PENDAHULUAN
tersebut.
komunikasi. Dalam arti ini, "terorisme adalah taktik peperangan yang digunakan
Terorisme di satu sisi dilihat sebagai tindakan kekerasan oleh aktor non-
kendali pemerintah.
terorisme sebagai "serangan yang disengaja terhadap sipil untuk mencapai tujuan
politik." Ini menciptakan perbedaan antara terorisme dan tindakan kekerasan lain
1
2
dalam Mustofa, 2005) tindakan teroristik adalah pesan yang ditujukan tidak hanya
kepada korban, tetapi juga kepada audiens yang lebih luas. Ini berfungsi sebagai
bertindak.
sosial suatu negara." Council of the European Union (2002) dalam Narendra
(2017).
berjalannya waktu. Bahkan di zaman kuno, terorisme telah menjadi bagian dari
strategi perang dan pemberontakan. Kaum Zealot di Palestina pada abad pertama
kekerasan, dan sering dianggap sebagai salah satu kelompok teroris pertama
(Hoffman dalam Nugroho, 2022). Sementara itu, di Timur Tengah pada Abad
pembunuhan tingkat tinggi yang ditargetkan pada pemimpin politik dan agama
kompleks. Di Rusia, pada akhir abad ke-19, kelompok Narodnaya Volya memulai
Spanyol yang menggunakan terorisme sebagai alat untuk mencapai tujuan politik
mereka. Namun, mungkin tidak ada peristiwa terorisme yang lebih mengubah
Peristiwa tragis ini menandai awal dari era baru terorisme global di mana
menciptakan dampak global (Crenshaw, dalam Mustofa, 2005). Sejak saat itu,
Kendati bentuk dan metode terorisme telah berubah sepanjang waktu, tujuannya
Salah satu pemberontakan awal yang memiliki ciri-ciri ekstremis adalah Darul
pada awal abad ke-21, Indonesia kembali diguncang dengan serangan bom di
Kuta, Bali pada tahun 2002. Serangan ini dilakukan Jemaah Islamiyah (JI) dan
kembali sebagai dalang dari insiden ini (Abuza dalam Surwandono dkk, 2018).
dengan 10 korban jiwa dan lebih dari 150 orang luka-luka, lagi-lagi JI dituding
sebagai pelakunya (Ramakrishna dalam Wahyudi, 2021). Bali sekali lagi menjadi
sasaran teror pada tahun 2005, dengan serangan di Jimbaran dan Kuta yang
September 2004 terjadi peristiwa Bom Kedubes Australia, Jakarta. Ledakan besar
terjadi di depan Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya
Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. Kemudian pada 12 Desember
2004 terjadi peristiwa Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah.
Tahun 2005 : Pada tanggal 21 Maret 2005 terjadi peristiwa dua bom
meledak di Kota Ambon. Kemudian pada tanggal 28 Mei Maret 2005, terjadi
peristiwa ledakan Bom Tentena. Akibatnya 22 orang tewas. Pada tanggal 8 Juni
rumah Ahli Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril
alias M Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa. Peristiwa terorisme yang
menarik perhatian dunia adalah peristiwa Bom Bali, yang terjadi pada 1 Oktober
5
2005. Akibatnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang
terjadi di R.AJA's Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di
Nyoman Café Jimbaran. Pada tahun yang sama terjadi peristiwa Bom di Palu,
pada tanggal 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu, Sulteng
2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta.
bulan Januari 2010. Terjadi juga peristiwa Perampokan bank CIMB Niaga pada
2011. Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon saat Salat Jumat
peristiwa Bom Gading Serpong, pada tanggal 22 April 2011. Rencana bom yang
diletakkan di jalur pipa gas, namun berhasil digagalkan pihak Kepolisian RI.
Ledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah usai kebaktian
dan jemaat keluar dari gereja. Satu pelaku bom bunuh diri tewas dan
2012. Granat meledak di Pospam Gladak, Solo, Jawa Tengah. Ledakan ini
Tahun 2013 : Terjadi peristiwa Bom Polres Poso, pada tanggal 9 Juni
2013 dengan target personel polisi yang sedang apel pagi. Bom meledak di depan
terluka di tangan sebelah kiri, sementara pelaku bom bunuh diri tewas di tempat.
Pada tahun 2016 : Terjadi peristiwa Bom dan baku tembak di Jakarta,
pada tanggal 14 Januari 2016. Ledakan dan baku tembak di sekitar Plaza Sarinah,
Jl MH Thamrin, Jakpus. Pada tanggal 5 Juli 2016, terjadi peristiwa ledakan bom
Surakarta, Jawa Tengah. Akibatnya 1 pelaku tewas dan 1 petugas kepolisian luka-
luka. Pada tanggal 28 Agustus 2016, sebuah ledakan bom bunuh diri terjadi di
Gereja Katolik Stasi Santo Yosep, Jalan Dr Mansur, Kota Medan. Pelaku
mengalami luka bakar, seorang pastor luka ringan. Pada 13 November 2016,
2016, sebuah bom molotov meledak di Vihara Budi Dharma, Kota Singkawang,
Kalimantan Barat.
Tahun 2017 : Pada tanggal 24 Mei 2017, sebuah Bom Panci meledak di
Melayu, Jakarta Timur. Pada 27 Februari 2017, sebuah Bom panci meledak di
7
alias Dani alias Abu Salam (41) yang merupakan anggota Jamaah Ansharut
penyanderaan sejumlah anggota brimob dan densus 88 selama 36 jam oleh 156
Polri gugur dan 1 napi teroris tewas, sedangkan 4 perwira Polri luka berat/ringan.
Kemudian pada pada tanggal 13-14 Mei 2018 terjadi peristiwa Bom Surabaya.
Sedikitnya lima belas orang tewas dan puluhan lainnya terluka setelah
serangkaian pengeboman bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Pada
Timur, pada 14 Mei 2018, pukul 08.50 WIB. Semua pelaku yang melakukan
rentetan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo ini merupakan anggota dari jaringan
Jamaah Ansharut Daulah (JAD), yang berafiliasi dengan Negara Islam Irak dan
Syam (ISIS). Pada tanggal 16 Mei 2018, terjadi peristiwa Mapolda Riau diserang
oleh kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Setidaknya, satu orang
polisi gugur, dua orang polisi luka-luka, dan dua jurnalis luka-luka. Empat orang
teroris tewas tertembak, sedangkan satu orang teroris yang berperan sebagai
pengemudi mobil melarikan diri. Pada bulan Mei 2018, terjadi Teror bom terjadi
di Surabaya, yang dilakukan oleh pasangan suami-istri Dita Oeprianto dan Puji
Kuswati.
8
peristiwa penyerangan nekat yang dilakukan oleh pasangan suami isteri terhadap
Menko Polhukam Wairanto yang baru turun dari pesawat untuk melakukan suatu
dugaan ledakan bom di Polsek Astana Anyar Bandung Jawa Barat pada tahun
2016 di pusat Jakarta, di mana ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan
yang menargetkan area Sarinah dan Thamrin, menewaskan 8 orang (IPAC, 2016).
telah muncul sebagai salah satu isu dan tantangan global yang paling signifikan di
abad ke-21 ini. Melihat kenyataan bahwa belum ada kesepakatan internasional
kekuatan atau kekejaman yang tidak disetujui terhadap orang atau harta benda
9
ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara
meluas, dengan cara menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara
fasilitas publik, atau fasilitas internasional. Definisi ini diadopsi sesuai dengan
pedoman studi ini yaitu: (1) tujuan/agenda terorisme terkait dengan tujuan politis
atau ideologis, (2) memiliki karakter strategis, (3) menggunakan cara kekerasan
dan teror, (4) diarahkan terhadap target yang luas, (5) memiliki dampak psikologis
mengacu pada upaya menghilangkan niat dan rencana seseorang untuk melakukan
tindak pidana terorisme. Metode preventif atau pencegahan mengacu pada upaya
tersebut dapat dirujuk ke dalam beberapa fase yaitu pencegahan (soft approach),
sosial (soft approach). Urgensi kombinasi kedua pendekatan tersebut tidak dapat
ditawar lagi. Pendekatan lunak secara khusus dinilai strategis untuk membangun
Dalam konteks Indonesia, berbagai upaya dan langkah perang terhadap terorisme
telah diadopsi pemerintah, khususnya sejak kejadian Bom Bali pada 2002. Secara
umum, ada dua dimensi dalam upaya Indonesia tersebut yaitu memerangi
terhadap terorisme umumnya dilakukan melalui tiga koridor, yaitu: (1) politik,
11
diplomasi, dan proses damai, (2) penegakan hukum dan system peradilan tindak
serangan teroris yang terjadi di Indonesia, khususnya pada awal abad ke-21.
Pasca-serangan tragis seperti bom Bali 2002 dan serangan bom lainnya di Jakarta,
terorisme. BNPT juga bertugas melakukan kerja sama dengan lembaga terkait,
terorisme (BNPT, 2010). Hal ini didasarkan pada kewajiban asasi negara
Dasar 1945, yaitu: “...Negara melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia...” (Pembukaan UUD 1945, Pokok
Pikiran Pertama). Pokok pikiran ini selanjutnya dijabarkan dalam Pasal 27 ayat 3
UUD 1945, bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara.”
12
(hard approach) dengan upaya lunak (soft approach) dalam menghadapi ancaman
terorisme.
serangan teroris yang telah terjadi, tetapi juga mencegah agar insiden serupa tidak
Sehingga penanggulangan terorisme tidak bisa hanya dilakukan oleh satu badan
atau satu Negara saja. Poros utama hukum pemberantasan terorisme adalah
terdapat bab khusus tentang kelembagaan yakni Bab VIIB Pasal 43E-43J. Secara
13
gamblang disebutkan dalam Pasal 34E ayat (1), “Badan yang menyelenggarakan
Indonesia adalah BNPT RI. Salah satu upaya pemerintah Indonesia yang
sinergi yang dimaksud serta pendekatan berbasis tipologi masyarakat radikal yang
Dalam aturan yang lebih teknis, sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor
memiliki tugas antara lain menyusun kebijakan, strategi, dan program nasional di
Undang terbaru, yakni UU Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Undang-
dalam bagian pertimbangan bahwa unsur pendanaan merupakan salah satu faktor
utama dalam setiap aksi terorisme sehingga upaya penanggulangan tindak pidana
tersebut (UU Nomor 9 Tahun 2013, poin (a) dan (b) bagian pertimbangan).
terorisme.
menganut dua pendekatan yaitu hard approach dan soft approach. Pendekatan
pelaku aksi teror, narapidana teroris, mantan narapidana teroris, keluarga dan
dititikberatkan pada penindakan para pelaku aksi teror. Pendekatan ini terkesan
pelaku teror dan kejahatan yang dilakukannya. Hal ini mengingat akar penyebab
kuat dan komprehensif dari seluruh stakeholder serta partisipasi masyarakat dari
dilakukan oleh BNPT RI tidak dapat dikerjakan secara sendiri dan parsial.
Sinergsitas. Meski telah diinisiasi sejak tahun 2016 sesuai dengan Keputusan
Menkopolhukam tersebut, program ini baru mulai efektif berjalan pada tahun
politik, dan hubungan internasional. Tidak terjadi lagi. Namun kenyataan, sejak
berikut; pada tanggal 3 Februari 2003 terjadi peristiwa Bom Kompleks di Mabes
Polri, Jakarta,. Bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri
Jakarta. Tidak ada korban jiwa. Kemudian terjadi peristiwa Bom Bandara
Jakarta. Akibatnya 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
18
Perisatiwa ini terpublikasi secara luas oleh berbagai media dalam dan luar negeri.
Dampak dari rangkaian peristiwa terorisme yang demikian itu tentu tidak
terbatas hanya pada akibat tindak kekerasan fisik saja seperti kematian, kecatatan
bisa sampai pada permasalahan sosial politik, sosial ekonomi, dan sosial budaya
(BNPT) menjuadi suatu fenomena unit kerja birokrasi yang menarik untuk diteliti
satu fungsi pemerintahan yang menjadi obyek forma Ilmu Pemerintahan. Fungsi-
19
berikut :
penanggulangan terorisme;
terorisme di Indonesia;
maka penulis memandang perlu memberi batasan masalah agar obyek dan fokus
penelitian, maka obyek dan fokus penelitian dibatasi hanya pada pembahasan
Indonesia; dan
menjadi implikasi praktis kiranya dapat diterima sebagai suatu masukan yang
praktis bagi para pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian, diharapkan
hasil penelitian yang tersusun menjadi implikasi praktis dan implikasi teoritis
Manfaat praktis bagi penulis, seluruh rangkaian kegiatan penelitian dan hasil
pemerintahan. Lebih dari itu, model juga dapat dijadikan kerangka acuan studi
oleh para peneliti lain yang memilih obyek penelitian yang sama atau hampir
sama; dan diharapkan para peneliti lain dapat mengembangkan hasil penelitian
yang dimaksud menjadi suatu konsep penelitian yang lebih luas dan mendalam,