FLUIDA
S1 KEPERAWATAN
STIKES KESDAM IX/ UDAYANA
TAHUN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang Fluida.
2. Untuk mengetahui Peran fluida dalam keperawatan.
3. Untuk mengetahui Sifat-Sifat Fluida.
4. Untuk mengetahui Manfaat Fluida Dalam Kesehatan.
5. Untuk mengetahui tentang Tensimeter.
6. Untuk menegtahui Kekebelan darah.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam tubuh manusia, terdapat beragam jenis fluida, baik yang berupa cairan
maupun gas. Yang berupa cairan misalnya darah dan urin sementara yang berupa
gas misalnya gas pernapasan dan gas hasil pencernaan zat makanan.
Agar peran fluida dalam tubuh manusia dapat lebih dipahami, perlu diingat
beberapa konsep dasar tentang fluida. antara lain:
Semua fluida dalam tubuh manusia mengandung zat-zat tertentu, baik dalam
bentuk larutan, suspensi maupun sebagai koloid. Kadar zat pada fluida bisa
dinyatakan secara mutlak dengan satuan konsentrasi tertentu, misalnya molar atau
persen. Kadar zat pada suatu fluida juga bisa dinyatakan sebagai kadar relatif
terhadap fluida lain, misalnya isotonik, hipertonik, atau hipotonik yang didasarkan
pada kadar zat rata-rata pada darah.
Suatu fluida tersimpan dalam suatu ruang atau kompartemen tertentu, misalnya
sitoplasma sel yang yang berada di dalam sel sehingga disebut cairan intrasel.
Cairan lain yang berada di luar sel, disebut cairan ekstrasel. Cairan ekstrasel bisa
dibagi lagi menjadi cairan interstisial yang berada di antara sel dan cairan
intravaskuler yang berada di dalam pembuluh darah.
Perpindahan fluida dapat terjadi dalam satu kompartemen yang sama maupun
lintas kompartemen. Meskipun secara makroskopis suatu fluida tubuh tertentu
hanya terbatas pada kompartemennya sendiri, secara mikroskopis tidaklah
demikian.
Zat-zat yang terkandung di dalam fluida dapat berpindah dari satu
kompartemen ke kompartemen lain melalui pembatas yang bersifat
semipermeabel. Sifat semipermeabel adalah sifat suatu membran yang
menghalangi perpindahan suatu zat dalam sebuah fluida namun tidak membatasi
zat lain dalam fluida yang sama.
Selain itu, pertukaran zat juga bisa terjadi secara pasif. Pertukaran pasif ini bisa
terjadi karena adanya perbedaan atau yang biasa disebut gradien. Gradien ini bisa
berupa gradien tekanan, konsentrasi, atau gradien antara dua kompartemen.
Pertukaran fluida secara makroskopis dan mikroskopis ini diperlukan dalam
rangka menjaga keseimbangan dinamis yang menjadi kunci homeostasis.
Contohnya, pertukaran ion-ion dalam menjaga keseimbangan asam-basa tubuh,
pertukaran gas-gas pernapasan dalam menjaga keseimbangan metabolism tubuh,
dan lain-lain.
Q = ΔP/ R Q= ΔP x π x r4
8xLxη
r = radius pembuluh
Pada sistem pembuluh darah, dapat diamati dua jenis susunan pembuluh, yaitu
serial dan paralel. Sistem aliran paralel dapat dilihat pada percabangan pembuluh
darah menjadi aliran darah ke beberapa organ secara paralel, misalnya aliran
darah ke otak berbeda dengan aliran darah ke ginjal meskipun keduanya sama-
sama dalam satu sistem pembuluh. Sementara itu, sistem aliran darah serial juga
terdapat di dalam tubuh, misalnya pada aliran vena porta hepatika. Aliran vena
porta hepatika disebut aliran serial karena bersumber dari arteri mesenterika yang
memperdarahi usus terlebih dahulu.
Pada prinsip fluida, sistem aliran paralel memberikan tahanan total yang lebih
rendah dibandingkan sistem tahanan serial sesuai dengan rumus berikut:
1/Rparalel total = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …
Rserial total = R1 + R2 + R3 + …
Dengan banyaknya sistem aliran darah yang paralel dalam tubuh, tahanan
pembuluh total yang harus dilawan oleh gaya kontraksi jantung tidak terlalu besar
sehingga darah bisa mengalir secara optimal ke seluruh organ. Sebaliknya,
susunan serial yang pada sistem vena porta hepatika menahan aliran darah
sedemikian rupa sehingga kecepatan aliran darah di sekitar usus dan hepar tidak
berlebihan demi mengoptimalkan penyerapan dan pemrosesan zat-zat makanan di
kedua organ tersebut.
Prinsip lain yang berlaku pada fludia tubuh adalah keteraturan aliran dalam
pembuluh. Jika aliran ini teratur, disebut aliran laminar sementara jika aliran
tersebut tidak teratur, disebut aliran turbulen. Banyak fenomena fisiologis dan
patofisiologis yang dapat dijelaskan sesuai aliran laminar maupun turbulen.
Contohnya, pada pemeriksaan tekanan darah dengan sfigmomanometer dan
steteskop, terdengar denyutan khas yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi
Korotkoff terdengar di lipat siku saat manset sfigmomanometer terpompa
sedemikian rupa sehingga aliran darah di lipat siku bersifat turbulen dan
menimbulkan bunyi yang terdengar dengan stetoskop.
Pada kondisi lain, misalnya timbulnya murmur jantung, aliran darah yang
sifatnya turbulen terjadi di sekitar katup jantung yang fungsinya tidak normal
dalam membuka maupun menutup sehingga terdengar bunyi murmur tersebut.
Pada murmur yang sangat parah, bunyi ini bisa terdengar meskipun tanpa
memakai stetoskop.
Selain cairan, turbulensi juga terjadi pada gas. Bunyi aliran udara pernapasan
dapat didengar jika terjadi turbulensi udara di sepanjang jalur udara pernapasan.
Bunyi napas utama dan tambahan lebih nyata terdengar jika turbulensinya
semakin besar.
Re = v x d x ρ
d = diameter pembuluh
Penting untuk diingat bahwa fluida di dalam tubuh manusia tidak terbatas
pada cairan saja. Gas dalam tubuh manusia, misalnya udara pernapasan, juga
bekerja mengikuti prinsip fisika fluida. Di dalam paru, terjadi pertukaran gas
antara udara pernapasan di dalam alveoli dengan darah di pembuluh kapiler
alveoli. Pertukaran gas ini terjadi sesuai dengan Hukum Fick yang
memperhitungkan kecepatan perpindahan gas dari satu medium ke medium lain
sebagai berikut:
vgas = SA x D x (P1-P2)
P = tekanan parsial gas (konsentrasi satu gas tertentu dalam campuran berbagai
gas)
Prinsip fluida gas yang lain terkait dengan kohesi dan tegangan permukaan
juga terjadi di paru. Sebuah alveolus mengembang dan mengempis sesuai irama
pernapasan dapat dianggap sebagai sebuah balon yang mengembang dan
mengempis. Sebuah balon mengempis karena gaya tekan udara yang dalam balon
lebih rendah daripada gaya kohesi (gaya tarik-menarik antara partikel sejenis) di
dinding balon. Pada alveolus pun demikian; adanya gaya kohesi antara
molekulmolekul air di dinding alveolus menyebabkan alveolus mengempis.
Semakin kecil radiusnya, maka gaya kohesi ini akan semakin besar sehingga
alveolus yang lebih kecil akan lebih mudah mengempis dibanding alveolus yang
lebih besar sesuai Hukum Laplace:
P=2T
Prinsip kerja alat pengukur tekanan darah sama dengan Manometer yang
menggunakan prinsip fluida. Manometer adalah alat pengukur tekanan yang
menggunakan tinggi kolom (tabung) yang berisi liquid statik untuk menentukan
tekanan. Manset dipasang „mengikat‟ mengelilingi lengan dan kemudian ditekan
dengan tekanan di atas tekanan arteri lengan (brachial) dan kemudian secara
perlahan tekanannya diturunkan. Pembacaan tinggi mercuri dalam kolom (tabung
manometer) menunjukkan peak pressure (systolic) dan lowest pressure(diastolic).
Cairan yang tekanannya akan diukur harus memiliki berat jenis yang lebih
rendah dibanding cairan manometrik, oleh karena itu pada alat pengukur
tekanan darah dipilih air raksa sebagai cairan manometrik karena air raksa
memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan berat jenis darah.
Dalam kasus alat pengukur tekanan darah yang menggunakan air raksa,
berarti tekanan darah dapat diukur dengan menghitung berat jenis air raksa
dikali gravitasi dan ketinggian air raksa kemudian dikurangi berat jenis darah
dikalikan gravitasi dan ketinggian darah.
Ukuran tekanan darah normal untuk manusia dewasa (dengan kondisi saat
pengukuran normal, tidak setelah berolahraga):
Contoh soal 1 :
Darah mengalir dari pembuluh darah yang besar dengan jari-jari 0,3 cm,
dimana kelajuannya 10 cm/s kedalam daerah dimana jari-jarinya berkurang
menjadi 0,2 cm akibat penebalan dinding (aryeriosclerosis). Berapakah kelajuan
darah pada bagian itu?
Jawab :
A1v2 =A2v2
Atau v2= A1.v2/A2 = (0,3 cm)2(10cm/s)/(0,2 cm)2
= 22,5 cm/s.
Jadi, Aliran dari pembuluh besar menuju kecil, kelajuannya alirannya berubah
dari lambat menjadi lebih cepat.
Contoh soal 2 :
Radius aorta ± 1,0 cm dan darah yang melewatinya memiliki laju sekitar 30
cm/s. Pembuluh kapiler memiliki radius 4x10-4 cm dan darah yang melewatinya
memiliki laju sekitar 5x10-4 m/s. Perkirakan berapa banyak pembuluh kapiler
yang ada dalam tubuh?
Jawab :
A1 = Luar aorta
(raorta2)vaorta = (N.rkap2)vkap
N = (raorta2)vaorta / (rkap2)vkap
DArah Normal : 3,5x Kekentalan air aliran darah penderitaan anemia : Cepat,
konsentrasi sel darah merah sangat rendah. Penderita polycythemia (kadar sel
darah merah meningkat) aliran darah sangat lambat.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
https://www.scribd.com/doc/94861402/aplikasi-fisika-dalam-keperawatan
http://deviretnosari.blogspot.com/2013/02/makalah-fluida-fisika.html
http://alifis.wordpress.com/2010/11/04/seri-fisika-kesehatan_biofluida/amp/
http://gantenggantengsehat.blogspot.com/p/blog-page.html?m=1
http://niarahmafisika.blogspot.com/2016/11/penerapan-fisika-pada-
tensimeter.html