A. Definisi Zakat
Makna zakat secara bahasa ini mencerminkan sifat zakat yang
dapat mensucikan harta dan jiwa serta mengandung nilai positif yang dapat
dikembangkan berupa kebaikan bagi si muzakki dan kemaslahatan ekonomi
bagi para mustahiq.
Menurut syara’, para ulama mendefinisikannya dengan “Harta
tertentu yang wajib dikeluarkan sebagiannya kepada para mustahiq.”
Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan, “Zakat adalah suatu nama hak Allah
yang harus dikeluarkan oleh manusia kepada fuqara.” Selanjutnya Sabiq
menambahkan, “Dinamakan zakat karena mengharap berkah, pensucian diri,
dan bertambahnya kebaikan.”
Menurut syara’, para ulama mendefinisikan zakat dengan “Harta
tertentu yang wajib dikeluarkan sebagiannya kepada para mustahiq.”
Sedangkan Sayyid Sabiq mendefinisikan, “Zakat adalah suatu nama hak Allah
yang harus dikeluarkan oleh manusia kepada fuqara.” Selanjutnya Sabiq
Konsep (Beberapa menambahkan, “Dinamakan zakat karena mengharap berkah, pensucian diri,
1 istilah dan dan bertambahnya kebaikan.”
definisi) di KB Dari beberapa pengertian zakat seperti diungkapkan di atas dapat
disimpulkan bahwa zakat adalah kewajiban seseorang untuk mengeluarkan
sebagian harta miliknya yang sudah memenuhi syarat untuk dizakati kepada
orang yang berhak menerimanya (mustahiq).
Zakat sering juga disebut shadaqah ( )صدقةkarena tindakan
itu adalah tindakan yang benar (shidq). Istilah zakat dalam al-Qur'an sering
sekali penyebutannya digandengkan dengan kata sholat, ditemukan
sebanyak 82 ayat. Penyelarasan ini menunjukkan bahwa zakat merupakan
rukun Islam yang sangat penting setelah perkara sholat.
D. Contoh Kasus
Andi adalah seorang eksekutif muda di sebuah perusahaan IT.
Penghasilannya tiap bulan pada tahun 2021 sebagai berikut,
a. Gaji Pokok Rp. 15.000.000
Kalkulasi
Penerimaan Rp. 25.000.000
Pengeluaran Rp. 15.000.000
Sisa Rp. 10.000.000
Jika sisa di atas dikalikan setahun, maka berjumlah Rp.
120.000.000. Jumlah tersebut telah memenuhi nisab emas, yakni 85
gram emas yang pada tahun 2021 seharga Rp 79.738.415,-. Dengan
demikian, maka Pak Andi diwajibkan mengeluarkan zakat dengan
perhitungan 2,5 % x Rp. 120.000.000 = Rp. 3.000. 000. Bila Pak Andi
mengeluarkannya secara ta’jil atau didahulukan, maka Pak Andi
dapat mengeluarkannya secara bulanan, hingga beliau hanya
membayar Rp. 250.000 setiap bulannya.
E. Zakat Produktif
Kemunculan istilah di atas dapat dikatakan sebagai sebuah bentuk
“kritik” terhadap penyaluran zakat kepada mustahiq yang pada umumnya
bersifat konsumtif. Zakat yang diterima oleh mustahiq biasanya bersifat
konvensional yaitu sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
yang sifatnya “menghabiskan”. Namun di sisi lain terdapat mustahiq yang
keberadaannya masih produktif baik dari tenaga, ilmu dan keterampilan.
Mustahiq yang masih mampu produktif tersebut dapat diberikan zakat berupa
modal usaha untuk pengembangan kemampuan yang dimilikinya.
1. Gagasan Zakat Produktif
Ide untuk mengembangkan zakat sebagai modal usaha muncul ketika
fokus perhatian dilakukan secara seksama bahwa para fuqara dan
masakin tidak semuanya orang-orang yang memiliki keterbatasan
kekuatan fisik. Di antara mereka terdapat banyak yang memiliki
kesehatan fisik dan keahlian yang dapat dikembangkan, tapi mereka
tidak memiliki modal. Sehingga keluar ide untuk memberikan zakat
kepada mereka untuk bisa dijadikan sebagai modal usaha yang dapat
meningkatkan status ekonominya dan sekaligus mengembangkan
keahlian yang mereka miliki. Maka pihak yang paling berperan dalam
zakat produktif ini adalah kreatifitas mustahiq untuk menjadikan
zakat sebagai modal yang terus dikembangkan.
2. Prospek zakat Produktif
Bagi mustahiq zakat yang produktif atau disebut mustahiq
aktif, mereka masih berumur produktif dan memiliki badan yang
sehat, maka selayaknya bagi mereka zakat dapat disalurkan secara
produktif yaitu dengan menjadikan zakat sebagai modal usaha. Oleh
karena itu diperlukan sikap proaktif dari mustahiq untuk mencurahkan
kemampuannya dalam pengembangan modal dari zakat itu.
Menurut hemat penulis, usaha pengembangan zakat menjadi
modal usaha memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cukup
handal. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan SDM
(sumber daya manusia) mustahiq dengan mengadakan pelatihan atau
training yang dapat dilakukan oleh badan, seperti bazis atau
pemerintah, sehingga mereka benar-benar memiliki keahlian yang
mapan untuk dapat mengembangkan modal usaha yang didapat dari
zakat tersebut. Selain itu di masyarakat terdapat banyak keahlian yang
dimiliki oleh mereka yang tergolong mustahiq yang tampaknya
diperoleh tanpa melalui latihan khusus seperti pedagang kaki lima,
sopir, pengrajin tangan, tukang kuli batu, dan lain sebagainya. Jika
penyaluran zakat dilakukan dengan baik serta penggunaannya terbilang
optimal, maka hal ini akan dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka
yang tergolong lemah untuk selanjutnya diharapkan kehidupan
mereka tidak bergantung kepada zakat.
F. Penyaluran Zakat Untuk Pembangunan Masjid
1. Kelompok Mustahiq Zakat
Jumhur ulama sepakat bahwa kelompok mustahiq zakat itu
terdiri delapan asnaf atau bagian. Antara lain Fuqara, yaitu Orang
yang tidak memiliki harta dan pekerjaan yang dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Orang yang termasuk
kelompok ini tidak memiliki suami (isteri), ayah, ibu, dan anak
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Masakin, yaitu Orang
yang memiliki pekerjaan, tapi hasilnya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, Amilin yaitu Yaitu orang yang bekerja memungut
zakat (panitia zakat). Muallaf, pengertiannya dapat berarti orang yang
baru masuk Islam sedangkan imannya masih lemah, maka untuk
menguatkannya
perlu diyakinkan dengan zakat. Atau orang kafir yang berniat
untuk masuk Islam, tapi masih tipis keimanannya, maka ia dapat diberi
zakat supaya niat masuk Islamnya menjadi kuat. Budak, yaitu orang
yang hidupnya tidak merdeka, dikuasai oleh
tuannya dan berniat untuk membebaskan dirinya Orang yang
terlilit hutang, yaitu
orang yang memiliki tunggakan hutang kepada orang lain baik
hutang tersebut untuk kepentingan pribadinya atau hutang karena
untuk biaya kebajikan. Orang yang berjuang di jalan Allah, yaitu para
tentara yang berperang melawan serangan orang kafir. Orang yang
sedang dalam perjalanan. Yaitu orang yang sedang melakukan
sebuah perjalanan dengan tujuan yang baik bukan untuk kemaksiatan,
seperti pelajar atau mahasiswa yang belajar di luar negeri.
2. Hukum Zakat Untuk Pembangunan Masjid
M. Rasyid Ridha berpendapat bahwa, istilah sabilillah mencakup
semua kepentingan syariah secara umum yang berkenaan dengan
masalah agama dan negara dan yang terpenting, untuk persiapan
kepentingan perang dengan membeli persenjataan.
Menurut Yusuf Qardhawi, istilah sabilillah memiliki arti yang
lentur, yaitu semua sarana yang dapat dipergunakan untuk
memperjuangkan kemajuan ummat Islam dan melawan semua bentuk
serangan orang-orang kafir, semuanya termasuk sabilillah. Lebih
rinci, beliau menyebutkan usaha pembebasan Islam dari kekuasaan
dengan memerangi kaum kafir, sarana pendidikan dan pengajaran
serta lembaga dakwah, surat kabar islami, penerbitan buku-buku
islami dan para da’i, semua yang disebutkan di atas dapat dimasukkan
ke dalam cakupan makna sabilillah.
Sayyid Sabiq berpendapat, bahwa istilah sabilillah adalah
semua jalan yang dapat menyampaikan kepada keridhaan Allah, baik
berupa ilmu atau amal.
Mencermati pendapat-pendapat di atas, maka dapatlah
disimpulkan bahwa pengertian sabilillah secara umum dapat
mencakup semua jalan kebaikan yang manfaatnya kembali kepada
umat Islam termasuk di dalamya adalah masjid, penyebutan sarana
ibadah yang disebutkan terakhir ini secara jelas disebut oleh Mahmud
Syaltut pada point pertama. Pengertian mazaj semacam ini dalam
hukum
Islam dapat ditolerir selama tidak bertentangan dengan kaidah
agama. Keberadaan masjid dalam masyarakat memiliki peranan
strategis, fungsinya bukan hanya sebagai tempat sholat, tapi dapat
dijadikan pusat pendidikan, dakwah, serta sosial kemasyarakatan
dalam rangka menegakkan agama Allah swt. Dengan demikian, zakat
boleh disalurkan untuk pembangunan masjid karena mesjid termasuk
sabilillahyang mengandung manfaat bagi umat Islam.
1. Dari pemaparan tentang hukumzakat ini materi yang sulit kami pahami
tentang pendapat Majma’ al-Faqih al-Islam yang dikutip oleh Wahbah
Zuhaili tentang zakat harta yang tidak bergerak dan tanah yang
Daftar materi
disewakan terutama tanah yang disewakan bukan untuk
2 pada KB sulit
yang dipahami
pertanian maka tidak ada kewajiban zakat pada aset harta tidak
bergerak dan tanah yang disewakan karena yang wajib dizakati
adalah hasil pemasukan dari harta yang tidak bergerak dan tanah
yang disewakan itu.
Daftar materi
yang sering
1. Menurut saya materi yang sering mengalami miskonsepsi disini yaitu dalam
hal sewa tanah disini ada beberapa pendapat tentang siapa yang wajib
mengalami
3 memberikan zakat, ada yang berpendapat si penyewa, ada yang berpendapat
miskonsepsi
si pemilik tanah dan ada pula yang berpendapat persetujuan atau harus
dalam
adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
pembelajaran