Anda di halaman 1dari 10

KENAIKAN ISA AL MASIH DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN

KRISTEN (Suatu Studi Perbandingan dengan Pendekatan Teologis)


Nur Faizi Hasyim

Pembimbing 1: Dr. Hj. Marhaeni Saleh, M.Pd.


Pembimbing 2: Dr. Santri Sahar, M.Si.

Prodi Studi Agama Agama


Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar

ABSTRAK
Dalam ajaran Islam, proses kenaikan Isa Al Masih dijelaskan bahwasanya Isa Al
Masih tidak dibunuh dan tidak disalib, akan tetapi Isa diselamatkan kemudian
diangkat oleh Allah swt. Sedangkan dalam ajaran Kristen ialah peristiwa kenaikan Isa
Al Masih merupakan bagian dari kisah pengorbanan Yesus sebagai juru selamat yang
pada saat yang bersamaan pula Yesus mengalami peristiwa kenaikan. Dalam ajaran
Islam dijelaskan bahwasannya Kedudukan Isa Al Masih merupakan suatu bentuk
penyucian dan pengangkatan derajat dari Isa. Sedangkan dalam ajaran Kristen Isa
dianggap sebagai juru selamat, yang mampu menyelamatkan manusia dari dosa.
Dalam ajaran Islam dan Kristen, peristiwa kenaikan Isa Al Masih memiliki beberapa
persamaan dan perbedaan. Pertama, dari segi proses awal sebelum kenaikan. Kedua,
pelaku atau murid Isa yang berkhianat. Kemudian yang Ketiga, sampai pada
peristiwa kenaikan dari Isa Al Masih.

Kata kunci: Perspektif, Kenaikan, Islam dan Kristen

A. Pengantar
Pada perspektif agama Islam sendiri, banyak kejadian-kejadian yang
menjelaskan terkait dengan kisah kenaikan Isa Al Masih dan juga selaras dengan
pandangan yang menyatakan bahwa Isa putra Maryam belum mengalami kematian
ketika diangkat ke langit. Penjelasan yang terkait dengan kenaikan Isa Al Masih telah
dijelaskan di dalam Al-Qur’an dengan berbagai penafsiran yang berbeda-beda.
Sampai saat ini, orang sering melihat dan memperluas perbedaan antar agama.
Dalam sejarah panjang keragaman manusia, pendapat eksklusif dan klaim kebenaran
adalah "perennial problem". Oleh karena itu, sebagian orang mengatakan tidak perlu
menganut agama atau menganut agama tertentu, karena agama justru menjadi media
separatis yang mengancam kelangsungan hidup dan martabat umat manusia.1
Pembicaraan tentang Isa Al Masih atau Yesus masih dalam perdebatan, jika
peneliti mendiskusikan sosok Yesus dalam pandangan umat Kristen dan umat Islam,
tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan adanya pemahaman dari sosok Yesus dari

1 Karen Armstrong, Perang Suci, terj. Hikmat Darmawan (Jakarta: Serambi, 2004), h. 10.

1 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

kedua agama. Syafa’atun menjelaskan kedua agama setuju bahwa nama Isa itu dari
Yeshu (Syrian) dan Yeshua (Hebrew). Orang di Barat menyebut Isa sebagai Yesus.2
Dalam agama Kristen dan dogma Kristen yang sejak kecil sudah diajarkan
kepada kita mengenai Yesus yang adalah Anak Manusia yang lahir dalam keluarga
yang sederhana3 yang didasari pada kemanusiaan Yesus bisa dilihat ketika Yesus
menangis di Taman Getsemani sebelum Yesus disalibkan. Pada saat itu Yesus
menangis dan ketakutan mengenai kematian yang akan Yesus hadapi. Sebutan Anak
Allah merupakan ungkapan orang Kristen bahwa Ia adalah persekutuan kasih yang
sempurna antara Yesus dan Allah sang Bapa.4 Dalam dogma Kekristenan Yesus
diajarkan kepada kita sebagai Anak Manusia yang didasari pada juga diajarkan
bahwa bagaimana Yesus adalah Tuhan.5
B. Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam

Dalil dalam Al-Qur’an (QS. An-Nisa>’/4:158)

ً َ ً َ ٰ َ ََ َ ٰ َ َ
ْ ١٥٨ْ‫ززْاْح ِكيمْا‬
‫اّللْع ِ ي‬
ْ ْ‫ان‬ْ ‫اّللْ ِالي ِْهْوك‬ ْ ‫َب‬
ْ ْ‫لَّْرفع ْه‬

Terjemahnya:
158. Akan tetapi, Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya.6 Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.7

Dalam tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa naungan atau perlindungan Allah
swt. terhadap hamba-Nya yang meminta pertolongan-Nya sangat lah besar dan luas.
Menurut perkataan dari Ibnu ‘Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim,
bahwasanya pada saat itu Isa a.s. ingin keluar menemui dua belas sahabatnya yaitu
dua belas laki-laki Hawariyyun. Beliau kemudian berkata kepada dua belas
sahabatnya tersebut bahwasanya di antara mereka ada yang kufur sebanyak dua belas
kali setelah beriman kepada-Nya. Kemudian beliau melanjutkan perkataannya tadi
dengan memberikan sebuah pertanyaan, “Siapakah di antara kalian yang mau
diserupakan denganku dan menggantikan tempatku untuk dibunuh dan akan
bersamaku dalam derajatku.” Maka berdirilah salah satu pemuda dari dua belas laki-
laki tersebut, namun Isa menyuruh pemuda itu untuk duduk, akan tetapi pemuda
yang tadi kembali berdiri dan Isa menyuruhnya untuk kembali duduk, sampai Isa
mengulang pertanyaan yang sama sebanyak tiga kali. Setelah ketiga kalinya

2 Syafa’atun Almirzanah, Isa Almasih, Wafat dan Kebangkitannya (Gagasan Kristologi Islam), Al-
Jami’ah, 12(64), (1999).
3 Badru. D Kataregga & David. W Shenk, Dialog Islam Dan Kristen (Semarang: Pustaka Muria,

2009), h. 207- 208.


4 Badru. D Kataregga & David. W Shenk, Dialog Islam Dan Kristen, h. 209-210.

5 Groenen, Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus Kristus Pada Umat

Kristen (Yogyakarta: Kanisius, 1998), h. 43-44.


6 Ayat ini sebagai bantahan terhadap anggapan orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh

Nabi Isa a.s.


7 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Solo: PT Tiga Serangkai

Pustaka Mandiri, 2013), h. 103.

2 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

pertanyaan tersebut diajukan, maka beliau berkata, ‘Engkaulah orang itu’. Kemudian
diserupakan lah orang itu dengan Isa a.s. dan selanjutnya Nabi Isa a.s. sendiri
diangkat oleh Allah swt. menuju ke langit lewat ventilasi yang ada di rumah tersebut.
Selanjutnya, setelah Isa a.s. naik ke langit, orang-orang Yahudi pun datang dan
menangkap pemuda yang diserupakan dengan Isa tadi, dan kemudian dia dibunuh
dan disalibkan.

Hal demikian pula yang banyak dikatakan oleh ulama Salaf, bahwa Isa a.s.
bertanya kepada kedua belas kaum Hawariyyun dan mengatakan, “Siapakah yang
bersedia diserupakan denganku untuk dan menggantikan posisiku untuk dibunuh
dan dia akan bersamaku di surga.” Namun pendapat berbeda datang dari seorang
ulama yang bernama Ibnu Jarir, ia berpendapat bahwa, yang yang diserupakan
dengan Isa itu adalah seluruh sahabatnya.

Hal yang sama juga telah dijelaskan dalam tafsir Al Misbah terkait dengan
kenaikan Nabi Isa a.s. bahwa beliau sama sekali tidak mengalami peristiwa
penyaliban ataupun pembunuhan, melainkan beliau diselamatkan oleh Allah swt.
dan umat Islam wajib untuk mempercayai hal tersebut, adapun untuk proses Allah
menyelamatkan Isa a.s. itu tidak wajib untuk dipercaya. Quraish Shihab
mengemukakan bahwa Allah swt. menyelamatkan Nabi Isa a.s. dengan cara
mengangkat beliau ke sisi Allah swt. Terdapat perbedaan pendapat dalam kalangan
ulama mengenai peristiwa pengangkatan Isa a.s. Asy-Sya’ra>wi menjelaskan bahwa
Allah mengambil Isa a.s. dalam keadaan sempurna yakni, jasmani dan rohani beliau
ke tempat yang tidak dapat dijangkau oleh kaum Yahudi yang berniat untuk
membunuhnya, yaitu menempatkan beliau di sisi-Nya.

Dalam tafsir Al Azhar dijelaskan bahwa Allah swt. mempertegas dalam


firman-Nya terhadap orang-orang Yahudi yang merasa curiga dengan peristiwa
kenaikan Isa a.s. dan menyatakan bahwa Isa tidak mati pada saat disalib. Akan tetapi
Allah swt. menyelamatkannya dan dibebaskan dari tempat berbahaya tersebut, yang
kemudian Ia ditinggikan dan diangkat oleh Allah swt. ke langit ke sisi-Nya. Hal
demikian pula ditegaskan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya.

Mayoritas ulama memaknai kata di sisi-Nya yaitu berarti, “ke langit”. Asy
Sya’ra>wi kembali memberikan pendapat bahwa akhir dari kehidupan Isa a.s.
merupakan peristiwa yang tidak mempunyai kesamaan dengan manusia biasa,
bahkan peristiwa atau proses dalam kelahirannya pun berbeda. Sebagaimana yang
telah dijelaskan sebelumnya bahwa, Nabi Isa a.s. lahir dalam keadaan tanpa seorang
ayah atau ibunya yakni St. Maryam tidak mengalami proses pembuahan terlebih
dahulu sebagaimana perempuan-perempuan lainnya, dan Maryam pun juga tidak
pernah menikah.

Adapun sebagian penafsir menyatakan bahwa pada saat peristiwa


pengangkatan tersebut secara bersamaan Allah swt. mengangkat Isa a.s. ke sisi-Nya di
surga. Namun sebagian penafsir lainnya mengatakan bahwa Allah tidak
mengangkatnya ke surga, tetapi yang Allah angkat ialah derajatnya yakni menjadi

3 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

lebih suci, serta memelihara dan menjaganya dari sentuhan orang-orang yang berniat
jahat.

Seperti yang dikatakan oleh para penafsir sebelumnya bahwa Nabi Isa a.s.
diangkat oleh Allah swt. ke langit dan Dia sekarang berada di langit. Para penafsir
juga berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw. pada saat Mikraj ke surga, beliau
bertemu dengan Nabi Isa a.s. dan juga beberapa nabi lainnya seperti Nabi Yahya a.s.
dilangit kedua. Hal tersebutlah yang semakin memperkuat diangkatnya Nabi Isa a.s.
ke langit, karena jika memang hal tersebut dibenarkan, maka nabi Yahya pun
diangkat ke langit bersama dengan roh dan jasadnya, sebagaimana yang dialami dan
ditafsirkan dalam kisah kenaikan Nabi Isa a.s. begitu pun yang ditemui Nabi
Muhammad saw. pada saat Mikraj menuju surga, beliau menemui nabi-nabi lainnya
di setiap langitnya, beliau melihat jasad dan rohnya berada bersama mereka dengan
utuh.

Maka dari itu, Imam Ar-Razi memahami dan menginterpretasikan maksud


dari, “Allah telah mengangkatnya (Isa) ke hadirat-Nya”, dengan mengatakan bahwa Allah
mengangkat Isa a.s. ke tempat yang mulia, yang di mana tempat tersebut dihuni oleh
para Nabi dan Rasul Allah swt. Kemudian dilanjutkan dengan, “Dan Dialah Allah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Yang dimaknai dengan penegasan bahwa tidak ada
yang mampu menandingi keperkasaan Allah, walaupun mereka itu memiliki prajurit
dan pemerintahan yang kuat, tapi Allah swt. lagi Maha Perkasa. Kemudian tidak ada
yang lebih bijaksana dari sang Maha Bijaksana, walaupun musuh-musuh Allah
berusaha berusaha keras, namun pasti ada saja jalan bagi-Nya untuk
menggagalkannya, dan itu hal yang mudah bagi Allah swt.

Ulama lain juga berpendapat demikian, salah satunya yakni Thaba>thaba>’i,


dalam tafsirnya al-Mi>za>n beliau mengatakan bahwa, “Tidak mustahil Allah
mewafatkan Isa a.s. dengan cara mengangkatnya ke sisi-Nya Allah memelihara beliau
dengan cara yang tidak seperti manusia biasa. Segala yang menyangkut dengan
mukjizat beliau dan mukjizat Nabi-nabi lainnya, telah diuraikan dalam Al-Qur’an,
termasuk segala peristiwa yang terjadi dalam kehidupan beliau. Kecuali oleh orang-
orang yang berusaha mengalihkan dan menolak peristiwa tersebut dengan cara
menggunakan hukum-hukum yang selama ini diketahui.

Mayoritas ulama tidak memaknai kata mengangkat dalam arti yang hakiki,
dalam hal ini yang dimaksud ialah pengangkatan jasad dan ruh Isa a.s. ke langit.
Mereka berpendapat bahwa Isa a.s. tetap mengalami proses kewafatan dan Allah
mewafatkan beliau di suatu tempat yang tidak dikenali oleh musuh-musuhnya, dan
kemudian setelah Isa a.s. wafat, Allah mengangkat ruh beliau ke derajat yang tinggi
di sisi-Nya.

Walau bagaimana pun perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama


terkait dengan proses atau pemaknaan dari kenaikan dan pengangkatan Nabi Isa a.s.,
kita sebagai umat muslim tetap untuk wajib percaya bahwa Isa a.s. diselamatkan oleh
Allah swt. dari musuh-musuhnya. Apa pun pendapat tentang proses dalam kenaikan
dan pengangkatannya tersebut bukan lah suatu hal yang wajib untuk kita percaya.

4 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

Hal yang harusnya kita ambil dari peristiwa tersebut ialah hikmahnya, sebagai
manusia kita harus menyadari bahwa betapa pun besar dan hebatnya kekuasaan,
namun jika berada di jalan yang salah, hal tersebut pastinya tidak akan berakhir
dengan baik pula, apa lagi menang melawan kebenaran, karena sudah pasti setiap hal
yang berdiri di atas kebenaran akan mendapat pertolongan dan naungan dari Allah
swt. dan Allah tidak akan membiarkan usaha hamba-Nya berakhir dalam ke sia-siaan.

Setelah peristiwa tersebut, dua belas laki-laki Hawariyyun tadi akhirnya


menjadi kufur dan terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama ialah dari
golongan Ya’gubiyyah, kelompok ini mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah, Dia
berada di antara kami dan sekarang Dia naik ke langit. Kelompok kedua ialah dari
golongan Nasthuriyyah, kelompok ini mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah, Dia
berada bersama kami sesuai dengan kehendaknya, dan kemudian Dia diangkat oleh
Allah kepada-Nya. Kemudian kelompok ketiga atau sebagian lainnya ialah golongan
muslim, kelompok ini mengatakan bahwa Dia adalah hamba dan Rasul Allah swt.
Dia bersama kami sesuai kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya ke sisi-
Nya.
C. Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Kristen

Dalil dalam Alkitab (Luk. 24:50-53)

Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia
mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang
memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka
sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerussalem dengan
sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan
memuliakan Allah.8

Dalam Alkitab, peristiwa kenaikan Isa Al Masih atau Yesus juga terdapat di
beberapa Surat Perjanjian Baru, salah satunya ialah Injil Lukas. Dalam Injil Lukas,
peristiwa kenaikan Yesus terjadi bertepatan dengan hari kebangkitan, lebih tepatnya
ialah terjadi setelah empat puluh hari kemudian. Kenaikan Yesus merupakan suatu
pemuliaan dari Tuhan di sisi kanan Bapa, dan peristiwa tersebut merupakan bagian
dari kemenangan kebangkitan. Namun terlepas dari itu, pengarang dari kisah
kenaikan tersebut yakni Lukas, membuat dua sudut pandang yang berbeda. Pertama
ialah dari Injil Lukas, yang menceritakan bahwa kenaikan Yesus merupakan puncak
dari karya Yesus. Kedua ialah dari Kisah Para Rasul, bahwa peristiwa tersebut
merupakan permulaan dari perutusan Gereja.

8 Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1974), h. 109.

5 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

Terdapat pertentangan terkait dengan kenaikan Yesus di Surga atau tidaknya


setelah kematian-Nya di kayu salib. Pada saat Yesus disalibkan, Yesus berkata kepada
penjahat yang disalibkan disebelah-Nya, “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada
bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Pada saat sebelum bumi ini terbentuk,
Yesus merupakan Allah itu sendiri dengan segala kemuliaan-Nya, akan tetapi beliau
meninggalkan itu semua dan memilih menjadi manusia sepenuhnya sekaligus
menjadi Allah di muka bumi ini. Perkataan-Nya, “Aku belum pergi kepada Bapa”,
menjadi kemungkinan bahwa Yesus telah berada disurga pada saat antara kematian
dan kebangkitan-Nya menurut “waktu manusia”. Hal tersebut memiliki kaitan
dengan perkataan Yesus sebelumnya kepada penjahat yang disalibkan disebelah-
Nya, bahwa walaupun penjahat itu mati pada hari yang sama di bumi ini, tetapi di
Firdaus “hari ini” dapat berarti hari apa saja di bumi, karena waktu di alam akhirat
lain dimensinya dari waktu dunia (Walaupun di Surga tidak memiliki ikatan waktu).

Kepercayaan kepada kebangkitan Yesus dan kehidupan di Akhirat sama-sama


terdapat dalam ajaran Kristen maupun Islam. Dalam Injil Lukas diterangkan bahwa
Yesus telah mati dan Roh-Nya naik ke Firdaus. Akan tetapi, dalam Injil Yohanes
menerangkan bahwa tubuh Yesus dibangkitkan dari kematian, namun Ia belum naik
kepada Bapa-Nya sewaktu masih dalam keadaan tubuh-Nya saat itu.

Dalam Kisah Para Rasul, dijelaskan bahwa para murid melihat saat Yesus naik
ke surga, naik ke atas awan-awan ditemani oleh dua pria berpakaian putih-putih
(malaikat) dan menerima Roh Kudus dari Yesus waktu Pentakosta. Kemudian
dengan cara yang sama pula, Yesus akan turun kembali ke bumi di akhir zaman
seperti yang telah diterangkan dalam Injil Lukas. Namun, Yesus juga memberi
peringatan supaya tidak mendengarkan mereka yang mengatakan bahwa akhir
zaman sudah dekat. Juga hendaknya mereka jangan mencoba menghitung kapan atau
di mana akhir dunia akan datang.

Peringatan tersebut lebih tertuju untuk kaum dan para pembaca yang ada di
zaman Lukas yang suka menghitung-hitung hari akhir. Hal tersebut dimaksudkan
untuk tidak menerka-nerka apa yang tidak dapat diketahui. Demikian peringatan
tersebut dilakukan agar saat-saat terakhir nanti mereka dapat memusatkan perhatian
pada kuasa Roh sebagai tanda hidup. Hal tersebut dilakukan agar kiranya orang
Kristen dapat menggunakan hidupnya sebaik mungkin, selama waktu masih ada,
agar dapat memberi kesaksian tentang Yesus sampai akhir zaman. Mereka
hendaknya jangan menyia-nyiakan waktu (seperti kecenderungan orang Kristen)
dengan mencoba menggambarkan bagaimana kiranya akhir dunia.

D. Hubungan Dialektika dan Analisis Perbandingan

Kenaikan Isa Al Masih dalam ajaran Islam dan Kristen mempunyai hubungan
dan kesamaan kisah dalam beberapa aspek. Pertama, mulai dari pelaku pembunuhan
dan penyaliban yang sama-sama dilakukan oleh kaum Yahudi. Kedua, memiliki
murid atau pengikut yang sama-sama berkhianat kepada Isa Al Masih. Ketiga,
mengalami pengangkatan yang sama-sama diangkat ke langit oleh Tuhan-Nya.
Namun, terlepas dari persamaan kisah di atas, terdapat banyak juga perbedaan dari

6 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

kedua ajaran tersebut pada beberapa aspek tertentu, bahkan tidak jarang terdapat
perbedaan pendapat pada sisi internal salah satu ajaran, baik Islam maupun Kristen
dalam menafsirkan dan pemaknaan dari kisah dan peristiwa kenaikan Isa Al Masih.

Pertama, seperti yang diketahui bahwa sebelum Isa Al Masih mengalami


peristiwa pengangkatan tersebut, beliau mengalami pengejaran oleh orang-orang
atau kaum Yahudi, karena beliau ingin dihukum dengan cara dibunuh dan disalib.
Kaum Yahudi memang dikenal sebagai kaum pembunuh para nabi, bahkan menurut
kisah yang beredar bahwa kaum Yahudi telah membunuh kurang lebih tiga ratus nabi
Allah, padahal banyak dari mereka yang berasal dari kalangan mereka sendiri. Kaum
Yahudi juga merupakan kaum yang berasal dari Bani Israil, suatu kaum yang
memiliki kecenderungan kepada ilmu sihir atau ilmu yang berasal dari kegelapan dan
berasal dari iblis, tidak heran jika banyak dari kaum tersebut memiliki sifat dan
perilaku yang tidak terpuji.

Kembali lagi kepada peristiwa pengejaran kepada Isa Al Masih, seperti yang
diketahui sebelumnya bahwa dalam ajaran Islam, Isa Al Masih atau Nabi Isa a.s. tidak
pernah mengalami kematian ataupun dibunuh dan disalib oleh kaum Yahudi
tersebut. Beliau telah diselamatkan terlebih dahulu oleh Allah swt. di suatu tempat
yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang yang mengejarnya itu. Justru orang
yang dibunuh dan disalib oleh kaum Yahudi tersebut merupakan murid dari Nabi Isa
a.s. yang berkhianat. Allah menghukum murid dari Isa tersebut sekaligus mengelabui
kaum Yahudi tersebut dengan cara menyerupakannya dengan Isa a.s. sehingga kaum
Yahudi akhirnya mengira bahwa murid tersebut merupakan Nabi Isa a.s. yang
mereka cari.

Sedangkan dalam ajaran Kristen sendiri memiliki kisah yang sebaliknya, Isa Al
Masih atau Yesus Kristus sendiri yang mengalami peristiwa pembunuhan dan
penyaliban oleh kaum Yahudi tersebut. Tidak hanya dibunuh dan disalib, sebelum
peristiwa keji tersebut dialami Yesus, beliau terlebih dahulu mendapat celaan, cacian,
dan bahkan diludahi oleh para kaum Yahudi tersebut.

Kedua, kisah dari murid atau pengikut Isa Al Masih yang berkhianat. Dalam
ajaran Islam, seperti yang diketahui sebelumnya bahwa murid yang mengkhianati
Nabi Isa a.s. ialah Yudas Iskariot, ia merupakan satu dari dua belas murid Isa a.s. yang
setia dan mereka dinamakan Hawariyyun. Mereka disebut sebagai Hawariyyun
dikarenakan kebiasaan mereka mengenakan pakaian putih. Dua belas murid tersebut
merupakan murid sekaligus pengikut yang setia kepada Isa a.s. dan siap membantu
Isa dalam mengajarkan dan menyebarkan ilmu agama Allah kepada manusia.

Dalam ajaran Kristen juga beberapa kali menyebutkan bahwa Yudas termasuk
dalam murid Yesus yang berkhianat bersama dengan murid lain yaitu Petrus, dan
juga pernah memfitnah Yesus diakhir-akhir masa kerasulan dari Yesus. Akan tetapi
Yudas kembali sadar dan kembali bersama Yesus sampai di akhir hayatnya.
Kemudian selanjutnya ialah murid Yesus yang lainnya yaitu, Petrus. Petrus juga
merupakan salah satu murid terdekat Yesus, ia sering dilibatkan dalam peristiwa-
peristiwa penting bersama Yesus. Petrus merupakan seorang murid yang awalnya

7 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

bersumpah dengan tegas di hadapan Yesus bahwa ia bersedia mati bersama-Nya,


namun saat Yesus ditangkap oleh kaum Yahudi, ia menyangkal Yesus sebanyak tiga
kali.

Ketiga, perbedaan selanjutnya yang terdapat pada ajaran Islam dan Kristen
ialah, peristiwa kenaikan Isa Al Masih itu sendiri. Seperti yang telah diketahui
sebelumnya bahwa dalam ajaran Islam, kenaikan Isa a.s. merupakan suatu peristiwa
yang di mana Isa a.s. diselamatkan oleh Allah swt. dari kejaran atau tangkapan kaum
Yahudi yang akan merencanakan pembunuhan dan penyaliban terhadap Isa a.s.,
namun, hal tersebut digagalkan oleh Allah swt. lewat kejadian yang tidak diterima
dan dibantah oleh kaum Yahudi. Kejadian yang dibantah oleh kaum Yahudi tersebut
ialah kejadian yang di mana Allah swt. telah menyelamatkan dan mengangkat Nabi
Isa a.s. ke langit dan orang yang kaum Yahudi tersebut bunuh dan salib merupakan
murid Isa a.s. yaitu Yudas Iskariot. Allah swt. menyerupakan Yudas dengan Isa a.s.
sehingga kaum Yahudi tersebut mengira bahwa ia merupakan Isa a.s., hal tersebut
secara tegas Allah tuliskan dalam QS. An-Nisa>’/4:158.

Berbeda dengan apa yang dalam ajaran Kristen. Dalam ajaran Kristen, Yesus
dikisahkan mengalami peristiwa pembunuhan dan penyaliban terlebih dahulu
sebelum diangkat ke langit oleh Allah Bapa. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa, Kenaikan Yesus merupakan suatu pemuliaan dari Tuhan di sisi kanan Allah
Bapa, dan peristiwa tersebut merupakan bagian dari kemenangan kebangkitan.
Namun terlepas dari itu, pengarang dari kisah kenaikan tersebut yakni Lukas,
membuat dua sudut pandang yang berbeda. Pertama, ialah dari Injil Lukas, yang
menceritakan bahwa kenaikan Yesus merupakan puncak dari karya Yesus. Kedua,
ialah dari Kisah Para Rasul, bahwa peristiwa tersebut merupakan permulaan dari
perutusan Gereja.

Adapun kedudukan dari kisah kenaikan Isa Al Masih dalam ajaran Islam dan
Kristen juga mengisahkan beliau menurut dengan ajaran dan kepercayaan mereka
masing-masing dan tentu memiliki berbagai macam perbedaan, baik dari segi jalan
cerita atau pun dari segi pemaknaan pada jalan ceritanya tersebut.

Dalam ajaran Islam, kedudukan dari kisah kenaikan Isa Al Masih tersebut
merupakan suatu bukti bahwa Allah swt. memuliakan Isa a.s. dan ingin melindungi
beliau dengan cara menyelamatkan Isa a.s. yang saat itu sedang dalam pengejaran
oleh kaum Yahudi. Allah swt. menyelamatkan Isa a.s. dengan cara mengangkat beliau
ke langit secara utuh, bersama degan roh dan jasad beliau. Namun menurut beberapa
penafsiran yang ada, sebelum Allah swt. mengangkat Isa a.s., beliau terlebih dahulu
mewafatkan beliau, seperti firman Allah swt. yang ada tertera pada potongan ayat
dalam QS. Ali ‘Imra>n/3:55, “Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan (mewafatkanmu)
mengambilmu.”

Kata “mewafatkanmu” disini mengundang berbagai pendapat dari para


ulama, contohnya dari Az-Zamakhsyari yang merupakan ulama yang berasal dari
golongan Muktazilah (suatu aliran teologi yang rasional dan lebih mendahulukan
akal dalam setiap pembahasan mereka). Beliau berpendapat bahwa makna dari

8 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

potongan ayat di atas ialah, Allah swt. mewafatkan atau mengambil Isa a.s. tepat pada
saat dalam keadaan usia yang telah sempurna dan telah disiapkan Allah, dan oleh
sebab itu Isa a.s. tidak akan terbunuh oleh kaum Yahudi tersebut, serta akan tetap
hidup sesuai dengan usia yang telah ditetapkan oleh Allah swt. Jadi, menurut
golongan tersebut, seseorang yang apabila belum sempurna usianya atau pun belum
tiba masanya, ia tidak akan mati, walaupun ia dibunuh, termasuk di sini ialah Nabi
Isa a.s.

Namun, pendapat tersebut tidak diterima oleh banyak ulama dikarenakan, hal
apa pun dan dalam bentuk apa pun sehingga menyebabkan makhluk tersebut
mengalami kematian, jika memang telah sampai pada ajal yang telah ditetapkan oleh
Allah swt. maka pasti akan bertemu dengan ajalnya, tidak peduli muda atau tua, sakit
atau pun sehat. Berbeda pula dengan apa yang dimaksud dalam Al-Qur’an dan
Sunnah, yakni pemaknaan dari kata “mewafatkan” tersebut ialah bermakna “mati”
dan “tidur.” Kata tersebut bermakna “mati”, karena siapa yang wafat, maka umurnya
di dunia telah sempurna, dan kata tersebut juga bermakna tidur karena “tidur” mirip
dengan mati dari sisi hilangnya kesadaran, maka tidur pun dinamai mati.

Dalam ajaran Kristen, kedudukan dari kenaikan dari Isa Al Masih atau Yesus
Kristus adalah bukti yang menandai akhir dari waktu-Nya yang terbatas, bahkan
dalam pelayanan pasca kebangkitan-Nya sampai batas tertentu, Yesus masih
membatasi pernyataan terkait dengan kemuliaan-Nya. Kenaikan itu juga menandai
akhir dari pelayanan Yesus di dunia, yang tidak hanya mencakup peran-Nya di kayu
salib sebagai bentuk dari pengorbanan Yesus untuk menebus dosa manusia, tetapi
juga pelayanan kenabian dan mukjizat yang dilakukan oleh kehadiran fisik-Nya.

Kenaikan Yesus Kristus berarti bahwa kenaikan itu adalah pemisahan antara
mereka dan Tuhan-Nya, tetapi pemisahan itu bersifat hanya sementara, tidak mutlak.
Kenaikan Yesus juga merupakan sesuatu yang menyebabkan perubahan hubungan
menjadi lebih baik, lebih menggembirakan dalam mencapai tujuan, bahkan jika
kenaikan Yesus merupakan perjalanan untuk menuju ke surga, tidak membuat para
pengikutnya sedih, tetapi bahagia.
E. Penutup
a. Kesimpulan
Peristiwa Kenaikan Isa Al Masih dalam ajaran Islam dan Kristen mempunyai
persamaan dan perbedaan kisah dalam beberapa aspek. Pertama, mulai dari pelaku
pembunuhan dan penyaliban yang sama-sama dilakukan oleh kaum Yahudi, namun
memiliki perbedaan di akhir dari kisah tersebut. Kedua, memiliki murid atau pengikut
yang sama-sama berkhianat kepada Isa Al Masih, akan tetapi memiliki perbedaan
dari segi pelaku atau pengkhianat pada masing-masing ajaran tersebut. Ketiga,
mengalami pengangkatan yang sama-sama diangkat ke langit oleh Tuhan-Nya.
Namun dengan pemaknaan dan proses yang berbeda pada masing-masing ajaran.

9 | Nur Faizi Hasyim


Kenaikan Isa Al Masih dalam Perspektif Islam dan Kristen (Suatu Studi Perbandingan dengan
Pendekatan Teologis)

b. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan jurnal ini tentu masih banyak salah dan kurangnya. Untuk
itu demi kemajuan dan perbaikan ke depan penulis mengharap saran dan kritiknya.

Daftar Pustaka

Almirzanah, Syafa’atun. Isa Almasih, Wafat dan Kebangkitannya (Gagasan Kristologi


Islam). Al-Jami’ah. 12(64), (1999).

Armstrong, Karen. Perang Suci. terj. Hikmat Darmawan. Jakarta: Serambi, 2004.

Groenen. Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran Tentang Yesus Kristus Pada
Umat Kristen. Yogyakarta: Kanisius, 1998.

Kataregga, D.B, & Shenk, W.D. Dialog Islam Dan Kristen. Semarang: Pustaka Muria,
2009.

Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Solo: PT Tiga


Serangkai Pustaka Mandiri, 2013.

Lembaga Alkitab Indonesia. Alkitab. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1974.

10 | Nur Faizi Hasyim

Anda mungkin juga menyukai