Anda di halaman 1dari 16

Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan {97

NATURALISME
(Pemikiran Alamiyah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan)

Muhammad Syarif
Dosen Fakultas Agama Islam
Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh
Email; muhammad.syarif@serambimekkah.ac.id

ABSTRAK

Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya pembawaan


dan juga milieu (lingkungan). Aliran naturaalisme memandang bahwa
anak diciptakan oleh penciptanya itu baik sedangkan lingkungan itu
buruk. Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran filsafat
naturalisme memandang bahwa sekolah merupakan hal utama yang
akan mengembangkan proses belajar tiap peserta didik untuk dapat
menemukan dan mengembangkan kepribadiannya dengan
memperhatikan karakteristik dan perkembangan alam yang ada pada
drinya sendiri. Islam memandang aliran naturalisme adalah aliran
yang memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan
berpikir untuk kembali kepada pencipta-Nya, dalam hal ini implikasi
di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi
kepada prinsip keTuhanan.

Kata Kunci: Naturalisme, Materialistik dan Pluralistik dalam Pendidikan


98}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

A. Pendahuluan
Berbagai aliran filsafat ini memengaruhi berbagai bidang
dalam kehidupan termasuk bidang pendidikan. Pendidikan
merupakan wadah yang memiliki peranan penting dalam
pembentukan karakter seseorang, baik pendidikan dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan pendidikan formal.
Jhon S. Brubacher, seorang Professor di bidang Sejarah dan
Filsafat Pendidikan dari Universitas Yale Amerika Serikat
menyebutkan bahwa persoalan-persoalan pendidikan sudah sejak
dahulu kala telah memiliki keterikatan yang sangat erat (closely inter-
related) dengan persoalan-persoalan filsafat.1
Banyak hal yang menyebabkan persoalan pendidikan memiliki
keterikatan dengan filsafat. Salah satunya adalah pendidikan selalu
berusaha membentuk kepribadian manusia sebagai subyek sekaligus
obyek pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan dihadapkan pada
perumusan tujuan yang akan dicapai seseorang setelah pendidikan itu
berlangsung. Setiap rumusan tujuan pendidikan selalu berupaya
menjangkau kawasan paling ideal dan baik seperti; mandiri dan
berguna (UU No. 20 Tahun 2003), dewasa (Langevel), atau insan kamil
(Atiyah al-Abrasy). Formulasi tujuan pendidikan merupakan
persoalan yang mendasar dan dalam, sehingga tidak mungkin dapat
dirumuskan dan terjawab oleh analisis ilmiah yang dangkal, tetapi
memerlukan analisis dan pemikiran filosofis.
Selain persoalan tujuan, seluruh aspek dalam pendidikan
mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
membutuhkan pemikiran filosofis. Dari sini juga kemudian lahir

1John
S. Brubacher, A History of the Problems of Education, (New York:
McGraw-Hill Book Company, 1947), hal. 96.
Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan {99

aliran-aliran pemikiran dalam filsafat pendidikan. Salah satu di antara


beberapa aliran filsafat pendidikan tersebut adalah Naturalisme.
Apa saja pemikiran filsafat Naturalisme di bidang pendidikan?
Lantas Bagaimana mengpalikasikan pemikiran filsafat Naturalisme
tersebut dalam pendidikan Islam? Dua pertanyaan ini layak
dialamatkan kepada aliran filsafat pendidikan ini.

B. Pengertian dan Pandangan J.J. Rousseau Tentang Naturalisme


Naturalisme berasal dari kata “natura”2 yang berarti alami dan
“isme” berarti paham. Aliran ini dipelopori oleh J.J.Rousseau.3 Aliran
ini menjelaskan bahwasanya segala sesuatu yang alamiah

2Sebutan yang diberikan pada pandangan filosofis yang


memberikaan suatu peranan menentukan atau bahkan suatu peran eksklusif
kepada alam. Perhatian khusus dalam sistem ini ialah oposisinya terhadap
roh dan tata adikodrati. (Loren Bagus, Kamus Filafat, Jakarta: Gramidia
Pustaka Utama, 2000, hal. 688)
3Jean Jacques Rousseau (lahir di Jenewa, Swiss, 28 Juni 1712 –
meninggal di Ermenonville, Oise, Perancis, 2 Juli 1778 pada umur 66 tahun)
adalah seorang tokoh filosofi besar, penulis dan komposer pada abad
pencerahan. Pemikiran filosofinya memengaruhi revolusi Prancis,
perkembangan politika modern dan dasar pemikiran edukasi. Karya
novelnya, Emile, atau On Education yang dinilai merupakan karyanya yang
terpenting adalah tulisan kunci pada pokok pendidikan kewarganegaraan
yang seutuhnya. Julie, ou la nouvelle Héloïse, novel sentimental tulisannya
adalah karya penting yang mendorong pengembangan era pre-romanticism
dan romanticism di bidang tulisan fiksi. Karya autobiografi Rousseau adalah:
'Confession', yang menginisiasi bentuk tulisan autobiografi modern,
dan Reveries of a Solitary Walker (seiring dengan karya Lessing and Goethe in
German dan Richardson and Sterne in English), adalah contoh utama gerakan
akhir abad ke 18 "Age of Sensibility", yang memfokus pada masalah
subjectivitas dan introspeksi yang mengkarakterisasi era modern. Rousseau
juga menulis dua drama dan dua opera dan menyumbangkan kontribusi
penting dibidang musik sebagai teorist. Pada periode revolusi Prancis,
Rousseau adalah filsafat terpopuler di antara anggota Jacobin Club. Dia
dimasukan sebagai pahlawan nasional di Panthéon Paris, pada tahun 1794,
enam belas tahun setelah kematiannya. (Rasjidi, Persoalan-Persoalan
Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang 1984, hal. 49)
100}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

(pembawaan) cenderung baik sehingga pendidikan internal adalah


pendidikan yang paling baik sedangkan pendidikan eksternal
memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan
anak.4
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya
pembawaan dan juga milieu (lingkungan). Namun demikian, ada dua
pandangan besar mengenai hal ini. Pertama disampaikan oleh
Rousseau yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia baik,
namun jika ada yang jahat, itu karena terpengaruh oleh
lingkungannya. Kedua, disampaikan oleh Mensius yang berpendapat
bahwa pada dasarnya manusia itu jahat. Ia menjadi manusia yang baik
karena bergaul dengan lingkungannya.5 Dua pendapat ini jelas
memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Satu sisi memandang sisi
jahat manusia bersumber dari lingkungan, sementara pendapat lain
menyatakan bahwa sisi jahat itu sendiri yang justru berada pada diri
manusia. Namun, jika memperhatikan dua pendapat ini memiliki sisi
kebenaran yang sama jika ditilik dari sudut genetis. Memang, jika
melihat faktor ini. Manusia yang secara genetis tidak baik, maka ia
akan menjadi manusia yang seperti ini, begitupun sebaliknya.
Teori ini mengatakan bahwa setiap anak yang baru lahir pada
hakikatnya memiliki pembawaan baik, namun pembawaan baik itu
dapat berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan.

4Idarmaningtyas,Edi Subhan, Fahmi Panimbang, Melawan liberalism


Pendidikan, (Surabaya: Madani Wisma Kalimitro, 2014), hal. 78.
5Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1991), hal. 296.


Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{101

Lingkungan dapat berupa lingkungan keluarga, sekolah ataupun


masyarakat.6 Aliran ini juga dikenal sebagai aliran Negativisme.7
Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam dan
segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan
manusia. Seorang anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak
yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam. Kekuatan
alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara
alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue
menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang
mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling
tepat menjadi guru.8

6Kelvin Seifert , pedoman pembelajaran dan intruksi pendidikan.


Jogjakarta: IRCISOD 2012. 203
7Istilah Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir.

Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap


pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer
(1788-1869), seoran filosofis Jerman. Airan ini identik dengan pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat
bahwa perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang
di bawa manusia sejak lahir, pembawaan yang telah terdapat pada waktu
lahir itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut aliran
nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Dalam
ilmu pendidikan pandangan seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak
akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme
lingkungan lingkungan sekitar tidak mempengaruhi perkembangan anak,
penganut aliran ini menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan
jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya kalau anak mempunyai
pembawaan baik maka dia akan baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak
dapat di ubah dari luar. (Paul Ricoeur, Teori Interpretasi, Jogjakarta: IRCISOD,
2012, hal. 57).
8Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat

Dan Timur, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 209.


102}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

J.J. Rousseau berpendapat bahwa alat pendidikan meliputi


kebebasan, kemerdekaan sebagai konsekuensi gagasannya bahwa
alam atau kodrat anak adalah baik tanpa kekangan sesuatu apa.9
Gagasan dasar yang dikembangkan J.J. Rousseau dan
tercantum sebagai kalimat utama romannya yaitu: “semua adalah baik
dari tangan pencipta, semua menjadi buruk di tangan manusia”.
Semboyannya dalam usaha pendidikan sesuai dengan gagasan dasar
tersebut adalah kembali pada alam atau kodrat.

C. Pandangan Aliran Filsafat Naturalisme terhadap Pendidikan


Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat
naturalisme di bidang pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu
sesuai dengan perkembangan alam. Manusia diciptakan dan
ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam
berfikir. Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.
Untuk itu pendidikan yang signifikan dengan pandangannya adalah
pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek. Pendidikan tidak
hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan
juga untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana.
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru
paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh
karena itu, pendidikan bagi penganut paham naturalis perlu dimulai
jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme
karena belajar merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta
bahwa hal itu memerlukan pengajaran juga merupakan sesuatu yang

9Umiarso dan Zamroni Pendidikan Pembebasan…, hal. 210.


Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{103

natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak mengajar


subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang
sangat terkenal yang diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-
esainya yang terkenal berjudul “Ilmu Pengetahuan Apa yang Paling
Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah:
1. Pemeliharaan diri
2. Mengamankan kebutuhan hidup
3. Meningkatkan anak didik
4. Memelihara hubungan sosial dan politik
5. Menikmati waktu luang.10

Dari lima tujuan pendidikan ini, jelas bahwa aliran naturalisme


ini mementingkan manfaat pendidikan dengan menjadikan
pemeliharaan diri menjadi faktor utama yang kemudian disusul
dengan kebutuhan hidup. Kedua faktor tersebut akan tercapai jika
faktor faktor ketiga secara maksimal dilaksanakan. Agar maksimal
maka faktor ke empat dan kelima yang kemudian menjadi perhatian
dalam melakukan pendidikan. Selain itu menurut Spencer ada
delapan prinsip dalam proses pendidikan beraliran naturalisme.
Delapan prinsip tersebut adalah:
1. Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
2. Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik
3. Pendidik harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak
4. Memperbanyak ilmu pengetahuan merupakan bagian penting
dalam pendidikan
5. Pendidikan dimaksudkan untuk membantu perkembangan
fisik, sekaligus otak
6. Praktik mengajar adalah seni menunda
7. Metode intruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif

10http://muhamad1707.blogspot.co.id/2013/03/makalah-ilmu-

pendidikan.html, Diakses Pada Tanggal 16 Juni 2016.


104}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

8. Hukuman dijatuhkan sebagai konsekuensi alam akibat


melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu
harus dilakukan secara sistematik.11

Kiranya delapan prinsip pendidikan itu sangat jelas. Namun


karakter khas yang terlihat dari aliran naturalisme ini, adalah
bagaimana anak berkembang secara wajar. Hal ini dapat dilihat pada
poin nomor tiga yang menyatakan bahwa pendidikan harus
berjalan spontan.12 Akan tetapi, spontanitas itu bukan berarti tidak
bermutu. Justru menurut naturalisme, spontanitas merupakan sarana
untuk mendapat pengetahuan baik berupa fisik maupun otak seperti
yang tersebut pada poin empat dan lima, Jadi jelaslah, bahwa
naturalisme menghendaki bahwa pendidikan yang berjalan secara
wajar tanpa intervensi yang berlebihan sehingga membuat anak
tersebut justru merasa terancam. Hal ini dilakukan atas dasar, bahwa
anak memiliki potensi insaniyah yang memungkinkan untuk dapat
berkembang secara alamiah.
Seorang anak memiliki kebebasan penuh untuk
mengekspresikan diri menurut kodrat yang baik. Seorang pendidik
tidak boleh melarang, memberi hukuman atau hadiah, menuntut
ketaatan, ketekunan, menanamkan kebiasaan dan sebagainya.
Alamlah yang memimpin dan memerintah anak didik. Dalam
pendidikan seorang anak hanya boleh mendapat hukuman dari alam.
Aliran ini menggunakan pendidikan tidak disengaja karena ia

11Indrakusuma dan Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya:


Usaha Nasional, 2005), hal. 175.
12Serta merta; tanpa dipikir atau direncanakan terlebih dahulu

(timbul langsung dari hati) (Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya:
Penerbi Arkola, 2000, hal. 519).
Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{105

membiarkan anak berkembang sendiri tanpa pengaruh. Pendidikan


tidak punya kuasa, alamlah yang berkuasa.
Pembawaan ini disebut juga bakat. Bakat adalah kemampuan
khusus yang menonjol di antara berbagai jenis yang dimiliki
seseorang. Bakat merupakan warisan dari orang tua, dan selebihnya
berasal dari nenek-kakek dan moyangnya dari kedua belah
pihak (ibu atau bapak). Pembawaan ini berupa potensi-potensi yang
tersimpan dalam diri anak. Berkembang atau tidaknya potensi ini
masih bergantung pada faktor lain. Tetapi tanpa adanya potensi ini
tidak mungkin terjadi perkembangan.
Dengan demikian, maka dimensi utama dan pertama dari
pemikiran filsafat pendidikan naturalisme di bidang pendidikan
adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam.
Dimensi kedua dari filsafat pendidkan naturalisme yang juga
dikemukakan oleh Comenius adalah penekanan bahwa belajar
merupakan kegiatan mealui indra.13
Fenomena menarik di bidang pendidikan yang menjadikan
alam sebagai tempat dan pusat kegiatan pembelajaran. Para siswa
menyatu dengan alam sebagai tempat belajar memuaskan
keinginantahuannya sebab mereka secara langsung berhadapan
dengan sumber dan materi pembelajaran secara riil.
Di alam mereka akan melihat langsung bagaimana sapi
merumput, burung berkicau, sejuknya air, harum bunga, memetik
sayur dan buah. Mereka belajr dengan nyaman, asyik dan
menyenangkan sehingga informasi terekam dengan lebih baik dalam

13Afidburhanuddin. 2013.Penerapan Aliran Naturalisme


dalam Pembelajaran.http://afidburhanuddin. wordpress.com/2013/11/21/penerapan-
aliran-naturalisme-dalam-pembelajaran-3/
106}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

ingatan para siswa. Melalui prosis eksplorasi di atas, para siswa telah
melakukan apa yang dikenal dengan istilah global learning (belajar
global) sebuah cara belajar yang begitu efektif dan alamiah bagi
manusia karena belajar akan lebih efektif manakala para siswa
melihat, mendengar, merasa, mengalami dan mempratekkan secara
langsung apa yang mereka pelajari.

D. Implikasi Naturalisme di Bidang Pendidikan


Fenomena menarik di bidang pendidikan saat ini adalah
lahirnya berbagai model pendidikan yang menjadikan alam sebagai
tempat dan pusat kegiatan pembelajarannya. Pembelajaran tidak lagi
dilakukan di dalam kelas yang dibatasi oleh ruang dan waktu an sich,
tetapi lebih fokus pada pemanfaatan alam sebagai tempat dan sumber
belajar. Belajar di dan dengan alam yang telah menyediakan beragam
fasilitas dan tantangan bagi peserta didik akan sangat menyenangkan.
Tinggal kemampuan seseorang bagaimana “mengekploirasi” sumber
daya alam menjadi materi pelajaran yang sangat berguna.
Dalam buku Quantum Learning Bobbi De Porter mengatakan
“Dengan mengendalikan lingkungan Anda, Anda melakukan langkah
efektif pertama untuk mengendalikan seluruh pengalaman belajar
Anda”. Bahkan sekiranya saya harus menyebutkan salah satu alasan
mengapa program kami berhasil membuat orang belajar lebik baik,
saya harus menyebutkan karena kami berusaha menciptakan
lingkungan optimal, baik secara fisik maupun emosional.14
Bobbi De Porter juga yang pertama kali mengenalkan model
pendidikan Quantum secara terprogram dengan nama Super Camp. Ia

14Bobbi De Porter, Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan


Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung : Kaifa, 2000), hal. 66
Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{107

menjadikan alam sebagai tempat pembelajaran. Peserta didik dengan


bebas “mengeksploirasi” apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan
di alam. Guru menempatkan dirinya sebagai mitra peserta didik
dalam berdiskusi menyelesaikan problem yang ditemukan di alam.
Out put dari model pendidikan Quantum ini terbukti memiliki
keuunggulan kompetitif lebih baik dibandingkan out put model
pendidikan konvensional yang dilakukan di dalam kelas. Melalui
Super Camp peserta didik lebih leluasa memanifestasikan
subyektifitasnya yang sangat jarang ditemukan dalam praktik
pendidikan konvensioal dalam kelas di sekolah.
Jika di kelas subyektifitas peserta didik tertekan oleh otoritas
guru, maka di alam, guru dan peserta didik dapat dengan leluasa
menciptakan hubungan yang akrab satu sama lain. Dari hubungan
yang akrab ini lebih lanjut terjadi hubungan emosional yang
mendalam antara guru dengan peserta didiknya. Dalam kondisi
seperti ini, subyektifitas peserta didik dengan sendirinya akan
mengalir dalam diskusi dengan guru di mana telah tercipta suasana
belajar yang kondusif.
Saat ini konsep back to nature tidak saja dikembangkan dalam
pendidikan, tetapi juga dikembangkan dalam dunia kedokteran.
Orang mulai melirik obat-obatan yang disediakan oleh alam, karena
obat-obatan yang dihasilkan oleh dunia farmasi dan kini beredar
terbukti memiliki side effect yang lain bagi kesehatan manusia.
Barangkali inilah salah satu implikasi dari filsafat Naturalisme di luar
bidang pendidikan saat ini.
108}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

E. Filsafat Naturalisme dalam Pandangan Pendidikan Islam


Al-Qur’an berulang kali menyuruh bertafakur dan bertadabbur
mengambil hikmah dari penciptaan makhluk-makhluk yang ada di
jagad raya (universe) ini.15 Melalui tafakur dan tadabur terhadap ciptaan
Tuhan di jagad raya, manusia akan mengenal tempatnya dengan baik
di antara makhluk-makhluk ciptaan Tuhan. Pengenalan terhadap
posisi manusia di antara makhluk-makhluk-Nya ini yang oleh Al-
Syaibani dimasukkan sebagai salah satu tujuan pendidikan dalam
Islam.16
Dalam perspektif Al-Qur’an, alam diciptakan untuk manusia
dan salah satu misi diciptakannya manusia adalah untuk mengelolah
dan memakmurkan alam dengan sebaik-baiknya.17 Tugas ini
merupakan bagian dari bentuk pengabdian manusia sebagai khalifah
kepada penciptanya. Agar dapat mengolah dan memakmurkan alam,
manusia perlu mengalami proses pendidikan, di mana alam telah
menyediakan beragam fasilitas untuk kepentingan pendidikan ini.
Apa saja yang disediakan alam dapat difungsikan sebagai
materi ajar atau sumber belajar sekaligus sebagai media pembelajaran.
Allah Swt berfirman dalam Al-quran surat Ali Imran (3): 190-191, yang
artinya; Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi dan perbedaan
malam dan siang merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau
sedang berbaring dan memikirkan penciptaan langit dan bumi…”

15Al-Qur’an, surah al-Gasyiyah (88): 17, Yusuf (12): 109, Fatir (35):
44, Gafir (40): 21, Qaf (50): 6, Adz-Dzariyat (51): 20 – 21 dan masih banyak ayat
dalam Al-Qur’an yang menyuruh manusia bertafakur dan bertadabur terhadap
ciptaan Allah yang bertebaran di jagat raya ini.
16Omar Muhammad al-Taumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam,

terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 419


17Al-Qur’an surah Hud (11) : 61
Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{109

Langit, bumi, siang dan malam disebut sebagai tanda-tanda


atau ayat-ayat-Nya. Begitu juga apa saja yang ada di alam merupakan
tanda-tanda akan kekuasaan dan adanya Allah. Untuk mengenal
Allah sebagai pemilik alam, jalan yang paling dekat adalah dengan
mempelajari tanda-tanda Allah di alam tersebut.
Syekh Makarim al-Syirazi dalam tafsir al-Amtsal sebagaimana
dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat ketika menafsirkan kalimat rabbul
‘alamin mengatakan bahwa rububiyatullah thariqun li ma’rifatillah. Salah
satu jalan untuk mengenal Allah adalah dengan memperhatikan
(mempelajari) bagaimana Allah menciptakan dan memelihara alam
semesta.18 Allah mendidik manusia agar mempelajari bagaimana
Allah menciptakan dan memelihara makhluk-makhluk-Nya yang
bertebaran di jagat raya ini.
Studi terhadap makhluk-makhluk Allah di jagat raya (universe)
ini telah terbukti mampu melahirkan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang ada saat ini. Dalam konteks aliran filsafat
pendidikan Naturalisme, pengenalan siswa secara langsung terhadap
alam dengan berbagai bentuknya, akan melahirkan pemahaman yang
jauh lebih baik terhadap obyek yang dipelajari dari pada membaca
buku di dalam kelas.
Bertafakur dan bertadabbur terhadap ciptaan Allah,
memerlukan perangkat atau sarana yang tidak lain adalah akal dan
hati. Akal ini merupakan salah satu dari pemikiran Natulalistik
sebagai sarana yang harus dikembangkan. Seorang siswa akan lebih
mudah memahami sesuatu objek, jika sebelumnya siswa tersebut

18Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik,


(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), hal. 391.
110}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

dilibatkan dalam kegiatan observasi terhadap objek yang akan


dipahami atau dipelajari. Observasi merupakan pengamatan dan
pencatatan secara langsung face to face terhadap sesuatu yang akan
dipelajari.
Pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di atas dapat
diaplikasikan dalam pendidikan Islam, yaitu dengan cara memberikan
keleluasaan kepada siswa mengobservasi dan mengeksploirasi ciptaan
Allah di alam semesta. Tunjukkan kepada siswa aneka ragam ciptaan
yang ada, termasuk manusia sebagai ciptaan dan sesudah itu guru
memberikan penjelasan yang lengkap sesuai dengan tingkat
perkembangan para siswa, sehingga mereka dapat merasakan secara
nyata dan memahami dengan benar apa yang mereka pelajari. Model
belajar seperti inilah yang oleh pengikut filsafat pendidikan
Naturalisme dikategorikan sebagai kegiatan belajar melalui sense atau
panca indra. Jadi, pengenalan secara langsung terhadap alam sebagai
obyek studi seperti percikan pemikiran filsafat pendidikan
Naturalisme dapat diaplikasikan dalam pendidikan Islam, karena
secara sangat jelas Al-Qur'an berulang kali menyuruh untuk itu.
Meskipun demikian, harus diakui juga bahwasanya
mengandalkan kekuatan panca indra semata dalam pembelajaran,
tidak dibenarkan dalam pendidikan Islam, karena Al-Qur'an juga
mementingkan kecerdasan akal. Bahkan Al-Qur'an menggambarkan
mereka yang mengagungkan panca indra, tanpa menyertakan akal
dalam memahami fenomena alam, bagaikan hewan.
Selain pengembangan akal dengan observasi, dalam percikan
pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme, juga terdapat sisi lain yang
dapat diimplementasikan dalam pendidikan Islam, yaitu bahwa
Naturalisme, Pemikiran Alamiah Materialistik dan Pluralistik Pendidikan{111

pendidikan itu bisa berasal dari alam, manusia dan barang. Dalam
Islam pendidikan juga dapat berasal dari alam dan barang, yaitu
dengan jalan bertafakkur dan bertadabbur disamping juga dapat berasal
dari manusia melalui proses pewarisan nilai dan ilmu pengetahuan.

F. Kesimpulan
Naturalisme merupakan aliran yang menyakini adanya
pembawaan dan juga milieu (lingkungan). Aliran naturaalisme
memandang bahwa anak diciptakan oleh penciptanya itu baik
sedangkan lingkungan itu buruk.
Implikasi di bidang pendidikan terhadap aliran filsafat
naturalisme memandang bahwa sekolah merupakan hal utama yang
akan mengembangkan proses belajar tiap peserta didik untuk dapat
menemukan dan mengembangkan pola kepribadiannya dengan
memperhatikan karakteristik dan perkembangan alam yang ada pada
drinya sendiri
Islam memandang aliran naturalisme adalah aliran yang
memandang bahwa manusia diciptakan agar dapat belajar dan
berpikir untuk kembali kepada pencipta-Nya, dalam hal ini implikasi
di dunia nyata bahwa proses pendidikan dilakukan dengan berafiliasi
kepada prinsip keTuhanan.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta,
1991.
Afidburhanuddin. 2013. Penerapan Aliran Naturalisme dalam Pembelajaran.
http://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/21/penerapan-
aliran-naturalisme-dalam-pembelajaran-3/.
Bobbi De Porter, Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung : Kaifa, 2000.
112}
Vol. 7, No. 02, Juli 2021

Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Penerbi Arkola,


2000.
http://muhamad1707.blogspot.co.id/2013/03/makalah-ilmu-
pendidikan.html
Idarmaningtyas, Edi Subhan, Fahmi Panimbang, Melawan liberalism
Pendidikan, Surabaya: Madani Wisma Kalimitro, 2014.
Indrakusuma dan Amir Daien, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya:
Usaha Nasional, 2005.
Jalaluddin Rakhmat, Meraih Cinta Ilahi: Pencerahan Sufistik, Bandung:
Remaja Rosda Karya, 2000.
John S. Brubacher, A History of the Problems of Education, New York:
McGraw-Hill Book Company, 1947.
Kelvin Seifert , pedoman pembelajaran dan intruksi pendidikan. Jogjakarta:
IRCISOD 2012.
Loren Bagus, Kamus Filafat, Jakarta: Gramidia Pustaka Utama, 2000.
Omar Muhammad al-Taumi al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj.
Hasan Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Paul Ricoeur, Teori Interpretasi, Jogjakarta: IRCISOD, 2012.
Rasjidi, Persoalan-Persoalan Filsafat, Jakarta: Bulan Bintang 1984.
Umiarso dan Zamroni, Pendidikan Pembebasan Dalam Perspektif Barat
Dan Timur, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Anda mungkin juga menyukai