Bab Viii. Imbalan Kerja-2019
Bab Viii. Imbalan Kerja-2019
IMBALAN KERJA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji topik ini, pembaca akan mampu:
1. Mengetahui dasar peraturan imbalan kerja;
2. menjelaskan pengertian imbalan kerja;
3. menjelaskan jenis-jenis imbalan kerja;
4. menjelaskan pengakuan dan pengukuran program iuran pasti;
5. menjelaskan pengakuan dan pengukuran program imbalan pasti;
6. menjelaskan penyajian dan pengungkapan imbalan kerja; dan
7. menganalisis penyajian dan pengungkapan imbalan kerja.
8.1 PENDAHULUAN
8.1.1 Dasar Regulasi Imbalan Kerja
Terdapat peraturan yang menjadi dasar penerapan imbalan kerja pada suatu
entitas. Peraturan tersebut adalah :
a. Undang-Undang
Dengan berlakunya UU no.13 tahun 2003, maka imbalan pasca kerja yang terdiri
dari pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak menjadi bersifat
1
pasti atau defined benefit. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam pasal 167. Imbalan
Kerja Menurut UU 13/2003, terdiri dari :
a. Imbalan Kerja Jangka Pendek (IKJP) terdiri dari:
gaji
Uang lembur,
bonus,
Cuti tahunan,
THR dan tunjangan lainnya
b. Imbalan Pasca Kerja (IPK) terdiri dari:
Uang Pesangon (UP),
Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
Uang Penggantian Hak (UPH).
2
8.1.3 Standar Akuntansi tentang Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan perusahaan atas
jasa yang diberikan oleh pekerjanya. Perlakuan akuntansi atas imbalan kerja diatur
dalam PSAK 24 (Penyesuaian 2014): Imbalan Kerja. Imbalan kerja tersebut merupakan
konvergensi dari IAS 19: Employee Benefits. Dalam PSAK 24 (Penyesuaian 2014)
dinyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas
dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak
kerja.
Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh imbalan kerja, termasuk yang diberikan:
a. melalui program formal atau perjanjian formal lainnya antara perusahaan dan
pekerja, serikat kerja, atau perwakilan pekerja;
b. melalui peraturan perundang-undangan atau peraturan industri dimana perusahaan
diwajibkan untuk ikut serta pada program nasional, industri atau program multi
pemberi kerja lainnya;
c. oleh kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif. Kebiasaan akan
menimbulkan kewajiban konstruktif jika perusahaan tidak memiliki alternatif
realistis selain membayar imbalan kerja.
Imbalan kerja meliputi imbalan yang diberikan kepada pekerja atau
tanggungannya atau penerima manfaat dan dapat diselesaikan dengan pembayaran (atau
dengan penyediaan barang atau jasa), baik secara langsung kepada pekerja, pasangan
hidup mereka, anak-anak atau tanggungan lain, atau kepada pihak lain seperti
perusahaan asuransi.
Berdasarkan PSAK tersebut, imbalan kerja dikelompokkan menjadi:
1. imbalan kerja jangka pendek;
2. imbalan pasca kerja;
3. imbalan kerja jangka panjang lain; dan
4. pesangon.
Selain PSAK 24, imbalan kerja juga diatur dalam SAK ETAP bab 23.
Berdasarkan SAK ETAP bab 23, imbalan kerja terdiri dari :
1. Imbalan kerja jangka pendek
3
2. Imbalan pasca kerja
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya, dan
4. Pesangon pemutusan kerja.
4
Berikut diberikan ilustrasi untuk pengakuan dan pengukuran cuti berimbalan.
PT MERDEKA memiliki 5 karyawan yang diberikan cuti berimbalan sebesar Rp
100.000 untuk 5 hari kerja. Selama tahun 2012, karyawan yang cuti 5 hari 1 orang
sedangkan sisanya cuti 3 hari kerja. Jurnal yang dibuat oleh PT Merdeka:
a. Jika cuti diakumulasi
Beban cuti berimbalan 1.700.000*
Kas 1.700.000
(untuk mencatat cuti yang sudah menjadi beban dan diambil oleh
karyawan)
*(1 orang x 5 hari x Rp100.000) + (4 orang x 3 hari x Rp 100.000)
Beban cuti berimbalan 800.000 **
Utang gaji 800.000
(untuk mencatat hak cuti yang belum diambil oleh karyawan)
**(4 orang x 2 hari ) x Rp100.000
Pengakuan imbalan dengan bentuk laba dan bonus diakui sebesar prakiraan
pembayaran, apabila:
1. Ada kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu
2. Dapat diestimasi secara andal
Kewajiban konstruktif timbul jika, dan hanya jika, entitas tidak mempunyai
alternatif realistis lainnya kecuali melakukan pembayaran. Jurnal yang dicatat adalah
sebagai berikut:
Beban imbalan kerja-bonus xx
Biaya yang masih harus dibayar (liabilitas) xx
Contohnya, jika perusahaan mempunyai kewajiban membagi laba sebesar 5% kepada seluruh
karyawan yang sudah bekerja selama 1 tahun penuh. Apabila laba tahun berjalan Rp 100 milyar,
maka perusahaan harus mengakui utang dan beban sebesar Rp 5 milyar.
5
Beban imbalan kerja-bonus 5.000.000.000
Biaya yang masih harus dibayar (liabilitas) 5.000.000.000
Investasi
Gambar 8.1 Proses Progam Pensiun
Dana yang ada pada dana pensiun sebagai suatu program (plan asset), diperoleh
dari iuran yang disetor pemberi kerja maupun pekerja. Dana ini dihimpun dan
diinvestasikan berdasarkan kesepakatan antara karyawan dan manajemen perusahaan
yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama, peraturan dana pensiun dan arahan investasi.
6
Program imbalan pasca kerja terdiri dari 2 jenis yaitu:
1. Program Iuran Pasti
Dalam program ini pemberi kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah
ditetapkan berdasarkan peraturan Dana pensiun, dan seluruh iuran serta hasil
pengembangannya dibukukan pada masing-masing rekening peserta sebagai
manfaat pensiun. Pemberi kerja tidak memiliki kewajiban konstruktif (kewajiban
hukum) untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki aset
yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa yang
diberikan oleh pekerja pada periode berjalan dan sebelumnya. Risiko investasi Dana
pension sepenuhnya ditanggung oleh peserta dana pensiun, bukan lagi perusahaan.
Program pensiun iuran pasti terdiri dari beberapa jenis, yaitu (Purba, 2012):
a. Money purchase plan: pada jenis program pensiun ini, iuran ditetapkan sebesar
persentase tertentu dari jumlah gaji karyawan.
b. Profit sharing pension plan: besarnya iuran yang disetor kepada dana pension
adalah sebesar persentase tertentu dari laba yang diperoleh perusahaan sebelum
dipotong pajak.
c. Saving plan: jenis program iuran pasti ini pada prinsipnya sama dengan money
purchase plan, hanya saja jumlah besarnya iuran ditentukan oleh pekerja.
2. Program Imbalan Pasti
Dalam program ini pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan yang
disepakati akan diterima pekerja saat selesai masa kerja nanti. Pemberi kerja
memiliki kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana
Pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja
sebesar nilai yang telah disepakati. Beberapa rumusan yang dapat digunakan untuk
menentukan besarnya manfaat pasti adalah sebagai berikut (Purba, 2012):
7
namun jumlah imbalan yang akan dibayarkan tidak ditentukan karena tergantung dari
ketersediaan aset program.
Pengakuan dan Pengukuran
Pemberi kerja akan membayar iuran atas periode ketika pekerja telah
memberikan jasanya kepada perusahaan. Seluruh iuran yang telah jatuh tempo pada
bulan tersebut akan diakui sebagai beban. Namun jika perusahaan belum membayar
atau baru membayar sebagian iuran yang telah jatuh tempo maka atas jumlah yang
belum dibayar diakui sebagai liabilitas. Jika iuran tidak jatuh tempo seluruhnya dalam
jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode saat pekerja memberikan jasanya, maka
nilainya didiskontokan.
Contoh kasus:
• Juni 2018, iuran pensiun yang harus dibayar oleh PT ASD untuk bulan tersebut
Rp 5.000.000. Jika iuran tersebut dibayar semua maka jurnal yang dibuat adalah:
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 5.000.000
• Jika baru Rp 3.000.000 dibayar, sisanya belum dibayar sampai akhir Juni 2018.
Maka jurnalnya adalah :
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 3.000.000
Liabilitas jk pendek Rp 2.000.000
8
entitas pemberi kerja harus memastikan telah membayar cukup iuran untuk memenuhi
beban imbalan yang ditentukan dalam program itu. Oleh karena itu, jumlah iuran yang
harus dibayar entitas pemberi kerja tiap periode tidak dapat ditentukan, tergantung dari
kondisi aset program.
Perlakuan akuntansi untuk program imbalan pasti lebih kompleks, karena
menuntut adanya asumsi aktuarial untuk mengukur kewajiban dan beban, serta terdapat
kemungkinan adanya keuntungan dan kerugian aktuarial. Imbalan ditentukan dengan
variabel-variabel yang belum pasti di masa depan, seperti mortalitas, absensi karyawan,
lamanya masa kerja, tingkat kompensasi, dan suku bunga (Juan dan Wahyuni, 2012:
463).
Pemahaman atas perlakuan akuntansi program imbalan pasti, harus dimulai
dengan memahami dua komponen utamanya, yaitu kewajiban imbalan pasti (defined
benefit obligation) dan aset program (plan asset). Berikut adalah penjelasan masing-
masing.
9
menggunakan tingkat diskonto, yang selanjutnya disebut dengan Nilai Kini Kewajiban
Imbalan Pasti (NKKIP). Nilai ini dihitung oleh aktuaris secara berkala dengan asumsi
kuangan dan demografi terkini.
Faktor-faktor yang memengaruhi NKKIP meliputi:
1. Biaya Jasa yang mencakup:
a. Biaya Jasa Kini,
yaitu kenaikan NKKIP atas jasa pekerja dalam periode berjalan. Dengan
bertambahnya masa kerja satu periode, maka menimbulkan biaya jasa kini pada
periode tersebut dan menyebabkan peningkatan NKKIP yang akan dibayarkan
nanti.
b. Biaya Jasa Lalu,
yaitu perubahan NKKIP akibat perusahaan melakukan amandemen program
imbalan pasti atau melakukan kurtailmen (penurunan signifikan dalam jumlah
pekerja yang ditanggung oleh program). Amandemen dapat meningkatkan atau
menurunkan nilai NKKIP, sedangkan kurtailmen menurunkan nilai NKKIP.
c. Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian (settlement),
yaitu ketika perusahaan melakukan transaksi yang menghapuskan semua
kewajiban hukum atau konsrukrtif atas sebagian atau seluruh imbalan dalam
program imbalan pasti. Settlement menurunkan nilai NKKIP.
2. Biaya Bunga,
yaitu kenaikan NKKIP yang timbul selama suatu periode karena periode
semakindekat dengan penyelesaian (pembayaran imbalan). Sesuai dengan prinsip
nilai waktu atas uang (time value of money), nilai kini (present value) akan lebih
rendah dibandingkan nilai masa depan dan nilai kini tersebut akan meningkat
mendekati nilai masa depannya seiring berjalannya waktu akibat jarak periode yang
semakin dekat. Peningkatan NKKIP tersebut diakui tiap periode sebagai biaya
bunga. Biaya bunga ini nantinya akan disalinghapuskan dengan pendapatan bunga
atas aset program menjadi beban (pendapatan) bunga neto.
10
3. Pengukuran kembali (remeasurement),
mencakup keuntungan dan kerugian aktuarial, yaitu penyesuaian akibat perubahan
asumsi aktuaria atas NKKIP. Nilai NKKIP harus ditelaah ulang secara
periodik,sehingga asumsi yang digunakan dapat mengalami perubahan setiap
periode. NKKIP yang diakui adalah berdasarkan asumsi aktuaria terkini sehingga
apabila nilai tercatat NKKIP menurut perusahaan lebih rendah, maka nilai NKKIP
harus dinaikkanmenjadi nilai berdasarkan asumsi aktuaria terkini. Peningkatan
NKKIP tersebut menimbulkan kerugian aktuarial. Sebaliknya, jika nilai tercatat
NKKIP menurut perusahaan lebih tinggi daripada nilai berdasarkan asumsi aktuaria
terkini, maka terjadi penurunan NKKIP sehingga menimbulkan keuntungan
aktuarial. Keuntungan (kerugian) yang timbul dari pengukuran kembali atas NKKIP
diakui sebagai pengahasilan komprehensif lain.
Selain ketiga faktor tersebut, NKKIP juga dipengaruhi oleh imbalan yang
dibayar. Jika imbalan dibayar maka NKKIP akan berkurang dananya yang diambil dari
aset program, sehingga Nilai Wajar Aset Program (NWAP) juga ikut berkurang.
c. Aset Program
Untuk memenuhi kewajiban imbalan pasti tersebut, perusahaan menyisihkan
dana yang dibayarkan melalui iuran secara periodik kepada Dana Pensiun. Dana
tersebut diakumulasikan dan diinvestasikan sebagai aset program. Dalam pengelolaan
(investasi) atas aset program juga terdapat ketidakpastian terkait hasil investasi. Hasil
ini dapat menimbulkan perbedaan antara imbal hasil yang diharapkan dengan imbal
hasil aktual.
Aset program adalah dana yang disediakan untuk membayar kewajiban imbalan
pasti. Aset program tersebut dikelola secara terpisah di Dana Pensiun. Aset program
diukur pada tanggal pelaporan sebesar nilai wajar (fair value), disebut Nilai Wajar
Aset Program (NWAP). Faktor-faktor yang mempengaruhi NWAP adalah sebagai
berikut.
1. Pendapatan bunga,
11
yaitu kenaikan NWAP yang timbul selama suatu periode karena adanya imbal hasil
yang diharapkan. Nilai NWAP tersebut diharapkan akan meningkat seiring
berjalannya waktu. Peningkatan NWAP tersebut diakui tiap periode sebagai
pendapatan bunga. Pendapatan bunga ini nantinya akan disalinghapuskan dengan
beban bunga atas NKKIP menjadi pendapatan (beban) bunga neto. Pendapatan
bunga dihitung dari tingkat bunga dikalikan dengan nilai aset program awal periode.
Tingkat bunga yang digunakanuntuk pendapatan bunga sama dengan beban bunga.
2. Iuran atau penarikan.
Iuran yang dibayarkan perusahaan kepada Dana Pensiun akan menambah NWAP,
sedangkan penarikan (jika memenuhi syarat tertentu) akan mengurangi NWAP.
3. Pengukuran kembali (remeasurement),
mencakup keuntungan dan kerugian aktuarial, yaitu penyesuaian akibat
perbedaanantara ekspektasi dan nilai aktual atas aset program. Nilai yang akhirnya
diakui dalam aset program adalah nilai wajar akhir periode, sehingga apabila nilai
wajar akhir periode lebih rendah dibanding ekspektasinya, maka nilai aset program
harus diturunkan menjadi nilai aktualnya untuk menghasilkan NWAP. Penurunan
nilai aset program tersebut menimbulkan kerugian aktuarial. Sebaliknya, jika nilai
wajar akhir periode lebih tinggi daripada nilai ekspektasinya, maka terjadi
peningkatan nilai aset program dan menimbulkan keuntungan aktuarial.
Keuntungan (kerugian) yang timbul dari pengukuran kembali atas NWAP diakui
sebagai pengahasilan komprehensif lain.
Ketika terjadi keuntungan (kerugian) aktuarial, baik atas NKKIP atau NWAP,
maka keuntungan (kerugian) tersebut diakui langsung sebagai penghasilan
komprehensif lain (other comprehensive income).
Gambar 8.2 berikut merupakan ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi
NKKIP dan NWAP.
12
Biaya Jasa:
Biaya jasa kini
Biaya jasa lalu Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti
Keuntungan (kerugian) atas (NKKIP)
penyelesaian
Biaya bunga
Remeasurement
13
sebaliknya jika memiliki karakteristik pendapatan akan mengurani jumlah beban yang
diakui.
e. Kertas Kerja
Untuk menghitung beban dan liabilitas yang diakui perusahaan, sebaiknya
menggunakan kertas kerja agar lebih praktis dan mudah dipahami. Berikut adalah
format kertas kerja yang diadopsi dari Kieso, et al., (2011: 1075) yang disesuaikan
dengan PSAK 24 (Penyesuaian 2014).
Berdasarkan tabel 8.1 tersebut, kertas kerja terdiri dari dua bagian utama, yaitu jurnal
umum dan memo. Berikut penjelasan masing-masing dan beberapa ketentuan mengenai
penggunaan kertas kerja .
Jurnal umum berfungsi sebagai pedoman penjurnalan oleh perusahaan.
Memo merupakan posisi aset dan liablilitas terkait program yang ada di dana
pensiun. Perusahaan tidak mencatat aset dan liabilitas pada kolom memo, melainkan
14
hanya sebagai controlling account dan mengakui selisih bersihnya saja dalam
laporan posisi keuangan.
Untuk keperluan identifikasi, nilai dalam kertas kerja positif berarti saldonya debit,
sedangkan saldo kredit ditulis negatif.
Setiap baris harus seimbang antara debit dan kredit, kecuali saldo awal dan saldo
akhir.
Posisi debit atau kredit pada kertas kerja bukanlah mewakili jurnal.
Debit dan kredit yang harus seimbang merupakan penerapan prinsip sebab akibat.
Contoh, jika NKKIP berkurang (debit) akibat pembayaran imbalan, maka NWAP
juga akan berkurang (kredit) karena dana imbalan diambil dari NWAP.
f. Ringkasan tentang Program Imbalan Pasti
Secara ringkas, tentang program imbalan pasti adalah sebagai berikut :
1. Pada hakekatnya, perusahaan menanggung risiko aktuarial dan risiko investasi.
2. Biaya yang diakui tidak harus sebesar iuran untuk satu periode
3. Proses akuntansi meliputi tahap – tahap sebagai berikut:
Menggunakan teknik aktuarial untuk membuat estimasi yang andal dari jumlah
imbalan yang menjadi hak pekerja. Perusahaan perlu menentukan variabel yang
mempengaruhi biaya imbalan seperti:
– Imbalan yang diberikan pada periode kini dan periode lalu.
– Estimasi (asumsi aktuarial) tentang variabel demografi seperti tingkat
perputaran pekerja, mortalitas, dsb.
– Variabel keuangan seperti: tingkat kenaikan gaji, biaya kesehatan.
Mendiskontokan imbalan
Menentukan nilai wajar aset program.
Menentukan total keuntungan dan kerugian aktuarial.
Menentukan besarnya biaya jasa lalu saat program diterapkan pertama kali.
Menentukan keuntungan atau kerugian saat saat program diciutkan (kurtailment)
atau diselesaikan.
g. Ilustrasi Contoh
Berikut adalah contoh ilustrasi tentang imbalan manfaat pasti (Martani, et al.,
2015: 300-302).
15
PT. Haritua memiliki program imbalan pasti untuk karyawannya. Pada tahun 2015,
posisi saldo (dalam Rupiah, kecuali tingkat diskonto) terkait program tersebut adalah
sebagai berikut.
NKKIP-awal 2015 100.000.000
NWAP-awal 2015 100.000.000
Biaya jasa kini 15.000.000
Tingkat diskonto 10 %
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada dana pensiun 12.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun 8.000.000
NKKIP-akhir 2015 125.000.000
NWAP-akhir 2015 111.000.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal NKKIP dan NWAP. Nilai NKKIP ditulis negatif karena
saldo normal kredit, sedangkan NWAP ditulis positif karena saldo normal debit.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan
kredit. Dalam kasus ini nilainya sama (seimbang) yaitu sama-sama Rp
100.000.000, maka tidak ada aset atau liabilitas yang diakui perusahaan di laporan
posisi keuangan pada awal tahun.
Namun, jika saldo kredit pada kolom memo lebih besar dibandingkan debit
(defisit), maka kelebihan saldo defisit akan diakui sebagai liabilitas di laporan
posisi keuangan. Sebaliknya, jika saldo debit pada kolom memo lebih besar
dibandingkan kredit (surplus), maka kelebihan saldo surplus akan diakui sebagai
aset di laporan posisi keuangan (kolom liabilitas bersaldo debit/positif).
3. Masukkan biaya jasa kini pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP
(kredit) sebesar Rp 15.000.000. Biaya jasa kini merupakan komponen beban dan
karena imbalannya belum dibayarkan maka diakui sebagai NKKIP.
4. Masukkan biaya bunga pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP (kredit)
sebesar Rp 10.000.000. Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikalikan
dengan posisi NKKIP pada awal tahun (10 % x 100.000.000). Biaya bunga juga
16
merupakan komponen beban dan karena imbalannya belum dibayarkan, maka
diakui sebagai NKKIP.
5. Isilah pendapatan bunga pada kolom beban (kredit) dan pada kolom NWAP (debit)
sebesar Rp 10.000.000. Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikalikan
dengan posisi NWAP pada awal tahun (10 % x 100.000.000). Pendapatan bunga
(kredit) mengurangi beban, sehingga bernilai negatif pada kolom beban.
Pendapatan bunga atas investasi aset program akan diakumulasikan pada aset
program sehingga NWAP bertambah (debit).
6. Iuran sebesar Rp 12.000.000 dibayar perusahaan sehingga terjadi kas keluar
(kredit). Iuran dibayarkan ke dana pensiun dan diakumulasikan sebagai aset
program sehingga NWAP meningkat (debit).
7. Imbalan yang dibayarkan oleh dana pensiun tahun ini sejumlah Rp 8.000.000.
Perlu diingat bahwa pembayaran dilakukan oleh dana pensiun sehingga tidak
mengurangi kas perusahaan melainkan diambil dari aset program (NWAP).
Pembayaran imbalan menyebabkan penurunan aset program (NWAP kredit) dan
kewajiban perusahaan ke pensiunan berkurang (NKKIP didebit).
8. Pada akhir periode, aktuaris akan menyampaikan posisi NKKIP akhir tahun dengan
asumsi aktuaria terkini. Sementara mutasi saldo NKKIP juga sudah dicatat
sepanjang tahun sehingga bias terjadi perbedaan antara saldo akhir NKKIP menurut
pencatatan dengan saldo NKKIP terkini yang dihitung aktuaris. Perbedaan inilah
yang menimbulkan keuntungan (kerugian) aktuarial dalam bentuk penurunan
(kenaikan) nilai NKKIP menuju nilai bersih perhitungan terkini dari aktuaris.
Berdasarkan pencataan yang ada saldo NKKIP akhir adalah Rp 117.000.000
(100.000.000 + 15.000.000 + 10.000.000 – 8.000.000).
Sedangkan saldo akhir menurut aktuaris adalah Rp 125.000.000. Perbedaan ini
menyebabkan peningkatan nilai NKKIP sebesar Rp 8.000.000 (kredit), dari Rp
117.000.000 menjadi Rp 125.000.000. Peningkatan NKKIP ini menimbulkan
kerugian aktuarial karena nilai kewajiban yang meningkat akibat proses
pengukuran kembali (remeasurement). Kerugian ini dicatat pada kolom
penghasilan komprehensif lain (debit).
17
9. Pada akhir periode, manajer investasi pada dana pensiun akan menyampaikan
posisi NWAP akhir tahun berdasarkan hasil aktual investasi dan nilai wajar terkini.
Sementara itu, mutasi saldo NWAP dan hasi ekspektasi juga sudah dicatat
sepanjang tahun sehingga bisa terjadi perbedaan antara saldo akhir NWAP menurut
pencatatan dengan saldo NWAP terkini. Perbedaan nilai ini juga menimbulkan
keuntungan (kerugian) aktuarial dalam bentuk kenaikan (penurunan)
NWAPmenuju nilai versi perhitungan terkini. Berdasarkan pencatatan yang ada,
saldo NWAPakhir adalah Rp 114.000.000 (100.000.000 + 10.000.000 + 12.000.000
– 8.000.000), sedangkan saldo akhir menurut manajer investasi adalah Rp
111.000.000. Perbedaan ini menyebabkan penuruan nilai NWAP sebesar Rp
3.000.000 (kredit) dari Rp 114.000.000 menjadi Rp 111.000.000. Penuruanan
NWAP ini menimbulkan kerugian aktuarial karena nilai aset yang menurun akibat
proses pengukuran kembali (remeasurement). Kerugian ini dicatat pada kolom
penghasilan komprehensif lain (debit).
10. Sama seperti saldo awal, pada saldo akhir kolom memo dihitung posisi bersih
dengan membandingkannilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini posisi
kredit bernilai Rp 125.000.000 dan posisi debit sebesar Rp 111.000.000, sehingga
saldo defisit sebesar Rp 14.000.000 akan masuk ke kolom liabilitas. Nilai inilah
yang diakui di laporan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.
11. Menghitung saldo akhir pada kelompok jurnal umum yaitu dengan menjumlahkan
kolom beban senilai Rp 15.000.000 (debit), kolom kas senilai Rp 12.000.000
(kredit), dan kolom kolom penghasilan komprehensif lain senilai Rp 11.000.000
(debit). Saldo debit pada penghasilan komprehensif lain mencerminkan kerugian.
Agar jurnal seimbang maka sisanya Rp 14.000.000 adalah liabilitas (kredit).
Dengan demikian jurnal yang harus dicatat perusahaan periode ini terkait program
imbalan pasti sebagai berikut.
Beban 15.000.000
Penghasilan komprehensif lain 11.000.000
Kas 12.000.000
Liabilitas 14.000.000
18
Jadi, nilai beban yang diakui pada laporan laba rugi adalah Rp 15.000.000. Nilai
ini berbeda dengan program iuran pasti yang mengakui beban hanya sebesar iuran
yang jatuh tempo dan liabilitas yang diakui sebesar tunggakan iuran yang sudah
jatuh tempo.
12. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun.
Pada pembahasan langkah ke-10, telah dihasilkan bahwa nilai liabilitas akhir tahun
yang diakui perusahaan adalah Rp 14.00.000. Nilai ini sama dengan nilai liabilitas
dalam jurnal pada langkah ke-11. Jika nilai liabilitas yang dihasilkan dari defisit
pada langkah ke-10 sama dengan langkah ke-11, maka nilai beban dan liabilitas
yang diakui perusahaan sudah benar.
Hasil lengkap kertas kerja tahun 2015 adalah pada tabel 7.2 berikut.
19
Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan
pascakerja dan pesangon) yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan saat pekerja memberikan jasanya. Imbalan ini dapat meliputi cuti berimbalan
jangka panjang dan imbalan cacat permanen serta bonus dan kompensasi lainnya yang
dibayarkan lebih dari 12 bulan sejak akhir periode pelaporan. Imbalan kerja jangka
panjang lainnya dibayarkan kepada pekerja selagi masih bekerja.
Pengakuan dan Pengukuran
Imbalan kerja jangka panjang lainnya akan diakui sebagai liabilitas sebesar total
nilai neto dari jumlah:
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir periode pelaporan
• Dikurangi dengan nilai wajar dari aset program pada akhir periode pelaporan (jika
ada) selain kewajiban yang harus dilunasi secara langsung
Entitas harus mengakui total nilai neto dari jumlah berikut ini sebagai beban atau
pendapatan:
• biaya jasa kini
• Biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto
• Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto
8.4 Pesangon
Saat terjadi pemutusan kontrak kerja, perusahaan wajib membayar uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak bagi
karyawan. Pesangon adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari:
a. keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya
normal; atau
b. keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja.
20
Pengakuan dan pengukuran
Pesangon akan diakui sebagai liabilitas dan beban oleh perusahaan pada
tanggal yang lebih awal di antara:
1. ketika penawaran atas imbalan tersebut tidak dapat ditarik kembali; dan
2. ketika biaya-biaya terkait restrukturisasi telah diakui sesuai PSAK 57 (Revisi
2009) Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Pesangon yang terutang sebagai akibat dari keputusan perusahaan, tidak dapat
lagi ditarik penawarannya jika perusahaan telah mengkomunikasikan kebijakan tersebut
kepada karyawan yang terkena dampak. Untuk kasus seperti ini, pengukuran nilai
pesangonnya sama dengan imbalan kerja jangka pendek (tak terdiskonto). Jika
pesangon jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah periode laporan, maka
diterapkan seperti imbalan kerja jangka panjang lainnya (terdiskonto).
Apabila perusahaan menawarkan karyawan untuk melakukan pengunduran diri
secara sukarela, maka pesangonnya akan diukur berdasarkan jumlah karyawan yang
diperkirakan akan menerima tawaran tersebut. Dalam kasus ini terdapat liabilitas
kontinjensi seperti yang diatur dalam PSAK 57 (Revisi 2009), yang estimasinya dapat
dilakukan berdasarkan penjajakan awal atas minat karyawan menerima tawaran
tersebut.
Contoh kasus:
PT Merdeka pada pertengahan tahun 2012 akan memutuskan kontrak kerja 3
karyawannya dengan jumlah pesangon keseluruhan Rp 150.000.000. Selain itu
perusahaan juga maeawarkan kepada 2 orang kartawannya untuk berhenti secara
sukarela dengan pesangon masinng-masing Rp 60.000.000. Pemutusan kontrak kerja
dilakukan efektif pada awal tahun 2013. Untuk pemutusan kontrak secara sukarela,
perusahaan mengestimasi ke-2 karyawannya akan menerima penawaran tersebut.
Jika seandainya PT merdeka tidak mungkin membatalkan penawaran pemutusan kerja
tersebut, maka pada akhir tahun 2012 perusahaan harus mengakui beban meskipun
pesangon belum direalisasi. Jumlah beban yang harus diakui tahun 2012 yaitu:
21
Pesangon 3 karyawan yang diberhentikan Rp 150.000.000
Pesangon 2 karyawan yang berhenti sukarela (2 x Rp 60.000.000) 120.000.000
Jumlah pesangon 270.000.000
22
pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. Praktik kebanyakan adalah menggabungkan
seluruh komponen biaya tersebut menjadi satu kelompok beban.
Perusahaan harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat program imbalan pasti dan dampak
keuangan atas perubahan program selama periode tersebut. Hal tersebut antara lain:
gambaran umum program, kebijakan kauntansi terkait pengakuan Keuntungan dan
Kerugian Aktuarial, rekonsiliasi nilai awal dan akhir atas saldo NKKIP dan NWAP,
informasi mengenai transaksi pihak-pihak berelasi dengan program imbalan pasca kerja
dan imbalan pasca kerja untuk personil manajemen kunci.
Berikut adalah contoh penyajian dan pengungkapan imbalan kerja millik PT.
HM.Sampoerna,Tbk.
23
Gambar 8.4 Pengungkapan Imbalan Kerja
24
b. Informasi nilai wajar aset program dan nilai kini kewajiban imbalan pasti, beserta
perubahannya akan membantu pemakai memahami pertimbangan ekonomis yang
mendasarinya.
c. Informasi mengenai asumsi aktuaria yang digunakan akan membantu pemakai
laporan keuangan untuk menentukan kelayakan pemakaian asumsi tersebut.
SOAL LATIHAN
25
2015 telah dibayar seluruhnya pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui
PT SURYA pada 31 Desember 2015 terkait program iuran pasti.
8. Berikut adalah data-data terkait program imbalan pasti bagi karyawan PT
SWADAYA.
1 Januari 2019 31 Desember 2019
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Rp 150.000.000 Rp 167.000.000
Nilai Wajar Aset Program 112.000.000 150.000.000
Penghasilan KomprehensifLain (kredit) 89.000.000 98.000.000
SOAL KASUS
Pada tahun 2019 PT INDIKATOR melakukan pemutusan kontrak kerja (PKK) atas 30
karyawan dengan pesangon keseluruhan sebesar Rp 1.500.000.000. Selain itu
perusahaan juga menawarkan pada 20 karyawan lainnya untuk berhenti secara sukarela.
26
Setiap karyawan akan menerima pesangon masing-masing Rp 55.000.000 jika
menerima tawaran tersebut. PKK direncanakan efektif pada awal 2020. Dalam kasus ini
perusahaan sudah memiliki komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya
terkait restrukturisasi telah diakui. Untuk PKK secara sukarela, perusahaan
mengestimasi 2/3 karyawan akan menerima tawaran PKK tersebut. Berapa beban
pesangon PKK yang harus diakui tahun 2020?
27