di Lembaga Pemasyarakatan
BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 3
D. Pengertian 3
BAB II : PELAKSANAAN 5
A. Umum 5
1. Tujuan Kegiatan Industri di Lapas 5
2. Klasifikasi Industri di Lapas 5
3. Pengorganisasian Kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan 6
4. Klasifikasi Modal 8
5. Pengelolaan PNBP 9
B. Pengelolaan Kegiatan Industri di Lapas 9
1. Perencanaan 9
2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan 10
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri 11
4. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri 11
5. Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri 11
6. Monitoring 12
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
karuniaNya, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dapat menyelesaikan Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan. Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan ini disusun
sebagai pedoman Petugas Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya di bidang kegiatan kerja.
I WAYAN K. DUSAK
NIP. 19570727 198303 1 001
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN KEGIATAN INDUSTRI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-131-PK.01.08.03 Tahun 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu sasaran strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : PAS-19.PR.01.01 Tahun
2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
tahun 2015-2019 adalah meningkatnya produktifitas Warga Binaan
Pemasyarakatan menuju manusia mandiri yang berdaya guna.
1
Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan industri di Lapas ini Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menerbitkan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan. Dalam Peraturan Menteri tersebut diatur tentang
Tahapan Pengelolaan Kegiatan Industri yang terdiri dari Perencanaan,
Pendidikan dan Pelatihan, Pelaksanaan Industri, Pemasaran Hasil
Industri dan Monitoring.
2
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana Pengelolaan Kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan meliputi :
1. Perencanaan
2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri
4. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri
5. Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri
6. Monitoring
D. PENGERTIAN
1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi, termasuk jasa industri.
2. Perencanaan kegiatan Industri adalah sebuah kegiatan untuk
menyusun arah dan tahapan kerja termasuk menyiapkan
administrasi kerja dan penyiapan narapidana, anggaran dan sarana
prasarana kegiatan industri untuk mencapai tujuan pelaksanaaan
kegiatan industri di Lapas.
3. Pendidikan dan Pelatihan Industri adalah kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kapasitas petugas pemasyarakatan dan
narapidana dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Industri di
Lapas.
4. Pelaksanaan Industri adalah proses atau tahapan dalam kegiatan
kerja Industri yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri.
3
5. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri adalah kegiatan merencanakan,
menentukan harga, promosi hingga pendistribusian barang hasil
industri kepada pasar sasaran.
6. Monitoring kegiatan industri adalah upaya pencarian informasi dan
pengendalian dari seluruh aktifitas pengelolaan kegiatan industri di
Lapas.
7. Pelaporan Hasil Pengelolaan Industri adalah aktifitas administratif
yang berupa pencatatan, penatausahaan, pendokumentasian,
penyajian serta penyimpanan dokumen seluruh kegiatan industri di
Lapas.
8. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
9. Mitra Kerja Sama adalah instansi Pemerintah terkait, koperasi/badan
usaha, badan-badan kemasyarakatan, lembaga swasta, atau
perorangan yang mengadakan kerjasama dalam rangka pelaksanaan
kegiatan produksi pada Lapas Industri.
4
BAB II
PELAKSANAAN
A. UMUM
6
Nomor M.HH-01.PK.01.08.02 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Cara Narapidana Bekerja di Lembaga
Pemasyarakatan.
c. Bagian Keuangan, Perlengkapan dan Pelaporan (Kabag Tata Usaha /
Kasubbag Tata Usaha / Kaur Tata Usaha)
Bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan, perlengkapan
industri, menyiapkan laporan, menyajikan laporan dan menyimpan
serta mengelola arsip laporan kegiatan industri.
d. Bagian Tenaga Kerja (Kasi Bimbingan Kerja / Kasubsi Bimbingan
Kerja & Pengelolaan Hasil Kerja / Kasubsi Admisi & Orientasi)
Bertugas menyiapkan narapidana, bertanggungjawab dalam
rekrutmen narapidana, menyiapkan draft kontrak kerja narapidana,
bertanggungjawab dalam penyelengaraan sertifikasi (jika ada),
pemberian reward, penghentian bekerja bagi narapidana yang
melanggar kontrak kerja atau yang selesai masa bekerjanya,
penjatuhan sanksi.
Ketentuan mengenai Tenaga kerja Narapidana ini mengacu pada
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-01.PK.01.08.02 Tahun 2017 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Narapidana Bekerja di Lembaga
Pemasyarakatan.
e. Bagian Produksi (Kasi Sarana Kerja / Kasubsi Sarana Kerja /
Staf Pembinaan)
Bertugas perencanaan anggaran dan kegiatan produksi, pengadaan
bahan produksi dan pelaksanaan produksi.
f. Bagian Pemasaran (Kasi Pengelolaan Hasil Kerja /
Kasubsi Bimbingan Kerja & Pengelolaan Hasil Kerja /
Staf Pembinaan)
Bertanggungjawab dalam perencanaan pemasaran, promosi,
pengemasan hasil produksi serta pendistribusian hasil produksi.
7
g. Bagian Keamanan (KPLP / Kabid Administrasi Keamanan &
Ketertiban / Kasi Administrasi & Keamanan Ketertiban /
Kasubsi Keamanan / Kasubsi Keamanan & Ketertiban)
Bertanggungjawab pada keamanan dan pengamanan
penyelenggaraan kegiatan industri di Lembaga Pemasyarakatan.
4. Klasifikasi Modal
Modal Kegiatan Industri pada Lembaga Pemasyarakatan dapat
dialokasikan dari:
a. APBN
Pengelolaan dan Penggunaan modal dari APBN mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-187/PB/2017 Tentang Kodefikiasi Segmen Akun pada Bagan
Akun Standar. Mengacu pada akun 52 untuk Belanja Barang dan Jasa
dan akun 53 untuk Belanja Modal. Selain itu juga mengacu pada
Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
b. Bantuan Dana Tidak mengikat (Hibah)
Pengelolaan dan penggunaan modal dari dana Hibah untuk
pelaksanaan Industri di Lembaga Pemasyarakatan selain mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-187/PB/2017 Tentang Kodefikiasi Segmen Akun pada Bagan
Akun Standar, khususnya pada akun 43 tentang Pendapatan Hibah,
juga mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
52/PMK. 010/2006 Tentang Tata Cara Pemberian Hibah kepada
Daerah.
c. Kerjasama Pihak III
Pengelolaan dan penggunaan modal dari dana kerjasama dengan
Pihak III mengacu pada Perjanjian Kerjasama antara Pihak Lapas
dengan Pihak III.
8
5. Pengelolaan PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak pada pengelolaan kegiatan Industri di
Lapas mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016
tentang perubahan kedua Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku Pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
9
f. Menyusun dan menandatangani Kontrak / Perjanjian kerja dengan
pihak III dan dengan Narapidana, sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.
10
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri
a. Pengadaan Bahan
Pengadaan/Pembelian Bahan untuk dana kegiatan industri yang
berasal dari Hibah dan APBN mengacu pada klasifikasi modal
sebagaimana dijelaskan pada Bab II, Huruf A angka 4 dalam
peraturan ini.
Pengadaan/pembelian Bahan untuk dana kegiatan industri yang
berasal dari dana kerjasama didasarkan pada perjanjian antara
pihak Lapas dengan Pihak ketiga.
b. Proses Produksi
Proses Produksi disesuaikan dengan klasifikasi kegiatan industri
yang dijalankan di masing-masing Lembaga Pemasyarakatan.
c. Pengemasan Hasil Produksi
Pengemasan hasil produksi wajib mencantumkan label Lembaga
Pemasyarakatan, sepanjang tidak ada klausul, kondisi atau aturan
yang melarang pemasangan label tersebut.
11
a. Anggaran kegiatan industri yang diperoleh dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hasil pemasaran kegiatan industri digunakan sebagai biaya
produksi. Biaya produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi (modal produksi, biaya pelatihan dan upah
narapidana).
6. Monitoring
a. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
1) Memastikan Kepada Kepala Divisi untuk melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Industri khususnya
pada kegiatan perencanaan, pendidikan dan pelatihan
keterampilan, pelaksanaan industri, pemasaran dan
pemanfaatan hasil industri melalui Penyampaian Laporan secara
berkala terhadap kinerja Pengelolaan Kegiatan Industri di Lapas
yang dicapai oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan.
12
waktu sesuai program kerja Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
13
c. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
1) Melaksanakan Pengendalian terhadap kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan.
2) Menyelesaikan Permasalahan Teknis secara langsung yang
terjadi dalam Penyelenggaraan Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan.
3) Memastikan PNBP dilaksanakan secara tertib sesuai peraturan
Perundang-undangan.
4) Memastikan Jasa Narapidana dibayarkan sesuai kontrak kerja.
14
BAB III
PENUTUP
I WAYAN K. DUSAK
15
TIM PENYUSUN