Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH ILMU BIOMEDIK DASAR

FLUIDA

GICELLA GRYCIA TISYA ANANTA SKP0123009

NI PUTU RATNA ASTITI DEWI SKP0123018

SITI AGUSTIN RAHMA LAUDYANA SKP0123023

I KOMANG WAHYU SUYASA SKP0123029

RHEZA KHARISMA CAHYAHASRI SKP0123030

S1 KEPERAWATAN
STIKES KESDAM IX/ UDAYANA
TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fluida berupa gas dan cairan. Dalam kehidupan kita selalu berhubungan
dengan fluida. Gejala-gejala alam yang sering terjadi di sekitar kita biasanya
disebabkan oleh pengaruh fluida. Mekanika fluida adalah suatu ilmu yang
memelajari perilaku fluida baik dalam keadaan diam (static) maupun bergerak
(dynamic) serta akibat interaksi dengan media batasnya (zat padat atau fluida
dengan yang lain ). Seperti kebanyakan disipilin ilmu lainnya, mekanika fluida
mempunyai sejarah panjang dalam pencapaian hasil-hasil pokok hingga menuju
ke era modern seperti sekarang ini. Mekanika fluida berkembang sejalan dengan
perjalanan perkembangan peradaban manusia. Banyak aspek kehidupan manusia
yang terkait dengan mekanika fluida, seperti transportasi, industri, aerodinamik
bangunan, mesin-mesin fluida, dan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Fluida ?
2. Bagaimana Peran Fluida dalam Keperawatan ?
3. Bagaimana Sifat-Sifat Fluida ?
4. Bagaimana Manfaat Fluida Dalam Kesehatan ?
5. Apa yang dimaksud dengan Tensimeter ?
6. Apa yang dimaksud dengan Kekentalan Darah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fluida.
2. Untuk mengetahui Peran fluida dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui Sifat-Sifat Fluida.
4. Untuk mengetahui Manfaat Fluida Dalam Kesehatan.
5. Untuk mengetahui tentang Tensimeter.
6. Untuk menegtahui Kekebelan darah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FLUIDA


Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya
secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif
kecil atatu bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, kata fluida mencakup zat
cair, gas, air, dan udara karena zat-zat ini dapat mengalir.
Sebaliknya batu dan benda2 keras (seluruh zat-zat padat tidak dapat dikategorikan
sebagai fluida karena zat-zat tersebut tidak bisa mengalir secara continue).
Salah satu ciri fluida adalah jarak antara dua molekulnya tidak
tetap, bergantung pada waktu. Ini disebabkan oleh lemahnya ikatan antara
molekul yang disebut kohesi. Gaya kohesi antara molekul gas sangat kecil jika
dibandingkan gaya kohesi antar molekul zat cair. Ini menyebabkan molekul-
molekul gas menjadi relatif bebas sehingga gas selalu memenuhi ruang.
Sebaliknya molekul-molekul zat cair terikat satu sama lainnya sehingga
membentuk suatu kesatuan yang jelas meskipun bentuknya sebagian ditentukan
oleh wadahnya. Akibat yang lainnya adalah sifat kemampuannya untuk
dimampatkan. Gas bersifat mudah dimampatkan sedangkan zat cair sulit. Gas jika
dimampatkan dengan tekanan yang cukup besar akan berubah manjadi zat cair.
Hukum – hukum yang berlaku pada air berlaku juga pada zat cair lainnya,
tetapi pada fluida ada perbedaan antara zat cair dan zat gas.
Perbedaan zat cair dan zat gas dalam fluida :

Zat cair Zat gas


1. Molekul – molekul terikat 1. Molekul bergerak bebas
secara longgar namun tetap dan saling bertumbukan.
berdekatan. 2. Tekanan gas bersumber
2. Tekanan yang terjadi oleh pada perubahan momentum
karena ada gaya gravitasi yang disebabkan tumbukan
bumi yang bekeja molekul gas pada dinding.
terhadapnya. 3. Tekanan terjadi tidak tegak
3. Tekanan terjadi secara lurus pada bidang.
tegak lurus pada bidang.

2.2 Peran Fluida dalam Keperawatan

Dalam tubuh manusia, terdapat beragam jenis fluida, baik yang berupa cairan
maupun gas. Yang berupa cairan misalnya darah dan urin sementara yang berupa
gas misalnya gas pernapasan dan gas hasil pencernaan zat makanan.

Agar peran fluida dalam tubuh manusia dapat lebih dipahami, perlu diingat
beberapa konsep dasar tentang fluida. antara lain:

2.2.1 Kadar atau konsentrasi.

Semua fluida dalam tubuh manusia mengandung zat-zat tertentu, baik dalam
bentuk larutan, suspensi maupun sebagai koloid. Kadar zat pada fluida bisa
dinyatakan secara mutlak dengan satuan konsentrasi tertentu, misalnya molar atau
persen. Kadar zat pada suatu fluida juga bisa dinyatakan sebagai kadar relatif
terhadap fluida lain, misalnya isotonik, hipertonik, atau hipotonik yang didasarkan
pada kadar zat rata-rata pada darah.

2.2.2 Ruang atau kompartemen.

Suatu fluida tersimpan dalam suatu ruang atau kompartemen tertentu, misalnya
sitoplasma sel yang yang berada di dalam sel sehingga disebut cairan intrasel.
Cairan lain yang berada di luar sel, disebut cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel bisa
dibagi lagi menjadi cairan interstisial yang berada di antara sel dan cairan
intravaskuler yang berada di dalam pembuluh darah.

2.2.3 Pertukaran atau perpindahan fluida.

Perpindahan fluida dapat terjadi dalam satu kompartemen yang sama maupun
lintas kompartemen. Meskipun secara makroskopis suatu fluida tubuh tertentu
hanya terbatas pada kompartemennya sendiri, secara mikroskopis tidaklah
demikian.
Zat-zat yang terkandung di dalam fluida dapat berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain melalui pembatas yang bersifat
semipermeabel. Sifat semipermeabel adalah sifat suatu membran yang
menghalangi perpindahan suatu zat dalam sebuah fluida namun tidak membatasi
zat lain dalam fluida yang sama.

Secara makroskopis, faktor yang menyebabkan perpindahan fluida antara lain


adalah gayagaya tertentu. Pada cairan, gaya ini dapat berupa gaya hidrostatik
ataupun gaya osmotik koloid (disebut juga gaya onkotik). Pada gas, gaya ini
misalnya berupa gaya tekan gas. Pada skala mikroskopis, perpindahan antar-
kompartemen yang terjadi pada zat terlarut dalam fluida bisa terjadi secara aktif
maupun secara pasif. Pertukaran zat secara aktif maksudnya adalah pertukaran
yang membutuhkan energi dari pemecahan senyawa tertentu yang diikuti
pelepasan energi, misalnya pemecahan adenosine trifosfat (ATP) menjadi
adenosine difosfat (ADP), fosfat non-organik (Pi), dan sejumlah energi yang akan
digunakan untuk pertukaran tersebut di atas.

Selain itu, pertukaran zat juga bisa terjadi secara pasif. Pertukaran pasif ini bisa
terjadi karena adanya perbedaan atau yang biasa disebut gradien. Gradien ini bisa
berupa gradien tekanan, konsentrasi, atau gradien antara dua kompartemen.
Pertukaran fluida secara makroskopis dan mikroskopis ini diperlukan dalam
rangka menjaga keseimbangan dinamis yang menjadi kunci homeostasis.
Contohnya, pertukaran ion-ion dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh,
pertukaran gas-gas pernapasan dalam menjaga keseimbangan metabolism tubuh,
dan lain-lain.

Secara makroskopis, perpindahan fluida tubuh dalam suatu kompartemen


mengikuti prinsip dasar fisika fludia yang berlaku secara umum. Ada perbedaan
kecil antara prinsip fluida umum dan fluida tubuh yaitu bahwa tubuh mampu
memodifikasi diameter pembuluh tempat fluida secara otomatis. Selain perbedaan
kecil tersebut, prinsip-prinsip fisika fluida lain dapat diterapkan dalam memahami
sifat aliran fluida tubuh.
Ada beberapa cairan tubuh yang mengikuti prinsip fisika fluida, antara lain
darah dan urin. Pada kedua cairan tubuh ini, hubungan antara besar aliran,
kecepatan aliran, tekanan, diameter dan radius pembuluh, resistansi fluida,
panjang pembuluh, luas penampang pembuluh, serta kekentalan atau viskositas
dapat dijelaskan sesuai Hukum Ohm dan Hukum Poiseuille.

Hukum Ohm Hukum Poiseuille

Q = ΔP/ R Q= ΔP x π x r4

8xLxη

Q = besar aliran L = panjang pembuluh

V = kecepatan aliran η = kekentalan atau viskositas

ΔP = perbedaan tekanan cairan A=luaspenampang pembuluh

R = resistensi pembuluh π = 3.14

r = radius pembuluh

Pada sistem pembuluh darah, dapat diamati dua jenis susunan pembuluh, yaitu
serial dan paralel. Sistem aliran paralel dapat dilihat pada percabangan pembuluh
darah menjadi aliran darah ke beberapa organ secara paralel, misalnya aliran
darah ke otak berbeda dengan aliran darah ke ginjal meskipun keduanya sama-
sama dalam satu sistem pembuluh. Sementara itu, sistem aliran darah serial juga
terdapat di dalam tubuh, misalnya pada aliran vena porta hepatika. Aliran vena
porta hepatika disebut aliran serial karena bersumber dari arteri mesenterika yang
memperdarahi usus terlebih dahulu.

Pada prinsip fluida, sistem aliran paralel memberikan tahanan total yang lebih
rendah dibandingkan sistem tahanan serial sesuai dengan rumus berikut:
1/Rparalel total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …

Rserial total = R1 + R2 + R3 + …

Dengan banyaknya sistem aliran darah yang paralel dalam tubuh, tahanan
pembuluh total yang harus dilawan oleh gaya kontraksi jantung tidak terlalu besar
sehingga darah bisa mengalir secara optimal ke seluruh organ. Sebaliknya,
susunan serial yang pada sistem vena porta hepatika menahan aliran darah
sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran darah di sekitar usus dan hepar tidak
berlebihan demi mengoptimalkan penyerapan dan pemrosesan zat-zat makanan di
kedua organ tersebut.

Prinsip lain yang berlaku pada fludia tubuh adalah keteraturan aliran dalam
pembuluh. Jika aliran ini teratur, disebut aliran laminar sementara jika aliran
tersebut tidak teratur, disebut aliran turbulen. Banyak fenomena fisiologis dan
patofisiologis yang dapat dijelaskan sesuai aliran laminar maupun turbulen.
Contohnya, pada pemeriksaan tekanan darah dengan sfigmomanometer dan
steteskop, terdengar denyutan khas yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi
Korotkoff terdengar di lipat siku saat manset sfigmomanometer terpompa
sedemikian rupa sehingga aliran darah di lipat siku bersifat turbulen dan
menimbulkan bunyi yang terdengar dengan stetoskop.

Pada kondisi lain, misalnya timbulnya murmur jantung, aliran darah yang
sifatnya turbulen terjadi di sekitar katup jantung yang fungsinya tidak normal
dalam membuka maupun menutup sehingga terdengar bunyi murmur tersebut.
Pada murmur yang sangat parah, bunyi ini bisa terdengar meskipun tanpa
memakai stetoskop.

Selain cairan, turbulensi juga terjadi pada gas. Bunyi aliran udara pernapasan
dapat didengar jika terjadi turbulensi udara di sepanjang jalur udara pernapasan.
Bunyi napas utama dan tambahan lebih nyata terdengar jika turbulensinya
semakin besar.

Untuk memperkirakan kemungkinan timbulnya suatu turbulensi, seorang


fisikawan bernama Reynold mengajukan suatu rumus yang memperhitungkan
kecepatan aliran fluida, diameter pembuluh, densitas fluida, dan viskositas fluida.
Rumus Reynold adalah sebagai berikut:

Re = v x d x ρ

Re = angka Reynold ρ = densitas fluida

v = kecepatan aliran η = viskositas fluida

d = diameter pembuluh

Semakin besar angka Reynold, maka turbulensi semakin mungkin terjadi.


Umumnya, aliran aliran laminar terjadi pada angka Reynold kurang dari 2000.
Pada angka Reynold 2000-3000, aliran laminar mulai berubah menjadi aliran
turbulen. Pada angka Reynold 4000 ke atas, fludia tersebut sudah menjadi benar-
benar mengalir secara turbulen.

Penting untuk diingat bahwa fluida di dalam tubuh manusia tidak terbatas
pada cairan saja. Gas dalam tubuh manusia, misalnya udara pernapasan, juga
bekerja mengikuti prinsip fisika fluida. Di dalam paru, terjadi pertukaran gas
antara udara pernapasan di dalam alveoli dengan darah di pembuluh kapiler
alveoli. Pertukaran gas ini terjadi sesuai dengan Hukum Fick yang
memperhitungkan kecepatan perpindahan gas dari satu medium ke medium lain
sebagai berikut:

vgas = SA x D x (P1-P2)

Vgas = laju difusi atau perpindahan gas

P = tekanan parsial gas (konsentrasi satu gas tertentu dalam campuran berbagai
gas)

P1 = tekanan parsial gas di medium awal (sebelum berdifusi)


P2 = tekanan parsial gas di medium akhir (setelah berdifusi)

SA = luas permukaan membran yang dilalui gas saat berdifusi

T = ketebalan membran yang dilalui gas saat berdifusi

D = koefisien difusi gas (nilainya bergantung pada jenis gas)

Sesuai dengan hukum Fick, dapat diperkirakan bahwa perpindahan gas di


dalam paru terjadi secara optimal pada saat alveoli sedang mengembang karena
pada saat tersebut, luas permukaan alveoli besar dan ketebalannya kecil. Penyakit
tertentu, misalnya edema paru, terjadi karena ada penumpukan cairan di dalam
rongga alveoli yang meningkatkan ketebalan membran yang harus dilalui gas
sehingga laju difusi gas menjadi berkurang dan mengganggu pernapasan.

Prinsip fluida gas yang lain terkait dengan kohesi dan tegangan permukaan
juga terjadi di paru. Sebuah alveolus mengembang dan mengempis sesuai irama
pernapasan dapat dianggap sebagai sebuah balon yang mengembang dan
mengempis. Sebuah balon mengempis karena gaya tekan udara yang dalam balon
lebih rendah daripada gaya kohesi (gaya tarik-menarik antara partikel sejenis) di
dinding balon. Pada alveolus pun demikian; adanya gaya kohesi antara
molekulmolekul air di dinding alveolus menyebabkan alveolus mengempis.
Semakin kecil radiusnya, maka gaya kohesi ini akan semakin besar sehingga
alveolus yang lebih kecil akan lebih mudah mengempis dibanding alveolus yang
lebih besar sesuai Hukum Laplace:

P=2T

P = tekanan yang bersifat mengempiskan akibat adanya gaya kohesi

T = tegangan permukaan pada dinding rongga


r = radius rongga

Pada kenyataannya, alveolus yang normal TIDAK SEPENUHNYA mengikuti


Hukum Laplace sebab jika sebuah alveolus betul-betul mengikuti hukum Laplace,
maka semua alveoli akan kolaps setelah napas pertama dihembuskan. Hal ini
dimungkinkan oleh adanya suatu zat yang disebut surfaktan. Surfaktan bekerja
mengurangi tegangan permukaan pada saat alveolus mulai mengempis sehingga
tekanan yang bersifat mengempiskan nilainya relatif sama meskipun radius
alveolus berubah-ubah. Hal ini memungkinkan pola pernapasan yang ringan
karena tidak membutuhkan energi besar untuk melawan tekanan akibat kohesi di
dinding alveoli tersebut.

Sayangnya, ada kondisi tertentu yang menyebabkan surfaktan tidak bekerja


secara optimal, misalnya pada bayi prematur. Pada bayi prematur, surfaktan
belum terbentuk sepenuhnya sehingga tegangan permukaan pada alveoli bayi
tetap tinggi yang akibatnya menyulitkan bayi bernapas dengan baik. Kondisi ini
dikenal sebagai acute repiratory stress disorder (ARDS). Kondisi ini dapat
ditangani dengan menyuntikkan zat yang dapat merangsang pembentukan
surfaktan pada ibu hamil dengan bayi prematur SEBELUM bayinya dilahirkan

2.3. Sifat-Sifat Fluida


Sifat-Sifat Fluida dalam keperawatan terbagi menjadi 4 yaitu :
1. Fluida mengalir tanpa ada gesekan dalam.
2. Fluida mengaklir secara stationer dalam hal kecepatan, arah maupun
besarnya.
3. Fluida mengalir tidak melalui sebuah pembuluh
4. Fluida mengalir secara streamline, artinya garis alirannya membentuk
kurva yang tetp berkesinambungan.

2.4 Manfaat Fluida Dalam Kesehatan


Manfaat Fluida dalam kesehatan ada 2 yaitu :
1. Fluida statis atau diam : Contohnya penggunaan Sphygmomanometer (Tensi
Darah)
2. Fluida Dinamis atau bergerak: Contohnya Peletakan cairan infuse.

2.4.1 Tensimeter atau Sphygmomanometer

Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan Manometer yang
menggunakan prinsip fluida. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang
menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk menentukan
tekanan. Manset dipasang „mengikat‟ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan
dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara
perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung
manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure(diastolic).
Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih
rendah dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur
tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa
memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah.
Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang menggunakan air raksa,
berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung berat jenis air raksa
dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi berat jenis darah
dikalikan gravitasi dan ketinggian darah.
Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan kondisi saat
pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):

 Systolic : kurang dari 120 mmHg (2,32 psi atau 15 kPa)


 Diastolic : kurang dari 80 mmHg (1,55 atau 10 kPa).

2.4.2 Pemasangan infus

Sebelum infus dipasang biasanya dilakukan pengukuran tekanan darah


pasien. Hal ini dilakukan karena pemasangan impuls harus memperhatikan
tekanan darah pasien dimana tekanan infus harus lebih tinggi dari tekanan
darah pasien agar cairan infus mengalir kedalam tubuh pasien. Jika tekanan
darah pasien lebih besar dari tekanan cairan infus maka yang terjadi darah
pasien akan mengalir melalui selang infus menuju kantong infus.

 Contoh soal 1 :
Darah mengalir dari pembuluh darah yang besar dengan jari-jari 0,3 cm,
dimana kelajuannya 10 cm/s kedalam daerah dimana jari-jarinya berkurang
menjadi 0,2 cm akibat penebalan dinding (aryeriosclerosis). Berapakah kelajuan
darah pada bagian itu?
Jawab :
A1v2 =A2v2
Atau v2= A1.v2/A2 = (0,3 cm)2(10cm/s)/(0,2 cm)2
= 22,5 cm/s.
Jadi, Aliran dari pembuluh besar menuju kecil, kelajuannya alirannya berubah
dari lambat menjadi lebih cepat.
 Contoh soal 2 :

Radius aorta ± 1,0 cm dan darah yang melewatinya memiliki laju sekitar 30
cm/s. Pembuluh kapiler memiliki radius 4x10-4 cm dan darah yang melewatinya
memiliki laju sekitar 5x10-4 m/s. Perkirakan berapa banyak pembuluh kapiler
yang ada dalam tubuh?

Jawab :

A1 = Luar aorta

A2 = Luas seluruh pembuluh kapiler = N.rkap2

Dimana N = jumlah pembuluh kapiler,

Maka, A1v1 = A2v2

(raorta2)vaorta = (N.rkap2)vkap

N = (raorta2)vaorta / (rkap2)vkap

N = $x109 pembuluh kapiler

2.6 Kekentalan Darah

Semakin kental cairan yang melewati pembuluh, semakin besar gesekan


terhadap dinding pembuluh, sehinggah tahanan semakin besar.Kekentalan
konsentrasi sel darah merah.

DArah Normal : 3,5x Kekentalan air aliran darah penderitaan anemia : Cepat,
konsentrasi sel darah merah sangat rendah. Penderita polycythemia (kadar sel
darah merah meningkat) aliran darah sangat lambat.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Prinsip fisika sangatlah berpengaruh dalam dunia keperawatan,salah satunya


yaitu prinsip kerja pada tensimeter, tensimeter raksa merupakan terapan dari ilmu
fisika fluida yaitu mengalirnya zat cair atau raksa dalam sebuah tabung dengan
besar tekanan tertentu.

3.2 SARAN

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil


dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan
kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik.
Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.
Daftar Pusaka

https://www.scribd.com/doc/94861402/aplikasi-fisika-dalam-keperawatan

http://deviretnosari.blogspot.com/2013/02/makalah-fluida-fisika.html

http://alifis.wordpress.com/2010/11/04/seri-fisika-kesehatan_biofluida/amp/

http://gantenggantengsehat.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1

http://niarahmafisika.blogspot.com/2016/11/penerapan-fisika-pada-
tensimeter.html

Anda mungkin juga menyukai