Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
DAFTAR ISI
1
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 35
Jadwal Pembelajaran ............................................................................................................. 35
BAB VI Penilaian dan Evaluasi ............................................................................................... 38
6.1 Aspek-Aspek Penilaian Akhir Mahasiswa .................................................................. 38
6.2 Evaluasi Pembelajaran ................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 39
GLOSARIUM .......................................................................................................................... 40
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Diskripsi Modul
Modul Nusantara menjadi panduan aktifitas belajar mengajar selama 4 (empat) bulan,
melalui kegiatan kebhinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi sosial. Harapannya, di akhir
modul mahasiswa memiliki cultural competence, semangat toleransi yang tinggi, serta mampu
mereduksi stereotip negatif terhadap suku-suku lain, yang berbeda dengan suku asalnya. Materi
dalam modul merujuk pada referensi yang sesuai dari sumber yang kredibel. Adapun metode
pembelajaran yang digunakan pada kegiatan kebhinekaan adalah kunjungan lapangan, bedah
film, buku, dan dongeng nusantara tentang toleransi, serta penghormatan terhadap budaya
kesehatan berbagai suku yang tinggal di Jawa Timur khususnya daerah pesisir. Kegiatan
inspirasi berupa diskusi antara mahasiswa dengan figur-figur inspiratif di Jawa Timur. Kegiatan
refleksi dilakukan oleh setiap mahasiswa sebagai proses perenungan atas pembelajaran yang
didapat dari kegiatan kebhinekaan dan inspirasi. Terakhir, kegiatan kontribusi sosial dilakukan
dalam bentuk proyek bakti sosial.
3
2) Mahasiswa mengalami peningkatan pemahaman tentang Upaya konservasi budaya
Masyarakat sehat
3) Mahasiswa mengalami peningkatan pemahaman tentang pentingnya kearifan local sebagai
Upaya strategis untuk untuk mewujudkan Indonesia sehat
4) Mahasiswa mampu mempraktikkan pengetahuan dan ketrampilan untuk memecahkan
masalah di sekitar
Manfaat yang diperoleh mahasiswa dari pelaksanaan Modul Nusantara “Merawat Potensi
keberagaman dan toleransi Masyarakat pesisir Jawa Timur melalui tradisi budaya masyarakat
sehat” adalah:
Modul merupakan panduan umum bagi mahasiswa peserta Modul Nusantara agar lebih
peka dan toleran terhadap latar belakang budaya yang berbeda, melalui pengenalan terhadap
beragam tradisi dan perilaku kesehatan di pesisir di Jawa Timur. Modul memperkenalkan
budaya sehat dan praktik kesehatan di daerah pesisir di Jawa Timur melalui kunjungan
lapangan, kuliner, bedah film, buku, dongeng nusantara, dan diskusi dengan figur inspiratif
setempat. Selama proses belajar mengajar, dosen pendamping akan berperan sebagai fasilitator
untuk sharing informasi dan diskusi terkait kepekaan budaya melalui pemahaman terhadap
tradisi dan perilaku kesehatan di daerah pesisir Jawa Timur. Berikut detail pelaksanaan
4
pembelajaran Modul Nusantara “Merawat Potensi keberagaman dan toleransi Masyarakat
pesisir Jawa Timur melalui tradisi budaya masyarakat sehat”.
1) Dosen dengan dibantu License Officer (LO) akan mendampingi mahasiswa pada setiap
kegiatan pembelajaran dan berperan sebagai informan serta partner diskusi;
2) Mahasiswa dalam jumlah besar akan dibagi dalam beberapa kelompok kecil;
3) Dosen, LO, dan mahasiswa mendapatkan modul sebelum kegiatan belajar dimulai;
4) Jadwal belajar, kunjungan, kelas inspirasi, refleksi, dan aksi sosial akan diatur oleh
Direktorat Pendidikan sebagai penanggung jawab kegiatan Modul Nusantara di
Universitas Airlangga;
5) Mahasiswa wajib mematuhi tata tertib dan aturan berperilaku di kampus yang berlaku di
Universitas Airlangga;
6) Penilaian hasil pembelajaran merupakan hasil penilaian atas semua unsur implementasi
Modul Nusantara yang dirancang pada modul pembelajaran ini.
5
BAB II
BUDAYA DAN KEBERAGAMAN BUDAYA SEHAT MASYARAKAT
Mahasiswa semakin memahami kepekaan dan toleransi terhadap keberagaman budaya dan
budaya masyarakat dalam menjaga kesehatan Masyarakat.
Kaitan yang menjadikan suatu kesatuan manusia menjadi masyarakat adalah suatu
pola tingkah laku yang umum bagi seluruh pelaku kehidupan dalam batas-batas kesatuan.
Model ini harus stabil dan berkesinambungan sehingga berdampak pada mortalitas dan
morbiditas di masyarakat. Sangat menarik untuk membahas hubungan antara faktor sosial
dan perilaku yang mempengaruhi kesehatan dan kematian, karena kematian merupakan
salah satu dari tiga komponen umur,bersama dengan angka kelahiran dan perpindahan, yang
mempengaruhi ukuran, susunan dan komposisi penduduk.
Faktor sosial dan perilaku yang berkembang di masyarakat juga dipengaruhi oleh
negara sebagai pemberi pelayanan, masyarakat dan institusi kesehatan itu sendiri.
Kelompok pada dasarnya adalah individu-individu yang saling terhubung, peduli satu sama
lain, dan menyadari akan adanya saling menguntungkan. Ciri utama suatu komunitas
adalah para anggotanya memiliki kesamaan sesuatu yang dianggap milik bersama. Dengan
demikian, pengelompokan orang-orang ke dalam komunitas tertentu, yang merupakan
bentuk hidup berdampingan (kelompok sosial), selalu didasarkan pada ciri-ciri tertentu
yang menjadi sifat dan keinginan bersama, seperti umur, jenis kelamin, partai politik, latar
belakang pendidikan, kebangsaan, agama, dan seterusnya.
Masyarakat majemuk atau masyarakat multikultural adalah susunan masyarakat yang
terdiri dari beragam hal seperti berbagai suku, agama, ras, kebijakan dan perekonomian,
yang disatukan dan diatur oleh sistem sosial dan budaya yang berkuasa dalam masyarakat
tersebut. Masyarakat dengan budaya yang kompleks bersifat pluralistik dan heterogen.
Dalam hubungan antar manusia dengan orang lain, yang terpenting adalah reaksi yang
terjadi akibat hubungan antar manusia tersebut. Masyarakat majemuk atau masyarakat
multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari beberapa suku, agama, ras, kebijakan dan
perekonomian, yang disatukan dan diatur oleh sistem sosial dan kebudayaan yang berkuasa
6
dalam masyarakat tersebut. Masyarakat dengan budaya yang kompleks bersifat beragam
dan heterogen. Perilaku adalah tindakan atau kegiatan seseorang atau kelompok dengan
tujuan menghasilkan manfaat atau pemuasan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan,
keyakinan, nilai dan norma. Perilaku berkembang melalui akulturasi dan sosialisasi namun
jarang sekali menyimpang. Sikap seseorang mampu mewujudkan perilaku manusia.
Namun, sikap manusia dapat dipisahkan dari kepribadian, karena kepribadian merupakan
latar belakang perilaku individu. Padahal, kepribadian merupakan susunan faktor biologis,
psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku manusia.
Faktor biologis dapat mempengaruhi kepribadian secara langsung, misalnya seseorang
yang memiliki tubuh (fisik) yang lemah dapat memiliki harga diri yang sangat rendah.
Faktor biologis yang penting adalah sistem saraf, sifat seksual, proses pubertas dan juga
kelainan biologis. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kepribadian antara lain
temperamen, kemampuan belajar, emosi, kemampuan, keinginan dan lain-lain.
Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, dan karakteristik pribadi lainnya yang
berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Tipe budaya tertentu yang signifikan
mempengaruhi bentuk kepribadian. Beberapa budaya berdasarkan faktor regional. Di sini
kita menemukan kepribadian-kepribadian yang berbeda satu sama lain karena masing-
masing hidup di daerah yang berbeda dengan budaya tertentu yang juga tidak sama. Dalam
setiap masyarakat terdapat proses dimana seorang anggota baru dari masyarakat tersebut
mempelajari norma-norma dan budaya masyarakat dimana dia menjadi anggotanya. Yang
disebut proses sosial adalah proses terbentuknya sikap untuk berperilaku sesuai dengan
perilaku kelompoknya. Profesi atau keahlian juga mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kepribadian.
Dari beberapa poin di atas dapat disimpulkan seberapa besar pengaruh budaya terhadap
perkembangan kepribadian. Inti dari budaya masyarakat mana pun adalah sistem nilai yang
dianut oleh komunitas yang mendukung budaya tersebut. Sistem nilai mengandung
pengertian abstrak tentang apa yang dianggap buruk dan apa yang dianggap baik Jenis
budaya tertentu yang berpengaruh signifikan terhadap bentuk kepribadian, misalnya budaya
tertentu berdasarkan faktor daerah. Di sini kita menemukan kepribadian-kepribadian yang
berbeda satu sama lain karena masing-masing hidup di daerah yang berbeda dengan budaya
tertentu yang juga tidak sama. Dalam setiap masyarakat terdapat proses dimana seorang
anggota baru dari masyarakat tersebut mempelajari norma-norma dan budaya masyarakat
dimana dia menjadi anggotanya. Yang disebut proses sosial adalah proses terbentuknya
sikap untuk berperilaku sesuai dengan perilaku kelompoknya. Profesi atau keahlian juga
7
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kepribadian. Dari beberapa poin di atas dapat
disimpulkan seberapa besar pengaruh budaya terhadap perkembangan kepribadian. Inti dari
budaya masyarakat mana pun adalah sistem nilai yang dianut oleh komunitas yang
mendukung budaya tersebut. Sistem nilai mengandung pengertian abstrak tentang apa yang
dianggap buruk dan apa yang dianggap baik.
Budaya kesehatan membentuk, mengatur, dan mempengaruhi suatu aktivitas atau
kegiatan individu yang tergabung dalam suatu komunitas sosial dalam memenuhi
kebutuhan kesehatan baik dalam pencegahan penyakit maupun upaya penyembuhannya.
Permasalahan utama terkait hal ini adalah tidak semua elemen sistem budaya kesehatan
(personal atau tradisional) cukup efisien dan mampu memenuhi seluruh kebutuhan
kesehatan masyarakat yang meningkat akibat perubahan yang terus-menerus, sedangkan
tidak semua pihak lainnya mampu. Pentingnya informasi dan elemen praktis sistem
biomedis yang diperlukan bagi masyarakat telah dipahami sepenuhnya dan dilaksanakan
oleh sebagian anggota masyarakat yang tersebar, dalam hal pelayanan dan pelayanan
kesehatan belum sepenuhnya berhasil memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Oleh
karena itu, menjaga kesehatan memerlukan kepekaan dan toleransi terhadap keberagaman
budaya dan budaya masyarakat
2.3 Rangkuman
Kebhinekaan
Kebhinekaan 1:
a. Tema: Petualangan City Tour Kota Surabaya sebagai kota Pahlawan dan kampung tua
Maspati
b. Objektif:
1) Mahasiswa mengenal nilai toleransi dan menanamkan nilai nilai perjuangan pada
8
mahasiswa PMM di Kota Surabaya
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
1) Mahasiswa berkunjung ke wisata religi Religi Sunan Ampel untuk budaya Arab,
Masjid Muhammad Cheng-Ho dan Klenteng Sanggar Agung untuk budaya asli
China, dan Tugu Pahlawan untuk budaya Surabaya. Setelah itu lanjut ke kampung
9
Lawas Maspati, yaitu pemukiman penduduk tertua yang masih melakukan
Kegiatan sosial budaya dan sehat tradisional khas Surabaya.
2) Dosen pendamping dan LO menfasilitasi mahasiswa dalam mengobservasi dan
berkomunikasi dengan komunitas mengenai tradisi dan perilaku kesehatan Suku
Jawa yang tinggal di Kota Surabaya;
3) Mahasiswa mengidentifikasi konsep sehat dan budaya kesehatan yang menjadi
penciri Suku Jawa yang tinggal di Kota Surabaya, serta praktik baik perilaku
kesehatan yang masih eksis;
4) Mahasiswa secara berkelompok melakukan observasi lapangan dan wawancara
dengan tokoh masyarakat setempat terkait dengan budaya kesehatan yang masih
dilestarikan.
5) Mahasiswa mendokumentasikan hasil kunjungan, dalam bentuk video berdurasi 5
menit.
Kebhinekaan 2
a. Tema: Mengikuti senam bersama komunitas kampus Airlangga sebagai ruang berkumpul
dan ekologis di Surabaya
b. Objektif:
1) Mahasiswa mengobservasi secara langsung budaya masyarakat urban dalam
mempertahankan kesehatanya.
2) Mahasiswa mengidentifikasi secara langsung budaya masyarakat urban dalam
mempertahankan kesehatanya.
3) Mahasiswa mampu mempratikkan budaya masyarakat urban dalam
mempertahankan kesehatanya.
c. Metode:
1) Kegiatan dilakukan outdoor di ruang hijau Kampus Universitas Airlangga
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
10
3) Mahasiswa diminta untuk membaca referensi terkait dengan Perilaku kesehatan
4) Mahasiswa menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Kegiatan Senam
Bersama masyarakat;
5) Mahasiswa menyiapkan peralatan untuk mencatat dan membuat dokumentasi dari
kegiatan Kegiatan Senam Bersama Masyarakat.
Selama kegiatan:
Kebhinekaan 3 :
a. Tema: Observasi ke Kampung Kenjeran dan Bulak Surabaya sebagai daerah Pesisir
b. Objektif:
1) Mahasiswa melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan tokoh
masyarakat setempat terkait dengan kehidupan masyarakat daerah pesisir untuk
meningkatkan kesehatannya
2) Mahasiswa mengidentifikasi tradisi penciri dan praktik baik perilaku kesehatan
yang masih eksis di Kampung Kenjeran dan Bulak Surabaya.
3) Mahasiswa mengembangkan kepekaan budaya dan toleransi terhadap tradisi dan
perilaku kesehatan Masyarakat Kampung Kenjeran dan Bulak Surabaya.
4) Mahasiswa mampu mempraktikkan kepekaan budaya dan toleransi terhadap tradisi
dan perilaku kesehatan Masyarakat Kampung Kenjeran dan Bulak Surabaya.
c. Metode: Kunjungan ke komunitas Kampung Kenjeran dan Bulak Surabaya
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
11
1) Dosen pendamping dan LO mempersiapkan sarana prasarana untuk kegiatan
kunjungan;
2) Mahasiswa membaca materi Modul Nusantara sesuai dengan tema;
3) Mahasiswa diminta untuk membaca referensi terkait dengan toleransi, serta tradisi
dan perilaku kesehatan Masyarakat Kenjeran dan Bulak Surabaya.
4) Mahasiswa menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kehidupan
Masyarakat pesisir untuk meningkatkan kesehatannya
5) Mahasiswa menyiapkan peralatan untuk mencatat dan membuat dokumentasi dari
kegiatan kunjungan.
Selama kegiatan:
Refleksi
12
Refleksi 1:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
Refleksi 2:
a. Tema : Sharing dan diskusi tentang uniqueness dan best practice dari budaya kesehatan
masyarakat pesisir di Kota Surabaya
b. Objektif:
1) Mahasiswa merenungkan dan mendiskusikan tradisi yang masih eksis dan praktik
baik perilaku budaya kesehatan masyarakat pesisir di Kota Surabaya.
c. Metode: Diskusi
d. Waktu: 4 x 100 menit (1 TM)
13
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
1) Dosen pendamping, LO, dan mahasiswa melakukan sharing dan diskusi tentang
konsep sehat dan perilaku budaya kesehatan masyarakat pesisir di Kota Surabaya.
2) Dosen pendamping, LO, dan mahasiswa mengidentifikasi dan mendiskusikan
tradisi yang masih eksis dan praktik baik perilaku budaya kesehatan masyarakat
pesisir di Kota Surabaya.
3) Mahasiswa mendokumentasikan hasil diskusi dalam bentuk resume.
2.4 Evaluasi
Pada akhir Kegiatan ini mahasiswa diminta untuk melaporkan kegiatan dengan :
2.5 Referensi
Apriadi, Siregar Putra. 2021. Diktat Bahan Ajar Sosial Budaya Kesehatan. Medan.
14
BAB III
UPAYA KONSERVASI BUDAYA SEHAT MASYARAKAT
Adaptasi merupakan sebuah hal yang harus diketahui oleh individu atau sekelompok
orang tertentu ketika berinteraksi dengan pihak lain yang mempunyai budaya berbeda. Adaptasi
atau proses adaptasi bukanlah suatu hal yang mudah dan untuk mencapai sebuah perubahan,
namun memerlukan proses yang lama dan tidak jarang menemukan banyak hambatan, untuk
mengetahui dan mempelajari budaya-budaya baru yang selalu perlu dikomunikasikan. Strategi
adaptif merupakan perilaku adaptasi baru yang didasari oleh logika dan kasih sayang dimana
seseorang berusaha untuk menyembuhkan orang yang sakit dan memperhatikan masalah
kesehatan serta dampak dari upaya orang untuk bertahan hidup dan mencari solusi masalah
penyakit sesuai pengetahuannya.
15
menggambarkan keadaan sosial budaya. proses kesehatan di sektor ini dan dapat berpartisipasi
dalam metode penelitian dan hasil penelitian, serta dalam merumuskan pendekatan yang tepat
dan berkontribusi pada analisis dan interpretasi hasil situasi yang ada di masyarakat.
Masalah kesehatan merupakan akibat dari banyak sumber masalah. Kesehatan individu
berkaitan dengan perilaku seperti makanan/gizi, kebugaran jasmani dan kebiasaan merokok.
Lingkungan fisik yang mendukung, misalnya: Pelayanan kesehatan, dan ketersediaan
pelayanan yang berkualitas dan mudah. Faktor ekonomi dan faktor tidak hanya menjadi
prediktor atau faktor terpenting dalam hasil kesehatan, namun juga sangat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan, yang merupakan kontributor terbesar kedua terhadap kesehatan
dan umur panjang. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mengubah budaya dalam
menjaga kesehatan seluruh masyarakat.
3.3 Rangkuman
Kebhinekaan 4 :
16
1) Kunjungan Survey ke Daerah Pesisir Kabupaten Gresik
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
Kebhinekaan 5 :
a. Tema: Mengenal potensi usaha masyarakat pesisir dalam pengolahan makanan sehat
bahan dasar ikan di wilayah Gresik
b. Objektif:
17
1) Mahasiswa secara berkelompok melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan
narasumber untuk melihat pengolahan makanan sehat bahan dasar ikan di wilayah
Gresik.
2) Mahasiswa mengidentifikasi pengolahan makanan sehat bahan dasar ikan di wilayah
Gresik.
c. Metode:
1) Kunjungan usaha kecil menengah (UMKM) di wilayah Gresik
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
18
4) Mahasiswa mengidentifikasi strategi pengolahan makanan sehat bahan dasar ikan
di wilayah Gresik.
5) Mahasiswa Menyusun laporan hasil kunjungan usaha kecil menengah (UMKM)
tentang pengolahan makanan sehat bahan dasar ikan di wilayah Gresik.
Kebhinekaan 6 :
a. Tema: Melakukan observasi lapangan dan mengenal budaya sehat di Daerah pesisir
wilayah Tuban
b. Objektif:
1) Mahasiswa secara berkelompok melakukan observasi lapangan, mengenai
kesehatan lingkungan di wilayah pasisir, wawancara dengan narasumber, dan
menikmati kuliner khas Tuban
2) Mahasiswa mengidentifikasi perilaku Kesehatan lingkungan di Wilayah Pesisir
Tuban
3) Mahasiswa menngidentifikasi kuliner khas Tuban
c. Metode: Kunjungan di Desa Pesisir Wilayah Tuban.
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
19
1) Mahasiswa melakukan kunjungan lapangan mengenai Kesehatan lingkungan di
wilayah pesisir Tuban dan menikmati kuliner khas di Wilayah Tuban
2) Dosen pendamping dan LO menfasilitasi mahasiswa dalam mengobservasi dan
berkomunikasi dengan Masyarakat mengenai Kesehatan lingkungan di wilayah
pesisir Tuban
3) Mahasiswa mengidentifikasi Kesehatan lingkungan di wilayah pesisir Tuban
4) Mahasiswa mengidentifikasi kuliner khas wilayah Tuban.
5) Mahasiswa Menyusun video pendek berdurasi 5 menit yang menceritakan
pendapatnya terhadap budaya Kesehatan di wilayah pesisir Tuban.
Refleksi 3 :
a. Tema : Sharing ide upaya konservasi uniqueness dan best practice dari budaya
kesehatan untuk mencegah stunting di masyarakat pesisir
b. Objektif:
c. Secara berkelompok, mahasiswa memaparkan gagasan upaya melestarikan keunikan
dan best practice budaya sehat untuk mencegah kemerosotan masyarakat pesisir di Kota
Surabaya
d. Metode:Diskusi
e. Waktu: 4 x 100 menit (1 TM)
f. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
1) Dosen pendamping, LO, dan mahasiswa melakukan sharing dan diskusi tentang
konsep sehat dan perilaku budaya kesehatan untuk mencegah stunting di masyarakat
pesisir di Kota Surabaya.
20
2) Dosen pendamping, LO, dan mahasiswa mengidentifikasi dan mendiskusikan
tradisi yang masih eksis dan praktik baik perilaku budaya kesehatan untuk
mencegah stunting di masyarakat pesisir di Kota Surabaya.
3) Mahasiswa mendokumentasikan hasil diskusi dalam bentuk resume.
Refleksi 4 :
Tema: Sharing your story: inspire and empower tentang menghargai masyarakat minoritas
dengan disabilitas Mental
a. Objektif:
1) Mahasiswa memahami personal feeling tentang apa yang dirasakan, apa yang
dipelajari, apa yang dapat diadopsi, dan target dalam meningkatkan upaya
kesehatan mental dan menghargai keberagaman tanpa stigma
b. Metode: Personal feeling dengan Masyarakat minoritas dengan disabilitas mental di
Liponsos Surabaya
c. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM)
d. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
1) Mahasiswa diminta memahami personal feeling tentang apa yang dirasakan, apa
yang dipelajari, apa yang dapat diadopsi, dan target dalam meningkatkan upaya
kesehatan mental dan menghargai keberagaman tanpa stigma
2) Dosen pendamping dan LO menfasilitasi mahasiswa dalam memahami personal
feeling tentang apa yang dirasakan, apa yang dipelajari, apa yang dapat diadopsi,
21
dan target dalam meningkatkan upaya kesehatan mental dan menghargai
keberagaman tanpa stigma
3) Mahasiswa mendokumentasikan hasil diskusi dalam bentuk resume.
Inspirasi
Inspirasi 1:
Pra kegiatan:
22
1) Dosen pendamping dan LO mempersiapkan sarana prasarana untuk tatap muka dan
diskusi dengan figur-figur inspiratif;
2) Mahasiswa membaca materi Modul Nusantara sesuai dengan tema;
3) Mahasiswa diminta untuk membaca referensi terkait figure inspiratif Nusantara
sehat
4) Mahasiswa menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan figure
inspiratif Nusantara sehat
5) Mahasiswa menyiapkan peralatan untuk mencatat dan membuat dokumentasi dari
kegiatan.
Selama kegiatan:
3.4 Evaluasi
Pada akhir Kegiatan ini mahasiswa diminta untuk membuat laporan kunjungan dan
resume dengan minimal 500 kata.
3.5 Referensi
Apriadi, Siregar Putra. 2021. Diktat Bahan Ajar Sosial Budaya Kesehatan. Medan
23
BAB IV
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI UPAYA STRATEGIS INDONESIA
SEHAT
24
kepercayaan, unsur yang dipelajari pada tahap pertama proses sosial. Sangat sulit bagi
Masyarakat dalam mengadopsi budaya yang bersangkutan dengan masalah kepercayaan.
Secara umum generasi muda cepat mengadopsi unsur budaya asing. Namun masyarakat
yang terkena dampak proses akulturasi budaya yang biasanya terjadi pada merupakan
individu yang sangat sulit beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi.
Konsep kearifan lokal, atau kearifan tradisional, atau adat istiadat maupun kebudayaan
yang sudah dianut sejak lama, dan sudah tercipta sejak zaman dahulu atau sistem
pengetahuan lokal (original knowledge system) adalah pengetahuan atau kebiasaan khusus
pada suatu masyarakat atau kebudayaan tertentu, yang terbentuk dalam kurun waktu yang
lama sebagai hasil hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungannya
(Marzali, Mumfangati dkk., 2004). Konsep sistem kearifan lokal yang sudah diterapkan
sejak lama berakar pada pengetahuan dan sistem pengelolaan lokal atau tradisional,
sehingga sangat sulit bagi masyarakat tradisional untuk meninggalkan kebiasaan atau
kebudayaan tersebut. Karena kedekatannya dengan lingkungan dan sumber daya alam,
masyarakat lokal, tradisional atau adat, melalui berbagai percobaan telah mengembangkan
pemahaman tentang sistem ekologi tempat mereka tinggal, yang dianggap konservatif
terhadap sumber daya alam tempat merak tinggali, dan sehingga meninggalkan aktivitas
yang aktifitas yang dapat merusak alam secara tidak langsung (Mitchell, 2003).
Kearifan lokal secara spesifik berkaitan dengan kebudayaan tertentu (local culture) dan
mencerminkan bagaimana merekad hidup alam suatu suatu masyarakat tertentu (local
community). Dengan kata lain, kearifan lokal terletak pada budaya lokal. Budaya lokal
(sering disebut budaya daerah) adalah istilah yang sering digunakan untuk membedakan
budaya dengan budaya nasional (Indonesia) dan budaya global. Kebudayaan lokal adalah
kebudayaan masyarakat yang tinggal di suatu tempat atau wilayah tertentu, yang berbeda
dengan kebudayaan masyarakat yang tinggal di tempat lain. Kearifan lokal menjadi penting
dan berguna hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem informasi tersebut siap
untuk menerapkannya dan mengklaimnya. Semangat budaya lokal karenanya dapat disebut
kearifan lokal, suatu bentuk pemerintahan berbasis komunitas yang mengatur kelompok
masyarakat, nilai-nilai adat, nilai-nilai yang dikembangkan secara adat yang mengatur etika,
prosedur dan praktik, pendidikan berbasis aturan. pilihan waktu, tempat dan ruang untuk
pelestarian alam
Kearifan lokal yang bersifat nyata, meliputi teks seperti yang tertuang dalam buku
Pengetahuan (asas), kalender; dari beton, seperti bangunan yang mencerminkan kearifan
lokal. Diperlukan kearifan lokal, nasehat lisan, berupa nyanyian seperti balamut. Tugas
25
kearifan lokal yaitu pelestarian alam seperti pertanian, pengembangan pengetahuan dan
pengembangan sumber daya manusia. Demikian pula kearifan lokal memegang peranan
penting dalam pelayanan kesehatan, yaitu sebagai upaya strategis menuju Indonesia sehat.
4.3 Rangkuman
Kebhinekaan 7 :
a. Tema: Expo aneka makanan sehat khas Nusantara berbahan dasar ikan
b. Objektif: .
1) Mahasiswa melakukan kegiatan expo yang dilakukan di wilayah kampus C
Unair sekitar ruang GKB Mahasiswa secara berkelompok melakukan expo
makanan sehat khas daerah masing masing berbahan dasar ikan dan mahasiswa
diminta untuk menjelaskan makanan tersebut ke pengunjung expo sebagai
bentuk keanekragaman dan kekayaan nusantara
c. Metode: Kegiatan dilakukan di sekitar ruang GKB Kampus C Universitas Airlangga.
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
6) Dosen pendamping dan LO mempersiapkan sarana prasarana untuk kegiatan expo yang
dilakukan di wilayah kampus C Unair sekitar ruang GKB
7) Mahasiswa membaca materi Modul Nusantara sesuai dengan tema;
8) Mahasiswa diminta untuk membaca referensi terkait dengan makanan sehat khas daerah
masing masing berbahan dasar ikan
9) Mahasiswa menyiapkan materi terkait dengan penjelasan makanan yang disajikan
dalam expo tersebut ke pengunjung expo sebagai bentuk keanekragaman dan kekayaan
nusantara
10) Mahasiswa menyiapkan peralatan untuk mencatat dan membuat dokumentasi dari
kegiatan expo
Selama kegiatan:
1) Mahasiswa berpartisipasi dalam Kegiatan expo makanan sehat khas daerah masing
masing berbahan dasar ikan di wilayah kampus C Unair sekitar ruang GKB
26
2) Dosen pendamping dan LO menfasilitasi mahasiswa dalam melakukan Kegiatan expo
makanan sehat khas daerah masing masing berbahan dasar ikan di wilayah kampus C
Unair sekitar ruang GKB
3) Mahasiswa mahasiswa diminta untuk menjelaskan makanan tersebut ke pengunjung
expo sebagai bentuk keanekragaman dan kekayaan Nusantara.
Kebhinekaan 8 :
a. Tema: Mengenal Mengenal Pondok Pesantren sebagai mitra sehat di wilayan pesisir
Lamongan
b. Objektif:
1) Mahasiswa melakukan Kegiatan kunjungan pondok pesantren di wilayah pesisir
Lamongan. Narasumber yang dihadirkan adalah pengelola pesantren.
c. Metode: Kunjungan pondok pesantren di wilayah pesisir Lamongan
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM).
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
27
4) Mahasiswa Menyusun laporan hasil kunjungan pondok pesantren di wilayah pesisir
Lamongan.
Inspirasi 2:
Pra kegiatan:
1) Dosen pendamping dan LO mempersiapkan sarana prasarana untuk tatap muka dan
diskusi dengan figur-figur inspiratif;
2) Mahasiswa membaca materi Modul Nusantara sesuai dengan tema;
3) Mahasiswa diminta untuk membaca referensi terkait figure inspiratif dalam penangan
stunting menuju generasi Indonesia sehat
4) Mahasiswa menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan figure
inspiratif Pemangku kebijakan dalam penangan stunting menuju generasi Indonesia
sehat
5) Mahasiswa menyiapkan peralatan untuk mencatat dan membuat dokumentasi dari
kegiatan.
Selama kegiatan:
28
2) Dosen pendamping dan LO menfasilitasi mahasiswa dalam berkomunikasi dan
berdiskusi dengan figur-figur inspiratif;
3) Mahasiswa mendokumentasikan hasil tatap muka dan diskusi dalam bentuk
resume 500 kata berikut inspirasi apa yang bisa dikembangkan dari para tokoh
tersebut.
Refleksi 5 :
a. Tema: Sharing dan diskusi tentang program kesehatan strategis berbasis kearifan lokal
budaya kesehatan masyarakat pesisir
b. Objektif:
1) Mahasiswa aktif bertanya pada narasumber mengenai program kesehatan strategis
berbasis kearifan lokal budaya kesehatan Daerah Pesisir Lamongan
c. Metode:
1) Penyusunan resume 500 kata yang berkaitan dengan topik.
d. Waktu: 1 x 100 menit (1 TM)
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
4.4 Evaluasi
29
Pada akhir Kegiatan ini, mahasiswa diminta untuk membuat laporan kunjungan dan resume
minimal 500 kata.
4.5 Referensi
A.R, Nugraha, dkk. 2014. Peningkatan Pendidikan Pola Perilaku Hidup Sehat Pada Usia
Remaja Melalui Penerapan Komunikasi Lingkungan dan Kesehatan Reproduksi Berbasis
Kearifan Lokal. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk Masyarakat. 3(2) : 53-69.
30
BAB V
PROMOSI DAN PREVENSI BUDAYA SEHAT NUSANTARA
WHO mendefinisikan promosi kesehatan sebagai proses individu dan komunitas yang
meningkatkan kemampuan mengendalikan faktor kesehatan untuk meningkatkan status
kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1148/MENKES/SK/VII/2005 yang
mengatur terkair rujukan resmi dalam melaksanaan promosi kesehatan di daerah
menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah “usaha yang dibentuk untuk meningkatkan
keterampilan masyarakat melalui pembelajaran, untuk pembelajaran dengan masyarakat
dan bersama-sama masyarakat sehingga dapat membantu diri seseorang sendiri dan
mengembangkan kegiatan masyarakat sesuai dengan sosial budaya masyarakat serta
didukung oleh kebijakan Pemerintah yang berorientasi pada kesehatan (Kepmenkes RI,
2005).
Notoatmodjo dalam (Nurmala dkk, 2018) memediasi tujuan promosi kesehatan, yaitu
meningkatkan kapasitas seseorang, komunitas, dan masyarakat untuk hidup sehat dan
menciptakan lingkungan yang mendukung terwujudnya kapasitas tersebut.Tugas promosi
kesehatan tercantum dalam Piagam Ottawa (1984), yang memuat tiga strategi promosi,
mediasi, dan memampukan.
Piagam Ottawa juga mencakup upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
melalui dua inisiatif yaitu kebijakan kesehatan masyarakat dan lingkungan yang
mendukung. Menurut WHO (1994), strategi promosi kesehatan terdiri dari advokasi,
dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Strategi-strategi tersebut menjadi dasar
untuk mencapai tujuan promosi kesehatan (Nurmala dkk, 2018). Perubahan perilaku dapat
dicapai melalui beberapa strategi berbeda, yang didahului oleh pengetahuan dan sikap.
Pertukaran informasi ini dilakukan salah satunya dengan metode promosi kesehatan atau
konseling kesehatan.
31
Promosi kesehatan merupakan suatu kegiatan yang berlangsung berdasarkan prinsip
pembelajaran, sehingga masyarakat dapat mengubah pengetahuan dan kesiapannya baik
untuk mencapai kondisi kehidupan yang diinginkan maupun mencari cara untuk mencapai
kondisi tersebut. Fungsi penyuluhan dapat dilaksanakan dengan komunikasi dua arah,
dimana komunikator (extender) memberikan kesempatan kepada komunikator untuk
memberikan umpan balik terhadap materi yang ditawarkan. Percakapan komunikasi dua
arah yang interaktif diharapkan dapat memicu perubahan perilaku yang diinginkan.
Keberhasilan konseling kesehatan tidak hanya ditentukan oleh materi yang disampaikan,
tetapi juga oleh hubungan interpersonal antara komunikator dan komunikator. Indikator
keberhasilan kepemimpinan yang dapat diukur dengan cepat adalah kesamaan makna
mediumnya (Effendy, 2003).
Secara sederhana, ruang lingkup promosi kesehatan meliputi:
a. Pendidikan kesehatan yang menekankan pada perubahan atau perbaikan perilaku
seseorang atau Masyarakat melalui peningkatan kesadaran, keinginan, dan kemampuan.
b. Pemasaran sosial yang menekankan pada pemasaran produk kerajinan tertentu serta
kerativitas.
c. Upaya penyuluhan (usaha komunikasi dan informasi yang menekankan pada
penyebarluasan informasi yang mampu memberikan dampak positif bagi Masyarakat.
d. Peningkatan pekerjaan (promosi) yang menekankan pada upaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga menjadi lebih baik.
e. Lobi-lobi dalam bidang kesehatan. Dimana kegiatan komunikasi memberikan edukasi
dan memotivasi sasaran tentang munculnya ide-ide baru.
Hal ini menekankan pentingnya materi tidak hanya bagi media, tetapi juga bagi media.
Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan mampu memajukan dan melestarikan kebudayaan
Indonesia.
5.3 Rangkuman
Kontribusi Sosial
Kegiatan kontribusi sosial ini memiliki Tujuan dari kegiatan tanggung jawab sosial
adalah untuk meningkatkan empati mahasiswa, berbagi dan melakukan pengabdian masyarakat
di lingkungan pendidikan tinggi dimana mahasiswa ditempatkan pada program pertukaran
pelajar mandiri.. Kegiatan kontribusi sosial yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.
Kontribusi Sosial 1:
32
a. Tema: Menggali Potensi Tradisi hidup sehat melalui edukasi di daerah pesisir melalui
pemberdayaan masyarakat. .
b. Objektif:
1) Mahasiswa secara berkelompok merumuskan bentuk kontribusi sosial melalui
proposal kegiatan kepada dosen Modul Nusantara. Kontribusi sosial akan
mengangkat tema Pemberdayaan masyarakat pesisir dalam upaya meningkatkan
kesehatan
2) Mahasiswa menyusun, mengimplementasikan, dan mengevalusi upaya
pemberdayaan Masyarakat pesisir Lamongan dalam Upaya peningkatan
Kesehatan.
c. Metode: Kunjungan dan menggali tradisi hidup sehat melalui edukasi di daerah pesisir
Lamongam melalui pemberdayan Masyarakat.
d. Waktu: 1x kegiatan (1-2 hari)
e. Langkah-langkah kegiatan:
Pra kegiatan:
Selama kegiatan:
33
5.4 Evaluasi
5.5 Referensi
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018).
Promosi Kesehatan. Airlangga University Press, 2020.
34
LAMPIRAN
Jadwal Pembelajaran
35
15 Oktober 09.00- Kebhinekaan 5: Tokoh Masyarakat, Dosen
2023 10.40 Pembimbing Modul
Mengenal potensi usaha Nusantara
masyarakat pesisir dalam
pengolahan makanan sehat
bahan dasar ikan
36
26 November 13.00- Refleksi 5 : Tokoh Masyarakat, Dosen
2023 14.40 Pembimbing Modul
Sharing dan diskusi tentang Nusantara
program kesehatan strategis
berbasis kearifan lokal budaya
kesehatan masyarakat pesisir
37
BAB VI
Penilaian dan Evaluasi
Mahasiswa yang mengikuti Modul Nusantara akan mendapatkan kredit 4 SKS (Satuan
Kredit Semester). Di akhir pelaksanaan Modul Nusantara akan dilakukan penilaian akhir.
Komponen penilaian dalam Modul Nusantara “Menilik Tradisi dan Budaya Kesehatan
Berbagai Suku di Jawa Timur”, meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Kehadiran
2) Partisipasi dalam kegiatan
3) Laporan dokumentasi kegiatan
4) Kegiatan kontribusi Sosial
Pada akhir pelaksanaan Modul Nusantara ini, mahasiswa juga diminta untuk mengisi
survei kebhinekaan sebagai bentuk penilaian terhadap keberhasilan Modul Nusantara yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh perguruan tinggi. Survei kebhinekaan ini dikembangkan
dan didistribusikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
38
DAFTAR PUSTAKA
Apriadi, Siregar Putra. 2021. Diktat Bahan Ajar Sosial Budaya Kesehatan. Medan
A.R, Nugraha, dkk. 2014. Peningkatan Pendidikan Pola Perilaku Hidup Sehat Pada Usia
Remaja Melalui Penerapan Komunikasi Lingkungan dan Kesehatan
Reproduksi Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Aplikasi Ipteks Untuk
Masyarakat. 3(2) : 53-69.
Nurmala, I., Rahman, F., Nugroho, A., Erlyani, N., Laily, N., & Anhar, V. Y. (2018). Promosi
Kesehatan. Airlangga University Press, 2020.
Setiawati, Rahmi, Karin Amelia Safitri. 2020. Program Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Nilai-Nilai Budaya Maritim Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Kepulauan Seribu.
Jurnal Vokasi Indonesia. 8(1). 71-81.
Sumantri, Diaz. 2019. Strategi Pengembangan Desa Wisata di Kelurahan Jelekong, Kabupaten
Bandung. Jurnal Geografi Lingkungan Tropik. DOI:
10.7454/JGLITROP.V2I2.47
39
GLOSARIUM
Background : Latar Belakang
LO : Liasion Officer
40