Epidermolisis Bulosa Akuisita
Epidermolisis Bulosa Akuisita
Etiopatogenesis
Epidermolsis Bulosa Acquisita (EBA) merupakan suatu kelainan autoimun kronik yang
ditandai dengan adanya lepuh subepidermal. Imunoglobulin G (IgG) menjadi autoantibody
terhadap kolagen tipe VII, sehingga menyebabkan lemahnya ikatan epidermis dan dermis.
Autoantibodi IgG berikatan dengan kolagen tipe VII sehingga menyebabkan menurunnya
jumlah fibril pengikat. Hal ini dapat terjadi akibat kolagen tipe VII tidak dapat membentuk
struktur triple helix dan fibril pengikat yang stabil. Kolagen tipe VII merupakan suatu rantai
alfa yang memiliki massa molekul antara 250 hingga 320 kDa, dan terdiri atas 3 rantai alfa
indentik homotrimer. Setiap rantai alfa terdiri atas asam amino terminus globular besar non
kolagen, yang disebut dengan noncollagenous1 (NC-1) dan menempati setengah dari
keseluruhan berat molekul. Selain itu, terdapat juga NC-2 yang memiliki berat molekul yang
lebih rendah. Sebagian besar autoantibody EBA mengenali keempat antigen epitop sebagai
domain NC-1 dan tidak mengenali domain helical dan NC-2. Berkurangnya jumlah fibril
pengikat dapat dilihat pada lesi dan daerah sekitar lesi pada kulit pasien EBA. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa autoantibody EBA sangat pathogen dan memiliki
kemampuan untuk memisahkan penyatuan antara epidermis dan dermis.
Manifestasi Klinis
Terdapat banyak variasi dari manifestasi klinis EBA. Manifestasi klinis dari EBA dibagi
menjadi 5, yaitu tipe klasik, presentasi menyerupai pemfigus bulosa, menyerupai pemfigoid
sikatrik, pemfigoid Burnsting-Perry, dan menyerupai dermatosis bulosa linear IgA .
Tipe Klasik. Tipe klasik merupakan kelainan bulosa non-inflamasi dengan distribusi pada
akral dan sembuh dengan meninggalkan scar dan milia. Bentuk ringan dari tipe ini sangat
mirip dengan porfiria cutaneus tarda (PCT). Pasien EBA tipe klasik tidak memiliki gejala
yang sama dengan porfiria, yaitu fotosentivitas, dan peningkatan kadar porfiria di urin. EBA
tipe klasik ditandai dengan adanya lepuh, erosi, hingga scar pada tangan, siku, lutut, region
scarum dan kaki. Terkadang juga ditemui adanya keterlibatan mucosa oral dengan erosi dan
lepuh. Vesikel dan bula juga dapat dijumpai pada daerah kulit yang tidak mengalami
inflamasi. Beberapa dapat mengalami perdarahan sehingga menjadi erosi, krusta, skuama,
skar, alopecia, kista milia dan distrofi kuku. Lesi tersebut akan sembuh dan meninggalkan
jaringan parut serta membentuk kista milia pada daerah yang terkena. Bahkan pada kasus
yang lebih berat, akan dijumpai fibrosis dari tangan dan jari-jari serta stenosis esophagus.
Gambaran histology akan menunjukkan terpisahnya lapisan epidermis dan dermis pada
membran basalis serta minimal inflamasi.
Pemfigoid Burnsting-Perry. Tipe ini merupakan tipe lesi vesikobulosa kronik dan rekuren.
Berbeda dengan tipe sikatrik pemfigoid, Burnsting-Perry sedikit atau bahkan tidak
menyerang mukosa. Lesi dapat dijumpai pada daerah leher dan kepala yang disertai dengan
scar, bula subepidermal, dan deposit IgG pada DEJ. Target antigen dari autoantibody IgG
belum dapat diidentifikasikan, tetapi terdapat dugaan bahwa target autoantibody IgG berada
di bawah lamina densa pada gambaran klini tipe ini. Oleh karena itu, dipercaya bahwa
Burnsting-Perry merupakan salah satu manifestasi klinis dari EBA.
Yoita dan kawan-kawan membentuk beberapa kriteria diagnosis yang sangat membantu
dalam penegakkan diagnosis EBA, yaitu: