Kel. 3 Akt Sektor Publik Pertemuan 14
Kel. 3 Akt Sektor Publik Pertemuan 14
AZZA FARADILA
WINA
RAHMATIKA AMALIYA
WIDIYARTI
NURJANATA MUSTICHA
(08040220141)
(08040220110) (08040220116)
TABLE OF CONTENTS
01 TEORI AKUNTANSI
DALAM AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
04 PROSEDUR
AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
DI INDONESIA
SISTEM AKUNTANSI
02 KEUANGAN SEKTOR
PUBLIK 05 AGENDA MASA
DEPAN
TEKNIK-TEKNIK AKUNTANSI
03 KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
DAN IMPLEMENTASINYA
01
TEORI AKUNTANSI
DALAM AKUNTANSI
SEKTOR PUBLIK
Teori akuntansi memiliki kaitan yang erat dengan
akuntansi keuangan, terutama pelaporan
keuangan kepada pihak eksternal. Suatu teori
perlu didukung oleh berbagai riset yang
didalamnya terdapat hipotesa yang diuji Menurut Mardiasmo, tujuan mempelajari
kebenarannya. teori akuntansi:
1. Memahami praktik akuntansi yang saat
ini ada.
2. Mempelajari kelemahan dan
kekurangan dari praktik yang saat ini
dilakukan.
3. Memperbaiki praktik akuntansi di masa
mendatang.
Pengembangan akuntansi sektor publik dilakukan
untuk memperbaiki kualitas praktik yang saat ini
ada, terkait dengan upaya meningkatkan kualitas
laporan keuangan sektor publik -> laporan
keuangan yang mampu menyajikan informasi
keuangan yang relevan dan reliable.
Untuk menghasilkan laporan keuangan yang reliable kendala yang
dihadapi akuntansi sektor publik, antara lain:
Ekonomis dalam
Konsistensi Penyajian Laporan
Keuangan
Akuntansi Anggaran
Akuntansi dana diadosi oleh organisasi nonprofit yang mempunyai arti dana
kas. Berikut pengertian dana mencakup (Sabeni dan Ghozali, 2008):
Kesatuan fiskal dan Terdapat sekumpulan Mempunyai tujuan Adanya ketentuan atau
kesatuan akuntansi rekening untuk penggunaan tertentu. peraturn perundang-
yang berdiri sendiri. mencatat mutasi kas undangan yang mengatur
dan sumber lainnya mengenai pembentukan
yang bersifat saling dana dan penggunaannya
berimbang. serta pembatas-
pembatasnya.
Terdapat dua macam dana yang bisa digunakan suatu
organisasi nonprofit (Mardiasmo, 2009):
1 2
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan pengeluaran
dicatat ketika kas dikeluarkan. Kelebihannya adalah mencerminkan pengeluaran yang
akrual, riil, dan objektif. Namun, GAAP tidak menganjurkan pencatatan dengan dasar kas
karena tidak dapat mencerminkan kinerja yang sesungguhnya. Dengan basis kas, tingkat
efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan, program, atau aktivitas tidak dapat diukur dengan
baik.
Akuntansi Akrual
Pengaplikasian basis akrual dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah untuk
menentukan cost of service dan charging of service, yaitu untuk mengetahui besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta menentukan harga
pelayanan yang dibebankan kepada publik (Mardiasmo, 2009 dan Mahmudi, 2006).
Akuntansi basis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan
kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban untuk membayarkan kas. Oleh karena itu,
dengan sistem ini pendapatan dan biaya diakui saat diperoleh atau terjadi, tanpa
memandang kas diterima atau dikeluarkan.
IMPLEMENTASI TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA: SEBUAH TELAAH
KRITIS
Teknik Akuntansi yang Digunakan dalam Sistem
Akuntansi Keuangan Pemerintah di Indonesia
Teknik-teknik diatas dapat digunakan secara bersama-sama. Begitu halnya dengan akuntansi
pemerintah di Indonesia yang menggunakan paling tidak empat teknik akuntansi, kecuali
akuntansi komitmen untuk tujuan yang berbeda-beda.
1. Akuntansi anggaran dilakukan masing-masing entitas akuntansi sebagaimana tertuang dalam PP No. 17
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa akuntansi anggaran
merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu
pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran diselenggarakan
setelah Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) disahkan oleh PPKD.
2. Penerapan akuntansi dana di Indonesia tidak lepas dari istilah “Keuangan Negara”. Pada dasarnya
penggunaan dana hanya diperbolehkan dalam batas yang telah diotorisasi untuk pengeluaran guna
tujuan tertentu (apropriasi). Seperti halnya di Indonesia, penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan
oleh pemerintah (eksekutif) harus mendapat persetujuan dewan perwakilan (legislatif) melalui
penetapan APBN/APBD setiap tahunnya.
3. Penerapan akuntansi kas dan akuntansi akrual dilakukan untuk tujuan pelaporan yang berbeda. Menurut
PP No. 24 Tahun 2005, sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia menggunakan basis kas menuju
akrual atau kombinasi antara keduanya. Diharapkan, di masa mendatang akuntansi pemerintahan di
Indonesia dapat menyelenggarakan akuntansi akrual secara penuh agar sesuai dengan GAAP yang
berlaku di akuntansi bisnis sehingga sejalan dengan teori dan praktik akuntansi yang umumnya dikenal
dan dipelajari semua pihak (Nugroho dkk, 2006).
Sistem Pencatatan Akuntansi Pemerintah di Indonesia
Halim dan Kusufi (2012) menyatakan bahwa ada beberapa macam sistem pencatatan akuntansi yang
dapat digunakan yaitu single entry, double entry, dan triple entry.
❑ Pada single entry (sistem tata buku tunggal), pencatatan transaksi ekonomi hanya dicatat sebanyak
satu kali saja. Sistem ini relatif mudah dan sederhana, akan tetapi alasan demi kemudahan dan
kepraktisan menjadi tidak relevan lagi (Mardiasmo, 2009). Dengan diterbitkannya PP No. 105
Tahun 2000 sistem akuntansi keuangan pemerintah di Indonesia berubah dari single entry ke double
entry.
❑ Pada pencatatan double entry (menjurnal) mengarah pada diberlakukannya sistem tata buku
berpasangan dengan melibatkan sisi debit sebelah kiri dan sisi kredit sebelah kanan. Konsekuensi
diterapkannya sistem ini adalah adanya persamaan dasar akuntansi dimana dalam konteks akuntansi
pemerintah, persamaan dasarnya untuk SAP Berbasis Kas Menuju Akrual adalah:
Aset + Belanja = Kewajiban + Ekuitas Dana + Pendapatan
Sedangkan, setelah diterapkannya SAP Berbasis Akrual persamaan dasar akuntansi pemerintahan
terbagi menjadi dua yaitu persamaan akuntansi untuk akuntansi finansial dan akuntansi
pelaksanaan anggaran. Berikut ini persamaannya:
Aset + Beban = Kewajiban + Ekuitas + Pendapatan-LO
Sedangkan persamaan dasar akuntansi pelaksanaan anggaran dapat dirumuskan:
Penerimaan – Pengeluaran = SiLPA
(Pendapatan-LRA + Penerimaan Pembiayaan) – (Belanja + Pengeluaran Pembiayaan) = SiLPA
❑ Pada sistem pencatatan triple entry merupakan pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan
sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Sementara
sistem double entry dijalankan, fungsi akuntansi pada unit kerja mencatat transaksi tersebut
pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berpengaruh pada sisa anggaran. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa sistem pencatatan akuntansi di Indonesia tetaplah
menggunakan double entry, karena pencatatan pada buku anggaran tidak dilakukan oleh fungsi
akuntansi di unit kerja, melainkan dilakukan oleh bendahara umum daerah di SKPKD (untuk
kasus keuangan daerah) dan bendahara penerimaan dan pengeluaran di unit kerja.
Dasar Akuntansi yang Digunakan
Kegiatan akuntansi pada unit kerja meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, aset, dan selain
kas. Menurut, Permendagri No. 13 Tahun 2006, empat kegiatan tersebut dijabarkan dalam empat
prosedur akuntansi yaitu (1) prosedur akuntansi penerimaan kas, (2) prosedur akuntansi
pengeluaran kas, (3) prosedur akuntansi selain kas, (4) prosedur akuntansi aset.
Istilah akuntansi barang telah menjadi istilah umum dalam
akuntansi pemerintah untuk membedakan pengelolaan keuangan
dengan pengelolaan barang. Dalam sistem dan prosedur
akuntansi, pengelolaan barang masuk dalam sistem dan prosedur
aset dan sebagian transaksi dalam sistem dan prosedur akuntansi
selain kas, seperti transaksi tukar-menukar aset tetap.
05
AGENDA MASA DEPAN
Berdasarkan uraian diatas tentu masih diperlukan
pengembangan dan perbaikan teknik dan prosedur
akuntansi untuk memperbaiki kualitas praktik
akuntansi yang akan mempengaruhi perbaikan
kualitas pelaporan keuangan yang dihasilkan.