Anda di halaman 1dari 19

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

12 Oktober 2022

POTENSI DAMPAK RUU


KESEHATAN (OMNIBUS LAW) PADA
TRANSFORMASI KESEHATAN
BIRO HUKUM
KEMENTERIAN KESEHATAN
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan
6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia
Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Meningkatkan kesehatan Memperkuat sistem


Outcome
ibu, anak, keluarga Mempercepat perbaikan Memperbaiki Gerakan Masyarakat kesehatan &
RPJMN
berencana dan gizi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat (GERMAS) pengendalian obat dan
bidang
kesehatan reproduksi makanan
kesehatan

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi 3 Transformasi sistem


layanan rujukan ketahanan kesehatan
a b c d a b
Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan Meningkatkan Memperkuat
penduduk primer sekunder kapasitas dan akses dan mutu ketahanan sektor ketahanan
6 Penguatan peran kapabilitas layanan farmasi & alat tanggap darurat
Penambahan Screening 14 penyakit
kader, kampanye, penyebab kematian layanan primer sekunder & tersier kesehatan
kategori imunisasi rutin Jejaring nasional
dan membangun tertinggi di tiap Pembangunan RS di
utama menjadi 14 Revitalisasi jejaring Produksi dalam negeri surveilans berbasis
gerakan, sasaran usia, Kawasan Timur, lab, tenaga
antigen dan dan standardisasi 14 vaksin rutin, top 10
menggunakan screening stunting, & jejaring pengampuan cadangan tanggap
perluasan peningkatan ANC
layanan di
4 layanan unggulan,
obat, top 10 alkes by
platform digital dan Puskesmas, volume & by value. darurat, table top
cakupan di untuk kesehatan ibu & kemitraan dengan
tokoh masyarakat Posyandu, dan exercise
seluruh Indonesia. bayi. world’s top healthcare kesiapsiagaan krisis.
kunjungan rumah
centers.

4 Transformasi sistem 5 Transformasi SDM 6 Transformasi teknologi


pembiayaan kesehatan Kesehatan kesehatan
Regulasi pembiayaan kesehatan Penambahan kuota mahasiswa, Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
dengan 3 tujuan: tersedia, cukup, dan beasiswa dalam & luar negeri, digitalisasi, dan bioteknologi di sektor kesehatan.
berkelanjutan; alokasi yang adil; dan kemudahan penyetaraan nakes
pemanfaatan yang efektif dan efisien. a Teknologi informasi b Bioteknologi
lulusan luar negeri.

2
Visi, Misi, Tujuan, & Sasaran Strategis
Renstra Kementerian Kesehatan
Visi “Terciptanya Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri, dan Berkeadilan”.
Kemenkes

Meningkatkan Kesehatan
Misi Reproduksi, Ibu, Anak dan Perbaikan Gizi Masyarakat
Meningkatkan Pencegahan
Pembudayaan Germas
Memperkuat Sistem
Kemenkes dan Pengendalian Penyakit Kesehatan
Remaja

Terwujudnya Pelayanan Terciptanya Sistem Terbangunnya Tata Kelola,


Tersedianya Pelayanan Terciptanya Sistem Terpenuhinya SDM
Kesehatan Primer yang Pembiayaan Kesehatan Inovasi, dan Teknologi
Tujuan Komprehensif dan
Kesehatan Rujukan yang Ketahanan Kesehatan
yang Efektif, Efisien dan
Kesehatan yang Kompeten
Kesehatan yang Berkualitas
Berkualitas yang Tangguh dan Berkeadilan
Berkualitas Berkeadilan dan Efektif

1. Menguatnya promotif 7. Menguatnya produksi 12. Meningkatnya 15. Meningkatnya sistem


4. Terpenuhinya sarpras, pelayanan kesehatan dalam
preventif di FKTP melalui alkes, bahan baku obat, pemenuhan dan pemerataan ekosistem teknologi kesehatan
alkes, obat, dan BMHP 10. Terpenuhinya
UKBM dan Pendekatan obat, obat tradisional dan SDM kesehatan yang yang terintegrasi dan transparan
yankes rujukan pembiayaan kesehatan yang
Keluarga vaksin dalam negeri berkualitas dalam mendukung kebijakan
berkeadilan pada kegiatan kesehatan berbasis bukti
promotif dan preventif
13. Meningkatnya
2. Terpenuhinya sarana, 5. Menguatnya tatakelola
Sasaran 8. Menguatnya surveilans kompetensi, dan sistem 16. Meningkatnya kebijakan
prasarana, obat, BMHP, dan manajemen dan pelayanan
yang adekuat pendidikan pelatihan SDM kesehatan berbasis bukti
Strategis alkes yankes primer spesialistik 11. Menguatnya pembiayaan kesehatan
kesehatan nasional secara
efektif, efisien dan
6. Menguatnya dan berkeadilan untuk mencapai 14. Meningkatnya sistem
3. Menguatnya tatakelola 9. Menguatnya sistem universal health coverage 17. Meningkatnya tatakelola
terdistribusinya mutu RS, pembinaan jabatan
manajemen pelayanan dan penanganan bencana dan (UHC) pemerintahan yang baik,
layanan unggulan, dan fungsional dan karier SDM
kolaborasi publik-swasta kedaruratan kesehatan berbasis data dan teknologi
pengembangan layanan lain kesehatan
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

4
Permasalahan Pelayanan Kesehatan Primer Aturan Terkait
 Prioritas upaya promotif preventif dalam
Permasalahan cakupan, kurangnya pemberdayaan
kegiatan upaya kesehatan
masyarakat  Penguatan peran serta dan
UU No. 36
pemberdayaan masyarakat
Keterbatasan akses fasilitas pelayanan kesehatan Tahun 2009  Penyelenggaraan imunisasi secara
primer beserta sarana prasarananya komprehensif
 Ketersediaan, pemerataan, dan
Tata kelola manajemen dan SDM yang belum optimal keterjangkauan perbekalan kesehatan

Pelaksanaan program yang belum optimal dan tidak  Penyelenggaraan pelayanan dan
UU No. 52 penyuluhan KB
fokus
Tahun 2009  Penguatan pelayanan esensial dalam
kebijakan KB

UU No. 18  Peningkatan akses dan ketersediaan


Tahun 2014 fasyankes (termasuk peran pemda)

 Kebijakan penempatan tenaga kesehatan


UU No. 36 untuk pemenuhan ketersediaan tenaga di
Tahun 2014 pelayanan primer
 Penguatan peran pemda untuk
ketersediaan SDM kesehatan

5
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

6
Permasalahan Pelayanan Aturan Terkait
Kesehatan Rujukan
UU No. 36  Penguatan standar pelayanan dan PNPK
Keterbatasan akses layanan rujukan Tahun 2009

Tata kelola klinis dan manajemen fasyankes rujukan  Tanggung jawab pemerintah untuk
ketersediaan rumah sakit
UU No. 44  Kualifikasi manajerial pimpinan rumah
Pemenuhan sarana, prasarana, sediaan farmasi, sakit
alkes, dan SDM Kesehatan
Tahun 2009
 Penguatan jejaring rumah sakit untuk
peningkatan pelayanan
Jejaring dan sistem informasi layanan rujukan
 Pelaksanaan akreditasi rumah sakit
terintegrasi belum optimal

UU No. 18  Peningkatan ketersediaan rumah sakit


Tahun 2014 jiwa

 Kebijakan penempatan tenaga kesehatan


untuk pemenuhan ketersediaan tenaga di
UU No. 36 pelayanan rujukan
Tahun 2014  Penguatan peran pemda untuk
ketersediaan SDM kesehatan

7
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

8
Permasalahan Sistem Ketahanan Aturan Terkait
Kesehatan
Masih tingginya impor bahan baku obat, obat UU No. 4  Pengaturan secara komprehensif kegiatan
(termasuk vaksin), dan alat kesehatan Tahun 1984 penanggulangan wabah

Produksi/pemenuhan sediaan farmasi dan alkes  Peningkatan peran serta masyarakat


UU No. 5
belum optimal dalam upaya pencegahan dampak buruk
Tahun 1997 psikotropika
Pengelolaan dan pelayanan farmasi yang masih
UU No. 40  Peningkatan pemberian manfaat jaminan
belum sesuai standar sosial
Tahun 2004
Pengawasan mutu alat kesehatan dan PKRT  Peningkatan produksi dan pengembangan
belum optimal obat, bahan baku obat, vaksin, dan alat
UU No. 36
kesehatan produksi dalam negeri
Sistem pencatatan dan informasi belum Tahun 2009  Penguatan penanggulangan
terintegrasi (surveilans kesehatan) wabah/kedaruratan/krisis kesehatan

Kurangnya kesiapsiagaan penanggulangan UU No. 6  Peningkatan akses sumber daya


krisis kesehatan (mitigasi, jejaring lab Tahun 2018 kekarantinaan kesehatan
surveilans, dan SDM tanggap darurat)

9
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

10
Permasalahan Sistem Pembiayaan Aturan Terkait
Kesehatan  Peningkatan peran dan tanggung jawab
Pemda dalam pencapaian UHC
Pembiayaan JKN belum sustain, berpotensi
 Optimalisasi kerja sama antar
defisit UU No. 40 penyelenggara jaminan
Tahun 2004  Perumusan manfaat berbasis kebutuhan
Pembiayaan kesehatan promotif preventif belum dasar Kesehatan dan pengenaan urun
optimal biaya
 Pengaturan kelas rawat standar
 Penguatan tata kelola jaminan sosial
Pembiayaan kesehatan belum efektif dan efisien
 Optimalisasi dukungan pembiayaan dari
UU No. 36 setiap sumber
Belum optimalnya peran sektor swasta atau Tahun 2009  Penegasan dukungan pembiayaan untuk
pembiayaan non publik kegiatan promotif preventif

 Penguatan fungsi BPJS untuk mendukung


program pemerintah
UU No. 24  Optimalisasi kerja sama BPJS dengan
Tahun 2014 fasyankes dan peningkatan kerjasama
dan koordinasi dengan
kementerian/lembaga/institusi terkait

11
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

12
Permasalahan SDM Kesehatan Aturan Terkait #1

 Pelaksanaan adaptasi dalam rangka


Kekurangan kuantitas dan kualitas SDM pendayagunaan dokter dan dokter gigi spesialis
Kesehatan secara nasional UU No. 29  Penerbitan STR dan SIP
Tahun 2004  Prioritas penempatan nakes pada daerah DTPK
dan DBK
 Akreditasi pendidikan dan pelatihan kedokteran
Distribusi SDM Kesehatan tidak merata  Praktik dokter dan dokter gigi WNA

Kurangnya pelatihan berbasis kompetensi  Prioritas penempatan nakes pada daerah DTPK
UU No. 36 dan DBK
 Kesinambungan pelayanan kesehatan pada
Tahun 2009 daerah tertentu
 Penyelesaian sengketa pelayanan kesehatan

 Pendayagunaan DLP
 Percepatan produksi dan pemerataan dokter
UU No. 20 dan dokter gigi
 Penguatan peran pemerintah dalam pendidikan
Tahun 2013 kedokteran
 Penyediaan sarana prasarana pada RS
Pendidikan
 Pendanaan pendidikan kedokteran

13
Permasalahan SDM Kesehatan Aturan Terkait #2
 Penerbitan STR dan SIP
 Pemberlakuan standar kompetensi kerja
Kekurangan kuantitas dan kualitas SDM UU No. 36  Pembentukan kolegium
 Prioritas penempatan dan percepatan
Kesehatan secara nasional Tahun 2014 pemerataan nakes
 Pendayagunaan Nakes WNA dalam rangka
pemerataan nakes
Distribusi SDM Kesehatan tidak merata  Pelaksanaan evaluasi kompetensi dalam rangka
pendayagunaan nakes

Kurangnya pelatihan berbasis kompetensi  Pendayagunaan perawat WNA dalam rangka


pemerataan perawat
 Prioritas penempatan dan percepatan
UU No. 38 pemerataan perawat
 Pelayanan keperawatan dalam keadaan darurat
Tahun 2014  Pemberlakuan standar kompetensi kerja
 Penerbitan STR dan SIP
 Pelaksanaan evaluasi kompetensi dalam rangka
pendayagunaan perawat

 Jenis pendidikan kebidanan


UU No. 4  Penerbitan STR dan SIP
 Pelaksanaan evaluasi kompetensi dalam rangka
Tahun 2019 pendayagunaan bidan
 Pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi

14
PENGELOMPOKAN SUBSTANSI

PELAYANAN KESEHATAN SISTEM PEMBIAYAAN


PRIMER KESEHATAN

PELAYANAN KESEHATAN SDM KESEHATAN


RUJUKAN

SISTEM KETAHANAN TEKNOLOGI KESEHATAN


KESEHATAN

15
Permasalahan Teknologi Kesehatan Aturan Terkait
UU No. 29  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Tahun 2004 dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
Data terfragmentasi
UU No. 40  Integrasi data penyelenggaraan jaminan sosial
Pengembangan aplikasi kesehatan masing- Tahun 2004 kesehatan antar pemangku kepentingan
masing program belum terintegrasi
UU No. 36  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
Keterbatasan regulasi terutama untuk proteksi dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan
Tahun 2009 akses pelayanan
data, standar data & interoperabilitas, hak serta
privasi pasien
UU No. 44  Penyelenggaraan rekam medis elektronik dan
Tahun 2009 kerahasiaan data dan informasi pasien

UU No. 24  Kewajiban BPJS untuk penyediaan akses data


dan informasi yang diperlukan dalam
Tahun 2014 penyelenggaraan jaminan sosial

UU No. 36  Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi


Tahun 2014 dalam praktik tenaga kesehatan

16
METODE OMNIBUS LAW DALAM PEMBENTUKAN PUU
UU NO. 13 TAHUN 2022 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UU NO. 12 TAHUN 2011

Pasal 42A Pasal 64 ayat (1a) dan (1b)

Penggunaan metode omnibus dalam Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan


penyusunan suatu Rancangan dapat menggunakan metode omnibus.
Peraturan Perundang-undangan harus
ditetapkan dalam dokumen Metode omnibus merupakan metode penyusunan
perencanaan. peraturan perundang-undangan dengan:
a. memuat materi muatan baru;
b. mengubah materi muatan yang memiliki keterkaitan
Pasal 97A dan/atau kebutuhan hukum yang diatur dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yang jenis
Materi muatan yang diatur dalam dan hierarkinya sama; dan/atau
peraturan perundang-undangan yang
menggunakan metode omnibus hanya c. mencabut peraturan perundang-undangan yang
dapat diubah dan/atau dicabut dengan jenis dan hierarkinya sama, dengan
mengubah dan/ atau mencabut peraturan menggabungkannya ke dalam satu peraturan
perundang-undangan tersebut. perundang-undangan untuk mencapai tujuan
tertentu.
SIMPLIFIKASI REGULASI
Perlu adanya penyederhanaan/simplifikasi regulasi dibidang Kesehatan untuk
mempercepat terjadinya transformasi kesehatan.

Regulasi yang buruk akan


Jumlah regulasi yang berpotensi :
terlalu banyak yang 1. Saling bertentangan
sering juga disebut antara regulasi yang satu
overregulated, banjir dengan yang lainnya
regulasi, atau obesitas
regulasi, dapat 2. Tumpang tindih
mengarah pada regulasi 3. Multi tafsir
yang berkualitas buruk 4. Tidak taat asas
dan semakin besar
5. Tidak efektif
potensi untuk terciptanya
regulasi yang tidak 6. Menciptakan beban yang
harmonis (disharmoni) tidak perlu
7. Menciptakan biaya tinggi

Source : https://www.hukumonline.com/berita/a/jokowi--banyak-aturan-malah-bikin-rumit-lt5a67051895425/?page=2
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai