Alamat Kantor:
Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman,
Gedung C Lantai 2. Dr. Gumbreg No I Mersi Purwokerto
Cetakan Tahun 2023
i
IDENTITAS PRAKTIKAN
Nama : …………………………………………………
NIM : …………………………………………………
Fakultas/Jurusan : …………………………………………………
Kelompok/Gelombang : …………………………………………………
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Buku
Petunjuk Praktikum Fisiologi bagi mahasiswa. Buku ini disusun sebagai salah satu
komponen dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran Fisiologi pada Blok 2.1 di Fakultas
Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Dengan adanya kegiatan praktikum, materi
yang disampaikan dalam perkuliahan diharapkan dapat dipahami lebih mendalam oleh
mahasiswa.
Topik praktikum pada blok 2.1 meliputi pemeriksaan tekanan darah, kesanggupan
kardiovaskular, dan spirometri.
Tim Penyusun
iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
iv
FORMAT PENULISAN LAPORAN
v
Format Penulisan Daftar Pustaka:
a. Acuan dari jurnal
Contoh:
Coztanzo, L.S. 2004. Physiology. Saunders-Elsevier, Philadelphia.
Nama Penulis. Tahun. Judul Artikel. alamat web sumber. Diakses (tanggal, bulan,
tahun).
Contoh:
May, S. 1995. The Origin of Landsberg, Columbia, and C24 (online). Protocols
of NASC. Diakses 2 September 1999.
vi
DAFTAR ISI
PENYUSUN .......................................................................................................................i
PRAKTIKUM I .................................................................................................................1
PRAKTIKUM II ..............................................................................................................11
A. Spirometri .............................................................................................................11
vii
PRAKTIKUM I
TEKANAN DARAH & KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR
1
Faktor-faktor vaskular pada setiap individu berbeda-beda dan dapat bervariasi,
variasi di atas dipengaruhi oleh umur, exercise, ras, obesitas, sex, medikasi dan
variasi genetis.
CO TPR
SV HR r l viskositas
Katup Vena
Pompa
Respirasi
Pompa Otot
Volume
Rangka
Darah
CO : cardiac output → darah yang dikeluarkan dari jantung dalam setiap menitnya.
CO = SV x HR ( dalam 1 menit )
2
memiliki ritmis yang tidak sama antara atrium dan ventrikel. Kontraksi ritmis
tersebut akan menghasilkan tekanan yang akan mengalirkan darah melalui
pembuluh darah.
Tinggi tekanan darah pada berbagai macam pembuluh darah tidak sama,
tekanan darah arteri lebih tinggi dari tekanan darah vena. Tekanan darah vena juga
dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Tekanan darah dalam arteri brakialis pada orang
muda dewasa pada posisi duduk istirahat atau berbaring mendekati 120/70 mmHg.
Karena tekanan darah arteri merupakan hasil kali antara curah jantung dan tahanan
perifer, maka dipengaruhi oleh kondisi yang mempengaruhi salah satu atau kedua
faktor tersebut.
3. Prinsip Pemeriksaan
a. Aliran Laminar dan Turbulens
Saat pembuluh darah dalam keadaan tidak tertekan manset, aliran darah dalam
arteri akan berbentuk aliran laminar. Saat manset menekan pembuluh darah
arteri maka akan terjadi aliran turbulensi yang akan menyebabkan aliran darah
menabrak dinding dalam arteri. Aliran laminar terjadi saat tekanan manset di
bawah tekanan diastol, saat tekanan manset di antara tekanan sistole dan
diastole maka aliran darah akan turbulensi sehingga menyebabkan terdengarnya
denyutan di arteri.
3
b. Fase-fase Korotkoff
Saat tekanan manset di atas tekanan sistolik, maka tidak akan terdengar
denyutan karena A.brachialis tersumbat sehingga tidak terdengar suara apapun
1) Fase 1 → bunyi pertama yang terdengar, tajam dan tapping
2) Fase 2 → terdengar lebih lembut
3) Fase 3 → nyaring dan lebih keras
4) Fase 4 → Lembut, seperti teredam
5) Fase 5 → Sudah tidak terdapat turbulensi → aliran laminar
4
4. Alat dan Bahan
a. Spygmomanometer
b. Stetoskop
5. Cara Kerja
a. Tekanan darah A. Brachialis pada sikap berbaring, duduk, dan berdiri
1) Berbaring Terlentang
a) Suruh probandus berbaring terlentang dengan tenang selama 10 menit
b) Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
2) Duduk
a) Suruh probandus duduk, tunggu tiga menit
b) Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
3) Berdiri
a) Suruh probandus berdiri, tunggu tiga menit
b) Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
b. Tekanan darah A. Brachialis pada berbagai kerja
1) Kerja Otot
a) Suruh probandus melakukan gerak badan selama dua menit (lari di
tempat 120x/menit atau jongkok-berdiri)
b) Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
2) Kerja Otak
a) Suruh probandus mengerjakan soal hitungan atau menceritakan suatu
hal
b) Tetapkan tekanan darah rata-ratanya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
c. Pengaruh Pernafasan dan Aliran Balik Vena terhadap tekanan darah arteri
1) Pengaruh pernfasan dalam dan lambat
a) Suruh probandus duduk dengan tenang
b) Pompa spygmomanometer, saat bunyi satu korotkoff tepat terdengar
kunci manset (biarkan dalam tekanan tersebut)
c) Suruh probandus bernafas dalam dan lambat
5
d) Perhatikan hilang timbulnya bunyi pada A.brachialis, apakah timbul
atau hilang saat inspirasi atau ekspirasi
e) Bila masih tetap terdengar, coba lagi dengan menaikkan tekanan manset
2) Pengaruh pernafasan dalam dan cepat
a) Tanpa melepaskan manset, suruh probandus bernafas cepat selama satu
menit
b) Tetapkan tekanan darahnya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
3) Pengaruh tindakan valsava
a) Suruhlah probandus melakukan inspirasi dalam dan kemudian ekspirasi
maksimal dengan glottis tertutup
b) Tetapkan tekanan darahnya
c) Bandingkan hasilnya dengan keadaan lain
6. Langkah Pengukuran Tekanan Darah dengan Cara Auskultasi
1. Minta probandus untuk melipat lengan bajunya hingga mendekati bahu.
2. Minta probandus untuk memposisikan lengan dengan benar, telapak tangan
supinasi.
3. Tempatkan bagian tengah cuff manometer di atas jalannya arteri brachialis,
dengan batas bawah cuff terletak setinggi 2,5 cm di atas fossa cubiti. Pastikan
cuff tidak kendor.
4. Palpasi arteri radialis dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri.
5. Putar klep hingga maksimal, kemudian pompa hingga denyut arteri radialis
tidak teraba lagi, baca skala yang ditunjukkan saat itu. Ini adalah tekanan
sistolik palpasi.
6. Kempiskan cuff.
7. Pasang earpieces di telinga pemeriksa dan tangan kiri menempatkan bell
stetoskop di atas arteri brachialis antara pertengahan fossa cubiti dan batas
bawah cuff.
8. Pompa kembali hingga 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpasi dan turunkan
kembali secara perlahan, kurang lebih 2 mmHg per detik.
9. Baca skala pada saat terdengar bunyi Korotkoff I (tekanan sistolik) dan terus
identifikasi bunyi Korotkoff hingga menghilang (Korotkoff V).
10. Kempiskan cuff dengan cepat setelah Korotkoff V terdengar, lepas cuff, rapikan
manometer.
6
7. Interpretasi Hasil
Cara penulisan hasil:
SP/DP mmHg
Contoh SP = 110; DP = 80
Maka ditulis 110/80 mmHg
B. Kesanggupan Kardiovaskular
1. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan praktikum ini ialah untuk mengetahui kesanggupan kardiovaskuler
seseorang.
2. Dasar Teori
Kebugaran fisik adalah seperangkat atribut yang dimiliki atau dicapai seseorang
(Caspersen et al, 1985), yang terkait dengan kemampuan seseorang untuk
melakukan aktivitas fisik (Pescatello, 2014). Kebugaran fisik dibagi menjadi
kebugaran fisik yang terkait dengan kesehatan dan kebugaran fisik yang terkait
7
keterampilan. Kebugaran fisik terkait dengan komponen kesehatan terdiri dari daya
tahan kardiorespirasi, kesanggupan kardiovaskuler, komposisi tubuh, daya tahan
otot, kekuatan otot, dan fleksibilitas (Caspersen et al., 1985). Kesanggupan
kardiovaskuler merupakan salah satu kebugaran yang dapat mewakili kebugaran
fisik yang terkait Kesehatan. Kebugaran secara fisiologis menyiratkan kapasitas
untuk kinerja yang terampil dan pemulihan yang cepat (Shashiala dan Geetanjali,
2014). Upaya fisiologis diperkirakan dari besarnya perubahan denyut jantung
selama latihan dan kecepatan kembalinya denyut jantung menjadi normal setelah
latihan fisik (Franciks, 1987)
Metode pengukuran kesanggupan kardiovaskuler dapat dilakukan dengan tes
maksimal dan tes submaksimal. Tes maksimal mengukur kebugaran fisik individu
sampai batas lelah sehingga kadang tidak dapat dilakukan pada berbagai kondisi.
Oleh karena itu, banyak metode dikembangkan untuk tes submaksimal. Tes
submaksimal adalah metode pengukuran kebugaran yang dibatasi oleh waktu atau
jarak. Salah satu bentuk tes submaksimal adalah dengan Step Test yang dibatasi
dengan waktu.
Kesanggupan kardiovaskuler diperiksa dengan cara mengukur tekanan darah
arteri probandus setelah melakukan exercise, yaitu naik turun bangku Harvard
(Harvard Step Test). Pada Harvard Step Test, akan dihitung tingkat toleransi
probandus terhadap latihan (Sherwood, 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesanggupan kardiovaskular:
a. Genetik
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Aktivitas fisik
e. Komposisi lemak tubuh
f. Kebiasaan merokok
3. Prinsip Pemeriksaan
Kesanggupan kardiovaskuler diperiksa dengan Metode Harvard Step Test
Modifikasi (Parmar & Vaghela, 2015). Prinsip pemeriksaan Harvard Step Test
Modifikasi dilakukan dengan cara mengukur denyut nadi setelah melakukan naik
turun bangku Harvard Modifikasi (33 cm). Pada Harvard Step Test akan dihitung
tingkat toleransi probandus terhadap Latihan
8
4. Alat dan Bahan
a. Spygnomanometer
b. Pengukur waktu
c. Bangku Harvard setinggi 33 cm
d. Metronom (frekuensi 2x ayunan per detik)
5. Cara Kerja
a. Metronom diatur sehingga memberikan irama 120x/menit
b. Probandus berdiri menghadap bangku Harvard dengan sikap tenang. Metronom
mulai dijalankan.
c. Probandus menempatkan salah satu kaki (yang kanan ataupun yang kiri) di atas
bangku tepat pada detikan pertama metronom.
d. Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku, sehingga probandus
berdiri tegak di atas bangku.
e. Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas diturunkan.
f. Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula,
sehingga probandus berdiri di depan bangku.
g. Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama
30 detik, sebanyak tiga kali pada: 1’-1’30”, 2’-2’30”, dan dari 3’-3’30”
6. Interpretasi Hasil
a. Cara Lambat
Rumus:
Interpretasi:
Indeks Interpretasi
9
b. Cara Cepat
Rumus:
Interpretasi:
Indeks Interpretasi
10
PRAKTIKUM II
SPIROMETRI
A. Spirometri
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengukuran fungsi paru
dengan spirometri dan peakflow.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah menyelesaikan praktikum ini mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan pemeriksaan spirometri
b. Melakukan pemeriksaan spirometri
c. Menganalisa hasil pemeriksaan
3. Dasar Teori
RESPIRASI
Respirasi terdiri dari tiga proses antara lain:
a. Ventilasi Pulmoner
Ventilasi pulmonari adalah proses pergerakan udara antara atmosfer
(udara luar) dengan paru. Pergerakan udara ini disebabkan oleh perubahan
tekanan udara dalam paru. Ventilasi paru terdiri dari inspirasi/inhalasi dan
ekspirasi/ekshalasi.
11
b. Respirasi Eksternal
Proses resapan oksigen (O2) dalam udara di alveoli ke dalam darah di
kapiler alveoli serta proses resapan karbon dioksida (CO2) dalam arah
sebaliknya.
c. Respirasi Internal
Merupakan pertukaran CO2 dan O2 antara kapiler sistemik dengan sel jaringan.
PO2 dalam kapiler darah = 105mmHg sedangkan PO2 dalam sel jaringan =
40mmHg. Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan oksigen akan meresap
keluar dari kapiler darah ke dalam sel sehingga PO2 dalam kapiler darah
menurun ke 40mmHg. Saat O2 meresap ke dalam sel, CO2 akan meresap ke arah
yang bertentangan.
12
a. Volume tidal (VT) adalah volume udara yang dihasilkan dari inspirasi dan
ekspirasi normal. Pada orang dewasa normal besarnya adalah 500 ml.
b. Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume tambahan yang dapat
secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat. Besar VCI sekitar
3300 ml pada laki – laki dan 1900 ml pada perempuan.
c. Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal. Dalam keadaan
normal besarnya sekitar 1000 ml pada laki – laki dan 700 ml pada perempuan.
d. Volume residu (VR) yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru
setelah ekspirasi maksimal. Besar VR pada orang normal adalah 1200 ml pada
laki – laki dan 1100 ml pada perempuan.
e. Kapasitas Inspirasi (KI) merupakan jumlah udara yang dapat dihirup
seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru
sampai jumlah maksimum. KI didapatkan dari penjumlahan volume tidal dan
volume cadangan inspirasi. Besar KI pada orang normal adalah 3800 ml pada
laki – laki dan 2400 ml pada perempuan.
f. Kapasitas residu fungsional (KRF) merupakan besarnya udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasi normal. KRF didapatkan dari penjumlahan
volume cadangan inspirasi dengan volume residu. Besar KRF pada laki –
laki adalah 2200 ml dan 1800 ml pada perempuan.
g. Kapasitas vital (KV) merupakan jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dari paru setelah terlebih dahulu mengsisi paru secara maksimal
dan kemudian mengeluarkannya sebanyak – banyaknya. KV didapatkan dari
penjumlahan volume cadangan inspirasi, volume tidal, dan volume
cadangan ekspirasi.
h. Kapasitas paru total merupakan volume maksimal ketika paru dikembangkan
sebesar mungkin dengan inspirasi paksa. Kapasitas paru total didapatkan dari
penjumlahan kapasitas vital dengan volume residu. Besar kapasitas total
paru adalah 6000 ml pada laki – laki dan 4500 ml pada perempuan.
13
Kapasitas Ventilasi volunter Maksimum (maximum voluntary
ventilation/MVV) merupakan volume maksimal yang dapat masuk dan keluar paru
dalam satu menit.
FEV1 adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik (force expiratory volume
in 1 second), dengan pengertian volume yang masih dapat dikeluarkan oleh paru
setelah ekspirasi maksimal dalam satu detik. Pada penderita emphysema
didapatkan nilai FEV1 menurun.
SPIROMETRI
Spirometri adalah salah satu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal
paru. Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di
paru dan saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi
paru. Pasien yang dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ini antara lain adalah
pasien yang mengeluh sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik,
penderita PPOK, penderita asma, dan perokok.
14
INDIKASI KONTRA INDIKASI
Penderita batuk kronik dan produktif Pasca bedah mata
4. Alat Bahan
a. Spirometri
b. Tissue
c. Tinta spirometri
d. Disposable Mouth piece
e. Penjepit hidung
5. Cara Kerja
a. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru (SVC)
1) Siapkan alat pencatat atau spirometri
2) Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3) Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur, pilih mode SVC.
4) Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus
memasukan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung probandus
dengan penjepit hidung.
5) Instruksikan probandus untuk bernapas tenang terlebih dahulu untuk
beradaptasi dengan alat.
6) Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran.
7) Mulai dengan pernapasan tenang (nafas biasa) sampai timbul perintah
(bunyi beep) dari alat untuk ekspirasi sampai maksimal (tidak terputus),
dilanjut inspirasi sampai maksimal, lalu ekspirasi maksimal, dilanjutkan
nafas biasa (3 kali).
8) Tekan tombol stop
15
9) Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
b. Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru (FVC)
1) Siapkan alat pencatat atau spirometri
2) Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3) Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur, tekan tombol FVC.
4) Instruksikan probandus untuk ekspirasi biasa.
5) Segera setelah siap, tekan tombol start dilanjutkan dengan inspirasi sampai
maksimal, dilanjutkan ekspirasi secara paksa, kuat dan maksimal selama 6
detik melalui alat.
6) Tekan tombol stop
7) Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
c. Pemeriksaan Maximum Voluntary Volume (MVV)
1) Siapkan alat pencatat atau spirometri
2) Jelaskan tujuan dan cara kerja pemeriksaan kepada probandus, posisi
probandus menghadap alat.
3) Nyalakan alat (power on). Masukan/atur data probandus berupa nama dan
umur, tekan tombol MVV.
4) Hubungkan probandus dengan alat dengan cara menyuruh probandus
memasukan mouth piece ke dalam mulutnya dan tutuplah hidung probandus
dengan penjepit hidung.
5) Tekan tombol start alat spirometri untuk memulai pengukuran.
6) Instruksikan probandus untuk bernapas cepat dan dalam.
7) Instruksikan probandus meneruskan bernapas cepat dan dalam setelah
bunyi beep.
8) Tekan tombol stop
9) Setelah selesai lepaskan mouth piece, periksa data dan kurva dilanjutkan
dengan mencetak hasil perekaman (tekan tombol print).
*Catatan:
Pencetakan dapat dilakukan setelah ketiga pemeriksaan langsung.
16
Analisa hasil pemeriksaan dengan menuliskan pada lembar lampiran hasil yang
didapatkan.
Analisa berupa kesenjangan yang terjadi selama pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan.
6. Interpretasi Hasil
Hasil spirogram dapat dianalisis apabila memenuhi syarat berikut:
1) Terbebas dari artefak akibat batuk, penutupan glotis, kebocoran udara, serta
sumbatan mouth piece.
2) Memenuhi kriteria acceptability
1. Permulaan uji harus baik
2. Pemeriksaan dilakukan hingga selesai
3. Waktu ekspirasi minimal 6 detik
4. Grafik flow – volume mempunyai puncak
3) Memenuhi kriteria reproducibility
1. Ditentukan setelah didapat 3 (tiga) manuver yang dapat diterima
2. Reprodusibilitas bila nilai terbesar perbedaannya kurang dari 5% atau
kurang dari 100 ml untuk nilai FVC dan FEV1
Terdapat dua jenis kelainan pernapasan yang dapat dideteksi melalui spirometri,
yaitu kelainan obstruktif dan restriktif.
A. Obstructive Lung Disease = tidak dapat menghembuskan udara FEV1/FVC < 75%.
Semakin rendah rasionya, semakin parah obstruksinya
a. FEV1: 60-75% = mild
b. FEV1: 40-59% = moderate
c. FEV1: <40% = severe
B. Restrictive Lung Disease = tidak dapat menarik napas (unable to get air in)
FVC rendah; FEV1/FVC normal atau meningkat
17
Volume dan kapasitas paru yang mengalami gangguan akibar kelainan obstruktif
dan restriktif terlihat pada tabel :
Gambar :
18