Anda di halaman 1dari 10

Fenomena Kecenderungan Bunuh Diri Menurut Perspektif Filsafat

Manusia
Pebrianti Paudi, S.Psi
Magister Psikologi Profesi ,Universitas Mercu Buana Yogyakarta
E-mail : rantipaudi72@gmail.com

Abstrak
Manusia sebagai makhluk yang tidak tercipta dengan sendirinya melainkan
keberadaannya ada yang menciptakan yaitu Tuhan. Dalam proses perkembangan
manusia banyak dinamika hidup yang harus dijalani oleh setiap individu yang
dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan
seseorang melakukan percoban bunuh diri. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk melakukan tindakan
bunuh diri dan untuk mengetahui tinjauan filsafat manusia tentang perilaku bunuh
diri. Penulisan artikel ilmiah ini metode studi kepustakaan (literature review) yaitu
metode yang dilakukan dengan cara menelusuri buku, jurnal, artikel dan atau hasil
penelitian yang akuntabel, untuk digunakan sebagai bahan acuan informasi yang
tertuang dan dipaparkan melalui tulisan ini. Manusia sejatinya harus mempunyai
sifat optimistis dan harus memahami bahwa dalam menjalani kehidupan, setiap
manusia memiliki masalah dan rintangan nya masing-masing dengan jalan
keluarnya masing-masing, sehingga tidak tepat apabila menjadikan tindakan bunuh
diri sebagai langkah yang diambil ketika terjadi permasalahan dalam kehidupan.
Kata Kunci: filsafat; bunuh diri

Abstact
Humans are creatures that are not created by themselves, but there is someone who
creates, namely God. In the process of human development there are many
dynamics of life that must be lived by every individual which is influenced by
intrinsic factors and extrinsic factors that can cause a person to attempt suicide.
This research was conducted to find out the factors that influence humans to
commit suicide and to know the human philosophy of suicide. Writing scientific
articles is the method of literature review (literature review), which is a method
that is carried out by searching books, journals, articles and or research results that
are accountable, to be used as reference material for information contained and
presented in this paper. Humans must actually have an optimistic nature and must
understand that in living life, every human being has their own problems and
obstacles with their own solutions, so it is not right to make suicide a step taken
when problems occur in life
Keywords: philosophy; suicide
1. Pendahuluan manusia banyak dinamika hidup yang
Manusia sebagai makhluk harus dijalani oleh setiap individu
yang tidak tercipta dengan sendirinya yang dipengaruhi oleh faktor intrinsik
melainkan keberadaannya ada yang dan faktor ekstrinsik yang dapat
menciptakan yaitu Tuhan (Sumanto, menyebabkan seseorang melakukan
2018). Pada tahun 1859 seorang filsuf percoban bunuh diri (Mukarromah &
bernama Charles Darwin Nuqul, 2014). Faktor instrinsik (dari
mengungkapkan bahwa sejatinya dalam diri) antara lain adalah keadaan
setiap makhluk di bumi ini psikologis dan keaadaan emosional.
mengalami proses evolusinya Sedangkan faktor ekstrinsik antara
masing-masing selama kurun waktu lain keadaan ekonomi yang sulit,
ratusan tahun, sehingga makhluk permasalahan dengan orang lain, dan
apapun yang hidup saat ini termasuk adanya tekanan pekerjaan
manusia sudah melewati proses (Mukarromah & Nuqul, 2014).
‘seleksi alam’ (Taufik, 2019). Hasil Beberapa teori psikologi yang dapat
penelitian Charles Darwin ini menjelaskan dinamika bunuh diri
kemudian mendasari lahirnya teori adalah psikoanalisis oleh Sigmund
dari Thomas H. Huxley yang Freud dan paradigma kognitif oleh
mengemukakan bahwa ada kemiripan Jean Piaget (Thahir, 2015).
manusia dengan makhluk hidup lain Dalam teori psikoanalisisnya, Freud
yakni simpanse, sehingga ada menjelaskan bahwa tujuan dari
kemungkinan bahwa manusia secara kehidupan adalah kematian dan
tidak langsung berasal dari spesies kemudian muncul dorongan agresif
kera atau simpanse (Restu, 2022). yang tujuannya untuk
Disisi lain menurut sebagian besar mempertahankan sifat ego atau sifat
para ahli tafsir Islam mengemukakan ke-akuan dengan cara menyalurkan
bahwa manusia pertama yang ada di insting kematian yang sifatnya
bumi yaitu Adam dan istrinya Hawa merusak ke objek luar dan
yang kemudian berkembang biak mengubahnya menjadi tindakan yang
hingga memenuhi bumi seperti bisa diterima oleh lingkungan, hal ini
sekarang ini (Saleh, 2018). dimaksudkan untuk menyalurkan

Dalam proses perkembangan energi dari insting kematian, namun


kegagalan ego untuk menyalurkan cara menentukan sesuatu melalui
insting kematian keluar dari dirinya hukum kedekatan, kemiripan,
menyebabkan agresi berbalik kecenderungan atau keadaan yang
kedalam dirinya sendiri dan apabila diperkirakan paling mendekati
cukup kuat orang tersebut akan kenyataan (Mukarromah & Nuqul,
melakukan tindakan bunuh diri 2014).
(Mukarromah & Nuqul, 2014). 2. Rumusan Masalah
Sedangkan menurut pandangan teori Apa saja faktor-faktor yang
kognitif adanya percobaan bunuh diri mempengaruhi manusia untuk
berkaitan dengan kesalahan cara melakukan tindakan bunuh diri? Dan
berfikir dan cara pengambilan Bagaimana tinjauan filsafat manusia
keputusan (decision making) pada tentang perilaku bunuh diri?
tindakan percobaan bunuh diri . 3. Tujuan
Pembuatan keputusan atau decision Untuk mengetahui faktor-
making ialah proses memilih atau faktor yang mempengaruhi manusia
menentukan berbagai kemungkinan untuk melakukan tindakan bunuh diri
di antara situasi-situasi yang tidak dan Untuk mengetahui tinjauan
pasti. Pembuatan keputusan terjadi di filsafat manusia tentang perilaku
dalam situasi-situasi yang meminta bunuh diri
seseorang harus membuat prediksi ke
4. Metode
depan, memilih salah satu diantara
dua pilihan atau lebih, atau membuat Penulisan artikel ilmiah ini

estimasi (perkiraan) mengenai metode studi kepustakaan (literature

frekuensi kejadian berdasarkan bukti- review) yaitu metode yang dilakukan

bukti yang terbatas (Mukarromah & dengan cara menelusuri buku, jurnal,

Nuqul, 2014). Namun tidak semua artikel dan atau hasil penelitian yang

keputusan diambil dengan akuntabel, untuk digunakan sebagai

menggunakan pertimbangan yang bahan acuan informasi yang tertuang

sistematis seperti pada teori dan dipaparkan melalui tulisan ini.

keputusan klasik di atas, melainkan


dengan menggunakan pendekatan 5. Subjek Penelitian
Heuristik, yaitu pendekatan dengan
Penelitian dalam artikel ini
tidak melibatkan subjek secara suatu ide yang mungkin
langsung melainkan mengukuti belum ada sebelumnya
subjek yang digunakan oleh para (Muhni, 2015). Menurut Max
peneliti yang hasil penelitiannya Scheler yang merupakan
disadur (dikutip) dalam artikel ilmiah seorang filsuf dari Jerman,
ini. manusia mempunyai dunia
6. Teknik Pengumpulan Informasi tersendiri dan dunia tersebut
Informasi yang diperoleh oleh bersifat terbuka. Manusia
peneliti diperoleh dengan tidak mempunyai insting-
menggunakan mesin pencarian jurnal insting dan organ yang
ilmiah otomatis yaitu Google Scholar terbatas sehingga membuat
dengan menggunakan kata kunci manusia dapat menangkap
yang berhubungan dengan filsafat sesuatu yang bernama
manusia, psikologi, dan kejadian ‘objek’ (Muhni, 2015). Disisi
bunuh diri. lain menurut salah seorang
7. Hasil dan Pembahasan professor filsafat di Indonesia
a. Pengertian Manusia yakni Notonagoro, manusia
Seorang ahli filsafat memiliki sifat sebagai
dari spanyol bernama Ortega makhluk monopluralistik
Y. Gasset telah yang berarti tersusun oleh
mendefinisikan manusia jiwa dan raga, memiliki sifat
sebagai makhluk yang perseorangan dan sosial, serta
mampu “merenungkan diri” berkedudukan pada kodrat
yang menurut Ortega yang berdiri sendiri yang
merupakan ciri khas yang secara bersamaan adalah
membedakan manusia dari makhluk Tuhan (Muhni,
makhluk hidup yang lain. 2015). Menurut pandangan
Selain itu, menurut Ortega agama islam, manusia terdiri
manusia adalah makhluk dari jasad (fisik) dan non fisik
yang memiliki imajinasi atau (immateri) yang mana fisik
kreatifitas yang mampu berupa bagian-bagian tubuh
membentuk dunia baru dari yang dapat dideteksi melalui
panca indera dan dapat psikoanalisis oleh Freud
didalami melalui ilmu biologi menganggap bunuh diri
dan kedokteran, sedangkan sebagai pembunuhan, sebuah
non fisik berupa hal-hal yang perluasan atas teorinya
tidak dapat dideteksi oleh mengenai depresi. Ketika
panca indera manusia seseorang kehilangan orang
sebelum dikonversi menjadi yang dicintai sekaligus
sebuah tindakan atau dibencinya, dan meleburkan
perilaku. Beberapa contoh orang tersebut dengan
non fisik penyusun manusia dirinya, agresi dialihkan ke
antara lain jiwa, roh, dan dalam. Jika perasaan ini
nafsu (Junadi, 2016) cukup kuat, orang yang
b. Pengertian dan Faktor bersangkutan akan bunuh diri
Penyebab Bunuh Diri (Mitranata, 2017).
Bunuh diri adalah Adanya
sebuah tindakan yang tindakan bunuh diri yang
disengaja oleh manusia yang marak terjadi masih dianggap
menyebabkan kematian tabu oleh Sebagian besar
dirinya sendiri. Bunuh diri masyarakat di Indonesia.
akibatkan oleh manusia yang Menurut data dari WHO pada
seringkali putus asa dalam tahun 2020 angka bunuh diri
menyelesaikan permasalahan di Indonesia mencapai 2,4%
yang ada, dan bisa dikaitkan dari 100.000 jiwa apabila
dengan gangguan jiwa. tidak mendapat perhatian
Fenomena bunuh diri serius dari berbagai pihak
berawal dari gangguan (Kumala Ratih & Tobing,
mental sebagai penyebab 2016). Bunuh diri kerap
yang paling umum, berbagai menjadi solusi bagi manusia
kondisi jiwa merasa tertekan yang mengalami depresi,
serta tidak mampu distorsi, dan transisi budaya
menghadapi masalah yang yang mempengaruhi perilaku
dihadapi. Sebuah teori seorang manusia. Depresi
dan skizofernia dinilai 2013).
sebagai pemicu bunuh diri. Bunuh diri juga seringkali
Depresi yang berlaurt dapat didorong oleh hilangnya
meningkatkan risiko nilai-nilai baku dalam
sesorang ingin meakukan masyarakat. Misalnya,
bunuh diri, karena dengan individu melakukan bunuh
pikirannya yang pendek diri karena malu yang
bahwa bunuh diri sebagai dirasakannya hanya karena
penyelesaiannya. persoalan yang sangat sepele.
Kepribadian biasa Hal ini dimungkinkan karena
terlihat dari emosi yang naik stigma masyarakat yang
turun (Mitranata, 2017). mulai bergeser, misalnya
Bunuh diri adalah cara yang harga diri dalam masyarakat
dilakukan seseorang untuk ditentukan dengan nilai
mengakhiri hidupnya. ekonomi, sehingga orang
Ketidakstabilan emosi, yang tidak memiliki
kondisi sosial-ekonomi, kemampuan secara ekonomi
kemiskinan, dan akan terasing (Maharani,
pengangguran, orientasi 2007).
individualisme, dan c. Tinjauan Filsafat Manusia
kolektivisme merupakan Terhadap Tindakan Bunuh
sebuah realitas yang kini Diri
sering terjadi atau dijumpai Manusia sebagai
mengakibatkan orang makhluk yang mempunyai
melakukan bunuh diri. akal pikiran membuatnya
Fenomena tersebut tidak lepas dari proses
berpotensi menjadi sumber berfikir secara terus-menerus
stres, dan jika stres itu cukup dengan harapan mendapatkan
besar, lama atau spesifik jawaban atau penyelesaian
maka akan menggannggu dari hal-hal yang ia pikirkan.
kesehatan jiwa individu Dalam menilai tindakan
(Arfandiyah & Hamidah, bunuh diri yang dilakukan
oleh manusia, maka terdapat yang berhubungan secara
setidaknya 2 tinjauan filsafat timbal balik dengan manusia
manusia yang dapat penulis yang lain. Dalam sebuah
uraikan yaitu; tinjauan sosialitas terkandung sebuah
filsafat manusia tentang sistem sosial karena di dalam
bunuh diri sebagai proses sistem tersebut terdapat relasi
berpikir dan tinjauan filsafat sosial yang saling berkaitan.
manusia tentang bunuh diri Dalam fenomena bunuh diri
sebagai efek dari makhluk sosok serorang yang tadinya
sosialitas (Mitranata, 2017). bekecimpung dalam
Banyak manusia yang masyarakat. Secara tiba-tiba
memilih untuk ada suatu permasalahan dan
mempersingkat waktu tidak dapat menyelesaiakan
berpikir dalam mengatasi permasalahan akhirnya
sebuah masalah yang memilih untuk menyudah
berakhir pada sifat berputus kehidupannya secara sia-sia.
asa dalam kehidupan hingga Terjadinya bunuh diri di
mengakhiri kehidupan kalangan masyarakat juga
dengan bunuh diri. Sehingga dapat diakibatkan oleh
dalam hal ini filsafat manusia permasalahan dengan
penting untuk dijelaskan dan tetangga yang disertai
dipahami oleh manusia itu banyaknya tuduhan atau
sendiri guna membelajarkan masalah asusila. Maka dari
cara befikir yang itu kita perlu motivasi dari
bertanggung jawab dan seseorang untuk menambah
pentingnya tanggung jawab pikiran. Manusia perlu
dalam mengatasi masalah- bersosial dengan manusia
masalah kehidupan. lainnya dengan tukar
Dari tinjauan lain pengalaman atau tukar
yakni sosialitas, mengandung pikiran guna untuk saku
arti bahwa adanya kehidupan didalam
kebersamaan antar mahkluk masyarakat.
Sejatinya setiap keluarnya tesebut. Bagi
individu akan berusaha seseorang yang memiliki
mengatasi setiap jiwa optimis, akan memaknai
permasalahan yang dihadapi bahwa dari setiap
dalam kehidupan setiap permasalahan pasti ada jalan
manusia yang beragam. keluar dan tidak perlu putus
Suatu persoalan akan terjadi asa (Kurniawan, 2015). Hal
ketika individu tidak mampu sebaliknya dengan seseorang
mengatasi masalah dan bertipe pesimistik, yang
persoalan yang menimpa menganggap persoalan hidup
pada setiap manusia, padahal senantiasa bersumber dari
kehidupan manusia adalah dirinya. Persoalan dianggap
bersosialisasi atau saling bersifat permanen dan akan
berhubungan denga manusia selalu menjadi masalah
yang lainnya. Setiap manusia dalam hidupnya, sehingga
individu menginginkan jalan sulit baginya untuk diatasi.
keluar atas permasalahan Pada individu yang bertipe
atau persoalan yang demikian putus asa mudah
dihadapinya. Bahkan melekat dan dapat dengan
manusia individu ingin subur tumbuh rasa
mengharapkan solusi yang ketidakberdayaan. Inilah
terbaik untuk memecahkan kemungkinan kedekatan
suatu permasalahan, namun tindakan bunuh diri bagi
kenyataannya banyak orang orang yang bertipe demikian.
yang tidak melakukan hal itu. Bagi orang-orang yang
Bagi tipe manusia yang secara terpaksa mengambil
memiliki jiwa optimistis keputusan yang dalam
maka akan selalu pandangan umum merupakan
memandang persoalan solusi yang tidak baik,
dengan berpikir pasti ada misalnya orang melakukan
jalan keluarnya, dan akan bunuh diri karena mereka
berusaha mencari jalan tidak mampu menyelesaikan
persoalan hidupnya Universitas Darul 'Ulum, 43-
sebagaimana orang lain. Di 44.

sinilah filsafat mempunyai Kumala Ratih, W. A., & Tobing, D.


H. (2016). Konsep Diri Pada
peran penting untuk melihat Pelaku Percobaan Bunuh Diri
alasan setiap individu dalam Pria Usia Dewasa Muda di
Bali. Jurnal Psikologi
pengambilan keputusannya.
Udayana, 56-70.
8. Kesimpulan
Kurniawan, P. (2015). Fenomena
Manusia sebagai makhluk "Bunuh Diri" di Kalangan
yang berpikir dan bersifat sosialitas Usia Muda Indonesia Dilihat
Dari Sudut Pandang Filsafat
sudah seharusnya memiliki akal
Manusia. Jurnal Universitas
pikiran untuk tidak melakukan Diponegoro, 235-240.
tindakan bunuh diri. Tindakan bunuh Maharani, S. D. (2007). Fenomena
diri dapat diantisipasi dengan cara Bunuh Diri Tinjauan Filsafat
Manusia (Studi Kasus
menanamkan nilai-nilai filsafah
Terhadap Fenomena Bunuh
manusia itu sendiri. Manusia Diri Ibu dan Anak). Jurnal
sejatinya harus mempunyai sifat Filsafat, 104-107.

optimistis dan harus memahami Mitranata, B. A. (2017). Filsafat


Manusia Fenomena Bunuh
bahwa dalam menjalani kehidupan,
Diri. Jurnal Universitas
setiap manusia memiliki masalah dan Katolik Widya Mandala
rintangan nya masing-masing Surabaya.

dengan jalan keluarnya masing- Muhni, D. A. (2015). Manusia


Menurut Ortega Y. Gasset.
masing, sehingga tidak tepat apabila
Jurnal Filsafat, 28-29 .
menjadikan tindakan bunuh diri
Mukarromah, L., & Nuqul, F. L.
sebagai langkah yang diambil ketika (2014). Dinamika Psikologis
terjadi permasalahan dalam Pada Pelaku Percobaan
Bunuh Diri. Jurnal Psikologi
kehidupan.
dan Psikologi Islam, 33.
Daftar Pustaka
Restu. (2022). Gramedia Blog.
A. L., & H. K. (2013). Hubungan Retrieved from Gramedia.
Antara Kesepian dengan Ide
Bunuh Diri Pada Remaja Saleh, M. (2018). Penciptaan Hawa
dengan Orang Tua Yang dalam Al-Qur'an. Institut
Bercerai. Perguruan Tinggi Ilmu Al-
Qur'an.
Junadi, M. (2016). Manusia Dalam
Berbagai Perspektif. Jurnal
Sumanto, E. (2018). Esensi, Hakikat,
dan Eksistensi Manusia
(Sebuah Kajian Filsafat
Islam). Institut Agama Islam
Negeri Bengkulu, 60.
Taufik, L. M. (2019). Teori Evolusi
Darwin: Dulu, Kini dan Nanti.
Jurnal Filsafat Indonesia ,
II(3), 100.
Thahir, A. (2015). Psikologi
Perkembangan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai