Anda di halaman 1dari 3

Rabu, 28 September 2011

Segmental dengan Suprasegmental

Perbedaan Antara Fonem Segmental dengan Suprasegmental dan


Intisari Materi “Morfem dan Makna Gramatikal”
Fonem adalah bunyi, dan bunyi, menurut bisa terpisah-tidaknya, terbagi menjadi dua: segmental
dan suprasegmental. Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita
mengucapkan “Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi
menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga menjadi: b-a-h-a-
s-a. Sedangkan suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa
berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang menunjukkan
emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah suprasegmenal itu tidak bisa
dipisahkan dari suatu fonem. Oleh karena itu, bisa disimpulkan bahwa sesuatu yang terdapat
dalam fonem itu bisa dipisahkan sedangkan yang mengiringinya tidak bisa dipisahkan. Itulah
yang dimaksud dengan segmental dan suprasegmental. Meskipun dari sini sudah jelas letak
perbedaan keduanya, tetapi ada perbedaan yang patut pula kita ketahui sebagai penambah
wawasan, yaitu perbedaan menurut jenis makna yang dihasilkannya. Untuk memahami
pembagian menurut titik tolak ini, bisa dilihat pada ilustrasiu berikut: ketika seseorang
mengucapkan nomina, “Ibu”, secara datar tanpa diiringi oleh intonasi dan getaran-getaran
tertentu, maka fonem yang mengandung nomina “Ibu” tersebut hanya dapat dipahami maknanya
sebagai “Ibu” saja, tidak lebih. Tetapi kalau ia diucapkan dengan intonasi yang kasar misalkan
dan dengan getaran-getaran yang tidak biasa, maka kita bisa tahu bahwa orang yang
mengucapkannya itu adalah orang yang kasar terhadap ibunya dan dari situ lantas kita bisa
menyimpulkan bahwa orang tersebut adalah anak yang durhaka, yang tak berbakti kepada
orangtua. Dari ilustrasi di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa perbedaan antara segmenta
dengan suprasegmental adalah kalau yang pertama dia hanya menghasilkan makna tekstual
(sesuai makna nomina yang diucapkan), sedangkan yang kedua mampu menghasilkan makna
yang kontekstual (karena makna tekstualnya sudah bercampur dengan keadaan dan kondisi si
pengucap yang itu diketahui lewat intonasi dan getaraan-getaran yang mengiringi fonem
tersebut). Catatan: tulisan di atas berdasarkan pemahaman penulis setelah membaca buku
Introduction to Lingustics karya Ronald Wardhaugh, dan sebuah buku yang membahas
Linguistik bahasa Jawa. Intisari Materi “Morfem dan Makna Gramatikal”: 1. makna gramatikal
adalah makna yang dikandung oleh afiks (imbuhan) yang maknanya bisa menunjukkan
keterangan: satuan jumlah, gender, status kepemilikan, waktu, aspek, diatesis, orang, dan lain
sebagainya. 2. Suatu morfem yang bebas yang tidak kemasukan afiks, maka ia bermakna
leksikal. Namun jika ia berafiks, maka ia bermakna gramatikal.

Oleh: Ragil Pamungkas.


Pengertian Segmental dan Suprasegmental
Segmental adalah fonem yang bisa dibagi. Contohnya, ketika kita mengucapkan
“Bahasa”, maka nomina yang dibunyikan tersebut (baca: fonem), bisa dibagi
menjadi tiga suku kata: ba-ha-sa. Atau dibagi menjadi lebih kecil lagi sehingga
menjadi: b-a-h-a-s-a.

Suprasegmental adalah sesuatu yang menyertai fonem tersebut yang itu bisa
berupa tekanan suara (intonation), panjang-pendek (pitch), dan getaran suara yang
menunjukkan emosi tertentu. Nah, kesemua yang tercakup ke dalam istilah
suprasegmenal itu tidak bisa dipisahkan dari suatu fonem

Anda mungkin juga menyukai