DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
1. Amalia Mawar Fardani (PO714211232003)
2. Indah Purnamasari (PO714211232013)
3. Nurul Ainul Yaqin Natsir (PO714211232025)
4. Siti Husaema (PO714211232035)
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 Sistem Reproduksi Perempuan......................................................................................................3
A. ORGAN GENITALIA EKSTERNA...........................................................................................3
B. ORGAN GENITALIA INTERNA..............................................................................................4
1.2 Penyakit Menular Seksual dan Imunologi.....................................................................................7
1) Penyakit Menular Seksual............................................................................................................7
2) Imunologi....................................................................................................................................7
3) Patofisiologi infeksi.....................................................................................................................8
4) Gambaran infeksi inflamasi (peradangan)...................................................................................9
BAB II......................................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................10
2.1 PERADANGAN PADA ORGAN GENITALIA WANITA............................................................10
Peradangan Pada Vulva.....................................................................................................................10
Peradangan Pada Vagina dan Serviks................................................................................................13
Peradangan Pada Korpus Uteri..........................................................................................................14
Peradangan Pada Adneksa dan Jaringan di Sekitarnya......................................................................15
2.2 INFEKSI PADA ORGAN GENITALIA WANITA........................................................................18
Infeksi Menular Seksual (IMS)..........................................................................................................18
2.3 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. L AKSEPTOR AKDR DENGAN VAGINITIS.............28
BAB III.....................................................................................................................................................29
KESIMPULAN........................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Gambar 1. Organ genitalia eksterna pada perempuan
4
B. ORGAN GENITALIA INTERNA
Organ genitalia interna adalah bagian yang berada di dalam ruang panggul perempuan
dan tidak dapat dilihat dari luar. Organ genitalia interna terdiri dari ovarium (indung telur),
fimbriae, tuba falopii (saluran telur), uterus (rahim) dan vagina.
Vagina
Vagina (liang kemaluan) Adalah liang atau saluran yang menghubungkan vulva dan rahim,
terletak diantara kandung kencing dan rectum. Dinding depan vagina panjangnya 7-9 cm dan
dinding belakang 9-11 cm. dinding vagina berlipat-lipat yang berjalan sirkuler dan disebut rugae,
sedangkan ditengahnya ada bagian yang lebih keras disebut kolumna rugarum. Dinding vagina
terdiri atas empat lapisan :
a. Lapisan dalam epitel skuamosa, membentuk lipatan atau rugae yang memungkinkan
vagina menggembang luas sehingga janin dapat lewat
b. Lapisan jaringan ikat yang berisi pembuluh darah
c. Lapisan otot yang terdiri atas lapisan otot longitudinal di luar dan lapisan otot sirkuler di
sebelah dalam
d. Lapisan luar jaringan ikat, berhubungna dengan organ-organ lain dalam panggul,
termasuk pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut saraf
Dinding vagina tidak memiliki kelenjar, namun kelembapannya di jaga oleh sekret kelenjar
servikal dan adanya rembesan cairan dari kapiler darah. pH cairan ini asam yaitu 3,8-4,5, dan
berfungsi untuk menjagakuman komensal vagina yaitu basil Doderlein. Kuman komensal ini
memakan glikogen, yang terdapat di dinding vagina, dan mengubahnya menjadi asam
laktatsehingga melindungi vagina dan genitalia in ternal lainnya dari infeksi. Kadar glikogen
juga turut berubah mengikuti kadar hormon ovarium. Keseimbangna asam ini dapat terganggu
saat kehamilan, sebelum pubertas, selama dan setelah menepous, sehingga menyebabkan
mikroorganisme patogen berkembang dengan mudah dan meningkatkan kemungkinan infeksi
vagina. Di depan vagina, terdapat kandung kemih dan uretra. Di belakang vagina setinggi
serviks, terdapat ruang peritonium, di sebut kavum Douglas. Di belakang dinding posterior
vagina juga terdapat rektum. Korpus perineal, yang menyangga organ panggul, terletak di bawah
introitus vagina. Suplai darah vagina berasal dari arterihemoroidales media, arteri uterina, dan
5
arteri vaginalis, yang semuanya ini merupakan cabang arteri iliaka internal. Aliran vena berjalan
menuju vena iliaka internal. Persarafan vagina berasal dari pleksus sekral dan saraf pudendal.
Aliran limfe berjalan menuju nodus limfe ilaka dan nodus limfe inguinal.
Fungsi penting vagina adalah :
a. Saluran keluar untuk mengalirkan darah haid dan sekret lain dari rahim
b. Alat untuk bersenggama
c. Jalan lahir pada waktu bersalin
Uterus
Uterus berbentuk seperti buah alpukat , sebesar telur ayam yang berongga, dindingnya terdiri
dari otot polos. Uterus berukuran panjang 7 – 7,5 cm, lebar 5,25 cm, tebal 2,5 cm dan tebal
dinding 1,25 cm. secara fisiologis uterus dalam keadaan anteversiofleksi (serviks kedepan dan
memebentuk sudut dengan vagina, demikian juga korpus uteri kedepan dan membentuk sudut
dengan serviks uteri). Uterus terdiri dari:
a. Endometrium, terdiri dari epitel kubik, kelenjar – kelenjar dan jaringan dengan banyak
pembuluh darah. Endomeptrium melapisi seluruh cavum uteri dan mempunyai arti
penting dalam siklus haid wanita.
b. Miometrium yang terdiri dari otot polos
c. Perimetrium. Lapisan otot polos sebelah dalam berbentuk sirkuler, bagian tengah
berbentuk obliq dan bagian luar berbentuk longitudinal, seluruh lapisan ini sangat penting
dalam persalinan karena setelah plasenta lahir bagian ini berkontraksi untuk menjepit
pembuluh darah.
Serviks adalah bagian yang menghubungkan antara vagina dan uterus, serviks memiliki beberapa
bagian yaitu :
a. Pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan portio.
b. Pars supravaginalisservisis uteri adalah bagian serviks yang terdapat diatas vagina
Saluran yang terdapat di serviks dikenal kanalis servikalis berbentuk saluran dengan
panjang 2.5 cm. pintu saluran serviks sebelah dalam disebut dengan ostium uteri
internum dan bagian luar disebut dengan ostium uteri eksternum.
Tuba Falopii
Pangkal tuba falopii terletak di fundus uteri, terdiri dari:
a. Pars interstisialis yang terletak di pangkal tuba.
b. Pars ismika merupakan baguan yang agak melebar, sebagai tempat konsepsi.
c. Infudibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kea rah abdomen dan mempunyai fimbria
yang berfungsi menangkap telur yang sudah matang untuk dibawa ke dalam tuba.
Otot dinding tuba bagian luar berbentuk longitudinal dan bagian dalam berbentuk sirkuler.
Dalam saluran tuba terdapat selaput yang berlipat – lipat dengan sel yangbersekresi dan
bersilia yang berfungsi untuk menyalurkan telur hasil konsepsi kedalam kavum uteri.
6
Ovarium
Setiap wanita memiliki dua ovarium dengan ukuran sebesar ibu jari tangan dengan panjang kira
– kira 4 cm, tebal 1,5 cm. Pinggir atasnya berhubungan dengan mesovarium tempat banyak
pembuluh darah dan serabut saraf. Ovarium terdiri dari bagian luar (korteks) dan bagian dalam
(medulla). Pada korteks terdapat folikel-folikel primordial kira-kira 100.000 setiap bulan satu
folikel akan matang dan keluar, kadang keluar 2 sekaligus secara bersamaan, folikel primer ini
akan menjadi folikel de graaf. Pada medulla terdapat pembuluh darah, urat saraf, dan pembuluh
lympha. Fungsi ovarium adalah:
a. Mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone.
b. Mengeluarkan telur setiap bulan.
7
4. Melindungi diri dari invasi bakteri dan parasit yang mungkin merupakan ancaman
terbesar untuk manusia.
5. Regulasi integritas. Varian atau mutan terjadi oleh kontaminasi virus dan modifikasi
oleh bahan kimia. Sel membagi diri tidak sempurna sehingga terjadi duplikasi DNA.
Sel varian mungkin hanya mengambil ruang dan makanan, tetapi sel tersebut dapat
berpoliferasi tanpa kontrol, menjadi neoplasma dan mengancam integrase pejamu.
Ancaman punah merupakan tekanan evolusi yang terutama berperan dalam
perkembangan sistem imun (Arifah, 2017).
b) Pengertian Imunitas
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Gabungan sel, molekul dan
jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut system imun. Reaksi yang
dikoordinasi sel-sel, molekul-molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba disebut respon imun.
Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat
ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup (Karnen, 2012).
Mikroba dapat hidup ektrakurikuler, melepas enzim dan menggunakan makanan yang
banyak mengandung gizi yang diperlukan. Mikroba lain menginfeksi sel penjamu dan
berkembang biak intraseluler dengan menggunakan sumber energy sel penjamu. Baik mikroba
ektrakurikuler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan penyakit dan
kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna untuk penjamu (Arifah,
2017).
3) Patofisiologi infeksi
Reaksi pertama pada infeksi adalah reaksi umum yang melibatkan susunan saraf dan
system hormon yang menyebabkan perubahan metabolik. Pada saat itu terjadi reaksi jaringan
limforetikularis di seluruh tubuh berupa poliferasi sel fagosit dan sel pembuat antibody (limfosit
B).
Reaksi kedua merupakan reaksi lokal yang disebut inflamasi akut. Reksi ini terus
berlangsung selama masih terjadi pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab kerusakan
jaringan bisa diberantas, sisa jaringan yang rusak disebut debris. Debris akan difagositosis dan
8
dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel
fagosit kadang berlebihan, sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam satu rongga
membentuk abses atau tertumpuk di sel jaringan tubuh lain membentuk flegmon (Sarwono,
1995).
Trauma yang hebat, berlebihan dan terus-menerus menimbulkan reaksi tubuh yang juga
berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi
vaskuler untuk mengganti jaringan yang rusak. Fase ini disebut fase organisasi. Bila dalam fase
ini pengrusakan jaringan berhenti, akan terjadi fase penyembuhan melalui pembentukan jaringan
granulasi (Arifah, 2017).
4) Gambaran infeksi inflamasi (peradangan)
Terdapat tiga tingkatan radang yaitu inflamasi akut, sub akut dan kronik. Gambaran klinis
inflamasi akut memperlihatkan tanda rubor dan kalor akibat vasodilatasi, serta tumor akibat
eksudasi. Ujung saraf perasa akan terangsang oleh peradangan sehingga timbul dolor. Nyeri dan
pembengkakan akan meyebabkan gangguan faal. Kelima gejala ini dikenal dengan nama gejala
cardinal dari Celcius (Arifah, 2017).
Abses akibat radang akut berat yang terletak dekat permukaan ditandai dengan adanya
fluktuasi, sedangkan flegmon yang sering ditemukan di jaringan subkutis ditandai oleh
pembengkakan difus yang merah dan sangat nyeri. Pada keduanya biasanya didapati demam
Abses dapat pecah oleh adanya nekrosis jaringan dan kulit diatasnya.
Fase inflamasi akut dapat diikuti oleh radang kronik. Inflamasi akut atau kronis yang
berada di permukaan kulit atau mukosa dapat menyebabkan kerusakan epitel yang disebut tukak
atau ulkus. Kadang pusat infeksi atau radang berada jauh dibawah kulit sehingga nanah akan
keluar melalui jalan khusus yang terbentuk pada jaringan yang paling lemah. Jalan khusus ini
disebut fistel atau sinus.
Tubuh akan berusaha membatasi infeksi ini dengan mengaktifkan jaringan limfoid
sehingga terjadi radang akut kelenjar limfa (limfadenitis) regional. Bila yang masuk kuman
virulensi tinggi, atau keadaan tubuh sedang lemah, kuman dapat masuk ke pembuluh darah dan
terbawa kedalam aliran darah, kemudian berkembang biak dan masuk keseluruh jaringan tubuh
menyebabkan septisemia (Sarwono, 1995).
Radang pada genitalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis, dan vulva vaginitis.
Bartolinitis merupakan infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya
disebabkan oleh : Virus (kondiloma akuminata dan herpes simpleks), jamur (candida albikan),
protozoa (amobiasis dan trikomoniasis) dan bakteri (neiseria gonorrhea).
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah peradangan pada
vulva dan vagina. Penyebabnya adalah bakteri (misalnya klamidia, gonokokus), jamur ( misalnya
candida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai vulvovaginits adalah
iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina.
9
Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya : gatal – gatal (45-58%) siekitar daerah labia
mayora (bibir vagina besar), labia minor ( bibir vagina kecil), dan daerah perineal (daerah
perbatasan antara vagina dan anus) kemerahan dan rasa seperti terbakar pada kulit (82%) rasa
tidak nyaman pada kulit terutama pada saat atau setelah buang air kecil banyaknya lender yang
keluar dari vagina (62-92%).
BAB II
PEMBAHASAN
10
bokong, putih / (krim atau
genitalia keabu- lotion)
eksterna abuan, 5. Permethri
berbentuk n 5%
garis lurus - Semua
atau pakaian 3
berkelok, hari
rata – rata terakhir
Panjang 1 dicuci
cm, pada bersih
ujung dengan
terowonga mengguna
n kan air
ditemukan panas.
papul atau - Semua
veiskel karpet,
4. Menemuk sofa,
an tungau selimut,
Diagnosis scabies Kasur
jika 2 dari 4 dicuci atau
cardinal sign dijemur
positif. dibawah
Lesi kulit berupa sinar
papul atau matahari.
vesikel.
Bila timbul
infeksi sekunder,
ruam kulit
menjadi polimorf
(pustul,
ekskoriasi,dll).
Jika digaruk akan
timbul erosi,
ekskoriasi, krusta,
dan infeksi
sekunder.
Moloskum Virus - Kontak Pubis dan Papul berbentuk - Mengeluar
Kontangios Moloskum dekat genitalia bulat mirip kubah, kan badan
um Kontangio (seksua eksterna berbentuk miliar moloskum
sum l / non hingga lentikular, - Eksisi
seksual berwarna putih nodul
) seperti lilin,pada dengan
- Otoino bagian tengah kuret
kulasi terdapat lekukan. dermal
Jika dipijat akan - Mengobati
tampak keluar dasarnya
11
massa yang dengan
berwarna putih asam
(badan trikloroase
moloskum) tat
- Krioterapi
dengan
nitrogen
cair
12
Peradangan Pada Vagina dan Serviks
13
kuning 2x500
kehijauan, mg/
berbuih dan hari,
berbau. per oral
Dinding selama
vagina 7 hari.
tampak
kemerahan
dan sembab.
Terdapat
gambaran
Strawberry
Appearance.
- Kasus kronik
: gejala
ringan &
secret vagina
tidak
berbusa.
14
perdarah terutama
an bila ada
vaginal vaginosis
intermen bacterial
strual, - Jika
perdarah terkait
an pasca dengan
senggam PID akut
a, terapi
menorar harus
gia, focus pada
nyeri organism
tumpul penyebab
terus utama
menerus termasuk
pada N.
perut gonorrhea
bagian e dan
bawah. C.trachom
atis
16
histopatol
ogis
endometrit
is
- USG
transversal
atau MRI
memperlih
atkan tuba
menebal
penuh
berisi
cairan
dengan
atau tanpa
cairan
bebas di
panggul
atau
kompleks
tuba-
ovarial
(misalnya
hiperemi
tuba)
- Hasil
pemeriksa
an
laparosko
pi yang
konsisten
dengan
PID
17
2.2 INFEKSI PADA ORGAN GENITALIA WANITA
18
perdara lain :
han Kanamisin
uterus 2 gr IM,
abnorm dosis
al, tunggal,
dysuria ATAU
. Jika Tiamfenikol
infeksi 3,5 gr, oral,
mengen dosis
ai tunggal,
genitali ATAU
a Ceftriaxone
bagian 250 mg, IM,
atas dosis
akan tunggal
menyeb
abkan
penyaki
t
radang
panggu
l
19
pemben
tukan
vesikel
berkelo
mpok
- Vesikel
yang
pecah
akan
membe
ntuk
ulkus
yang
dangkal
dan
terasa
nyeri.
Keluhan
berlangsung
selama kurang
lebih 14 hari
dan memuncak
sekitar hari ke-
7
Chancroid Haemophyl Melalui - Masa Ciprofloxac
us duceryl hubungan inkubas in 2x500
seksual i mg/hari, per
pendek, oral, selama
berkisa 3 hari
r antara ATAU
3–7 Eritromisin
hari 4x500
- Gejala mg/hari, per
prodro oral, selama
mal (-) 7 hari
- Lesi ATAU
diawali Azitromisin
dengan 1gr, per
papul oral, dosis
inflama tunggal
si yang ATAU
berkem Ceftriaxone
bang 250 mg,
menjad injeksi IM,
i ulkus dosis
yang tunggal
20
sangat
nyeri
dalam
1–2
hari
- Ulkus
multipe
l,
dangkal
, dan
tidak
terdapa
t
induras
i
- Bagian
tepi
bergau
ng,
rapuh,
tidak
rata,
kulit
atau
mukosa
sekelili
ng
ulkus
eriteme
tosa
Limfogran Chlamydia Melalui - Masa Doksisiklin
uloma trachomatis hubungan inkubas 2x100
Venereum seksual i 4 – 21 mg/hari, per
hari oral, selama
- Infeksi 1 hari
primer ATAU
berupa Eritromisin
ulkus 4x500 mg/
kecil hari, per
(2-3 oral, selama
mm), 14 hari
dangkal
, tidak
terasa
nyeri,
sembuh
21
dengan
cepat
dan
spontan
- Fase
sekund
er
mulai 1
–4
minggu
kemudi
an dan
ditanda
i
dengan
adenop
ati
yang
terasa
nyeri di
daerah
inguina
l dan
perirekt
al yang
dapat
bergab
ung
menjad
i 1 dan
membe
sar,
membe
ntuk
pemben
gkakan
kelenja
r limfe.
Dapat
pula
terjadi
keluhan
sistemi
k.
- Fase
tersier
22
ditanda
i oleh
rupture
dan
drainas
e
pemben
gkakan
kelenja
r limfe
membe
ntuk
sinus.
Dapat
terjadi
kerusak
an
jaringa
n yang
luas.
Sifilis Treponema Melalui - Sifilis Sifilis
pallidum hubungan primer stadium
seksual : 1&2 :
ditanda - Obat
i yang
dengan dianj
ulkus urka
keras n:
dan Ben
tidak zatin
terasa -
nyeri benz
yang ilpen
biasany isilin
a 2,4
soliter juta
dan IU,
timbul dosi
di s
vulva, tung
vagina, gal,
atau injek
serviks. si
Dapat IM.
terjadi - Obat
lesi pilih
23
ekstrog an
enital. lain
Ulkus :
sembuh peni
secara silin
spontan prok
. ain
Terjadi injek
adenop si
ati IM
regiona 600.
l yang 000
tidak IU/h
nyeri ari
tekan. sela
- Sifilis ma
sekund 10
er : hari.
merupa - Aler
kan gi
penyaki peni
t silin
sistemi dan
k yang tidak
terjadi hami
setelah l:
penyeb doks
aran isikli
hemato n
gen 2x10
organis 0
me dari mg/
6 hari
minggu per
–6 oral
bulan sela
setelah ma
ulkus 30
primer. hari
Ada AT
banyak AU
manifes Eritr
tasi omis
termasu in
k ruam 4x50
makulo 0
24
papular mg/
yang hari
klasik sela
di ma
telapak 30
tangan hari
dan
telapak
kaki.
Di
vulva
dapat
timbul
bercak
–
bercak
mukosa
dan
kondilo
ma lata,
lesi
putih
abu –
abu
yang
mening
gi dan
besar.
Biasan
ya
tidak
terasa
nyeri
dan
mungki
n juga
disertai
dengan
adenop
ati
yang
tidak
terasa
nyeri.
- Sifilis
tersier
25
: terjadi
pada
1/3
pasien
yang
tidak
diobati
atau
diobati
tidak
sempur
na.
Penyak
it ini
dapat
mengen
ai
system
kardiov
askular,
saraf
pusat
dan
muskol
oskelet
al
sehingg
a
menim
bulkan
berbaga
i
ganggu
an
misalny
a
aneuris
ma
aorta,
tabes
dorsalis
,
paralisi
s
general
isata,
26
peruba
han
status
mental,
guma
pada
kulit
dan
tulang,
dll.
27
berindu semua lesi
rasi, sembuh
berbata sempurna.
s tegas,
tanpa
rasa
nyeri
dan
mudah
berdara
h
S : Ny. L akseptor AKDR setelah 1 tahun pemasangan mengalami keputihan yang berbau, gatal,
dan panas di sekitar alat genitalia. Siklus menstruasi teratur setiap bulan, menarche pada umur 13
tahun, siklus 28 hari, lamanya 6-7 hari, keluhan–keluhan yang dirasakan pada waktu menstruasi
adalah nyeri saat menstruasi hari pertama.
O : Pada pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna kuning kehijauan, berbau, tidak ada
tanda-tanda infeksi, tidak ada perdarahan, tidak ada varices, tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran kelenjar bartholini. Pemeriksaan inspekulo yang dilakukan diperoleh hasil benang
IUD tampak, terdapat keputihan yang banyak, tidak ada erosi porsio.
A : Ny. L G0P1A0 umur 35 tahun akseptor AKDR mengalami keputihan abnormal (vaginitis)
P : Asuhan yang diberikan pada Ny. L
- Memberikan penjelasan tentang keputihan yang dialami
- Mengajarkan ibu cara vulva hygiene yang benar
- Tidak menggunakan celana dalam dan celana panjang yang ketat
- Tidak menggunakan celana dalam yang basah dan tidak menyerap keringat
- Istirahat yang cukup
- Tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan
- Tidak menggunakan pembalut sampai terasa basah dan lembab
- Tidak menggunakan sabun yang terdapat parfum,
- Mengontrol stress
- Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang cukup
- Menerapkan cara berhubungan intim yang aman, seperti menggunakan kondom dan tidak
bergonta-ganti pasangan
28
Untuk pemberian terapi oral pasien dianjurkan untuk berkonsultasi langsung ke dokter
spesialis Obgyn.
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh,
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan
dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang
berhubungan dengan fungsi dan proses sistem reproduksi. Alat reproduksi merupakan salah satu
organ tubuh yang sensitif dan memerlukan perawatan khusus. Pengetahuan dan perawatan yang
baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi.
Peradangan vagina, Vaginistis atau radang vagina bisa dipicu oleh infeksi kuman, atau
reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu. Infeksi yang paling sering menyebabkan radang di
bagian ini antara lain Tricomoniasis, Vaginosis Bakterial dan infeksi jamur Candidiasis.
Vaginistis sangat mengganggu karena bisa menyebabkan gatal-gatal hingga iritasi. Dampak dari
vaginitis juga bisa terjadi peningkatan keretanan terhadap infeksi HIV, kanker serviks, dan
kemungkinan infertilitas (mandul).
Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik yang masih gadis maupun yang telah
menikah. Di luar vaginitis, organ intim tersebut memang normalnya mengeluarkan cairan,
lingkungan dalam vagina memiliki kadar keasaman (pH) normalnya berkisar 3,5 – 4,5. Pada
keadaan tak normal pH diatas 4,5. Akibatnya, mudah terkena infeksi atau peradangan atau juga
disebut vaginitis.
Vaginitis dapat menghasilkan cairan, gatal dan nyeri dan seringkali dihubungkan dengan
iritasi atau infeksi pada vulva, biasanya karena infeksi. Tiga jenis bakteri utama dari vaginitis
adalah bakterial vaginosis (BV), kandidiasis vagina, dan trikomoniasis. Seorang wanita mungkin
memiliki kombinasi dari infeksi vagina pada satu waktu. Gejala-gejala yang timbul bervariasi
sesuai dengan bakteri yang menginfeksi, meskipun ada gejala umum bahwa semua infeksi
vaginitis miliki tanda peradangan atau bahkan dapat asymptomatic.
Vaginitis dapat juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan remaja putri tentang
perawatan genetalia seperti cara mencebok yang benar yaitu dari arah depan ke belakang, hal ini
dilakukan untuk mencegah berpindahnya kuman-kuman dari anus ke vagina, memakai pembilas
secara berlebihan, menggunakan celana dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti
celana dalam. Vaginitis terjadi ketika flora vagina terganggu oleh adanya mikroorganisme
patogen atau perubahan lingkungan vagina yang memungkinkan mikroorganisme berkembang
29
biak/berproliferasi. Iritasi perineal (vulvovaginitis) pada remaja umumnya terjadi karena perineal
hygiene yang tidak adekuat.
Jadi, pengetahuan dan perilaku dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna merupakan
faktor penting dalam pencegahan kejadian vaginitis. Oleh sebab itu, perlu diketahui remaja putri
bahwa menjaga kesehatan reproduksi khususnya pada alat kelamin bagian luar merupakan satu
hal yang sangat penting, untuk menghindari masuknya bakteri, jamur, kuman ke dalam vagina
dan mencegah terjadinya vaginitis. Sebagai tenaga kesehatan diharapakan memberikan
penyuluhan serta menghimbau dan mengajak para remaja untuk membuka mediacetak untuk
menambah wawasan dan website untuk mengetahui berita terkini tentang kesehatan reproduksi
serta masalahnya guna mensejahterakan kesehatan reproduksi remaja.
30
DAFTAR PUSTAKA
31