Anda di halaman 1dari 19

Petunjuk Pelaksanaan

Pengelolaan Kegiatan Industri

di Lembaga Pemasyarakatan

Direktorat Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
Tahun 2017
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 2
C. Ruang Lingkup 3
D. Pengertian 3

BAB II : PELAKSANAAN 5
A. Umum 5
1. Tujuan Kegiatan Industri di Lapas 5
2. Klasifikasi Industri di Lapas 5
3. Pengorganisasian Kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan 6
4. Klasifikasi Modal 8
5. Pengelolaan PNBP 9
B. Pengelolaan Kegiatan Industri di Lapas 9
1. Perencanaan 9
2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan 10
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri 11
4. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri 11
5. Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri 11
6. Monitoring 12

BAB III : PENUTUP 15


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan
karuniaNya, Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dapat menyelesaikan Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan. Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan ini disusun
sebagai pedoman Petugas Pemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya di bidang kegiatan kerja.

Bersama Narasumber, kami Tim Penyusun menyusun Petunjuk Pelaksanan


Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan dengan harapan
pelaksanaan kegiatan kerja di Lembaga Pemasyarakatan sudah mengarah ke
Kegiatan Kerja Industri, sehingga Petugas tidak ragu lagi untuk memberdayakan
Warga Binaan Pemasyarakatan untuk dapat bekerja, baik di dalam maupun di luar
Lembaga Pemasyarakatan.

Pada kesempatan ini Tim Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih


kepada para pihak yang telah mendukung dalam penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan, semoga kerja keras kita
menjadi pemicu bagi semua pihak untuk bergerak mencapai terwujudnya Kegiatan
Industri di Lembaga Pemasyarakatan.

Wabilahitaufiqwalhidayah, Wr. Wb.

Jakarta, Juli 2017


Direktur Jenderal Pemasyarakatan,

I WAYAN K. DUSAK
NIP. 19570727 198303 1 001
PETUNJUK PELAKSANAAN
PENGELOLAAN KEGIATAN INDUSTRI DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN
NOMOR: PAS-131-PK.01.08.03 Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu sasaran strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dalam
Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : PAS-19.PR.01.01 Tahun
2015 tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
tahun 2015-2019 adalah meningkatnya produktifitas Warga Binaan
Pemasyarakatan menuju manusia mandiri yang berdaya guna.

Sasaran strategis ini dimaksudkan untuk mengimplementasikan fungsi


sistem Pemasyarakatan sebagaimana tertuang dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yakni
menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan agar dapat berintegrasi
secara sehat dengan masyarakat, sehingga dapat berperan kembali
sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab.

Makna dari kalimat menyiapkan diejawantahkan melalui proses


pembinaan kemandirian salah satunya dengan cara memberikan
kesempatan kepada warga binaan untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan
kerja diantaranya melalui Penyelenggaraan Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan.

1
Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan industri di Lapas ini Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia telah menerbitkan Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 53 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan. Dalam Peraturan Menteri tersebut diatur tentang
Tahapan Pengelolaan Kegiatan Industri yang terdiri dari Perencanaan,
Pendidikan dan Pelatihan, Pelaksanaan Industri, Pemasaran Hasil
Industri dan Monitoring.

Saat ini Lembaga Pemasyarakatan yang telah menyelenggarakan


kegiatan Industri masih membutuhkan kebijakan dalam rangka
Pemasaran Hasil Kegiatan Industri oleh sebab itu memperhatikan kondisi
empiris diatas dikaitkan dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Nomor 53 Tahun 2016 maka dipandang penting untuk
menyusun “Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan”, agar penyelanggaraan kegiatan industri di
Lembaga Pemasyarakatan dapat berjalan secara optimal.

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Penyusunan Petunjuk Pelaksana Pengelolaan Kegiatan Industri di Lapas
ini dimaksudkan agar menjadi petunjuk dalam pengelolaan kegiatan
industri di Lembaga Pemasyarakatan, sedangkan tujuan dari adanya
Petunjuk Pelaksanaan ini agar akuntabilitas kinerja Pembinaan
Kemandirian dan kinerja penyelenggaraan kegiatan industri di Lapas
lebih meningkat.

2
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Petunjuk Pelaksana Pengelolaan Kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan meliputi :
1. Perencanaan
2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri
4. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri
5. Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri
6. Monitoring

D. PENGERTIAN
1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah
bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga
menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat
lebih tinggi, termasuk jasa industri.
2. Perencanaan kegiatan Industri adalah sebuah kegiatan untuk
menyusun arah dan tahapan kerja termasuk menyiapkan
administrasi kerja dan penyiapan narapidana, anggaran dan sarana
prasarana kegiatan industri untuk mencapai tujuan pelaksanaaan
kegiatan industri di Lapas.
3. Pendidikan dan Pelatihan Industri adalah kegiatan yang dilakukan
untuk meningkatkan kapasitas petugas pemasyarakatan dan
narapidana dalam rangka penyelenggaraan kegiatan Industri di
Lapas.
4. Pelaksanaan Industri adalah proses atau tahapan dalam kegiatan
kerja Industri yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan
sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang
mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa
industri.

3
5. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri adalah kegiatan merencanakan,
menentukan harga, promosi hingga pendistribusian barang hasil
industri kepada pasar sasaran.
6. Monitoring kegiatan industri adalah upaya pencarian informasi dan
pengendalian dari seluruh aktifitas pengelolaan kegiatan industri di
Lapas.
7. Pelaporan Hasil Pengelolaan Industri adalah aktifitas administratif
yang berupa pencatatan, penatausahaan, pendokumentasian,
penyajian serta penyimpanan dokumen seluruh kegiatan industri di
Lapas.
8. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan.
9. Mitra Kerja Sama adalah instansi Pemerintah terkait, koperasi/badan
usaha, badan-badan kemasyarakatan, lembaga swasta, atau
perorangan yang mengadakan kerjasama dalam rangka pelaksanaan
kegiatan produksi pada Lapas Industri.

4
BAB II
PELAKSANAAN

A. UMUM

1. Tujuan Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan


a. Mempersiapkan narapidana menjadi manusia yang terampil dan
mandiri serta menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam
rangka membangun perekonomian nasional;
b. Meningkatkan kemandirian organisasi dalam rangka pemenuhan
kebutuhan operasional teknis Pemasyarakatan;
c. Pemenuhan kebutuhan masyarakat atau institusi.

2. Klasifikasi Industri di Lembaga Pemasyarakatan


Pelaksanaan Pembinaan Kemandirian bagi warga binaan
Pemasyarakatan di seluruh Indonesia sangat bervariasi. Berdasarkan
data yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Industri
yang dikerjakan di Lapas-Lapas dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Industri Kerajinan
b. Industri Kuliner
c. Industri Penjahitan
d. Industri Pertenunan
e. Industri Percetakan
f. Industri Peternakan
g. Industri Perikanan
h. Industri Pertanian
i. Industri Pertukangan Kayu
j. Industri Jasa yang terdiri dari Jasa Laundri, Jasa Salon dan Jasa
Cucian Mobil
k. Industri lainnya yang tidak termasuk dalam huruf a sampai huruf i
dalam Petunjuk Pelaksana ini
5
3. Pengorganisasian Kegiatan Industri di Lembaga Pemasyarakatan

a. Penanggungjawab (Kepala Lembaga Pemasyarakatan)


Bertanggungjawab dalam pengendalian dan pembuatan keputusan
yang berhubungan dengan kegiatan industri di dalam Lapas
mencakup perencanaan, pendidikan dan pelatihan keterampilan,
pelaksanaan industri, pemasaran dan pemanfaatan hasil industri
termasuk keuangan, pelaporan, tenaga kerja dan PNBP.
b. Ketua Pengelola (Kabid Kegiatan Kerja / Kasi Kegiatan Kerja /
Kasubsi Pembinaan)
Bertanggungjawab dalam Perencanaan kegiatan industri, koordinasi
Pelaksanaan operasional kegiatan industri di Lembaga
Pemasyarakatan. Bertanggungjawab dalam penyelenggaraan
kontrak dengan pihak III termasuk pengelolaan monitoring
dan evaluasi. Format kontrak dapat mengacu pada Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

6
Nomor M.HH-01.PK.01.08.02 Tahun 2017 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Cara Narapidana Bekerja di Lembaga
Pemasyarakatan.
c. Bagian Keuangan, Perlengkapan dan Pelaporan (Kabag Tata Usaha /
Kasubbag Tata Usaha / Kaur Tata Usaha)
Bertanggungjawab terhadap pengelolaan keuangan, perlengkapan
industri, menyiapkan laporan, menyajikan laporan dan menyimpan
serta mengelola arsip laporan kegiatan industri.
d. Bagian Tenaga Kerja (Kasi Bimbingan Kerja / Kasubsi Bimbingan
Kerja & Pengelolaan Hasil Kerja / Kasubsi Admisi & Orientasi)
Bertugas menyiapkan narapidana, bertanggungjawab dalam
rekrutmen narapidana, menyiapkan draft kontrak kerja narapidana,
bertanggungjawab dalam penyelengaraan sertifikasi (jika ada),
pemberian reward, penghentian bekerja bagi narapidana yang
melanggar kontrak kerja atau yang selesai masa bekerjanya,
penjatuhan sanksi.
Ketentuan mengenai Tenaga kerja Narapidana ini mengacu pada
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia Nomor M.HH-01.PK.01.08.02 Tahun 2017 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Narapidana Bekerja di Lembaga
Pemasyarakatan.
e. Bagian Produksi (Kasi Sarana Kerja / Kasubsi Sarana Kerja /
Staf Pembinaan)
Bertugas perencanaan anggaran dan kegiatan produksi, pengadaan
bahan produksi dan pelaksanaan produksi.
f. Bagian Pemasaran (Kasi Pengelolaan Hasil Kerja /
Kasubsi Bimbingan Kerja & Pengelolaan Hasil Kerja /
Staf Pembinaan)
Bertanggungjawab dalam perencanaan pemasaran, promosi,
pengemasan hasil produksi serta pendistribusian hasil produksi.

7
g. Bagian Keamanan (KPLP / Kabid Administrasi Keamanan &
Ketertiban / Kasi Administrasi & Keamanan Ketertiban /
Kasubsi Keamanan / Kasubsi Keamanan & Ketertiban)
Bertanggungjawab pada keamanan dan pengamanan
penyelenggaraan kegiatan industri di Lembaga Pemasyarakatan.

4. Klasifikasi Modal
Modal Kegiatan Industri pada Lembaga Pemasyarakatan dapat
dialokasikan dari:
a. APBN
Pengelolaan dan Penggunaan modal dari APBN mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-187/PB/2017 Tentang Kodefikiasi Segmen Akun pada Bagan
Akun Standar. Mengacu pada akun 52 untuk Belanja Barang dan Jasa
dan akun 53 untuk Belanja Modal. Selain itu juga mengacu pada
Peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
b. Bantuan Dana Tidak mengikat (Hibah)
Pengelolaan dan penggunaan modal dari dana Hibah untuk
pelaksanaan Industri di Lembaga Pemasyarakatan selain mengacu
pada Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
KEP-187/PB/2017 Tentang Kodefikiasi Segmen Akun pada Bagan
Akun Standar, khususnya pada akun 43 tentang Pendapatan Hibah,
juga mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
52/PMK. 010/2006 Tentang Tata Cara Pemberian Hibah kepada
Daerah.
c. Kerjasama Pihak III
Pengelolaan dan penggunaan modal dari dana kerjasama dengan
Pihak III mengacu pada Perjanjian Kerjasama antara Pihak Lapas
dengan Pihak III.

8
5. Pengelolaan PNBP
Penerimaan Negara Bukan Pajak pada pengelolaan kegiatan Industri di
Lapas mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016
tentang perubahan kedua Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku Pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

B. PENGELOLAAN KEGIATAN INDUSTRI DI LAPAS


Kegiatan Pengelolaan Kegiatan Industri mengacu pada tahapan proses
sebagai berikut:
1. Perencanaan
a. Kabid Kegiatan Kerja / Kasi Kegiatan Kerja / Kasubsi Pembinaan
setelah berkoordinasi dengan Kepala Lapas melakukan penilaian /
assesmen terhadap potensi kegiatan industri yang akan
dilaksanakan pada Lapas yang bersangkutan.
b. Perencanaan tersebut dibuat dalam dokumen yang memuat
telaahan Industri yang akan dilaksanakan, sumber daya manusia
yang dilibatkan, sumber pendanaan yang akan digunakan untuk
kegiatan industri, sarana prasarana yang dibutuhkan, mitra yang
dilibatkan, kebutuhan perizinan, informasi dan prospek produksi
dan pemasarannya.
c. Menyusun kerangka / struktur manajemen Industri di Lapas
mengacu pada BAB II huruf A angka 3 tentang Pengorganisasi dalam
Petunjuk Pelaksanaan ini.
d. Menyampaikan dokumen perencanaan tersebut kepada Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia secara berjenjang.
e. Melakukan koordinasi dengan Pimpinan dan stakeholders / mitra
untuk kebutuhan persiapan pelaksanaan kegiatan industri.

9
f. Menyusun dan menandatangani Kontrak / Perjanjian kerja dengan
pihak III dan dengan Narapidana, sesuai Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerjasama Penyelenggaraan
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan.

2. Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan


a. Berdasarkan hasil perencanaan, manajemen industri
menyelenggarakan pendidikan kepada petugas dan pelatihan
keterampilan bagi narapidana yang akan mengikuti kegiatan
industri di Lembaga Pemasyarakatan.
b. Pelaksanaan Pelatihan bagi petugas dan narapidana dilakukan oleh
Kasi Bimbingan Kerja / Kasubsi Bimbingan Kerja & Pengelolaan
Hasil Kerja / Kasubsi Admisi & Orientasi setelah berkoordinasi
dengan Ketua Pengelola dan Kepala Lapas serta Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.
c. Terhadap Pelatihan Keterampilan Petugas dan Narapidana untuk
kepentingan kegiatan industri, manajemen industri dapat
bekerjasama dengan pihak mitra.
d. Pelatihan dapat dilakukan secara berkesinambungan baik dengan
upaya mandiri Lembaga Pemasyarakatan atau dengan dukungan
mitra penyelenggaran industri.
e. Kesinambungan pelatihan bagi petugas memperhatikan jenjang
yakni training of trainer, trainer lanjutan dan trainer mahir.
f. Jenjang dan kualifikasi bagi petugas yang mengikuti pelatihan
ditandai dengan sertifikasi yang dikeluarkan oleh manajemen
industri yang menyelenggarakan pelatihan keterampilan.

10
3. Pelaksanaan Kegiatan Industri
a. Pengadaan Bahan
Pengadaan/Pembelian Bahan untuk dana kegiatan industri yang
berasal dari Hibah dan APBN mengacu pada klasifikasi modal
sebagaimana dijelaskan pada Bab II, Huruf A angka 4 dalam
peraturan ini.
Pengadaan/pembelian Bahan untuk dana kegiatan industri yang
berasal dari dana kerjasama didasarkan pada perjanjian antara
pihak Lapas dengan Pihak ketiga.
b. Proses Produksi
Proses Produksi disesuaikan dengan klasifikasi kegiatan industri
yang dijalankan di masing-masing Lembaga Pemasyarakatan.
c. Pengemasan Hasil Produksi
Pengemasan hasil produksi wajib mencantumkan label Lembaga
Pemasyarakatan, sepanjang tidak ada klausul, kondisi atau aturan
yang melarang pemasangan label tersebut.

4. Pemasaran Hasil Kegiatan Industri


Penentuan pasar hasil kegiatan industri, Penentuan harga hasil
kegiatan industri, Promosi hasil kegiatan industri, Penentuan pasar
hasil kegiatan industri dan Distribusi hasil kegiatan industri
diserahkan sepenuhnya kepada manajemen kegiatan industri di Lapas.

5. Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri


Hasil pemasaran kegiatan industri ini dikelola guna keberlanjutan
kegiatan industri dalam upaya meningkatkan pembinaan warga binaan
pemasyarakatan. Hasil pemasaran kegiatan industri dalam
pengelolaannya harus tercatat dan dilaporkan kepada pimpinan.

11
a. Anggaran kegiatan industri yang diperoleh dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Hasil pemasaran kegiatan industri digunakan sebagai biaya
produksi. Biaya produksi merupakan semua biaya yang dikeluarkan
untuk proses produksi (modal produksi, biaya pelatihan dan upah
narapidana).

b. Anggaran kegiatan industri yang diperoleh dari Anggaran kerjasama


dengan pihak ketiga.
Pengelolaan Hasil Kegiatan Industri oleh Pihak Ketiga dalam
menentukan upah Narapidana dan nilai PNBP yang disetorkan ke
negara dituangkan dalam kontrak kerjasama (sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia).

6. Monitoring
a. Direktur Jenderal Pemasyarakatan
1) Memastikan Kepada Kepala Divisi untuk melakukan monitoring
dan evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Industri khususnya
pada kegiatan perencanaan, pendidikan dan pelatihan
keterampilan, pelaksanaan industri, pemasaran dan
pemanfaatan hasil industri melalui Penyampaian Laporan secara
berkala terhadap kinerja Pengelolaan Kegiatan Industri di Lapas
yang dicapai oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

2) Memastikan kegiatan Industri di Lapas berjalan sesuai


Ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku melalui
pemeriksaan hasil Laporan dari Kepala Divisi Pemasyarakatan
dan Pemeriksaan di lapangan baik secara berkala atau sewaktu

12
waktu sesuai program kerja Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.

3) Menyelesaikan Permasalahan Teknis yang terjadi dalam


Penyelenggaraan Kegiatan Industri di Lapas secara berjenjang
sesuai tugas, fungsi dan wewenang Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan.

4) Memastikan Tujuan Kegiatan Industri di Lembaga


Pemasyarakatan dapat tercapai.

b. Kepala Divisi Pemasyarakatan


1) Melaksanakan Monitoring dan Evaluasi terhadap Kegiatan
Industri khususnya pada kegiatan perencanaan, pendidikan dan
pelatihan keterampilan, pelaksanaan industri, pemasaran dan
pemanfaatan hasil industri termasuk Penerimaan PNBP yang
dilakukan oleh Lapas dan menyampaikan Laporan secara
berkala kepada Pimpinan secara berjenjang.
2) Menyelesaikan Permasalahan Teknis yang terjadi dalam
Penyelenggaraan Industri di dalam Lapas, khususnya pada
bagian Pemasaran dan Pemanfaatan Hasil Industri baik dalam
skema penggunaan anggaran dari APBN (Hibah atau Belanja
Modal) maupun dalam skema kerjasama Pihak III secara
berjenjang sesuai tugas, fungsi dan wewenang Divisi
Pemasyarakatan.

13
c. Kepala Lembaga Pemasyarakatan
1) Melaksanakan Pengendalian terhadap kegiatan Industri di
Lembaga Pemasyarakatan.
2) Menyelesaikan Permasalahan Teknis secara langsung yang
terjadi dalam Penyelenggaraan Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan.
3) Memastikan PNBP dilaksanakan secara tertib sesuai peraturan
Perundang-undangan.
4) Memastikan Jasa Narapidana dibayarkan sesuai kontrak kerja.

14
BAB III
PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kegiatan Industri di Lembaga


Pemasyarakatan ini disusun untuk dijadikan rujukan dalam pengelolaan
manajemen penyelenggaraan Kegiatan Industri di Lembaga
Pemasyarakatan serta perlu adanya komitmen, konsistensi dan dukungan
dari seluruh pemangku kepentingan di Lembaga Pemasyarakatan.

Jakarta, 24 Juli 2017


DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN,

I WAYAN K. DUSAK

15
TIM PENYUSUN

PENGARAH : 1. I Wayan K. Dusak


Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2. Sri Puguh Budi Utami
Sekretaris Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
PENANGGUNG JAWAB : Ilham Djaya
Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi
KETUA : Tuti Nurhayati
Kepala Sub Direktorat Kegiatan Kerja Produksi
SEKRETARIS : Subandi Ardiana
JFU Penyusun Materi Kebijakan
ANGGOTA : 1. Elly Setiawati
Kepala Seksi Kegiatan Industri/Manufaktur dan Jasa
2. Denny Hariansyah
Kepala Seksi Pemasaran
3. Agus Sudewo
Kepala Seksi Kegiatan Agribisnis
4. Oldij Juliana Esther R.
Kepala Seksi Pengelolaan Hasil dan Sarana Kerja
5. Eka Arifaji Budimartahadi
JFU Seksi Pengelolaan Hasil dan Sarana Kerja
6. Yunaidah
JFU Seksi Kegiatan Agribisnis
7. Lugito
JFU Seksi Pemasaran
8. Kartika Hermawati
JFU Seksi Pemasaran
9. Ermaria
JFU Seksi Kegiatan Agribisnis

Anda mungkin juga menyukai