Anda di halaman 1dari 4

Adas sowa

Adas sowa
Anethum graveolens

Taksonomi
Divisi Tracheophyta
Subdivisi Spermatophytes
Klad Angiospermae
Klad mesangiosperms
Klad eudicots
Klad core eudicots
Klad asterids
Klad campanulids
Ordo Apiales
Famili Apiaceae
Genus Anethum
Anethum graveolens
Spesies
Linnaeus, 1753
Tata nama
Sinonim Peucedanum
takson graveolens (L.) C. B. Clarke
 l
 b
 s

Adas sowa adalah jenis tumbuhan berbunga dan tumbuhan semusim dari famili Apiaceae.[1]
Adas sowa memiliki bunga berwarna kuning serta buah dengan bau yang menyengat, tetapi
banyak digunakan untuk bumbu dapur.[1] Di Indonesia, tanaman adas sowa dapat ditemukan di
Pulau Jawa.[1][2]

Sejarah
Daerah asal adas sowa belum diketahui sampai saat ini, tetapi ada dugaan kuat bahwa adas sowa
mulai berkembang di wilayah Timur Tengah atau Asia Barat.[1][3] Adas sowa telah digunakan
sejak masa kerajaan Mesir untuk penambah rasa makanan.[1] Kemudian pemakaian adas sowa
menyebar sampai ke wilayah Mesopotamia dan digunakan oleh bangsa Yunani dan bangsa
Romawi sebagai bumbu dapur dan obat.[1][4] Bangsa Romawi membawa adas sowa ke daratan
Eropa pada tahun 1000 dan di sana adas sowa dikenal dengan nama dill.[1][4]

Pada awal abad ke-17, adas sowa diperkenalkan di Amerika Serikat.[1][4] Dalam catatan John
Winthrop, dituliskan bahwa adas sowa ditanam oleh penduduk Eropa yang mendiami daratan
Amerika Serikat pada masa tersebut.[1][4] Dalam perkembangannya, adas sowa banyak ditanam di
negara bagian utara dan California.[1][4] Tanaman adas sowa juga telah disebarkan sampai ke
wilayah Karibia dan Amerika Selatan.[1][4]

Lewat jalur perdagangan, adas sowa kemudian dikenalkan kepada wilayah Jammu dan Kashmir,
India, pada awal tahun 1950.[1] Meskipun sebenarnya adas sowa telah dibudidayakan di India
sebelum kedatangan bangsa Barat ke sana, ciri-ciri fisik adas sowa lokal dengan adas sowa dari
Eropa memiliki sedikit perbedaan.[1][4] Adas sowa dikenalkan kepada masyarakat Indonesia
dengan cara yang sama oleh pedagang India dan saat ini adas sowa banyak ditanam di Pulau
Jawa.[1][4]

Etimologi
Nama ilmiah adas sowa adalah Anethum graveolens.[1][4][5] Anethum berasal dari bahasa Yunani
anethon dan aemi yang berarti ‘saya bernapas’, dan graveolens berasal dari bahasa Latin
gravedens yang berarti ‘bau yang menyengat’.[1][4] Di dunia barat, adas sowa lebih dikenal
dengan nama dill yang dipercaya berasal dari bahasa bangsa Nordik dylle yang berarti
‘menenangkan’ atau tylle yang berarti ‘menidurkan’.[1][4]

Ciri-ciri umum
Adas sowa merupakan jenis tanaman herbal semusim yang tumbuh tegak dengan dedaunan yang
panjang dan berwarna hijau gelap.[1][4] Tanaman adas sowa dapat tumbuh hingga mencapai 1
meter dan sangat baik jika ditanam pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.[2][4]
Akarnya berwarna kuning dan berbentuk menyerupai wortel dengan diameter 1 hingga 1,5
sentimeter dan panjang 10 hingga 15 sentimeter.[1] Batangnya tegak, kokoh, dan berwarna hijau
pucat dengan ruas-ruas berwarna hijau muda.[4] Bunga dari tanaman adas sowa berwarna kuning
dan termasuk bunga majemuk dengan wangi yang menyengat.[1][4] Buah yang dihasilkan
memiliki rasa pedas dan pahit dan berukuran kecil.[2][4] Bagian terakhir dari tanaman adas sowa
adalah bijinya yang berwarna cokelat dan berbentuk oval dengan salah satu sisinya rata.[4] Biji
adas sowa memiliki wangi yang menyengat dan rasa manis yang sedikit pahit seperti jintan.[4]

Kegunaan
Bumbu dapur

Seluruh bagian tanaman adas sowa dapat digunakan sebagai bumbu dapur pelengkap masakan.[3]
[4]
Sejak berabad-abad lalu, masyarakat Amerika Utara dan Eropa sudah mengolah adas sowa
menjadi asinan dan hingga saat ini makanan tersebut tetap digemari.[4] Mereka juga mengolah
daun tanaman adas sowa untuk pelengkap masakan berbahan dasar ikan trout, ikan salmon,
udang, telur, kubis bunga, bit gula, dan keju krim.[4] Di Rusia dan Skandinavia, adas sowa sering
digunakan saat memasak ikan, casserole, sup, kue, roti, dan pilaf.[4]

Obat

Adas sowa sebagai obat tradisional telah dimanfaatkan dalam Ayurweda (pengobatan tradisional
Hindu), Unani (pengobatan tradisional Yunani), dan Sidha (pengobatan tradisional India) untuk
mengobati sakit pada usus, batu ginjal, dan masuk angin.[5] Selain itu, adas sowa juga
dimanfaatkan untuk wewangian pada masa tersebut.[5] Setelah dikembangkan, kini adas sowa
terbukti mampu mengobati perut kembung, gangguan tidur, dan sakit pada saluran pencernaan.[2]
[4][5]

Daerah penghasil
Saat ini adas sowa telah ditanam dan dikembangkan oleh berbagai negara di seluruh dunia, tetapi
pertumbuhan produksinya masih tergolong lambat.[1][4] India, Pakistan, Tiongkok, Rusia barat,
Hungaria, dan Mesir termasuk negara-negara produsen terbesar.[1] Meskipun tidak termasuk
dalam kelompok tersebut, Amerika Serikat dianggap memiliki produksi daun adas sowa terbaik.
[4]

Hama
Graphosoma semipunctatum

Tanaman adas sowa sering diserang oleh serangga yang menjadi hama tanaman lain.[1] Hama
yang sering ikut menyerang tanaman adas sowa di antaranya Psila rosae (Eropa), Graphosoma
semipunctatum dan Graphosoma italicum (Eropa Selatan, Afrika Utara, dan Asia), dan
Tholagmus flavolineatus (Afrika Utara).[1] Meskipun demikian, tanaman adas sowa biasanya
memiliki kerusakan yang paling minimum dibandingkan dengan tanaman di sekitarnya.[1]

Referensi
1.

 Weiss, E. A. . 2002 . Spice Corps . CAB International . ISBN 0-85199-605-1


  Redaksi AgroMedia . 2008 . Buku Pintar Tanaman Obat: 431 Jenis Tanaman Penggempur
Aneka Penyakit . PT Agromedia Pustaka . ISBN 979-006-194-3
  Dr. Johannes Seidermann . 2005 . World Spice Plants: Economic Usage, Botany,
Taxonomy . Springer-Verlag Berlin Heidelberg . ISBN 3-540-22279-0
  Charles, Denys J. . 2013 . Antioxidant Properties of Spices, Herbs and Other Sources .
Springer Science+Business Media New York . ISBN 978-1-4614-4310-0
 Umberto Quattrocchi, F. L. S. . CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants:
Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology . Taylor & Francis
Group, LLC . ISBN 978-1-4200-8044-5

Anda mungkin juga menyukai