Bersama
Rizka Ayu Setyani, SST, MPH
SOAL 1
Sepasang suami istri, umur suami 25 tahun, umur istri 22 tahun, datang ke RS dengan
keluhan ingin merencanakan kehamilan pertamanya. Hasil anamnesis: pasangan
suami istri HIV + stadium 2 sejak satu tahun lalu, ARV rutin. Hasil pemeriksaan suami:
KU baik, TD 120/80 mmHg, N 84 x/menit, P 20 x/menit, S 36,8 C, CD4 > 350, viral
load tidak terdeteksi. Hasil pemeriksaan istri: KU baik, TD 120/80 mmHg, N 82
x/menit, P 20 x/menit, S 36,5 C, CD4 > 350, viral load ≤ 1000 kopi/ml.
Apakah perencanaan asuhan yang tepat pada kasus tersebut?
A. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG
B. Konseling perencanaan kehamilan
C. Sarankan menunda kehamilan dengan KB
D. Lanjutkan pengobatan dengan dosis tinggi
E. Anjurkan adopsi anak untuk mencegah penularan
PEMBAHASAN SOAL 1
Kunci Jawaban: B. Konseling perencanaan kehamilan
Data fokus: Pada kasus tersebut, pasangan suami istri dengan HIV menjalani terapi
ARV rutin dan telah memenuhi persyaratan medis jika dilihat dari hasil pemeriksaan
suami dan istri.
Pada pasangan suami istri dengan HIV +, memungkinkan untuk merencanakan
kehamilan sehat apabila memenuhi aspek medis, yaitu: Kesehatan secara umum baik;
HIV stadium 1 atau 2; CD4 > 350; Telah minum ARV secara teratur minimal 6 bulan
atau viral load ≤ 1000 kopi/ml (atau VL tidak terdeteksi); Tidak ada tanda/gejala infeksi
lain dengan memperhatikan kondisi epidemiologi setempat (misal TB, hepatitis B,
sifilis, malaria).
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
MCU.KOMPETEN MAHAKARYA CITRA UTAMA WWW.MAHAKARYA.ACADEMY
KELAS BIMBEL UKOM MCU `
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
SOAL 2
Sepasang suami istri, umur suami 27 tahun, umur istri 26 tahun, datang ke RS dengan keluhan
ingin merencanakan kehamilan pertamanya. Hasil anamnesis: istri HIV + stadium 1 sejak 6
bulan, sedang menjalani terapi ARV, riwayat TB pada suami. Hasil pemeriksaan suami: KU
baik, TD 120/80 mmHg, N 82 x/menit, P 20 x/menit, S 36,4 C, VCT non reaktif. Hasil
pemeriksaan istri: KU baik, TD 120/80 mmHg, N 82 x/menit, P 20 x/menit, S 36,7 C, CD4 <
350, viral load > 1000 kopi/ml, gonorrhea +. Bidan berkolaborasi dengan dr.Sp.OG dan
menyarankan pasangan suami istri untuk menunda kehamilan, namun suami enggan
menggunakan kondom karena merasa tidak nyaman.
Apakah asuhan yang tepat dilakukan bidan pada kasus tersebut?
A. Memberikan inform refusal
B. Menyerahkan keputusan pada klien
C. Menyarankan alat kontrasepsi selain kondom
D.Menginformasikan penularan IMS termasuk HIV
E. Meminta klien kunjungan ulang untuk menentukan kontrasepsi
MCU.KOMPETEN MAHAKARYA CITRA UTAMA WWW.MAHAKARYA.ACADEMY
KELAS BIMBEL UKOM MCU `
PEMBAHASAN SOAL 2
Kunci Jawaban: D. Menginformasikan penularan IMS termasuk HIV
Data fokus: Istri HIV + belum memenuhi aspek medis untuk hamil karena CD4 < 350, viral
load > 1000 kopi/ml, gonorrhea +, suami riwayat TB. Suami enggan menggunakan kondom
karena merasa tidak nyaman.
Pada kasus tersebut, disarankan pasangan suami istri menunda kehamilan terlebih dahulu
dengan ber-KB. Kondom adalah alat kontrasepsi perlindungan ganda untuk mencegah
kehamilan dan penularan IMS termasuk HIV. Pada kasus tersebut, suami menolak
menggunakan kondom karena merasa tidak nyaman. Sebagai bidan, kita informasikan
tentang keuntungan penggunaan kondom dan kemungkinan adanya penularan IMS jika
tidak menggunakan kondom.
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
• Opsi A memberikan inform refusal kurang tepat karena bukan asuhan prioritas.
• Opsi B menyerahkan keputusan pada klien kurang tepat karena bukan
merupakan pilihan.
• Opsi C menyarankan alat kontrasepsi selain kondom dapat dilakukan namun
setelah mendapatkan informasi dan pemahaman.
• Opsi E meminta klien kunjungan ulang untuk menentukan kontrasepsi dapat
dilakukan untuk menunda kehamilan setelah klien mendapatkan pemahaman.
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
SOAL 3
Sepasang suami istri, umur suami 20 tahun, umur istri 19 tahun, datang ke RS,
dengan keluhan takut hamil karena kondom bocor saat berhubungan seksual satu
hari yang lalu. Hasil anamnesis: suami HIV (+), stadium 2, ARV rutin sejak 6 bulan,
istri belum siap jika hamil dan takut tertular HIV. Hasil pemeriksaan suami: KU baik,
TD 120/80 mmHg, N 82 x/menit, P 20 x/menit, S 36,4 C, viral load tak terdeteksi.
PEMBAHASAN SOAL 3
Kunci Jawaban: D. Konseling keadaan pasangan suami istri
Data fokus: Istri belum siap jika hamil dan takut tertular HIV karena kondom bocor saat
berhubungan seksual. Suami HIV + namun viral load tidak terdeteksi.
Pada kasus pasangan suami istri serodiskordan dengan suami HIV +, viral load tidak terdeteksi
artinya sangat kecil kemungkinan terjadi penularan HIV pada pasangan seksual HIV -. Namun, pada
kasus kondom yang bocor, ada kemungkinan terjadi kehamilan. Sehingga, bidan perlu melakukan
konseling pada pasangan tersebut agar istri tidak cemas. Kemudian, bidan dapat
menginformasikan tentang kontrasepsi darurat, serta memberikan inform consent sebelum
penggunaan kontrasepsi tersebut. Tes kehamilan belum diperlukan karena hubungan suami istri
tanpa pengaman baru 1 hari yang lalu. Selain itu, pemeriksaan antibodi dan antigen HIV dapat
dilakukan dalam waktu 2-8 minggu setelah melakukan hubungan seksual beresiko.
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Referensi:
Setyani RA (2020). Evidence Based Pengelolaan HIV/AIDS dalam Kebidanan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
SOAL 4
Seorang perempuan, umur 38 tahun datang bersama suami ke TPMB,
menyatakan ingin konsultasi pengangkatan anak. Hasil anamnesis: sudah
menikah 10 tahun, belum mempunyai anak, pekerjaan wiraswasta, berencana
mengadopsi bayi kembar. Bidan memberikan informasi terkait adopsi anak dan
menyarankan ke Lembaga Adopsi untuk konsultasi lanjutan. Bidan menjelaskan
ketentuan adopsi.
PEMBAHASAN SOAL 4
Referensi:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Pengangkatan Anak
SOAL 5
Seorang perempuan, umur 30 tahun, P0A1, datang ke Klinik bersama suami,
menyatakan ingin berkonsultasi tentang adopsi anak anak. Hasil anamnesis:
sudah menikah 3 tahun, pekerjaan suami PNS di luar kota dan istri ibu rumah
tangga, berencana adopsi anak karena takut keguguran lagi. Bidan memberikan
informasi terkait syarat adopsi anak yang harus dipenuhi pasutri.
PEMBAHASAN SOAL 5
Kunci Jawaban: C. Lama pernikahan
Data fokus: Pada hasil anamnesis disebutkan bahwa pasangan suami
istri sudah menikah selama 3 tahun.
Berdasarkan pasal 13, calon orang tua angkat harus memenuhi syarat
adopsi, salah satunya adalah berstatus menikah paling singkat 5 (lima)
tahun.
Referensi:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007
Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
• Opsi A umur pasutri kurang tepat karena pasutri telah cukup umur untuk adopsi
(30-55 tahun).
• Opsi B pekerjaan istri kurang tepat karena telah memenuhi syarat mampu secara
sosial dan ekonomi.
• Opsi D suami di luar kota kurang tepat karena asalkan mampu secara sosial dan
ekonomi, kondisi pekerjaan apapun tidak merupakan syarat adopsi.
• Opsi E riwayat keguguran kurang tepat karena tidak berhubungan dengan syarat
adopsi.
Referensi:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Pengangkatan Anak
SOAL 6
Seorang bidan koordinator wilayah melakukan kunjungan rumah pasangan suami
istri dengan keluhan sudah 5 tahun belum memiliki keturunan sejak menikah. Hasil
anamnesis: umur suami 38 tahun, umur istri 35 tahun, pekerjaan swasta, masih
ikut orang tua, tidak ada riwayat perilaku berurusan dengan hukum, ingin
melakukan adopsi. Hasil pemeriksaan: KU pasutri baik, istri masih trauma dan
sering menangis jika mengingat calon bayinya yang IUFD. Bidan mendiskusikan
kepada dinas terkait.
Apakah evaluasi keputusan yang mungkin diberikan berdasarkan kasus tersebut?
A. Pasutri boleh melakukan adopsi
B. Perlu pemeriksaan dan observasi lanjutan
C. Boleh adopsi dengan masa uji coba pengasuhan anak
D. Penundaan adopsi karena belum mapan secara ekonomi
E. Tidak boleh adopsi karena tidak memenuhi syarat sehat rohani
MCU.KOMPETEN MAHAKARYA CITRA UTAMA WWW.MAHAKARYA.ACADEMY
KELAS BIMBEL UKOM MCU `
PEMBAHASAN SOAL 6
Kunci Jawaban: B. Perlu pemeriksaan dan observasi lanjutan
Pada kasus tersebut, pasutri berniat melakukan adopsi. Ada syarat yang telah
dipenuhi misalnya lama pernikahan, umur pasutri, status sosial ekonomi dan
hukum. Namun perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan terkait kesehatan fisik dan
mental apalagi adanya riwayat istri mengalami tanda depresi yaitu masih trauma
dan sering menangis jika mengingat calon bayinya yang IUFD. Pada setting
kunjungan rumah, bidan perlu melakukan kolaborasi dengan dokter dan tidak
berwenang untuk memberikan keputusan sebelum pemeriksaan lengkap.
Referensi :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Pengangkatan Anak
Referensi :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 Tentang
Pelaksanaan Pengangkatan Anak
MCU.KOMPETEN MAHAKARYA CITRA UTAMA WWW.MAHAKARYA.ACADEMY
KATA MOTIVASI
“practices make you perfect”
Bersama
Rizka Ayu Setyani, SST, MPH
Sosial Media
IG : @rizkaayusetyani
FB : Rizka Ayu Setyani