Anda di halaman 1dari 3

BLOK ISLAM DISIPLIN ILMU APOTEKER

PROGRAM STUDI PROPESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Hasil Diskusi Studi Kasus Penerapan Kode Etik
Dan Sumpah Apoteker

OLEH:
MISRA 15120230067
KELOMPOK 1
KETUA : DEWI MANGGALA SARI (15120230051)
NOTULEN : MISRA (15120230067)
PRESENTER : ANDI MITRA (15120230071)
ANGGOTA : WA ODE NUR CHYA (15120230055)
MUTHMAINNAH (15120230075)
MASITA (15120230059)
AULIA FIKRIYANI HAMKA (15120230063)
TUTOR
Apt. MASDIANA TAHIR, S.Farm., M.Si

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
MAKASSAR
2023
Skenario 1

Kasus 1 : Seorang apoteker berpraktek di Apotek Sehat Farma sedang melayani

seorang remaja laki-laki berusia sekitar 16 tahun dengan keluhan batuk dan ingin

membeli obat batuk cair kemasan sachet (obat tersebut mengandung:

dekstrometorphan HBr, guaifenesin dan chlorpheniramin maleat) sebanyak 1 box (isi

30 bungkus). Apoteker meminta identitas remaja tersebut, kemudian hanya

memberikan 6 sachet.

Penyelesaian :

a. Tindakan Apoteker tersebut sudah benar yaitu Apoteker hanya memberikan 6

sachet dari 30 bungkus permintaan pasien. Namun sebaiknya Apoteker tetap

memberikan informasi kepada pasien tersebut terkait alasan obat tersebut

diberikan 6 sachet dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien yang

bersangkutan.

b. Kita ketahui bahwa obat batuk cair tersebut mengandung dekstrometorpan HBr

yang termasuk dalam obat obat tertentu yang masuk dalam narkotika golongan 3.

c. Tindakan Apoteker tersebut sesuai dengan kode etik pasal 3 yang berbunyi “Setiap

Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker

Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip

kemanusiaan dalam mejaksanakan kewajibannya”. Bersadarkan pasal 3 tersebut

bahwa Apoteker harus mengutamanakan keselamatan pasiennya.

Kasus 2 : Tidak lama kemudian datang seorang ibu (35 tahun) ingin membeli obat

ranitidin sebanyak 20 tablet dan obat flu yang mengandung pseudoefedrin 60 mg

tanpa resep dokter. Apoteker menggali informasi dan melayani obat ibu tersebut. Dan

untuk mengantisipasi jika diperiksa oleh Dinkes dan POM, apoteker membuat copy

resep sendiri 'resep putih' untuk melegalkan transaksi obat tersebut.


Penyelesaian :

a. Pada kasus 2 seorang Apoteker telah melanggarar poin 4 dari sumpah Apoteker

yang berbunyi “saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik - baiknya

sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian” berdasarkan

sumpah Apoteker tersebut, Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik

dengan melayani obat Pseudoefedrin tanpa resep dokter dan melayaninya dengan

membuat kopi serep sendiri untuk melegalkan resep tersebut.

b. Apoteker tersebut juga telah melanggar kode etik pada pasal 14 yang berbunyi

“Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya

kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain” dan

peraturan pemerintah No 51 tahun 2009 pasal 21 poin 2 yang berbunyi

“Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh

Apoteker” berdasarkan hal tersebut tindakan Apoteker pada kasus

diatasmelayani resep obat tanpa resep dari dokter dan membuat copy resep

sendiri.

c. Pada kasus diatas seorang ibu ingin membeli obat ranitidin sebanyak 20 tablet dan

Apotekernya memberikan obat tersebut. berdasarkan petunjuk bahwa pemberian

ranitidin maksimal hanya 10 tablet (satu strip).

Anda mungkin juga menyukai