Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Peranan Body Plethismografi pada Pemeriksaan Fungsi Paru

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul ”Peranan Body
Plethismografi pada Pemeriksaan Fungsi Paru”. Shalawat serta salam semoga
senantiasa terlimpah curahkan kepada Baginda Rasullallah Muhammad SAW, kepada
keluarganya, kepada sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa Jurusan DIII
Kardiovaskular Universitas Mega Rezky Makassar. Dalam proses penyusunan dan
penulisan laporan ini tak tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak
.Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Kedua Orangtua yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
2. Ketiga Saudaraku (Moh. Gufron, Marwah, dan Gafri)
3. Para Dosen yang sudah memberikan ilmu terbaik kepada penulis.
4. Seluruh staf di Universitas Mega Rezky Makassar khususnya Jurusan DIII
Kardiovaskular.
5. Teman-teman seangkatanku yang menjadi teman seperjuangan dalam
mengapai cita-cita.

Makassar, 27 Juli 2020

Maqfirah

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL……………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………....2
1.3 Tujuan…………………………………………………………………..…2
1.4 Manfaat…………………………………………………………………....2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….3


2.1 Kapasitas Vital Paru………………………………………………………3
2.2 Pengukuran Kapasitas Paru……………………………………………….3

BAB III METODELOGI…………………………………………………………...6


3.1 Tipe plethysmografi……………………………………………………….6
3.2 Alat………………………………………………………………………..6
3.3 Prinsip Pengukuran………………………………………………………..6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….7


4.1 Penggunaan Body Plethysmografi………………………………………...7
4.2 Persiapan Test…………………………………………………………….7
4.3 Resiko…………………………………………………………………….8
4.4 Indikasi……………………………………………………………………8
4.5 Kontraindikasi…………………………………………………………….8
4.6 Interpretasi Hasil…………………………………………………………..9

BAB V PENUTUP………………………………………………………………….11
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………11
5.2 Saran…………………………………………………………………..…12

DAFTAR PUSTAKA…...…………………………………………………………13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengukuran aliran darah di arteri pada bagian ekstremitas merupakan alat yang
penting dalam penelitian kardiovaskular. Salah satu alat ukur tersebut adalah
Plethysmograph merupakan alat ukur untuk mengetahui perubahan volume pada
organ atau tubuh secara utuh, biasanya alat ini juga dipakai untuk mengukur
volume darah. Plethysmograph mengukur berdasarkan fluktuasi kadar darah atau
udara di dalamnya. Plethysmography digunakan untuk mengukur perubahan
volume di bagian tubuh yang berbeda.

Respirasi atau pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan O 2


dalam proses metabolisme dan mengeluarkan CO2 sebagai hasil metabolisme
dengan perantara organ paru dan saluran napas bersama kardiovaskular sehingga
dihasilkan dara yang kaya oksigen. Respirasi mempunyai 3 tahap yaitu ventilasi,
difusi, dan perfusi. Ketiga komponen ini selalu bekerjasama dan apabila ada
gangguan pada salah satu komponen maka akan terjadi gangguan pada
pernapasan.

Pemeriksaan fungsi paru merupakan satu metode yang objektif dalam menilai
perubahan atau gangguan fungsi paru seorang penderita dengan penyakit paru
atau dicurigai mengalami gangguan paru. Berdasarkan latar belakang diatas maka
perlu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui peranan body Plethysmograph
pada pemeriksaan fungsi paru.

1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menggunakan alat plethysmograph pada pemeriksaan fungsi paru
dan persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan
menggunakan ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu mengetahui peranan body Plethysmograph
pada pemeriksaan fungsi paru.

1.4 Manfaat
Dapat mengetahui resiko apa saja yang terjadi pada saat pemeriksaan fungsi paru
menggunakan Plethysmograph serta mengetahui karakteristik dari pemeriksaan.

BAB II

1
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapasitas Vital Paru


Kapasitas Vital Paru Paru-paru mempunyai fungsi untuk melakukan pertukaran
gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen yang bersenyawa dengan karbon dan
hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel melangsungkan proses
metabolisme dan hasil proses yang berupa karbon dioksida dapat dikeluarkan
dari dalam tubuh. Kapasitas vital paru adalah total jumlah udara maksimum yang
dapat dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Kapasitas vital paru
didapatkan dari penambahan tidak volume (TV), volume cadangan inspirasi
(VCI) dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan
sebanyak-banyaknya adalah 4.600 ml (Tarwoto, 2009). Pengukuran KVP dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai kekuatan otot-otot pernapasan
dan aspek fungsi paru lainnya. Besarnya penyimpangan atau penurunan nilai
yang di dapat dari pemerikasaan dapat menentukan paru seseorang dalam
keadaan normal atau tidak.

2.2 Pengukuran Kapasitas Paru


Pengukuran kapasitas paru berguna untuk mengevaluasi kemampuan paru,
menentukan adanya gangguan dan derajat gangguan fungsi paru (Djojodibroto,
2009). Menurut National Heart Lung Blood Institute, tes yang dilakukan pada
paru digunakan untuk mengukur:
1. Banyaknya udara yang dapat masuk ke dalam paru
2. Banyak dan cepatnya udara yang dapat dikeluarkan dari paru
3. Kondisi paru dalam mengirimkan oksigen ke dalam darah
4. Kekuatan otot-otot pernapasan

2
Pengukuran kapasitas paru terdiri dari berbagai macam metode. Berikut ini
adalah metode pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur kapasitas
paru:
1. Spirometri
Spirometri merupakan tes fungsi paru yang umum digunakan serta berguna
untuk mengetahui volume paru, kapasitas paru dan kecepatan aliran udara
(Giuliodori, 2004). Spirometri digunakan untuk menentukan fungsi paru,
mendeteksi penyakit paru, mengevaluasi gangguan pernapasan, dan
melakukan pengawasan terhadap penyakit paru terkait pekerjaan. Cara
pemakaian spirometri yaitu pasien diminta untuk melakukan inspirasi
maksimal kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam pipa yang
tersambung dengan spirometer. Pengukuran dilakukan berulang hingga
beberapa kali sampai didapatkan hasil yang sesuai (National Jewish Health,
2013).
2. Plethysmography paru
Plethysmography paru adalah tes yang digunakan untuk mengukur banyaknya
udara yang dapat disimpan dalam paru-paru. Plethysmography paru
membantu penyedia pelayanan kesehatan untuk menilai pasien dengan
penyakit paru yang sering dikaitkan dengan kapasitas total paru. Dalam
plethysmography tubuh, pasien duduk di dalam sebuah kotak kedap udara,
menghirup atau mengembuskan napas untuk volume tertentu (biasanya FRC),
dan kemudian terjadi penurunan pada katup napas. Pasien bernafas terhadap
katup yang menyebabkan volume dada meluas dan terjadi dekompresi udara
di paru-paru. Peningkatan volume dada mereka sedikit mengurangi volume
bilik dan dengan demikian menyebabkan meningkatnya tekanan di dalam
bilik. Metode ini mengukur FRC benar-benar mengukur semua jalur konduksi
yang termasuk gas perut; pengukuran yang sebenarnya dibuat adalah VTG
(Volume gas Thoracic).

3
Untuk menghitung volume udara di paru-paru, pertama kita menghitung
perubahan volume dada. Menggunakan Hukum Boyle (P1 V1 = P2 V2 pada
suhu konstan), kami mengatur tekanan awal di kali kotak volume awal kotak
(keduanya yang kita tahu), sama dengan volume kali tekanan dari kotak pada
akhir ekspansi dada (yang kita hanya tahu tekanan). Volume bilik selama
upaya pernapasan dipecahkan. Perbedaan antara volume ini dan volume awal
dari kotak adalah perubahan volume kotak, yang sama dengan perubahan
volume dada.

4
BAB III

METODELOGI

3.1 Tipe plethysmografi


Terdapat dua jenis plethysmograph yang tersedia secara komersial: konstanta
volume, variable tekanan plethysmograph dan tekanan konstan, aliran variabel
plethysmograph. Yang paling umum yang digunakan adalah volume konstan,
tekanan variable plethysmograph. Jenis lainnya dari plethysmograph yang telah
dikembangkan memanfaatkan spirometer untuk mengukur perubahan volume
dalam plethysmograph.

3.2 Alat
Body plethysmografi terdiri dari ruang yang kaku, dengan ukuran yang
sebanding dan bentuk bilik telepon tertutup, tempat subjek duduk sambil
bernafas melalui pneumotachograph Transduser tekanan dengan sensitivitas yang
berbeda diatur untuk mengukur tekanan di seluruh pneumotachograph (aliran),
perbedaan tekanan di dinding dari plethysmograph dan tekanan pada saluran
napas. Prinsip dasar dari plethysmograph tekanan-variabel adalah bahwa
perubahan PA dapat disimpulkan dari perubahan tekanan pletismograph.

3.3 Prinsip Pengukuran


Prinsip pengukuran yang sering digunakan adalah untuk mendeteksi perubahan
tekanan kotak dengan tekanan mulut atau aliran udara saat bernapas biasa. Sinyal
dapat mengevaluasi pengukuran fungsi paru secara statis dan resistensi aliran
udara.

5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penggunaan Body Plethysmografi


Bodi pletismografi memungkinkan untuk menentukan Hambatan saluran napas
dan volume gas intrathoracic (ITGV). Selain itu, tindakan ini dicatat saat
bernafas saat istirahat dan bukan dengan manuver paksa. Mengingat perbedaan
dalam pengukuran kondisi dan informasi yang diberikan, plethysmography dan
spirometry saling menambah satu sama lain, dan siklus pengukuran lengkap dari
plethysmography bahkan mencakup spirometri. Fungsi utama body
plethysmografi adalah untuk mengukur tekanan dalam rongga thorak dan
pertukaran volume. Laporan pertama dari body plethysmografi menggambarkan
tentang pengukuran TGV (intra thorasic gas volume) dan resistensi jalan napas
(Raw).

4.2 Persiapan Test


Sebelum melalukan pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan alat ini,
diperlukan beberapa persiapan yaitu :
1. Pasien yang menggunakan obat-obatan harus memberitahukan nama obat-
obat yang digunakan misalnya obat-obat bronkodilator, karena penggunaan
obat ini mempengaruhi hasil yang didapatkan, jika penderita menggunakan
obat <6 jam sebelum pemeriksaan maka pemeriksaan sebaiknya tidak
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sebenarnya.
2. Riwayat penyakit pernapasan sebelumnya sebaiknya dilaporkan kepada
petugas pemeriksa.
3. Menggunakan pakaian yang memungkinkan penderita bernapas dengan
nyaman sehingga hasil yang diperoleh sempurna saat mrlakukan
pemeriksaan.

6
4. Hindari merokok dan melakukan olah raga yang berat 6 jam sebelum
dilakukan pemeriksaan.
5. Hindari makanan berat sebelum tes. Karena dapat mempengaruhi kemampuan
Anda untuk menarik napas dalam-dalam.

4.3 Resiko
Resiko pada pemeriksaan ini hampir tidak ada atau dengan resiko ringan bagi
pasien dengan keadaan-keadaan tertentu, misalnya pasien yang takut atau dikenal
dengan “Clauterphobia” ini akan berakibat cemas, pusing, serta dapat
menimbulkan nyeri kepala akibat sinar, serta menimbulkan sesak napas. Resiko
ini berifat sangat ringan dan hampir tidak terjadi pada keadaan normal.

4.4 Indikasi
Adapun indikasi pemeriksaan dengan menggunakan alat ini adalah menilai
gangguan yang bersifat restriksi, mengukur gangguan fungsi paru yang
meragukan antara obstruksi dan restriksi, untuk mengevaluasi penyakit paru
nonobtruktif seperti emfisematous dan kista fibrosis, melakukan evaluasi
resistensi jalan napas, mengukur fungsi paru dimana subject tidak dapat bernapas
untuk pengukuran lainnya, menilai respon bronkodilator, mengukur reactiviti
bronkus terhadap uji bronkodilator, menilai perjalanan penyakit dan respon
pengobatan.

4.5 Kontraindikasi
Kontraindikasi pemeriksaan dengan alat ini berupa: mental confusion, muscular
incoordination,body casts, atau kondisi lain yang muncul terhadap pasien ketika
masuk ke dalam plethysmografy dan tidak adekuat melakukan maneuver (seperti
ketakutan saat pintu tertutup), claustrophobia yang muncul saat dimasukkan
dalam kotak plethysmograf, penggunaan oksigen terapi jangka panjang, kondisi
lainnya seperti pemasangan chests tube, transtrakel oksigen kateter.

7
4.6 Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil pemeriksaan dari body plethysmografi adalah berupa gambaran
yang menyerupai spirogram. Pada grafik tersebut akan terlihat gambaran seperti
pada Gambar 1 dan 2. Gambar 1 menunjukan hasil pengukuran Volume paru
terhadap waktu, pada gambar tersebut dapat dilihat residual volume, Total Lung
Capacity dan dan menilai Fungsional Residula Capacity. Sedangkan pada
gambar 2 menunjukkan gambaran hasil pengukuran resistensi jalan napas serta
grafik yang menilai kelainan dari fungsi paru yang berupa, kelainan obtruksi dan
restriksi atau kelainan yang emfisematous dan fibrosis.

Gambar 1. Hasil Pengukuran Volume Paru Dengan Waktu

8
Gambar 2. Lung volume determination by plethysmography. Graphic representation
of results (Jaeger plethysmography, Care Fusion)

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dalam plethysmography tubuh pasien duduk di dalam sebuah kotak kedap
udara, menghirup atau mengembuskan napas untuk volume tertentu (biasanya
FRC), dan kemudian terjadi penurunan pada katup napas. Pasien bernafas
terhadap katup yang menyebabkan volume dada meluas dan terjadi
dekompresi udara di paru-paru. Peningkatan volume dada mereka sedikit
mengurangi volume bilik dan dengan demikian menyebabkan meningkatnya
tekanan di dalam bilik.
2. Pasien yang menggunakan obat-obatan seperti bronkodilator kurang dari 6
jam sebaiknya tidak melakukan pemeriksaan , pasien yang memiliki riwayat
penyakit pernapasan, menggunakan pakaian yang memungkinkan penderita
bernapas dengan nyaman, hindari merokok dan melakukan olah raga yang
berat 6 jam sebelum dilakukan pemeriksaan dan indari makanan berat
sebelum tes karena dapat mempengaruhi kemampuan anda untuk menarik
napas dalam-dalam.
3. Berdasarkan interpretasi hasil pemeriksaan dari body plethysmografi berupa
gambaran yang menyerupai spirogram. Pada grafik tersebut akan terlihat
gambaran seperti pada Gambar 1 dan 2. Pada gambar 1 dapat dilihat residual
volume, Total Lung Capacity dan dan menilai Fungsional Residula Capacity.
Sedangkan pada gambar 2 menunjukkan kelainan dari fungsi paru yang
berupa kelainan obtruksi dan restriksi atau kelainan yang emfisematous dan
fibrosis.

10
5.2 Saran
Didalam melakukan pemeriksaan menggunakan plethysmograph harus
memperhatikan prosedur yang ada dan sebaiknya pasien melakukan persiapan dan
menghindari beberapa aturan sebelum melakukan pemeriksaan agar memperoleh
hasil maksimal.

11
DAFTAR PUSTAKA

Saniman. (2018). Peranan Body Pletishmograpi pada pemeriksaan fungsi paru. Jurnal
Kedokteran Nanggroe Medika. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala. 2615-3874;2615-3882

West, John B. (2010). Patofisiologi Paru Esensial. Balai Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.

Bakhtiar Arief, Amran Sastra. W. (2016). Faal Paru Statis. Jurnal Respirasi.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Vol. 2 No. 3

Tarwoto, dkk. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan.


Jakarta: TIM.

Djojodibroto, Darmanto. (2009). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai