Email: aryawicaksanak@gmail.com
PENDAHULUAN
Air bersih sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air bersih
manusia tidak dapat melakukan berbagai aktivitas konsumtif. Sering kita mendengar
bumi disebut sebagai planet biru, karena air menutupi 3/4 permukaan bumi. Tetapi
tidak jarang pula kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama saat
musim kemarau disaat air umur mulai berubah warna atau berbau. Ironis memang,
tapi itulah kenyataannya. Yang pasti kita harus selalu optimis. Sekalipun air sumur
atau sumber air lainnya yang kita miliki mulai menjadi keruh, kotor ataupun berbau,
selama kuantitasnya masih banyak kita masih dapat berupaya merubah/menjernihkan
air keruh/kotor tersebut menjadi air bersih yang layak pakai. (PARAGRAF 1)
Alamsyah (2006) berpendapat bahwa secara fisik, beberapa air sungai terlihat
keruh dan berwarna coklat. Hal ini disebabkan karena air sungai bercampur dengan
pasir, lumpur, kayu, dan kotoran lainnya. Kualitas air sungai juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Misal, limbah industri dan rumah tangga yang dibuang langsung
di sungai tanpa adanya proses pengolahan. Akibatnya, secara kualitas fisika, kimia,
maupun biologi, air sungai di daerah hilir (muara) sangat rendah dan tidak layak
dikonsumsi dibandingkan dengan air sungai di daerah hulu (mata air).
DAFTAR PUSTAKA
Yogafanny, E. (2015). Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap
Kualitas Air Sungai Winongo. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan, 7(1), 41-50
Alamsyah, S. (2006). Merakit Sendiri Alat Penjernihan Air untuk Rumah Tangga.
Jakarta: Lembaga Penerbit Kawan Pustaka Penerbit Buku Umum
Atyani, F., Damajanti, N., Hamad, A. (2014). Pemanfaatan Arang Dari Limbah
Tempurung Kelapa Sebagai Variasi Material Dalam Sand Filtration Untuk
Penjernihan Air Sumur Di Kelurahan Tegalkamulyan Cilacap. Proceeding Seminar
Nasional LPPM 2014.