Ekonomi Syariah
Hidayati Nasrah, S.E, M. Acc, Ak
Oleh: Kelompok 3
1
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita telah mengetahui dua kaidah hukum asal dalam syari’ah. Dalam ibadah,
kaidah hukum yang berlaku adalah bahwa semua hal dilarang, kecuali yang ada
ketentuannya berdasarkan al-qur’an dan al-hadis. Sedangkan dalam urusan
muamalah, semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarang. Ini berarti
ketika suatu transaksi baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam hukum
islam, maka transaksi tersebut di anggap dapat diterima, kecuali terdapat implikasi
dari dalil Al-quran dan hadis yang melarangnya, baik secara eksplisit maupun
implisit.
1
B. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Syeikh Hassan Ayob, Fiqh Muamalah, (Puchong, Sel.: Berlian Publications SDN. BHD., Cet.
Pertama, 2008), hlm 309.
1
B. Macam- Macam Jual Beli Yang di Larang
Suatu transaksi bisa digolongkan dalam transaksi yang apabila di
dalamnya mengandung unsur-unsur berikut:
1. Haram zatnya (haram li-zatihi)
2. Haram selain zatnya (haram li gairihi)
3. Tidak sahnya (lengkap) akadnya
Adapun penjelasan dari transaksi-transaksi yang diharamkan tersebut adalah:
Diriwayatkan dari Ibn Abas r.a.: Telah sampai berita kepada Umar
bahwa Samurah menjual tuak. Kemudian Umar berkata, “semoga Allah
memerangi Samurah, tidak tahukah dia bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah
1
mengutuki orang-orang Yahudi. Telah diharamkan atas mereka lemak, maka
mereka memaksanya untuk dicairkan, kemudian menjualnya.”
1
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan
yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,
sedang kamu mengetahui.”
2. An-Nahl ayat 105
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan,
hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat
Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.”
3. Hadis nabi yang diriwayatkan Abu Hurairah r.a
"س ِمنِى
َ ش َفلَْي
َّ ََّاس؟ َم ْن غ ِ َّ
ُ "اَفَاَل َج َعلْتَهُ َف ْو َق الط َعام َك ْي َي َراهُ ا الن:ال
ِ
َ َق,اهلل
Diriwayatkan Abu Huraira r.a: Rasulullah saw. pernah lewat dihadapan orang yang
menjual setumpuk makanan. Lalu beliau memasukkan tangannya kedalam tumpukan
makanan itu, ternyata tangan beliau mengenai makanan basah di dalamnya.
Kemudian beliau bertanya kepada orang itu, “mengapa ini basah wahai penjual
makanan?” Orang itu menjawab, “Makanan yang di dalam itu terkena hujan wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa tidak kamu letakkan di atasnya supaya
diketahui oleh orang yang akan membelinya? Barang siapa menipu, dia bukan dari
golonganku.”
1
Garar disebut juga tagrir adalah situasi di mana terjadi
incomplete information karena adanya ketidakpastian dari kedua belah
pihak yang bertransaksi. Dalam tadlis yang terjadi adalah pihak yang
satu tidak mengetahui apa yang diketahui pihak yang lain. Sedang
dalam gharar atau tagrir, baik pihak yang satu dengan yang lainnya
sama-sama tidak mengetahui sesuatu yang ditransaksikan.
Larangan jual beli Garar dalam hadis yang diriwayatkan Abu
Hurairah r.a.
ص ا ِة َو َع ْن
َ ْح
ِ
َ صلَّى اهللُ ّعلَْيه َو َسلَّ َم َع ْن َب ْي ِع ال
ِ
َ " َن َهى َر ُس ْو ُل اهلل:ال
ِ َعن اَبِى ُهر ْير َة ر
َ َض َي اهللُ َع ْنهُ ق َ َ َ ْ
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah saw. melarang jual beli
dengan cara melempar krikil kepada barang yang dibelinya dan melarang menjual
barang yang tidak jelas rupa dan sifatnya (bai’ al-gharar).
ِ ِ ِ ِ
ِ اهلل ر
احتَ َك َر َ : ص لَّى اهللُ ّعلَْي ه َو َس لَّ َم
ْ "م ْن َ ال َر ُس ْو ُل اهلل
َ َ ق:ال
َ َض َي اهللُ َع ْن هُ ق َ َع ْن َم ْع َم ِربْ ِن َع ْبد
ِ َفهو َخ
" اطِئ َُ
1
Diriwayatkan dari Ma’mar bin ‘Abdillah r.a., dari Rasulullah saw.: beliau bersabda,
“Barang siapa menimbun (barang pokok), dia bersalah (berdosa)”.
ِ ِ ِ
ْ صلَّى اهللُ ّعلَْيه َو َسلَّ َم َن َهى َع ِن الن
ِ َّج
"ش َ "اَ َّن َر ُس ْو ُل اهلل:َع ِن ا بْ ِن عُ َم َر َرض َي اهللُ َعْن ُه َما
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar r.a.: Rasulullah saw melarang najsy (penipuan yaitu
menawar tinggi dengan maksu membeli, tetapi untuk menaikkan penawaran orang
lain).
d. Riba
Riba adalah penyerahan pergantian sesuatu dengan sesuatu
yang lain, yang tidak dapat terlihat adanya kesamaan menurut
timbangan syara’ pada waktu akad-akad, atau disertai mengakhirkan
dalam tukar menukar atau hanya salah satunya.
Dasar hukum tentang larangan riba sangatlah banyak baik
dalam al-Qur’an maupun Hadis Nabi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
Surat Al-Baqarah ayat 275
‘Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual
beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba.orang-orang yang telah sampai kepadanya
1
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. ‘
Rasulullah mengajarkan agar para pedagang senantiasa
bersikap adil, baik, kerja sama, amanah, tawakkal, qanaah, sabar dan
tabah2 sebaliknya beliau juga menasehati agar pedagang meninggalkan
sifat kotor perdagangan yang hanya memberikan keuntungan sesaat,
tetapi merugikan diri sendiri duniawi dan ukhrawi. Akibatnya
kredibilitas hilang, pelanggan lari, dan kesempatan berikutnya sempit.3
Dalam praktik riba seseorang berusaha memenuhi kebutuhan
orang yang ingin meminjam harta, tetapi di saat yang sama ia
mengharuskan kepada orang yang meminjam itu untuk memberi
tambahan yang nanti akan di ambilnya, tampa ada imbalan darinya
berupa kerja dan tidak pula saling memikirkan.4
e. Perjudian (Maysir)
Transaksi perjudian adalah transaksi yang melibatkan dua
pihak atau lebih, di mana mereka menyerahkan uang/harta kekayaan
lainnya, kemudian mengadakan permainan tertentu, baik dengan kartu,
adu ketangkasan, tebak sekor bola, atau media lainnya. Pihak yang
menang berhak atas hadiah yang dananya dikumpulkan dari kontribusi
para pesertannya. Sebaliknya, bila dalam permainan itu kalah, maka
uangnya pun harus direlakan untuk diambil oleh pemenang.
Allah telah melarang judi (maysir) sebagaimana firma-Nya
dalam surat Al-Ma’idah ayat 90
2
Muhammad Akram Khan, Economic Teaching of Prophet Muhammad (Islamabad: IIIE & IPS, 198),
Hal 133
3
Ibid, hal 136
4
Akdmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta, 2014) hal 173
1
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
f. Suap-menyuap (Risywah)
Yang dimaksud dengan perbuatan risywah adalah memberi
sesuatu kepada pihak lain untuk mendapatkan sesuatu yang bukan
haknya. Suap dilarang karena suap dapat merusak sistem yang ada di
dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakadilan sosial dan
persamaan perlakuan. Pihak yang membayar suap pasti akan
diuntungkan dibandingkan yang tidak membayar.
Allah telah melarang pebuatan risywah atau suap-menyuap
sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 188:
“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah)
kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan
berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui”.
1
sehingga dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya rukun (sesuatu
yang harus ada pada akad) yaitu abjek akad.
Adapun dasar hukum larangan jual beli bersyarat,
sebagaimana dalam Hadis yang diriwayatkan Al-Thabarani
"س ِع ْن َد َك
َ ض َم ْن َوالََب ْي ُع َمال َْي
ِ ِ ٌ َ"الَيَ ِح ُّل َسل
ْ ف َو َب ْي ُع َوالَ َش ْرطَان فى َب ْي ٍع َوالَ ِربْ ُح َمال
ْ ََم ي
“Tidak dihalalkan meminjam dan menjual, dua syarat dalam satu transaksi jual beli,
keuntungan yang belum dapat dijamin, dan menjual sesuatu yang bukan milikmu.”
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa ada 3 dasar
utama suatu transaksi bisa digolongkan dalam transaksi-transaksi yang haram,
sehingga kita harus berhati-hati dalam melukakukan suatu transaksi.
Kita harus melihat terlebih dahulu apakah transaksi yang akan kita
lakukan benar-benar halal dari sisi zatnya, hal-hal di luar zat itu sendiri dan
akadnya, sehimgga segala transaksi yang kita lakukan bisa hal dan diridhoi
Allah swt.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah kelompok kami ini membuat teman
teman sekalian paham akan transaksi yang dilarang dalam isla dan kami
berharap teman teman juga mengaplikasikannya di kehidupan sehari2 dan
juga tidak melakukan transaksi yang dilarang ini
Dan juga kami harap teman teman paham akan ini walaupun
pembelanjaran kita digantikan dengan online, semoga kedpannya kita diberi
kesehatan dan masalah ini cepat berlalu sehingga bisa melaksanakan kuliah
dengan semestinya.
1
DAFTAR PUSTAKA
Syeikh Hassan Ayob, Fiqh Muamalah, (Puchong, Sel.: Berlian Publications
SDN. BHD. Cet. Pertama,2003
Muhammad Akram Khan, Economic Teaching of Prophet Muhammad
(Islamabad: IIIE & IPS, 198)
Mujahidin, Akhmad. Ekonomi Islam: sejarah, konsep, instrument,Negara dan
pasar/H. Akhmad Mujahidin.-Ed. Revisi- Cet 3.-Jakarta:Rajawali Pers,2014