Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahap ini, penulis akan membahas perbandingan antara teori dengan

kenyataan yang didapat setelah penulis melaksanakan Asuhan Keperawatan

Medikal Bedah dengan Gangguan Sistem Persarafan Cedera Kepala Ringan pada

Tn. H tanggal 23 Mei s/d 25 Mei 2016 di Ruang Melati RSUD Depati Hamzah

Pangkalpinang. Penulis melaksanakan asuhan keperawatan dimulai dari proses

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pada tahap

ini penulis melakukan pengumpulan data secara holistik melalui wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik, catatan keperawatan, catatan medik dan data

penunjang lainnya. Wawancara dilakukan kepada klien dan keluarga,

observasi dilakukan dengan mengamati kondisi tubuh dan perkembangan

kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan

seperti vital sign dan pemeriksaan fisik head to toe kepada klien.

Pengkajian menurut Muttaqin (2008, p.153) dalam buku Pengantar

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,

menjelaskan bahwa pengkajian cedera kepala meliputi:

104
105

1. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan

tergantung seberapa jauh dampak dari trauma kepala disertai penurunan

tingkat kesadaran. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan

data keluhan utama yang sama dengan teori yaitu klien mengeluh pusing

dan nyeri pada luka. Keluhan itu merupakan dampak dari trauma kepala

yang dialami oleh klien. Data yang berbeda dengan teori yaitu klien tidak

mengalami penurunan kesadaran, hal ini dikarenakan klien hanya

mengalami cedera kepala ringan tanpa defisit neurologis.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat kecelakaan lalu

lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung ke kepala. Perlu juga

ditanyakan pada klien atau keluarga tentang penggunaan obat-obatan

adiktif dan penggunaan alkohol. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H

didapatkan data riwayat penyakit sekarang yang sama dengan teori yaitu

klien mengalami trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas karena

menabrak anjing. Klien tidak mempunyai riwayat penggunaan obat-

obatan adiktif dan penggunaan alkohol.

3. Riwayat Penyakit Terdahulu

Meliputi adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala

sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan

obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan

konsumsi alkohol berlebihan. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H


106

didapatkan data riwayat penyakit terdahulu yang berbeda dengan teori

yaitu klien tidak mempunyai riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala

sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan

obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan

konsumsi alkohol berlebihan.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Mengkaji adanya anggota generasi dahulu yang menderita hipertensi

dan diabetes melitus. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan

data yang berbeda dengan teori yaitu keluarga klien tidak ada yang

menderita hipertensi dan diabetes melitus. Tetapi keluarga klien memiliki

riwayat kecelakaan lalu lintas sebelumnya yaitu pada adik klien yang

mengakibatkan meninggal dunia.

5. Pengkajian Psikososiospiritual

Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu seperti ketakutan

akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan

aktifitas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya yang salah

(gangguan body image). Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H

didapatkan data pengkajian psikososial yang berbeda dengan teori yaitu

klien tidak merasa cemas walaupun mengalami luka-luka akibat

kecelakaan lalu lintas. Tetapi sebaliknya, orang tua klien yang merasa

cemas dengan kondisi klien karena adanya riwayat adik klien yang

meninggal dunia akibat kecelakaan setahun yang lalu.


107

6. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan

kesadaran dan terjadi perubahan pada tanda-tanda vital. Setelah

dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data kesadaran klien

compos mentis dengan GCS 15. Tanda-tanda vital klien yaitu tekanan

darah normal 120/70 mmHg sedangkan yang lainnya mengalami

peningkatan yaitu denyut nadi 120x/menit, pernapasan 24x/menit,

suhu 38ºc.

b. B1 (Breathing)

Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan

produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas dan

peningkatan frekuensi pernapasan. Pemeriksaan palpasi didapatkan

adanya fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan

didapatkan jika melibatkan trauma pada rongga thorak, dan pada

perkusi didapatkan adanya suara redup sampai pekak pada keadaan

melibatkan trauma pada thorak/ hemathorak. Sedangkan pada

pemeriksaan auskultasi didapatkan bunyi napas tambahan seperti

napas berbunyi, stridor, ronkhi dan kemampuan batuk yang menurun

sering ditemukan pada klien cedera kepala dengan penurunan

kesadaran.

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data

pemeriksaan pernapasan klien sedikit berbeda dengan teori. Pada


108

pemeriksaan inspeksi didapatkan data bentuk dada simetris, tidak

terdapat lesi, retraksi dinding dada (-), pernapasan 24x/menit. Pada

pemeriksaan palpasi didapatkan data tidak terdapat nyeri tekan, tidak

teraba massa, vocal fremitus sama. Pada pemeriksaan perkusi dada

didapatkan suara sonor, sedangkan pemeriksaan auskultasi didapatkan

bunyi paru vesikuler.

c. B2 (Blood)

Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok

hipovolemik) yang sering terjadi pada klien cedera kepala sedang dan

berat. Tekanan darah normal atau berubah, nadi bradikardia, takikardia

dan aritmia. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data

sistem kardiovaskuler yang sama dengan teori yaitu klien tidak

mengalami syok hipovolemik karena klien hanya cedera kepala

ringan, tekanan darah klien normal 120/70 mmHg, nadi klien

takikardia 120x/menit.

d. B3 (Brain)

Aspek neurologis yang dikaji diantaranya tingkat kesadaran yaitu

pengkajian GCS. Cedera kepala ringan jika GCS antara 13-15, dapat

terjadi kehilangan kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat

fraktur tengkorak, kontusio atau hematoma. Sistem saraf kranial dapat

terganggu bila cedera meluas sampai batang otak karena odema otak

atau perdarahan otak. Pada pengkajian sistem motorik didapatkan

hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada otak yang
109

berlawanan. Tonus otot didapatkan menurun sampai hilang.

Keseimbangan dan koordinasi didapatkan mengalami gangguan

karena hemiparase dan hemiplegia.

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data sistem

persarafan yang hampir sama dengan teori yaitu klien mengalami

cedera kepala ringan dengan GCS 15, tetapi tidak terjadi kehilangan

kesadaran dan tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio atau

hematoma. Sistem saraf kranial seperti penciuman, penglihatan,

pendengaran dan pengecapan klien tidak mengalami kelainan.

e. B4 (Bladder)

Kaji keadaan urin meliputi warna, jumlah dan karakteristik urine

termasuk berat jenis urine. Penurunan jumlah urin dan peningkatan

retensi cairan dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.

Setelah cedera kepala, klien mungkin mengalami inkontinensia urine

karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan

ketidakmampuan untuk menggunakan sistem perkemihan karena

kerusakan kontrol motorik dan postural. Kadang-kadang kontrol

sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data sistem

perkemihan klien yang berbeda dengan teori. Klien BAK 6 kali,

dengan jumlah sekali BAK ± 200 cc, warna kuning jernih dan tidak

ada masalah dengan BAK.


110

f. B5 (Bowel)

Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan

menurun, mual dan muntah pada fase akut. Mual sampai muntah

dihubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung sehingga

menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola defekasi biasanya

terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. Adanya

inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis

luas. Bising usus menurun atau hilang dapat terjadi pada paralitik ileus

dan peritonitis.

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data yang

berbeda dengan teori. Pola nutrisi klien baik-baik saja, nafsu makan

klien baik, tidak terdapat mual-muntah. Tidak ada masalah dengan

pola defekasi, klien BAB 1 kali sehari, bising usus normal 12x/menit.

g. B6 (Bone)

Disfungsi motorik paling umum adalah kelemahan pada seluruh

ekstremitas. Kaji warna kulit, suhu, kelembapan dan turgor kulit.

Adanya perubahan warna kulit ; warna kebiruan menunjukkan adanya

sianosis (ujung kuku, ekstremitas, telinga, hidung, bibir dan

membrane mukosa). Warna kemerahan pada kulit dapat menunjukkan

adanya demam dan infeksi. Integritas kulit untuk menilai adanya lesi

dan dekubitus. Adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan,

kehilangan sensori atau paralise/hemiplegi, mudah lelah menyebabkan

masalah pada pola aktifitas dan istirahat.


111

Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. H didapatkan data pola

aktifitas klien berbeda dengan teori. Klien tidak mengalami kelemahan

pada ekstermitas atas maupun bawah. Terjadi peningkatan suhu tubuh,

tetapi tidak terdapat warna kemerahan pada kulit, kulit lembab dan

turgor kulit baik.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan secara teoritis yang muncul pada klien cedera

kepala menurut Muttaqin (2008, p.162), yaitu:

1. Kebersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sputum, peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat

nyeri dan keletihan, adanya jalan napas buatan pada trakea,

ketidakmampuan batuk/ batuk efektif.

2. Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan depresi pada pusat

pernapasan di otak, kelemahan otot-otot pernapasan, ekspansi paru yang

tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan, perubahan perbandingan

O2 dan CO2, kegagalan ventilator.

3. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan

dan reflek spasme otot sekunder.

4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan

dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang

bullow drainage.
112

6. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan

metabolisme.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme

sekunder terhadap trauma.

Sedangkan berdasarkan buku Nanda International; Diagnosis

Keperawatan 2015-2017, maka diagnosa keperawatan diatas dituliskan

dengan kalimat sebagai berikut, yaitu :

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan lingkungan,

obstruksi jalan napas dan fisiologis.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan ansietas, cedera

medulla spinalis, deformitas dinding dada, deformitas tulang.

3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi, iskemia),

agens cedera fisik (amputasi, prosedur bedah, trauma), agens cedera

kimiawi (luka bakar, kapsaisin, agens mustard).

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agen farmaseutikal,

ansietas, kerusakan integritas struktur tulang, kontraktur, malnutrisi,

nyeri, penurunan kekuatan otot.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal (cedera kimiawi

kulit, faktor mekanik, hipertermia, hipotermia), internal (gangguan

metabolisme, gangguan pigmentasi, nutrisi tidak adekuat, perubahan

hormonal, tekanan pada tonjolan tulang).


113

6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial,

ketidakmampuan makan.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis, prosedur invasive,

pertahanan tubuh primer tidak adekuat (gangguan integritas kulit, statis

cairan tubuh, trauma jaringan), pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat

(imunosupresi, penurunan haemoglobin, supresi respon inflamasi).

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang muncul pada klien cedera

kepala secara teori, setelah penulis melakukan pengkajian dan analisa data

pada Tn. H, maka penulis mendapatkan 3 diagnosa keperawatan yang sama

dengan teori, yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik; trauma. Diagnosa ini

diangkat karena penulis menemukan data subjektif yaitu klien

mengatakan pusing dan nyeri pada area luka, nyeri seperti ditusuk-tusuk

dan nyeri hilang timbul serta data objektif yaitu klien tampak meringis

kesakitan, skala nyeri 6, tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi

120x/menit, pernapasan 24x/menit dan suhu 38ºc.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal; faktor mekanik.

Diagnosa ini penulis angkat berdasarkan data subjektif yaitu klien

mengatakan terdapat luka robek pada kepala dan tangan kanan. Data

objektif yaitu terdapat luka robek pada dahi sebelah kanan dengan panjang

3x1 cm, 2x1 cm, pelipis mata kanan 3x1 cm, pipi kanan 3x1 cm, 2x1 cm,
114

lengan kanan 4x1 cm dan luka lecet pada siku kiri, lutut kaki kiri dan

kanan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak

adekuat; gangguan integritas kulit. Diagnosa ini diangkat berdasarkan data

subjektif klien mengatakan badannya agak panas dan data objektif yaitu

terdapat luka robek pada kepala dan tangan kanan, luka lecet pada tangan

kiri dan kedua kaki, luka tampak basah. Hasil laboratorium yaitu

haemoglobin 13,3g/dl, leukosit 17.700/ul, eritrosit 4.740.000/ul, trombosit

375.000 mm/jam dan hematokrit: 39,4 vol%. Tanda-tanda vital klien yaitu

tekanan darah 120/70 mmHg, denyut nadi 120x/menit, pernapasan

24x/menit dan suhu tubuh 38ºc.

C. Intervensi Keperawatan

Dalam menyusun rencana keperawatan pada Tn. H dengan cedera kepala

ringan, penulis menetapkan tujuan, intervensi dan rasional berdasarkan teori.

Secara teori, banyak intervensi yang bisa diterapkan pada setiap diagnosa,

namun tidak semua intervensi tersebut penulis terapkan kepada klien. Penulis

menerapkan intervensi yang sesuai dengan kondisi klien dan kondisi rumah

sakit, yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik; trauma

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri

berkurang atau terkendali dengan kriteria hasil:

- Pelaporan nyeri terkontrol

- Skala nyeri 1-2 (0-10)


115

- Pasien tenang, tidak gelisah

- TTV normal

 TD: 120/70

 Nadi: 80-90x/ menit

 Pernapasan 16-20x/ menit

 36,5-37,5 ºc

Intervensi:

a. Kaji riwayat nyeri, lokasi, intensitas dan durasi.

R: Informasi akan memberikan data dasar untuk membantu dalam

menentukan pilihan/ kefektifan intervensi.

b. Monitor tanda tanda vital klien.

R: Perubahan tanda-tanda vital merupakan indikator nyeri.

c. Tinggikan kepala dengan sudut 15º-45º tanpa bantal.

R: Meninggikan posisi kepala dengan sudut 15º-45º tanpa bantal akan

meningkatkan dan memperlancar aliran balik vena kepala sehingga

mencegah kongesti serebrum.

d. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam.

R: Latihan napas dalam membuat pemasukan oksigen ke otak lebih

banyak sehingga dapat mengurangi nyeri.

e. Berikan pengetahuan tentang nyeri dan menghubungkan berapa lama

nyeri berlangsung.
116

R: Pengetahuan yang didapat akan membantu mengurangi nyeri dan

membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

terapeutik.

f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetika

R: Analgetika berfungsi memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan

berkurang.

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal; faktor mekanik

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan

kerusakan integritas kulit berkurang atau teratasi dengan kriteria hasil :

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

- Hasil laboratorium dalam batas normal

Intervensi:

a. Kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

R: Pengkajian yang tepat terhadap luka dapat membantu menentukan

tindakan selanjutnya.

b. Lakukan perawatan luka secara rutin.

R: Untuk menjaga kebersihan luka.

c. Pantau tanda dan gejala infeksi pada luka.

R: Untuk melanjutkan intervensi dan terapi yang tepat.

d. Ajarkan pada klien atau keluarga prosedur perawatan luka.

R: Agar klien atau keluarga dapat melakukan perawatan luka

dirumah dengan baik.


117

e. Anjurkan klien diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP).

R: Untuk memenuhi kebutuhan protein dan kalori yang meningkat

dikarenakan peningkatan metabolism dan katabolisme.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak

adekuat; gangguan integritas kulit.

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan

klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :

- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

- Keadaan luka membaik

- Jumlah leukosit dalam batas normal

- TTV dalam batas normal

Intervensi:

a. Kaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

R: Pengkajian yang tepat tentang tanda-tanda infeksi membantu

menentukan intervensi selanjutnya.

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan

R: Untuk meminimalkan pajanan terhadap agen infeksius.

c. Lakukan perawatan luka secara aseptik.

R: Untuk mencegah kontaminasi luka dan penyebaran infeksi.

d. Pantau suhu tubuh secara teratur.

R: Peningkatan suhu tubuh merupajan tanda terjadinya infeksi.

e. Kolaborasi pemeriksaan darah (haemoglobin, leukosit, eritrosit,

hematokrit, dll).
118

R: Segera dapat diketahui jika terjadi infeksi

f. Kolaborasi pemberian antibiotika sesuai dengan indikasi

R: Antibiotika diberikan untuk mencegah/ menurunkan infeksi

D. Implementasi Keperawatan

Penulis melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

tindakan yang telah dibuat. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan,

penulis bekerja sama dengan perawat ruangan, tim kesehatan lainnya, klien

dan keluarga.

1. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan diagnosa nyeri

akut berhubungan dengan agens cedera fisik; trauma, yaitu:

a. Mengkaji riwayat nyeri, lokasi, intensitas dan durasi.

b. Memonitor tanda tanda vital klien.

c. Meninggikan kepala dengan sudut 30º tanpa bantal.

d. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.

e. Memberikan pengetahuan tentang nyeri dan menghubungkan berapa

lama nyeri berlangsung.

f. Berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetika:

- IVFD RL 1 klof drip Ketorolac 1ampul (30 mg) gtt 20x/ menit

- Injeksi Citicolin 2 x 250 mg

- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg

2. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan diagnosa

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan eksternal; faktor mekanik,

yaitu:
119

a. Mengkaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan.

b. Melakukan perawatan luka secara rutin pagi-sore

c. Memantau tanda dan gejala infeksi pada luka.

d. Mengajarkan pada klien atau keluarga prosedur perawatan luka.

e. Menganjurkan klien diet tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP);

makan putih telur minimal 3 butir sehari dan banyak makan ikan.

3. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn. H dengan diagnosa resiko

infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat;

gangguan integritas kulit, yaitu:

a. mengkaji adanya tanda-tanda penyebaran infeksi pada luka.

b. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan.

g. Melakukan perawatan luka secara aseptik

h. Memantau suhu tubuh secara teratur.

i. Berkolaborasi pemeriksaan darah (haemoglobin, leukosit, eritrosit,

hematokrit, dll).

j. Berkolaborasi pemberian antibiotika:

- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram.


120

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak. Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan, penulis

melakukan penilaian dengan mengamati secara langsung perubahan yang

terjadi atas tindakan keperawatan yang diberikan dan penulis paparkan

dalam bentuk Evaluasi SOAPIER dan Evaluasi SOAP.

Dalam melaksanakan evaluasi keperawatan pada Tn. H, penulis

menetapkan waktu 2 x 24 jam untuk menilai apakah tujuan keperawatan yang

diinginkan telah tercapai atau tidak berdasarkan kondisi kesehatan klien pada

saat pengkajian. Selain itu, penulis berkesempatan melakukan implementasi

keperawatan 2 x 24 jam dari tanggal 23 s/d 25 Mei 2016 dan masalah

keperawatan klien sudah teratasi sehingga klien diperbolehkan pulang oleh

dokter. Adapun evaluasi keperawatan dari tiga diagnosa yang telah penulis

lakukan yaitu:

1. Evaluasi keperawatan dari diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agens

cedera fisik; trauma, yaitu:

Subjektif: Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, nyeri sedikit perih.

Objektif: - Klien tenang

- Skala nyeri 1

- TD: 110/70 mmHg

- Nadi: 80x/menit

- RR: 20x/menit
121

- Suhu: 36,5ºc.

Analisis: Masalah teratasi

Planning: - Intervensi dihentikan klien diperbolehkan pulang

- Klien mendapatkan terapi oral:

 Cefadroxil 2x500 mg

 Asam Mefenamat 3x500mg

 Methyil Prednisolon 3x4 mg

- Jelaskan kepada klien indikasi, dosis dan cara minum obat

2. Evaluasi keperawatan dari diagnosa kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan eksternal; faktor mekanik, yaitu:

Subjektif: Klien mengatakan luka sudah mengering.

Objektif: - Terdapat luka robek pada dahi sebelah kanan dengan

panjang 3x1 cm, 2x1 cm, pelipis mata kanan 3x1 cm, pipi

kanan 3x1 cm, 2x01 cm, lengan kanan 4x1 cm.

- Luka lecet pada siku kiri, lutut kaki kiri dan kanan

- Luka sudah kering dan tidak tampak berwarna kemerahan.

Analisis: Masalah teratasi

Planning: - Intervensi dihentikan klien diperbolehkan pulang

- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

tentang pentingnya perawatan luka di rumah (1 kali sehari)

3. Evaluasi keperawatan dari diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan

pertahanan tubuh primer tidak adekuat; gangguan integritas kulit, yaitu:

Subjektif: Klien mengatakan badannya sudah tidak panas


122

Objektif: - Luka kering dan tidak tampak berwarna kemerahan

- Luka tidak terdapat nanah

- Suhu : 36,5ºc

Analisis: Masalah teratasi

Planning: - Intervensi dihentikan, klien diperbolehkan pulang

- Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dan keluarga

untuk cuci tangan sebelum dan sesudah mengganti perban,

minum obat antibiotika sampai habis dan kontrol hari

ketiga ke Puskesmas.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada tahap ini, penulis akan menyimpulkan hasil pembahasan tentang

Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dengan Sistem Persarafan Cedera

Kepala Ringan pada Tn. H dari tanggal 23 Mei s/d 25 Mei 2016 di Ruang

Melati RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang.

1. Klien mengalami cedera kepala ringan, hal ini didasarkan setelah

dilakukan pengkajian dan pemeriksaan radiologi foto cranium. Hasil

pengkajian yaitu tingkat kesadaran klien compos mentis dengan GCS 15

(E: 4 V: 5 M: 6), klien tidak mengalami kehilangan kesadaran dari saat

kejadian kecelakaan sampai selesai dirawat di RS dan hasil pemeriksaan

radiologi yaitu tidak tampak kelainan radiologis pada foto cranium.

2. Setelah dilakukan pengkajian, data dikelompokkan dan dianalisa

sehingga didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien

berdasarkan NANDA International (2015-2017) yaitu nyeri akut

berhubungan dengan agens cedera fisik; trauma, kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan eksternal; faktor mekanik dan resiko infeksi

berhubungan dengan pertahanan tubuh primer tidak adekuat; gangguan

integritas kulit.

3. Dalam pembuatan intervensi keperawatan, penentuan jangka waktu

tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi

123
124

kesehatan klien dan kondisi rumah sakit, tetapi tetap mengacu pada

landasan teori.

4. Setelah dilakukan implementasi keperawatan kepada Tn. H dari tanggal

23 s/d 25 Mei 2016 dengan melibatkan perawat ruangan, tim kesehatan

lainnya dan keluarga, maka masalah keperawatan klien dapat teratasi dan

klien diperbolehkan pulang.

5. Dokumentasi keperawatan dilakukan dengan mendokumentasikan semua

kegiatan dan hasilnya, dimulai dari proses pengkajian, analisa data,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan

dan evaluasi keperawatan. Dokumentasi dilakukan sebagai alat bukti telah

melakukan asuhan keperawatan dan berfungsi sebagai alat tanggung

jawab dan tanggung gugat di kemudian hari.

B. Saran

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul, penulis memberikan

saran yang diharapkan dapat bermanfaat ke arah yang lebih baik yaitu:

1. Bagi perawat dan petugas di ruangan

Dalam memberikan asuhan keperawatan, kita tidak hanya terbatas

melaksanakan tindakan yang telah diistruksikan oleh dokter saja, selain itu

juga kita membantu individu/ klien untuk mandiri, berpartisipasi dalam

bidang kesehatan, membantu mengembangkan potensi untuk memelihara

kesehatan sehingga memperoleh derajat kesehatan yang optimal.

Untuk kasus cedera kepala, kecepatan dan ketepatan dalam pemberian

asuhan keperawatan sangat diperlukan sehingga dapat meminimalisir


125

dampak dari cedera kepala dan mempersingkat jumlah hari rawat klien.

Selain itu, setiap tindakan keperawatan yang dilakukan, sekecil apapun

harus didokumentasikan, ditulis segera setelah melakukan tindakan

(nama, jam, dan tindakan yang dilakukan). Hal ini untuk

menghindari keraguan dan kesalahpahaman.

2. Bagi Rumah Sakit

Untuk keefektifan dan ketepatan dalam mendiagnosis dan

prognosis sebuah penyakit, khususnya cedera kepala diharapkan ke

depan fasilitas-fasilitas rumah sakit ditingkatkan. Pemeriksaan

penunjang yang sangat diperlukan yaitu CT-Scan.

3. Bagi Mahasiswa

Selalu menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan khususnya

dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien dengan cedera kepala,

sehingga nantinya mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang telah didapatkan selama pendidikan ke lahan praktek

secara langsung dan nyata.

4. Bagi Penulis

Diharapkan agar terus dapat mengembangkan diri dan

meningkatkan ilmu pengetahuan dengan banyak membaca buku,

mengikuti pendidikan dan pelatihan, sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan kepada klien secara optimal, khususnya klien cedera kepala.

Anda mungkin juga menyukai