Kebakaran hutan merupakan faktor utama terjadinya emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
Bahaya kebakaran ini bukan hanya terhadap meningkatnya emisi GRK, tetapi juga
mengancam kesehatan manusia dan secara langsung merugikan perekonomian
masyarakat dan negara. Kebakaran hutan ini masih menjadi permasalahan yang serius
di Nusa Tenggara Barat maupun di Indonesia. Kebakaran hutan dan lahan
disebabkan oleh faktor alam maupun kegiatan manusia. Masyarakat tradisional
mengenal kegiatan pembukaan lahan pertanian dengan cara pembakaran lahan secara
terkendali. Selain itu, pembakaran hutan dan lahan dalam skala besar dilakukan oleh
oknum-oknum yang menguasai lahan dan kawasan hutan yang luas, sebagai jalan
pintas dan murah untuk membuka perkebunan, pertanian dan pertambangan. Perilaku
membakar hutan untuk mencari keuntungan jangka pendek ini harus dihentikan. Hal
terpenting dalam proses ini adalah meninggalkan kebiasaan dan perilaku mencari
keuntungan jangka pendek dan mengembangkan paradigma baru mengenai
pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan dan melindungi kelestarian
lingkungan dan keanekaragaman yang dimilikinya. Perubahan ini perlu dilakukan
baik oleh masyarakat yang masih mengelola lahan secara tradisional, maupun
pengusaha perkebunan, pertanian, pertambangan dan pemerintah. Ini adalah kegiatan
percontohan pengendalian kebakaran dengan mengembangkan kerangka partisipatif
antara pemerintah dan masyarakat, melalui revitalisasi kearifan lokal dan
pengintegrasian teknologi modern dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Buku pedoman (modul) pelatihan penanggulangan kebakaran hutan berbasis
masyarakat ini bukan hanya menjadi pegangan dalam kegiatan pelatihan
penanggulangan kebakaran hutan berbasis masyarakat, tetapi juga menjadi
pengetahuan mengenai tradisi dan kearifan masyarakat Sumbawa dalam memelihara
dan memanfaatkan alam dan lingkungan secara bijak dan berkelanjutan.
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis
dan atau nilai lingkungan.
Upaya untuk pencegahan maupun upaya untuk memerangi meluasnya api setelah
terjadi kebakaran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Namun demikian, usaha
pemadaman kebakaran hutan harus didasarkan pada teknik-teknik yang benar, agar
memperoleh hasil yang optimal. Upaya ini merupaka tanggung jawab bersama baik
Pemerintah maupun masyaratat.
Secara umum, pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan memang sulit diatasi
dan sering kali tidak efektif disebabkan oleh berbagai hal, antara lain belum adanya prosedur
pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan. Untuk itu adanya petunjuk teknis pemadam
kebakaran hutan ini akan sangat membantu.
B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Penyusunan petunjuk teknis pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan dimaksud
untuk memberikan arahan dan dasar teknis upaya pemadaman kebakaran hutan yang
terjadi.
2. Tujuan
a. Adanya tata cara kerja yang dapat dijadikan petunjuk kerja oleh petugas lapangan
dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemadaman
kebakaran hutan.
b. Agar usaha pemadamanan kebakaran hutan dapat dilakukan dengan efisien
sehingga didapat hasil yang optimal.
BAB II. DEFINISI SEKAT BAKAR
Sekat bakar adalah jalur yang dibersihkan dari bahan bakaran untuk mencegah
perambatan atau penyebaran api bila terjadi kebakaran.
Tujuan pembuatan sekat bakar untuk mencegah/menghalangi api agar tidak dapat
menjalar lebih luas ke bahan bakar/kawasan lainnya.
2m
8m
1,5 m
6m
SUNGAI
JALAN
JEMBATAN
Tanaman ini biasanya harus ditanam setahun sebelum penanaman pokok, sehingga
pada saat akan ditanami tanaman pokok sekat bakar ini dapat berfungsi.
Sekat bakar ini dibuat sebaiknya dengan lebar jalur minimal 15 m dengan jarak tanam
2x3 m mengelilingi areal yang di sekat.
D. Alat dan Cara Pembuatan Sekat Vegetatif
a. Alat yang digunakan
- Cangkul
- Parang
- Tali/meteran
Penyusunan petunjuk teknis pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan berlaku untuk umum,
meskipun dalam pelaksaannya tidak menutup kemungkinan adanya modifikasi yang bersifat
spesifik di lapangan.