :
Catatan Lapangan

Siklus I dimulai pada tanggal 25 September 2014, pembelajaran menggunakan


metode information search dan role play diperoleh pengamatan sebagai berikut:

Tindakan Kondisi Siswa


Mencari informasi dari  Siswa mulai dapat dikondisikan
sumber bacaan  Beberapa siswa masih kurang serius dalam
membaca dan mencari informasi yang
diinginkan
 Beberapa siswa masih ada yang membaca
sambil berbicara dengan teman sebelahnya
77

Menjawab pertanyaan yang  Masih ada beberapa siswa yang belum fokus
diajukan dalam menjawab pertayaan.
 Didominasi oleh siswa yang lebih pintar

Pelaksanaan peran (role play)  Dalam penentuan tugas kelompok masih ada
yang pilih-pilih.
 Siswa masih malu untuk maju
kedepan
 Masih ada siswa yang bercanda dalam
pelaksanaan peran
 Siswa belum terbiasa menggunakan metode
role play (bermain peran)
Diskusi dan mereview  Lebih didominasi oleh siswa yang pintar.
pelajaran yang didapat  Siswa merasa malu untuk bertanya dan
mengajukan pertanyaan.

Mereview pelajaran yang di  Belum ada yang berani mereview materi yang
dapat didapat apabila tidak ditunjuk.
 Siswa masih ragu-ragu dalam menyampaikan
pendapat

Siklus II dimulai pada tanggal 2 Oktober 2014, pembelajaran menggunakan


metode information search dan role play diperoleh pengamatan sebagai berikut:

No Tindakan Kondisi Siswa


1. Mencari bacaan informasi  Siswa sudah dapat dikondisikan
Dari sumber dengan baik
 Para siswa terlihat lebih siap dan
konsentrasi dalam membaca sumber
bacaan
 Siswa terlihat lebih mandiri dalam
mengerjakan tugas yang diberikan
78

2. Menjawab pertanyaan yang  Siswa terlihat berantusias


diajukan mengajukan pertanyaan.
 Setiap siswa terlihat lebih aktif
bertanya dan menjawab pertanyaan

3. Pelaksanaan peran  Pembagian kelompok terlihat lebih


teratur
 setiap kelompok terlihat kompak
dalam pelaksanaan peran.

4. Diskusi dan mereview  siswa terlihat tenang dalam kegiatan


pelajaran yang didapat diskusi.
 Siswa terlihat lebih percaya diri
dalam mengemukakan pendapat.

Lampiran

Presentase Kuesioner Siklus I

N0 Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan metode 29 / 3/
pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 90,63% 9,37%
dan role play?

2. Apakah kamu lebih mudah memahami materi dengan metode 29/ 3/


pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 90,63% 9,37%
79

dan role play?

3. Apakah pembelajaran pembelajaran fiqih dengan metode 28/ 4/


pembelajaran aktif menggunakan teknik information search dan 87,5% 12,5%
role play meyenangkan bagi kamu?

4. Apakah pembelajaran materi dengan metode pembelajaran aktif 29/ 3/


menggunakan teknik information search dan role play 90,63% 9,37%
membuat kamu bersemangat belajar fiqih?

5. Apakah pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif 8/ 25/


menggunakan teknik information search dan role play 21,87% 78,13%
menghambat pemahaman kamu?

6. Apakah pembelajaran materi dengan metode pembelajaran aktif 29/ 3/


menggunakan teknik information search dan role play 90,63% 9,37%
membuat kamu termotivasi untuk belajar?

7. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif menggunakan 8/ 25/


teknik information search dan role play membuat kamu merasa 21,87% 78,13%
jenuh?

8. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif menggunakan 27/ 5/


teknik information search dan role role play lebih baik dan 84,38% 15.62%
menyenangkan dibandingkan dengan metode biasa?

Hasil kuesioner dihitung dengan :

Ket: P = Persentase F = Frekuensi N = Number of cases

Lampiran
Presentase Kuesioner Siklus II

N0 Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah kamu menyukai pembelajaran fiqih dengan metode 32/ 0
pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 100%
dan role play?

2. Apakah kamu lebih mudah memahami materi dengan metode 32/ 0


pembelajaran aktif menggunakan teknik information search 100%
80

dan role play?

3. Apakah pembelajaran pembelajaran fiqih dengan metode 32/ 0


pembelajaran aktif menggunakan teknik information search dan 100%
role play meyenangkan bagi kamu?

4. Apakah pembelajaran materi dengan metode pembelajaran aktif 32/ 0


menggunakan teknik information search dan role play 100%
membuat kamu bersemangat belajar fiqih?

5. Apakah pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif 2/ 30/


menggunakan teknik information search dan role play 6,25% 93.75%
menghambat pemahaman kamu?

6. Apakah pembelajaran materi dengan metode pembelajaran aktif 32/ 0


menggunakan teknik information search dan role play 100%
membuat kamu termotivasi untuk belajar?

7. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif menggunakan 3/ 29/


teknik information search dan role play membuat kamu merasa 9.37% 90.63%
jenuh?

8. Apakah penggunaan metode pembelajaran aktif menggunakan 31/ 1/


teknik information search dan role role play lebih baik dan 96,88% 3,13%
menyenangkan dibandingkan dengan metode biasa?

Anda mungkin juga menyukai