Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SPIROMETRI

(Mata Kuliah Fisika Medis)

Dosen Pengampu:
Ismu Wahyudi, S.Pd, M.PFis.
Hervin Maulina

Disusun Oleh :

Iga Pramudia Wati 1613022015


Titi Puspita Lupi 1613022049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat, rahmat serta hidayahNya kepada penyusun sehingga

penyusun dapat menyelesaikan makalah “SPIROMETRI” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ismu

Wahyudi, S.Pd, M.PFis. dan Ibu Hervin Maulina selaku dosen pengampu mata

kuliah Fisika Medis.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan penulisan maupun pemilihan kata, oleh karena itu penyusun meminta maaf

dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan makalah ini.

Penyusun berharap dengan makalah ini pembaca dapat menambah pengetahuan dan

wawasan.

Bandarlampung, 01 November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI................................................................................................... 3

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 4

a. Latar belakang....................................................................................................... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................5

a. Definisi .................................................................................................................. 5
b. Sejarah Spirometri................................................................................................. 5
c. Cara kerja spirometri ........................................................................................... 7
d. Tujuan pemeriksaan spirometri ......................................................................... 8
e. Indikasi pemeriksaan spirometri ....................................................................... 9
f. Persiapan pemeriksaan spirometri .................................................................... 9
g. Teknik pemeriksaan spirometri .......................................................................11
h. Volume dan pengukuran kapasitas paru ................................................ 12

BAB III. PEMBAHASAN ..................................................................................14

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman serba modern dan instan ini, segala sesuatu dapat dilakukan dengan

bantuan berbagai teknologi sehingga instan dan praktis, baik dari bidang

komunikasi, transportasi, makanan, dll. Kita ketahui bahwa setiap perkembangan

teknologi tidak pernah terlepas dari ilmu sains, khususnya ilmu fisika sebagai

dasar ilmu perkembangan teknologi. Sehingga setiap teknologi yang digunakan

saat ini selalu mengandung konsep fisika dari setiap prinsip kerjanya. Disisi lain,,

tidak sedikit dari teknologi sendiri dapat menimbulkan dampak yang baik

maupun dampak buruk bagi lingkungan hidup manusia.

Salah satu yang sering mendapatkan dampak buruk dari penggunaan teknologi

ialah udara, baik dari asap transportasi, asap pabrik, asap pembakaran, asap rokok

dll. Seperti yang kita ketahui udara merupakan salah satu sumber kebutuhan

hidup makhluk hidup untuk bernapas. Paru-paru merupakan satu-satunya organ

tubuh yang berhubungan dengan lingkungan di luar tubuh, yaitu melalui sistem

pernapasan.

Fungsi utama paru untuk respirasi, yaitu pengambilan O2 dari luar masuk ke

dalam saluran napasdan diteruskan ke dalam darah. Paru juga merupakan organ
yang paling banyak dipergunakan di dalam tubuh. Di samping pertukaran CO2

dengan O2 yang tetap untuk hidup, pada saat yang sama paru tidak hanya dilewati

beratus-ratus polutan (termasuk asap tembakau), tetapi juga harus mencegah

alergen, virus, bakteri dan mikroba lain yang tidak terhitung jumlahnya. Tidak jarang

pula organ paru-paru mrngalami gangguan-gangguan, baik peradangan ataupun

yang lainnya.

Menurut Sylvia dan Lorraine, gangguan paru merupakan salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi saluran pernapasan lebih sering

terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari

flu biasa dengan gejala serta gangguan yang relatif ringan sampai pneumonia

berat. Untuk mengetahui kondisi paru-paru biasanya dilakukan pemeriksaan

faal paru.

Pemeriksaan faal paru dilakukan untuk mengukur berapa banyak udara yang

dapat masuk ke dalam paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru.

Sedangkan alat yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut dengan

Spirometer. Spirometer merupakan alat yang dapat dipakai untuk mengukur

berbagai parameter ventilasi paru. Adanya gangguan restriksi, obstruksi maupun

bentuk campuran dapat ditentukan dari hasil pemeriksaan spirometri. Oleh

karena itu, disusunlah makalah spirometri ini untuk mengetahui prinsip kerja alat

dan konsep fisika yang diterapkan.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini ialah:

1. Bagaimana prinsip kerja alat spirometri?

2. Apa konsep fisika yang digunakan pada alat spirometri?

C. Tujuan Penyusunan Makalah

Tujuan penelitian pada makalah ini ialah:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja alat spirometri.

2. Untuk mengetahui konsep fisika yang digunakan pada alat spirometri.


II. KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi

Spirometri merupakan salah satu alat pada pemeriksaan penunjang dari

penyakit gangguan paru adalah dengan pemeriksaan spirometri yaitu suatu

pemeriksaan yang menilai fungsi terintegrasi mekanik paru, dinding dada dan

otot-otot pernapasan dengan mengukur jumlah volume udara yang dihirup

dan dihembuskan. Spirometri paling sering digunakan untuk menilai fungsi

paru dan spirometri dapat digunakan untuk diagnosis, memantau gejala

penyakit pada pernapasan dan persiapan operasi (Anna, Zulkifli, dan Feisal).

B. Sejarah Spirometer

Pengembangan awal

Upaya paling awal untuk mengukur volume paru-paru dapat dilakukan pada

periode 129-200 M. Claudius Galen, seorang dokter dan filsuf Romawi,

melakukan percobaan volumetrik tentang ventilasi manusia. Dia meminta

seorang anak laki-laki bernapas masuk dan keluar dari kandung kemih dan

menemukan bahwa volumenya tidak berubah. Eksperimen terbukti tidak

meyakinkan.

1681, Borelli mencoba mengukur volume udara yang terinspirasi dalam satu

tarikan napas. Dia merakit tabung silinder sebagian diisi dengan air, dengan

sumber air terbuka memasuki bagian bawah silinder.Dia menutup lubang


hidungnya, menghirup melalui outlet di bagian atas silinder dan mengukur

volume udara yang dipindahkan oleh air. Teknik ini sangat penting dalam

mendapatkan parameter volume paru-paru saat ini.

abad kesembilan belas

 1813, Kentish E menggunakan "Pulmometer" sederhana untuk mempelajari

efek penyakit pada volume paru paru. Dia menggunakan toples bertingkat

terbalik yang berdiri di air, dengan outlet di bagian atas stoples dikendalikan

oleh keran. Volume udara diukur dalam satuan liter .

 1831, Thackrah CT menggambarkan "Pulmometer" mirip dengan

Kentish. Dia menggambarkan perangkat sebagai toples dengan lubang untuk

udara masuk dari bawah. Tidak ada koreksi untuk tekanan. Karena itu,

spirometer tidak hanya mengukur volume pernapasan, tetapi juga kekuatan

otot pernapasan.

 1845, Vierordt dalam bukunya yang berjudul "Physiologie des Athmens mit

besonderer Rücksicht auf die Auscheidung der Kohlensäure" membahas

minatnya dalam mengukur volume ekspirasi secara akurat. Dia juga

menyelesaikan pengukuran akurat parameter volume lainnya dengan

menggunakan "Expirator" -nya. Beberapa parameter yang dijelaskan olehnya

digunakan hari ini, termasuk volume residudan kapasitas vital .

 1846 Spirometer air yang mengukur kapasitas vital dikembangkan oleh

seorang ahli bedah bernama John Hutchinson . Dia menemukan bel yang

dikalibrasi terbalik dalam air, yang digunakan untuk menangkap volume

udara yang dihembuskan oleh seseorang. Hutchinson menerbitkan

makalahnya tentang spirometer air dan pengukuran yang dia ambil dari lebih
dari 4.000 subjek, yang menggambarkan hubungan langsung antara kapasitas

vital dan tinggi dan hubungan terbalik antara kapasitas vital dan usia. Dia

juga menunjukkan bahwa kapasitas vital tidak berhubungan dengan berat

badan pada ketinggian tertentu. Hutchinson dianggap sebagai penemu

kapasitas vital karena ia menemukan bahwa dengan setiap inci tinggi

kapasitas vital meningkat delapan inci kubik. Ia juga menggunakan

mesinnya untuk prediksi kematian dini. Dia menciptakan istilah 'kapasitas

vital', yang diklaim sebagai prognosis yang kuat untuk penyakit jantung oleh

studi Framingham. Dia percaya bahwa mesinnya harus digunakan untuk

prediksi aktuaria untuk perusahaan yang menjual asuransi jiwa.

 1854 Wintrich mengembangkan spirometer, yang lebih mudah digunakan

daripada Hutchinson. Dia melakukan percobaan dengan 4.000 subjek dan

menyimpulkan bahwa ada tiga parameter yang memengaruhi kapasitas vital:

tinggi, berat, dan usia. Eksperimennya menghasilkan hasil yang mirip dengan

penelitian Hutchinson.

 1859 E. Smith mengembangkan spirometer portabel, yang dia gunakan untuk

mengukur metabolisme gas.

 1866 Salter menambahkan kymograph ke spirometer untuk merekam waktu

sambil memperoleh volume udara.

 1879 Gad J. menerbitkan sebuah makalah berjudul "Pneumatograph" yang

menggambarkan sebuah mesin yang memungkinkan rekaman perubahan

volume paru-paru.
abad kedua puluh

 1902, Brodie TG adalah yang pertama menggunakan spirometer irisan

kering.

 1904 Tissot memperkenalkan spirometer sirkuit tertutup

 1939 Compton SD mengembangkan lungometer untuk digunakan oleh Nazi

Jerman.

 1959 Wright BM dan McKerrow CB memperkenalkan flow meter puncak .

 1969 DuBois AB dan van de Woestijne KP bereksperimen pada manusia

menggunakan plethysmograph seluruh tubuh. 1974 Campbell et

al. menyempurnakan meter aliran puncak sebelumnya, mengembangkan versi

yang lebih murah dan lebih ringan.

C. Cara Kerja

Sebenarnya cara kerja spirometri cukup mudah yaitu sesorang diperintahkan untuk

bernafas (menarik nafas dan menghembuskan nafas) di mana hidung orang itu

ditutup. Tabung yang berisi udara akan bergerak naik turun, sementara itu drum

pencatat bergerak putar (sesuai jarum jam) sehingga pencatat akan mencatat

sesuai dengan gerak tabung yang berisi udara.

Pada waktu istirahat, spirogram menunjukkan volume udara paru-paru 500 ml.

Keadaan ini disebut tidal volume. Pada permulaan dan akhir pernafasan terdapat

keadaan reserve; akhir dari suatu inspirasi dengan suatu usaha agar mengisi paru-

paru dengan udara, udara tambahan ini disebut inspiratory reserve volume,

jumlahnya sebanyak 3.000 ml. Demikian pula akhir dari suatu respirasi, usaha

dengan tenaga untuk mengeluarkan udara dari paru-paru, udara ini disebut dengan
expiratory reserve volume yang jumlahnya kira-kira 1.100 ml. Udara yang

tertinggal setelah ekspirasi secara normal disebut fungtional residual capacity

(FRC). Seorang yang bernapas dalam keadaan baik inspirasi maupun ekspirasi,

kedua keadaan yang ekstrim ini disebut vital capacity. Dalam keadaan normal,

vital capacity sebanyak 4.500 ml. Dalam keadaan apapun paru- paru tetap

mengandung udara, udara ini disebut residual volume (kira-kira 1.000 ml)

untuk orang dewasa.

Untuk membuktikan adanya residual volume, penderita disuruh bernafas dengan

mencampuri udara dengan helium, kemudian dilakukan pengukuran fraksi helium

pada waktu ekspirasi. Di klinik biasanya dipergunakan spirometer. Penderita

disuruh bernafas dalam satu menit yang disebut respiratory minute volume.

Maksimum volume udara yang dapat dihirup selama 15 menit disebut maximum

voluntary ventilation. Maksimum ekspirasi setelah maksimum inspirasi sangat

berguna untuk mengetes penderita emphysema dan penyakit obstruksi jalan

pernafasan. Penderita normal dapat mengeluarkan udara kira-kira 70% dari vital

capacity dalam 0.5 detik.; 85% dalam satu detik; 94% dalam 2 detik; 97%

dalam 3 detik. Normal peak flow rate 350-500 liter/menit.

D. Tujuan Pemeriksaan Spirometri

1. Pemeriksaan spirometri bertujuan:

2. Menilai status faal/fungsi paru -paru : normal, restriksi, obstruksi, campuran

3. Menentukan diagnosis penyakit : asma, penyakit paru obstrukstif kronik

(PPOK),

4. Menilai manfaat pengobatan : memadai atau belum


5. Memantau perjalanan penyakit apakah mengalami perbaikan atau perburukan

6. Menentukan prognosis : memprediksi kondisi penyakit di masa mendatang

7. Menentukan toleransi/risiko tindakan bedah atau anestesi umum

E. Indikasi Pemeriksaan Spirometri

1. Setiap keluhan sesak

2. Penderita asma stabil

3. Penderita PPOK stabil

4. Evaluasi penderita asma tiap tahun dan penderita PPOK tiap 6 bulan

5. Penderita yang akan dianestesi umum

6. Pemeriksaan berkala pekerja yang terpajan zat

7. Pemeriksaan berkala pada perokok

F. Persiapan Pemeriksaan Spirometri

Spirometri merupakan pemeriksaan yang relative mudah namun sering kali

hasilnya tidak dapat digunakan. Karena itu perlu beberapa persiapan sebagai

berikut;

1. Operator, harus memiliki pengetahuan yang memadai , tahu tujuan

pemeriksaan dan mampu melakukan instruksi kepada subjek dengan

manuver yang benar

2. Persiapan alat, spirometer harus telah dikalibrasi untuk volume dan arus

udara minimal 1 kali seminggu.


a. Siapkan alat spirometer

b. Pastikan mouthpiece yang ada sudah tersambung dengan alat spirometer

c. Siapkan penjepit cuping hidung / nose clips

d. Lakukan kalibrasi

3. Persiapan subjek, selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman.

Sebelum pemeriksaan subjek sudah tahu tentang tujuan pemeriksaan dan

manuver yang akan dilakukan. Persiapan subjek diantaranya:

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan penderita sebelum


pemeriksaan (jangan hanya menanyakan kepada pasien)
b. Memastikan pasien tidak makan terlalu kenyang dan tidak berpakaian terlalu
ketat
c. Tanyakan apakah merokok, minum obat atau sedang sakit ?
d. Bebas rokok (2 jam) dan obat-obat (obat asma 8 jam)
e. Terangkan kepada penderita tujuan pemeriksaan dan cara
pemeriksaan
f. Berikan contoh cara tarik napas dan hembus napas pada waktu
pemeriksaan
g. Penderita diminta mengikuti aba-aba pemeriksa pada waktu melakukan

pemeriksaan spirometri

h. Masukkan data2 subjek dalam spirometer

4. Kondisi lingkungan, ruang pemeriksaan harus mempunyai sistem ventilasi

yang baik dan suhu udara berkisar antara 17 – 40 0C.

G. Teknik Pemeriksaan

1. Kapasiti Vital (KV)

a. Pastikan subjek pada posisi yang benar


b. Masukkan mouthpiece dan rapatkan kedua bibir

c. Pemeriksaan dimulai dengan napas tenang (volume tidal ; 3-5 kali sampai

akhir ekspirasi stabil)

d. Minta subjek untuk menghirup udara semaksimal mungkin dan

menghembuskan perlahan-lahan sampai VR dan memenuhi kriteria akhir

pemeriksaan

e. Selama inspirasi perhatikan subjek telah melakukan inspirasi maksimal;

tidak ada bocor

f. Selama ekspirasi perhatikan layar ; aliran relatif konstan dan memenuhi

kriteria akhir pemeriksaan

2. Kapasiti Vital Paksa (KVP) dan Volume ekspirasi paksa detik 1 (VEP1)

a. Penderita menghisap udara semaksimal mungkin (inspirasi maksimal)

kemudian meniup melalui mouth piece sekuat-kuatnya dan secepat-cepatnya

(blast exhalation) sampai semua udara dapat dikeluarkan sebanyak-

banyaknya.

b. Penderita harus melakukan manuver secara maksimal dan betul

(inspirasi maksimal, permulaan yang baik, ekspirasi yang tidak terputus/terus

menerus minimal 6 detik, serta usaha yang maksimal).

c. Pastikan subjek pada posisi yang benar, pasang penjepit hidung, inspirasi

semaksimal mungkin dengan cepat namun tidak dipaksa, masukkan

mouthpiece dan rapatkan kedua bibir Hembuskan udara semaksimal

mungkin segera setelah bibir dirapatkan, ulangi instruksi sampai 3 kali

perasat.
H. Volume dan Pengukuran Kapasitas Paru

Selama pernapasan berlangsung, volume paru selalu berubah-ubah, mengembang

sewaktu inspirasi dan mengempis sewaktu ekspirasi. Dalam keadaan normal,

pernapasan terjadi secara pasif dan berlangsung hampir tanpa disadari. Beberapa

parameter yang menggambarkan volume paru adalah:

1. Volume Tidal (Tidal Volume = TV) atau volume alun napas, adalah volume

udara masuk dan keluar pada pernapasan biasa. Besarnya TV orang dewasa

sebanyak 500 ml.

2. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV), volume

udara yang masih dapat dihirup kedalam paru sesudah inspirasi biasa,

besarnya IRV pada orang dewasa adalah 3100 ml.

3. Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume = ERV), volume

udara yang masih dapat dikeluarkan dari paru sesudah ekspirasi biasa,

besarnya ERV pada orang dewasa adalah 1200 ml.

4. Volume Residu (Residual Volume = RV), udara yang masih tersisa didalam paru

sesudah ekspirasi maksimal. TV, IRV dan ERV dapat diukur dengan

spirometer, sedangkan RV = TLC-VC.

Sedangkan pengertian kapasitas paru merupakan penjumlahan dari dua volume

paru atau lebih. Termasuk pemeriksaan kapasitas paru adalah:

1. Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity=IC) adalah volume udara yang

masuk paru setelah inspirasi maksimal atau sama dengan volume cadangan

inspirasi ditambah volume tidal (IC=IRV+TV).

2. Kapasitas Vital (Vital Capacity), volume udara yang dikeluarkan melalui


ekspirasi maksimal setelah sebelumnya melakukan inspirasi maksimal.

Kapasitas vital besarnya sama dengan volume inspirasi cadangan ditambah

volume ekspirasi cadangan dan volume tidal(VC=IRV+ERV+TV).

3. Kapasitas Paru Total (Total Lung Capacity=TLC) adalah kapasitas vital

ditambah volume residu (TLC=VC+RV atau TLC=IRV + TV + ERV + RV)

4. Kapasitas Residu Fungsional (Functional Residual Capacity=FRC) adalah

volume ekspirasi cadangan ditambah volume residu (FRC=ERV+RV)


III PEMBAHASAN

A. Prinsip Kerja Spirometer

Spirometer sederhana

Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum

Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang

berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya

tekanan dari udara yang masuk ke spirometri. Spirometri juga menggunakan

hukum newton diterapkan dalam sebuah katrol. Katrol ini dihubungkan kepada

sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini kemudian dihubungkan

lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar

Secara teknologi spirometri di bagi menjadi 3, yaitu :

1. Teknologi Turbine sensor


Teknologi yang dikembangkan pada tahun 1980an, menggunakan putaran

angin atau plat deflektor akhir (dengan total pisau kipas yang sama) yang

membuat aliran udara memutar sensor secara heliks melalui bagian utama dari

sensor. Teknologi ini memiliki kekurangan pada akurasi yang rendah pada low

flow rates dan cara teknologi ini merespon perubahan flow rates yang cepat.

2. Teknologi Pneumotach sensor

Teknologi sensor yang mampu mendeteksi terus menerus dalam

pengukuran bi-directional aliran napas proksimal pasien dan digunakan dalam

lingkungan perawatan kritis. Sensor dibuat dari satu bagian padat. Hal ini

akan memudahkan pembersihkan dan untuk di produksi.


3. Teknologi Ultrasonic

Teknologi spirometer yang pertama kali dikembangkan pada tahun 1970an dan

baru mulai dipasarkan pada tahun 1990an dengan ide dasar yang ringkas yaitu

untuk mengukur waktu transit dari ultrasonic pulse melalui gas yang bergerak

mengalir, dengan nadi yang berjalan searah dengan arah gas mengalir dengan

waktu yang ditembuh ketujuan lebih cepat dan nadi yang berjalan berlawanan

arah dengan arah gas akan mengalir lebih lambat. Teknologiini sangat

sesuai dengan inspiratory dan expiratory flow measurement karena mereka

lebih linear, akurat, stabildan kebanyakan tidak sensitif dengan

temperatur, kelembapan dan komposisi gas.

B. Konsep Fisika Pada Spirometri

1. Teknologi Turbine sensor


Disebut juga turbin spirometer. Spirometer turbin

adalah metode spirometri yang menggunakan turbin untuk mengukur

aliran ekspirasi. Perputaran plat secara langsung menghembuskan

udara ke bagian internal baling-baling

berputar. Rotasi turbin dideteksi oleh transduser digital yang

mengirimkan impuls ke CPU dan diukur oleh inframerah. Jumlah

impuls per satuan waktu sebanding dengan arus. Semakin

keras hembusan nafas pasien, maka semakin cepat turbin

berputar. Rotasi ini adalah hasil yang dapat diandalkan dan dapat

direproduksi, dan spirometer ini tidak memerlukan kalibrasi dan

tidak ada termostat jika turbin terbuat dari karbon atau kevlar.Tidak

ada pengaruh tekanan atau kelembaban pada hasil

spirometri. Spirometer turbin secara klinis terbukti sangat stabil dan

tidak memerlukan rekalibrasi biasa.

Perubahan Energi

Energi dapat berubah dari potensial ke kinetik dan kembali ke potensial.

Dalam aliran, fluida yang mengalir melalui turbin mempunyai energi

kinetik dan potensial. Semakin cepat fluida itu mengalir, semakin banyak

energi yang berubah dari potensial ke kinetik. Pada masa perubahan,

sebagian di pakai untuk bekerja melawan gesekan, sehingga tidak dapat

digunakan untuk tujuan berguna. energi tersebut tidak hilang, tapi diubah

menjadi panas, bentuk lain dari energi.

Udara mengalir melalui meter tersebut menyebabkan roda turbin kecil


berputar. Dalam badan roda turbin terdapat magnet permanen yang

berputar brsama roda. Sebuah pemungut reluktans (reluctance pickup)

yang terpasang pada bagian atas meter mendekati pula pada setiap putaran

roda turbin. Oleh karena aliran volumetrik sebanding dengan jumlah

putaran roda, maka keluaran pulsa total akan memberikan petunjuk

tentang aliran total. Laju pulsa sebanding dengan laju aliran, dan respons

transien meter itu sangat baik. Koefisien aliran K untuk terbin flowmeter

didefinisikan : 𝑄 = 𝑓/𝑘 dimana f ialah frekuensi pulsa. Koefisien aliran

bergantung pada laju aliran dan viskositas kinematik fluida ν.

2. Teknologi Pneumotach sensor


Hukum Boyle

Prinsip dasar pneumotachgraph spirometer mengikuti hukum Boyle, yaitu

bila massa gas ditekan pada suhu konstan maka tekanan (P) dan volume

(V) adalah tetap. Pneumotachgraph spirometer mengukur volume total gas

dalam paru. Pengukuran dilakukan dengan cara pasien bernapas ke dalam

dan ke luar melawan katup dengan glotis terbuka, yang dicapai dengan

cara hembusan. Pergerakan hembusan mempengaruhi fluktuasi tekanan

dan volume di paru. Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai

persamaan :

𝑃. 𝑉 = (𝑃 + ∆𝑃) (𝑉 − ∆𝑉)

P adalah tekanan alveolar dan ∆P adalah perubahan tekanan selama

hembusan melawan katup. V adalah volume gas toraks dan ∆V adalah

perubahan volume selama kompresi dada oleh pergerakan napas.


3. Ultrasonic spirometer

Salah satu prinsip pengukuran yang dipakai adalah efek doppler dari suatu

gelombang ultrasonik. Sistem pengukurannya yaitu pada perubahan frekuensi

gelombang ultrasonik yang dipancarkan ke aliran fluida dengan yang

diterima transduser. Perubahan dari frekuensi inilah yang besarnya sebanding

dengan kecepatan fluida. Sehingga konsep fisika pada ultasonic spirometri

adalah seperti berikut.

Gelombang Bunyi

Berdasarkan medium, gelombang akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu

gelombang mekanik dan elektromagnetik. Berdasarkan arah getar gelombang

dibagi jadi dua bagian, yaitu gelombang tranversal dan gelombang

longitudinal. Gelombang bunyi timbul dari terjadinya perubahan mekanik

terhadap gas, zat cair atau padat yang merambat dengan nilai kecepatan yang

tertentu. Gelombang bunyi merupakan vibrasi atau getaran dari molekul-


molekul zat yang saling beradu satu sama lain, namun zat tersebut

terkoordinasi yang menghasilkan suatu gelombang serta dapat

mentransmisikan energi. Bunyi memiliki hubungan antara suatu kecepatan

perambatan (C) dalam m/det, dan frekuensi (f) dalam Hertz, serta dari

panjang gelombang (λ) dalam m. Secara matematis hubungan tersebut

dinyatakan sebagai:

𝐶 = 𝑓 .𝜆 (1)

Kecepatan perambatan radiasi gelombang elektromagnetik berupa konstanta


8
C = 3x10 m/det, akan tetapi kecepatan perambatan gelombang ultrasonik

bervariasi tergantung dari dua faktor media yang dilaluinya yaitu kerapatan

media dan tekanan media.

Efek Doppler

Efek doppler yaitu perubahan frekuensi gelombang elektromagnetik atau

gelombang akustik sebagai akibat dari pergerakan emitter ataupun receptor.

Jika sebuah transduser akan memancarkan gelombang dengan frekuensi (fe)

dan kecepatan bunyi (c) di dalam medium dan suatu target (receptor)

bergerak dengan kecepatan (v), maka target akan memantulkan gelombang

parsial jika impedansi akustiknya berbeda dari impedansi akustik

mediumnya. Prinsip Doppler Doppler diambil dari nama seorang ahli fisika

dan matematika Austria, yakni Christian Johann Doppler (1803-1853). Tahun

1842 dia memprediksikan bahwa frekuensi gelombang bunyi yang diterima

tergantung pada gerakan sumber bunyi atau pengamat relatif terhadap media

perambatan. Untuk menggunakan efek doppler dalam pengukuran kecepatan


aliran fluida, transduser ultrasonik mentransmisikan gelombang ultrasonik ke

dalam aliran fluida. Gelombang ultrasonik yang ditransmisikan ke fluida

akan diterima oleh receiver ultrasonik. Pergeseran frekuensi akibat dari aliran

fluida sebanding dengan kecepatan aliran fluida. Dasar dari efek doppler

merupakan fakta bahwa pantulan dari permukaan gelombang ultrasonik yang

bergerak dapat mengalami pergeseran frekuensi (Frequency shift). Pada

umumnya, magnitudo serta arah pergeseran mengandung informasi yang

dapat dinyatakan gerakan dari pemukaan. Untuk memahami hal ini harus

diketahui hubungan antara frekuensi dari sumber bergerak (fS ) dan frekuensi

yang diterima penerima (fR ). Frekuensi terukur oleh penerima yang bergerak

menjauh dari sumber akan lebih kecil dari frekuensi terukur di sumber,

sedangkan frekuensi terukur oleh penerima yang bergerak mendekati sumber

akan lebih besar dari nilai frekuensi terukur di sumber. Pada sistem

pengukuran kecepatan dari fluida, persamaan (2) dipergunakan sebagai

rumus untuk menghitung kecepatan alir:

𝑣𝐹
𝑓𝐷 = 𝑓𝑆 (2)
𝐶

atau

𝑣𝐹
𝑣𝐹 = 𝑓𝑆 (3)
𝐶

𝑣𝐹 = 𝐾𝑓𝐷 (4)

Dimana:

vF = Kecepatan alir fluida

K = Faktor kalibrasi
fD = Pergeseran frekuensi doppler

C = Kecepatan suara di udara

fS = Frekuensi transmiter

Persamaan (4) menunjukkan kecepatan aliran merupakan fungsi linier dari

pergeseran frekuensi doppler.

IV. KESIMPULAN

1. Pada alat spirometer sederhana menggunakan prinsip kerja yang


berhubungan dengan hukum Archimedes mengenai gaya dorong keatas

pada sebuah fluida. Selain itu juga terdapat konsep fisika lain yakni pada

gerakan katrol yang terhubung pada media untuk mencetak hasilnya.

Spirometer yang sudah lebih maju menggunakan beberapa prinsip ada

yang menggunakan sensor turbin, sensor ultrasonik, dan ada juga yang

memanfaatkan pneumotachgraph.

2. Alat spirometer memiliki beberapa konsep fisika. Pada spirometri

sederhana terdapat konsep hukum Archimedes dan katrol. Spirometer

yang menggunakan turbin memanfaatkan konsep perubahan energi dan

spirometer jenis pneumotachgraph spirometer menggunakan konsep


hukum boyle, sedangkan pada spirometer yang memanfaatkan sensor

ultrasonik memanfaatkan konsep gelombang bunyi dan juga hukum

doppler
DAFTAR PUSTAKA

Sylvia AP, Lorraine MW. Gangguan sistim pernpasan. Dalam: Huriawati H,


Natalia S, Pita W, Dewi AM. editor. Patofisiologi konsep klinis dan konsep-
konsep penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2013. h.735.

Anna UZN, Zulkifli A, Feisal T. Spirometri. Ina J Chest Crit and Emerg Med.
2014;1:36.

http://www.klikparu.com/2013/01/spirometri.html diakses tanggal 08 mei 2014,


pukul 15.00 WIB

http://blog.uad.ac.id/annisaikaputri/2011/12/17/spirometer/ diakses tanggal 07


mei 2014, pukul
21.00 WIB

http://en.wikipedia.org/wiki/Spirometer diakses tanggal 08 mei 2014, pukul


17.00 WIB

https://www.indiamart.com/proddetail/easy-on-pc-based-ultrasonic-spirometer-
20060925791.html

http://crivadeous03.blogspot.com/2017/11/rotating-vane-spirometer.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Spirometers
https://www.bisamed.co.id/apa-itu-spirometri/

https://studylibid.com/doc/1214368/pengukuran-teknik

http://belajarsinyaltubuh.blogspot.com/p/plehtysmograph-dan-oksimetri.html

Anda mungkin juga menyukai