Anda di halaman 1dari 2

Nilai Moral dan Agama Pemuda

Agama, Pemuda, Individualization

Tema Pembahasan Review:

1. keberagamaan anak muda


2. Nilai yang mempengaruhi perilaku anak muda
3. Moderasi keberagamaan pada anak muda
4. Faktor yang mempengaruhi religiusitas
5. "Religious individualisation" pada anak muda

Eksistensi teori sosiologi dalam mengkaji religiusitas pada kaum muda terutama menekankan pada
penurunan otoritas orang tua dan peningkatan pengaruh teman sebaya Menggabungkan teori-teori ini
menunjukkan bahwa religiusitas dapat meningkat atau menurun pada masa remaja, sehubungan dengan konteks
sosial di mana berbagai proses mental berkembang atau sedang berlangsung. Meskipun pengalaman remaja
rata-rata dapat menyebabkan penurunan religiusitas, akan ada juga subkelompok anak muda yang menarik yang
mempertahankan atau meningkatkan religiusitas pribadi mereka. Misalnya beberapa anak muda di desa saya,
banyak dari mereka melakukan aktivitas keagamaan seperti mengikuti dan mendengarkan ceramah dari syeh
terkenal yang diadakan dalam rangka acara-acara tertentu seperti acara maulid nabi, isra'miraj, halal bihalal, dan
lain sebagainya. Sedangkan pemuda yang cenderung melakukan aktivitas yang menyebabkan penurunan
religiusitas biasanya terdapat pada anak muda yang sering berkumpul bersama dengan geng-geng mereka untuk
sekedar menongkrong di sebuah tempat.

Nilai merupakan bagian dari aspek budaya yang di internalisasi oleh anggota masyarakat. Meski demikian,
nilai tidak hanya mencerminkan nilai-nilai masyarakat pada waktu tertentu, tetapi juga sub kelompok dimana
seorang individu menjadi anghota dalam suatu institusi. Variasi nilai yang remaja dan dewasa muda terima
dibedakan diantaranya keluarga, kelompok agama dan ras atau etnis, serta perbedaan dalam realitas kehidupan
yang terkait dengan gender.

● Keluarga : keluarga memang merupakan agen sosialisasi yang pertama, termasuk dalam belajar dan
menginternalisasi nilai. Dalam hal ini, orangtua mengharapkan apa yang mereka berikan seperti ilmu dan
nilai dapat membuat anak mereka menjadi seseorang yang sukes, dan hal tersebut bisa dimulai dari
prestasi.
● Kelompok agama, ras atau etnis : Seperti halnya dengan ras atau etnis, studi yang berkaitan dengan status
latar belakang sosial ekonomi remaja dan dewasa muda mencakup nilai-nilai yang berkaitan dengan
materialisme, dan kepedulian kaum muda dengan fitur pekerjaan material seperti gaji dan keamanan. Hak
tersebut secara tidak langsung akan mengacu pada tradisi kerja dalam stratifikasi sosial. Dimana Kohn dkk,
berpendapat bahwa sosioekonomi keluarga akan berpengaruh terhadap nilai-nilai yang dianut remaja.
Contohnya seorang anak dari keluarga kelas sosial atas, biasanya terpenuhi dalam dukungan sosial dan
ekonominya--sehingga anak memungkinkan anak tersebut memiliki peluang yang lebih besar, misalnya
dalam hal pekerjaan.
● Jenis Kelamin : Studi umumnya mendukung gagasan bahwa anak perempuan memiliki nilai materialistik
yang lebih lemah dan nilai pro-sosial yang lebih kuat yang memperhatikan kesejahteraan orang lain
dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini dikarenakan karena anak perempuan cenderung lebih memiliki
tujuan dan makna hidup yang baik, serta mencari pekerjaan yang dapat mengaktualisasi diri. Namun,
selama tahap transisi menuju dewasa menunjukkan dua pola: pertama, bahwa perbedaan gender tumbuh
selama masa remaja tetapi menyempit lagi saat orang muda beranjak dewasa. Kedua, bahwa perbedaan
gender seperti itu mungkin lebih kecil atau tidak ada sama sekali di kalangan minoritas.

Anda mungkin juga menyukai