Anda di halaman 1dari 2

DO’A DAN DEKATNYA PERTOLONGAN ALLAH

Do’a adalah senjata bagi seorang muslim. Do’a adalah sesuatu yang akan menjadikan kita
optimis bahwa ada hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, karena Allah Maha Kuasa dan
Maha Mengabulkan do’a. Ada ulama mengatakan bahwa Do’a dan Takdir kita ini berkejar-
kejaran, karena dibulan Ramadhan ini adalah momen terbaik bagi kita untuk memperbanyak
do’a-do’a kita. Do’a kita akan naik ke atas dan akan turun kembali kepada kita. Hanya saja
kadang kita tidak tau kapan do’a kita dikabulkan oleh Allah. Kata Allah Waqola Rabbukum
Ud’uni Astajiblakum, “berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu (apa yang
kamu harapkan)”.
Allah memiliki sifat Assami’ (Maha Mendengar), maka dari itu sampaikan apa yang menjadi
keinginan kita. Dengan menyampaikan keinginan kita kepada Allah, maka hal tersebut akan
memunculkan keyakinan kita bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan Do’a
kita.
Tidak ada yang instans dalam kehidupan ini semuanya serba berproses, adapun permohonan
(do'a) kita kepada Tuhan dikabulkannya juga tidak simsalabim. Ada 3 proses pengkabulan
permohonan seseorang terhadap Allah.
Pertama, dikabulkan langsung dalam arti waktunya dekat, dari mulai dia memohon sampai
dengan dikabulkannya itu tidak terlalu lama.
Kedua, dikabulkan di dunia ini ketika dia masih hidup atau allah gantikan dengan kenikmatan2
lainya, artinya waktu nya bisa lama namun kondisi sang pemohon masih hidup. Biasa dikabulkan
do'anya ketika dia layak menerima apa yang dia minta.
Ketiga, Do’a kita Allah simpan dalam alam keabadian/dikabulkan do'anya nanti di akhirat,
artinya do'anya ditangguhkan kemudian hari di yaumal hisab sebagai amal soleh.
Dan yang paling penting adalah kita harus senantiasa yakin dan tugas kita sebagai hamba adalah
meminta dan menyandarkan segala keluh kesah kita hanya kepada Allah. Dan jangan menjadi
hamba yang angkuh dan sombong sehingga tidak mau meminta kepada Allah. Dalam surat dan
ayat yang sama, Allah lanjutkan firmannya:
Innalladziina Yastakbiruuna ‘An’ibaadatii Sayadkhuluuna Jahannama Daakhirin
“Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gafir [40] Ayat 60)”
“Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa
nafsii thorfata ‘ainin abadan [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri
Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah
segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat
pertolongan dari-Mu selamanya]. Begitulah doa Baginda kita yang mulia. Beliau sepenuhnya
menyandarkan diri kepada Allah. Usaha? Pasti. Berjuang? Mesti. Tapi setelah meminta
pertolongan dan menyandarkan kekuatan pada apa yang Allah berikan. "La Hawla wa la
Quwwata Illa Billah." Jangan topang urusan itu pada kaki kita yang rapuh dan iman yang lemah.
Sandarkan semua itu pada doa yang dilangitkan dan diikuti ikhtiar sebagai bentuk keseriusan
(berdo’a, kemudian Ikhtiar. Jangan sebaliknya). Keangkuhan dan ketidak-sabaran yang seringkali
membuat kita tak ingin lagi berdoa! Kita takkan mampu hidup tanpa Naungan, Pemberian, dan
Pentunjuk Allah. Suksesmu bukan karena cerdasmu! Cerdasmu bukan hasilmu! Itu semua bagian dari
doa yang dikabulkan. Entah doa orang tua, guru, bahkan pintamu selama ini. Teruslah merasa butuh!
Dan jangan angkuh! Jangan berhenti berdoa, karena itu Allah yang suruh.

Dan terakhir yang tidak kalah penting adalah dibalik doa yang kita panjatkan harus senantiasa
diiringi dengan rasa taubat kepada Allah SWT. Sebab kewajiban kita adalah hijrah setiap hari
adalah berhijrah. Hari ini mesti lebih baik dari hari kemarin dan hari esok mesti lebih baik dari
ini. Dan ini merupakan bentuk adab kita kepada Allah. Ketika meminta pada-Nya, maka haruslah
diimbangi dengan ketaatan kepada-Nya dan Yakinlah bahwa pertolongan Allah pastilah dekat
dan selalu ada.
yā ayyuuhan-nafsul-muṭhma`innah
Wahai jiwa yang tenang!
irji'ī ilā rabbiki rāḍhiyatam marḍhiyyah
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.
fadkhulī fī 'ibādī
Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,
wadkhulī jannatī
Dan masuklah ke dalam surga-Ku.
(Q.S. Al-Fajr: 27-30)

Anda mungkin juga menyukai